Anda di halaman 1dari 9

SP001- 007

Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai


di Kabupaten Sukoharjo

R. Muh. Amin Sunarhadi 1, Suharjo 2, Alif Noor Anna 3, Baharudin Syaiful Anwar 4
1
Pusat Studi Lingkungan (PSL), Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Pusat Studi Mitigasi Bencana (PSMB), Universitas Muhammadiyah Surakarta
3
Pusat Studi Lingkungan (PSL), Universitas Muhammadiyah Surakarta
4
Laboratorum Geomedia dan Geosains, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kampus UMS Jalan A. Yani Pabelan Kartasura, Sukoharjo 57162
amin.sunarhadi@ums.ac.id

Abstract: Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha menemukan model pengelolaan sempadan sungai
sebagai strategi pengembangan wilayah. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
lingkungan sungai dengan didukung pendekatan dari disiplin ilmu geomorfologi.Tujuan penelitian adalah
menentukan model pengelolaan wilayah sempadan di sungai-sungai utama di Kabupaten Sukoharjo dengan
mengikutsertakan peran masyarakat sekolah. Secara khusus, tujuan Tahun Pertama Menentukan kriteria apa
yang diperlukan dalam penentuan lebar sempadan sungai berdasar kajian biofisik dan mengkaji lebar
sempadan sungai di Kabupaten Sukoharjo.Tujuan Tahun Kedua 2013, melakukan kajian alternatif pola
ruang di sempadan sungai dan mengkaji kesesuaian dengan struktur ruang arahan pola ruang dengan
Rencana Umum Tata Ruang.Tujuan Tahun Ketiga 2014, menentukan jenis konservasi biologi dan teknis
dan pengembangan keterlibatan masyarakat melalui pendidikan formal sekolah maupun non formal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lingkungan sungai dengan dukungan pendekatan geomorfologi
(statik, dinamik, dan terapan/geomorfologi lingkungan), dan pendekatan pola pemanfaatan sempadan oleh
masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode survei dan analisa data sekunder. Beberapa lokasi
contoh akan dipilih berdasarkan atas penggunaan lahan, bentuklahan, dan perubahan penampang sungai.
Kriteria yang diperlukan untuk penetapan lebar sempadan sungai di Kabupaten Sukoharjoadalah meliputi
Kelas Kemampuan lahan dan Luas DAS Tangkapan.Lebar sempadan sungai terdiri atas sempadan mutlak
dan sempadan penyangga.Sempadan mutlak ditetapkan selebar 6 meter. Sempadan penyangga ditetapkan 60
meter untuk sungai besar di lahan dengan Kelas Kemampuan Lahan I sampai V dan 35 meter untuk sungai
besar di lahan dengan Kelas Kemampuan Lahan I sampai V. Sungai pada lahan dengan kelas kemampuan
Lahan VI sampai VIII ditetapkan sempadan penyangganya adalah 35 meter. Perlu adanya riset lanjutan
dalam menyusun model pengelolaan sempadan sungai sehingga didapatkan pengelolaan sempadan yang
konservatif dan produktif dengan melibatkan masyarakat serta mengemnbangkan model pendidikan
lingkungan sungai.

Keywords: Sempadan Sungai, Pengelolaan

1. PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk tentunya menuntut


penyediaan sarana dan prasarana untuk mencukupi
Konsekuensi dari perkembangan dan kemajuan kota kebutuhan yang pada akhirnya menuntut adanya alih
selain dilihat dari berkembangnya kegiatan usaha fungsi lahan. Perubahan penggunaan lahan pada
ekonomi maupun sosial adalah pertumbuhan sistem daerah aliran sungai (DAS) akan
penduduk yang pesat. Sebagai gambaran hasil mempengaruhi kondisi limpasan, yakni terjadi
proyeksi data statistik Indonesia menunjukkan perubahan debit aliran sungai. Distribusi hujan pada
bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh waktu-waktu puncak musim penghujan menjadi
lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari limpasan berlangsung sangat cepat sehingga
205,1 juta pada Tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada menyebabkan limpasan meningkat dengan cepat
Tahun 2025 dengan kecepatan pertambahan rata-rata pula.
sekitar 1,34 persen per tahun (2000-2005). Alih fungsi lahan mengakibatkan adanya
perubahan limpasan permukaan (overlandflow) dan

56 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH FKIP UNS


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

fluktuasi aliran sungai(Setyowati, 2010). Konversi dan Klaten. Pembagian administrasi Kabupaten
lahan akan memberikan pengaruh langsung terhadap Sukoharjo adalah terdiri dari 12 kecamatan.
total hujan limpasan. Perkembangan fisik perkotaan Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah
mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan 46,666 hektar.Hal yang perlu diperhatikan
lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun. sehubungan menjaga kelestarian dan produktivitas
Umumnya perubahan tersebut cenderung mengubah lahan dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan
lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian, maka harus dilindungi luas lahan yang Produktif
sehingga mengakibatkan luas lahan pertanian di kota terutama yang mempunyai kemampuan lahan kelas I
semakin berkurang dan luas lahan non pertanian dan daerah yang masuk kategori harus durehabilitasi
semakin bertambah. Akibatnya perubahan tata guna dengan digunakan sebagai hutan. Luas total
lahan berdampak negatif, khususnya berdampak kabupaten Sukoharjo 378 hektar di antaranya
pada banjir dan genangan yang cenderung merupakan hutan Negara dan 23279,75 ha
meningkat dari waktu ke waktu. merupakan lahan produktif dengan kemampuan
Jumlah penduduk yang semakin banyak dan lahan kelas I sehingga luas daerah yang
bertambah cepatnya laju pembangunan memungkinkan dihuni adalah 23.008,75 hektar. Bila
mengakibatkan semakin tingginya intensitas dari 23.008,75 tersebut akan digunakan sebagai
perubahan penggunaan lahan. Perubahan ini kawasan perkotaan maka harus disediakan daerah
berdampak pula di sempadan sungai, yaitu kawasan sirkulasi/jalur hijau (open spase) sebanyak 30% dari
non artifisial di kanan kiri sepanjang sungai yang kawasan perkotaan itu. Maka luas yang bisa dihuni
berfungsi untuk kelestarian dan pengamanan adalah 16106,125 ha(Sunarhadi, Interaksi
lingkungan sungai. Averitt, F., & Lingkungan Fisik dan Kependudukan di Kabupaten
Patten(1994)mendefinisikan sempadan sungai Sukoharjo, 1998).
sebagai kawasan berbentuk pita tipis yang mengapit Sempadan sungai di Kabupaten Sukoharjo
suatu saluran air.Di dalam riparian termasuk telah mengalami tekanan perubahan menjadi lahan
kawasan tempat hidup makhluk hidup yang menyatu artifisial terutama berupa permukiman, Beralihnya
atau dipengaruhi tubuh air. sempadan sungai menjadi kawasan artifisial perlu
Sempadan sungai yang semula berupa lahan dicermati karena fungsi sempadan sungai sangat
non artifisial kini tidak luput pula berubah menjadi penting bagi kelestarian sungai maupun penduduk
lahan artifisial, yaitu digunakan sebagai tempat sekitar aliran sungai.Pengelolaan kawasan sempadan
aktiitas manusia dan didirikan bangunan. Hal ini selayaknya disesuaikan dengan kemampuan
menunjukkan bahwa tekanan terhadap sempadan lahannya.
sungai akan meningkat seiring dengan meluasnya Pemerintah telah memberikan arahan untuk
pembangunan(Coughlin, Hammer, Dickert, & penentuan sempadan sungai melalui Peraturan
Sheldon, 1972). Menteri Pekerjaan Umum Nomor 063/PRT/1993
Fungsi dari sempadan sungai antara lain adalah tentang sempadan sungai dan perencanaan tata
sebagai penyedia air, pengendalian banjir, ruangnya. Penentuan lebar sempadan yang tepat
pengendalian erosi, mengurangi pengikisan tanggul, seharusnya didasarkan pada kajian dasar fisik dan
peningkatan kualitas dan kuantitas air, tempat hidup fenomena spesifik yang mungkin muncul di
dan keragaman habitat flora-fauna, sebagai kawasan sempadan sungai tersebut. Uraian di atas
sumberdaya untuk ruang terbuka, dan sebagai batas mendasari perlunya dikaji kriteria apa yang
estetika untuk permukiman dan pembangunan diperlukan dalam penentuan lebar sempadan sungai
perdagangan (McCormick, (1978), Budd, Cohen, di Kabupaten Sukoharjo dan menentukan lebar
Saunders, & Steiner, (1987), William, (1990)). sempadannya.
Sunarhadi, Utami, & Sudarto
(2001)menunjukkan bahwa perbedaan kondisi 2. TINJAUAN PUSTAKA
biofisik permukaan lahan menyebabkan respon suatu
DAS terhadap hujan juga akan berbeda. Daerah 2.1. Sempadan Sungai
penelitian secara astronomi terletak pada koordinat
1100 57 34 BT - 1100 4207 BT dan 70 3217 LS Penelitian yang dilakukan (Sunarhadi, Utami, &
- 70 4932 LS dengan luas wilayah adalah 466,66
Sudarto, Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di
km. Secara administrative Kabupaten Sukoharjo ini
Kota Malang, Jawa Timur, 2001)di Sempadan
merupakan salah satu daerah pemerintahan propinsi Sungai Brantas menunjukkan perlunya penetapan
Jawa Tengah. Wilayahnya berbatasan di sebelah
lebar sempadan sebagai patokan pengelolaan sungai
utara dengan Kotamadya Surakarta, sebelah Timur
secara off stream yang terdiri atas lebar sempadan
dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah Selatan mutlak dan sempadan penyangga. Hasil penelitian
dengan Kabupaten Wonogiri dan Gunung Kidul
ini sesuai dengan hasil penelitian Alif Noor Anna,
(DIY), sebelah Barat dengan Kabupaten Boyolali

Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 57


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

Suharjo, dan Munawar Cholil (2009) yang yang terbukti memiliki daya dukung lingkungan
menyimpulkan bahwa perbedaan kondisi biofisik lebih terbatas, sehingga bencana banjir dan
permukaan lahan menyebabkan respon suatu DAS kekeringan semakin sering terjadi, disertai bencana
terhadap hujan juga akan berbeda. Selain itu DAS ikutannya, seperti tanah longsor, korban jiwa,
penyangga Kota Surakarta dalam periode tertentu pengungsian penduduk, gangguan kesehatan, sampai
relatif cepat terjadi alih fungsi lahan, dengan kelaparan, dan anak putus sekolah.
demikian potensi aliran permukaan juga cepat Perubahan penggunaan lahan menyebabkan
berubah. perubahan sifat biofisik suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sucipto (2008) dalam penelitiannya di
Tabel 1. Kondisi Fisik Beberapa Sub-Sub DAS kawasan DAS Kaligarang menyatakan bahwa telah
terjadi alih fungsi lahan di kawasan DAS Kaligarang
N Sub- Topog Jenis Penggun Luas (m2) selama kurun waktu 8 (delapan) tahun terakhir dari
o Sub rafi Tanah aan tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Adapun
DAS Lahan perubahan alih fungsi lahan tersebut adalah adanya
1 Bramb 0- Alluvial, Hutan, 321.233.5 penciutan luas yang cukup besar pada lahan
ang <5%, Regosol, Kebun, 72,57 perkebunan sebesar 117 Ha (7,74%) dari 1.511,00
5- Litosol Lahan Ha (1998) menjadi 1.394,00 Ha (2006) atau 14,62
<10% kering, Ha/Th (0,97%/th). Begtiu juga untuk sawah dan
, 10- Permuki tegalan ada penciutan yang cukup signifikan, akan
<30% man, tetapi disisi lain adanya penambahan luas untuk
Sawah tegalan, pemukiman, industri dan lain-lain, khusus
2 Mung 0- Alluvial, Hutan, 324.918.7
untuk pemukiman ada kenaikan sebesar 50 Ha (0,90
kung <5%, Regosol, Kebun, 65,09
5- Litosol, Lahan
%) selama 8 tahun dari 5.558,00 Ha (1998) menjadi
<10% Latosol, kering, 5.608,00 (2006), sehingga tiap tahun ada
, 10- Meditera Permuki peninigkatan untuk pemukiman rata-rata 8,50
<30% nean, man, Ha/tahun.(0,11%/tahun). Perubahan alih fungsi
, dan Regosol Sawah, lahan terutama dari perkebunan dan sawah menjadi
30%+ Waduk tegalan dan pemukiman akan mempengaruhi fungsi
3 Pepe 0- Litosol, Hutan, 296.532.1 lahan sebagai penyangga air hujan, aliran
<5%, Latosol, Kebun, 52,61 permukaan, erosi dan sedimen sebelum masuk ke
5- Meditera Lahan sungai.
<10% nean, kering, Keppres No. 32/1990 Pasal 1 menjelaskan
, 10- Regosol, Permuki tentangPengelolaan Kawasan Lindung
<30% Andosol, man, menyebutkan, kawasanlindung adalah kawasan yang
, dan Sawah, ditetapkan dengan fungsiutama melindungi
30%+ Waduk kelestarian lingkungan hidup.
4 Samin 0- Alluvial, Kebun, 314.642.4 Sementara itu, Keputusan Gubernur Nomor
<5%, Regosol, Lahan 30,70
134/1997tentang Peruntukan Tanah Daerah
5- Litosol, kering,
<10% Latosol, Permuki
Bantaran KaliSurabaya juga melarang berdirinya
, 10- Meditera man, bangunan di atas tanahsepanjang bantaran
<30% nean, Sawah, sungai.Pasal 5 menyebutkan denganjelas larangan
, dan Regosol Waduk mendirikan bangunan permanen, baik untuktempat
30%+ hunian maupun usaha.Berkembangnya kegiatan di
Sumber: (Anna, Suharjo, & Cholil, 2009) wilayah perkotaandan bertambahnya jumlah
penduduk yang semakinmeningkat menyebabkan
Peningkatan jumlah penduduk tentunya kebutuhan akan ruang untukkawasan lingkungan
menuntut penyediaan sarana dan prasarana untuk hunian dan ruang kegiatan lain(sosial, budaya dan
mencukupi kebutuhan yang pada akhirnya menuntut ekonomi) menjadi lebih besar pula,oleh karena itu
adanya alih fungsi lahan. Hal ini sejalan dengan perlu pemanfaatan ruang perkotaan secara efektif
penelitian yang dilakukan Pawitan (2002) yang (Warpani, 1980). Di sisi lain akibat
menyatakan bahwa meningkatnya tekanan penduduk pemanfaatanruang kota yang tidak terkoordinasi
terhadap sumber daya lahan dan air yang telah menimbulkan tekanancukup besar terhadap sumber
menunjukkan sejumlah dampak negatif yang serius daya alam maupun kualitaslingkungan.
seperti perubahan penggunaan lahan yang tidak
terkendali berupa perambahan hutan dan
penebangan liar ke daerah hulu, hilangnya tutupan
lahan hutan menjadi jenis penggunaan lahan lainnya

58 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH FKIP UNS


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

juga merupakan faktor pendorong terjadinya proses


2.2. Pengelolaan Sempadan Sungai tersebut.
Rayapan (Creep) masa terjadi dengan sangat
Proses geomorfik di sempadan merupakan kejadian lambat. Proses ini tidak dapat diidentifikasikan dari
gerak massa(mass movement) atau oleh Utomo morfologi massanya. Kejadiannya dapat dilihat
(1994) disebut sebagai erosi geologi. Kondisi dengan melihat fenomena tegakan dari satu
internal massa tanah yang menjadikan terjadinya pancangan, seperti pohon yang bengkok, tiang yang
gerak massa adalah terbentuknya bidang gelincir dan miring. Kenampakan seperti ini tampak pada lahan
kemiringan lereng. dataran alluvial yang mempunyai kemiringan lereng
Bidang gelincir pada sempadan sungaiterjadi >15%.Gejala rayapan ini terlihat bukan hanya pada
karena adanya rembesan air tanah (seepage) dan lahan artifisal, tetapi juga pada lghan non artifisal.
konsentrasi air dalam tanah. Rembesan air ini Secara keseluruhan, proses geomorfik yang
ditemui pada 3 hingga 5 meter dia atas permukaan terjadi di sempadan sungai menunjukkan adanya
air sungai. Kemiringan permukaan tanah yang potensi merugikan bagi kepentingan kelestarian
mencapai 100% merupakan faktor pemicu terjadinya bentukan lahan maupun penggunaan lahan.Proses
ketidakstabilan lereng sehingga terjadinya gerak geomorfik sempadan sungai tiqak berhenti meskipun
massa. telah dialihgunakan sebagai kawasan artifisal,
Gerakan massa yang ditemui di sempadan seperti robohnya rumah akibat jebolnya pondasi
Sungai antara lain adalah fall (rubtuhan), slump pada satu sisi (di kawasan betek), keretakan dinding
(mendatar), slide (longsoran), dan creep (rayapan) rumah dan pondasi, serta kenampakan bengkonya
dari massa. Proses geomorfik ini melakukan pancangan tiang da pepohonan. Proses gemorfik ini
degradasi, yaitu pengangkutan bahan dari massa terus berlangsung karena massa/ beban yang ada di
yang bergerak, dan sekaligus agradasi, yaitu atas permukaan tanah melampaui tahanan geser
penumpuka bahan tersebut di bagian bawah. perlapisan massa (Schuster, 1978 dalam Harjono,
Agradasi ini kemudian sebagian diantaranya akan 1997).
terbawa oleh arus air sehingga menmbah muatan Sempadan Sungai di Kota Malang, secara
sedimen dari Sungai. geologis termasuk lahan dengan susunan geologi
Runtuhan (fall) terjadi karena tarikan gaya kelompok batuan beku, batuan sedimen (batu pasir,
berat pada massa. Kejadiannya terdapat pada jalur breksi, konglomerat dan batu gamping), batuan
sungai yang merupakan tebing alami dan ilalang metamorf (marmer, gneiss) yang mulai lapuk
dengan kemiringan lereng >65%.Massa tanah (Timbul, 1992). Lahan dengan susunan geologi
maupun batuan jatuh ke bawah, terlepas dari bahan tersebut mempunyai kestabilan dengan nilai skor 4,
induknya, terjadi di tebing-tebing yang terjal.Erosi yaitu termasuk agak tinggi kestabilannya (Timbul,
tebing oelh sungai dan adanya penambangan pasir 1992)
maupun batu di Sungaimengakibatkan adanya Lahan selebar 15 meter sepanjang kanan kiri
pemotongan kaki tebing. Di beberapa tempat jalur Sungai diterapkan dalam Tata Ruang Wilayah
runtuhan massa tanah akibat pemotongan tebing. Kota Malang periode 1993/`1994-2003/2004 sebagai
Mendatan (slump) terjadi pada massa tanah jalur hijau. Kenyataan di lapangan, jlaur hijau yang
dengan kandungan air yang tinggi. Kejadian direncanakan tersebut telah dilanggar oleh
mendatan banyaj dijumpai pada jalur sungai dan pembangunan yang berlangsung.
beberapa di dataran alluvial yang mempunyai Jarak bangunan yang ada pada kawasan
perubahan lereng secara drastic, seperti di tepi lahan artifisal sepanjang sempadan Sungai sangat
sawah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bervariasi dan cenderung meningkat kepadatannya
Harjono (1997), kenampakan mendatan di daerah di sempadan Sungai.Perkembangan kawasan
penelitian membentuk adanya scrap (gawir) pada terutama dipengaruhi oleh dua node pemacu
bagian atas bekas runtuhan. Massa bergerak ke pertumbuhan berupa pusat pendidikan dan terminal
bawah dengan tersendat-sendat. Jarak jatuhnya angkutan umum. Bertambahnya fasilitas kos untuk
hanya satu hingga dua meter melalui bidang sehari-hari merupakan fenomena utama yang
lengkung. Prosesnya yang terputus-putus berkembang.
menghasilkan lebih dari satu bidang longsor yang Kawasan artifisal yang lebih rapat terdapat di
kurang lebih sejajar atau searah satu sama lain. kawasan pusat (central business district= CBD).
Longsoran (slide) terjadi akibat adanya bidang Pembangunan perumahan mendekati sungai,
gelincir dari lapisan massa. Bidang gelincir ini meskipun tidak berada di sempadan sungai,
terbentuk karena adanya aliran airtanah yang meskipun tidak berada di sempadan sungai, ternyata
kemudian muncul di tepi sungai sebagai rembesan memicu berkembangnya kawasan artifisal menuju
(seepage). Kemiringan lereng yang lebih dari 30% sempadan Sungai.Keberadaan pabrik yang
mengakibatkan tumbuhnya kawasan artifisal guna

Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 59


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

hunian karyawan atau Pemasoknya juga menjadikan mengenangi sampah akn mengandung besi, sulfat,
banyak bangunan yang berjarak 0 meter dan sungai. dan bahan organic yang tinggi ditambah air
Keberadaan lahan non artificial berselang- permukaan (Syaid et al, 1986).
seiling di sempadan sungai antara sawah, tegalan /
kebun, tebing alami, dan ilalang.Asosiasi keruangan 3. METODE PENELITIAN
antara pola pengunaan lahan tersebut tidak teratur.
Sawah dijumpai secara luas di dekat perbatasan kota Penelitian ini menggunakan pendekatan lingkungan
baik bagian laut maupun selatan kota. Asosiasi sungai dengan dukungan pendekatan geomorfologi
kronologi dijumpai pada peralihan sawah menjadi (statik, dinamik, dan terapan/geomorfologi
lahan artificial,yaitu pada masa pengerinagn lahan lingkungan), dan pendekatan pola pemanfaatan
untuk membentuk kestabilan tanah melalui bentuk sempadan oleh masyarakat. Metode yang digunakan
kebun dan ilalang. Ilalang juga dijumpai diantara adalah metode survei dan analisa data sekunder.
lahan artifisal yang belum digunakan tetapi tidak Beberapa lokasi contoh akan dipilih berdasarkan
pula diolah sebagai sawah / kebun. Tebing alami atas penggunaan lahan, bentuklahan, dan perubahan
meupakan peralihan kemiringan lahan secara drastic penampang sungai.
Perubahan sempadan sungai dari lahan non Tiap kawasan akan dideliniasi dalam unit-unit
artificial mengubah kualitas tata ruang. Mutu ruang kajian yang mewakili bentuklahan (landform) di
sendiri sebenarnya ditentukan pola oleh terwujudnya Kabupaten Sukoharjo berdasar klasifikasi dari
keserasian, kelarasan, dan keseimbangan Marsoedi et al. (1994). Selanjutnya dibedakan lagi
pemanfaatan ruang (Sugandhy,1999) perubahan di dengan perbedaan lereng berdasar kelas <3%, 3<8%,
sungai menjadikan terjadinya dramatisasi struktur 8<15%, 15<30%, 30<45%, 45<60%, 60<100%, dan
ruang mengikuti bentang alam. >100%. Identifikasi daya guna / kemampuan lahan
Dramatisasi struktur ruang merupakan sepadan dilakukan dengan evaluasi sumber daya
fenomena pembangunan kawasan artificial yang lahan berupa klasifikasi kemampuan lahan (land
mengikuti struktur ruangan yanag ada tetapi capability classification) klasifikasinya mengunakan
selanjutnya justru terjadi penajaman faktor pembatas berupa kedalaman efektif, tekstur
strutur.Misalnya pada potongan melintang sungai tanah, kemiringan lereng, drainase, dan
dan sepadannya secara alami terdapat perbedaan erosi.Kriteria masing-masing faktor seperti yang
tinggi muka bumi burupa puncak tebing dari lembah disampaikan oleh Utomo (1994). Identifikasi
dan dasar lembah. Akibat pembangunan yang pengunaan lahan dan pemanfaatan oleh masyarakat
berlangsung maka puncak tebing yang kini telah dilakukan serta mengunakan pengamatan lapangan
berdiri bangunan artificial mempunyai beda tinggi dan wawancara denbgan panduan pertanyaan
yang semakin besar dengan dasar lembah penggunaan lahan . Penentuan lebar sempadan
Dramatisasi ini terjadi pada permukiman dilakukan dengan memperhatikan hasil identifikasi
dengan kwalitas banguan yang baik, yang daya guna / kemampuan lahan. Kelas kemampuan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi pemilik bangunan yang nantinya menjadi arahan tidak digunakan untuk
di sempadan sungai semakin meningkat kualitas kepentingan lain adalah kelas kemampuan VI
bangunan dengan menambah bangunan pada lahan sampai dengan VIII.
yang masih kosong maupun membuatnya bertingkt.
Hal ini mengakibatkan semakin tingginyab intensitas 4. HASIL PENELITIAN
sturktur ruang yang terjadi
Pengunaan lahgan dari sempadan merupakan
bagian yang memberikan kontribusi masukan energy 4.1. Kriteria Penetapan Lebar Sempadan
ke sungai. Inlet (masukan air) yang berada di Sungai
pinggiur sungai brantas berasal dari limbah
domestic, limbah pertanian, limbah tanaman Kriteria penetapan lebar sempadan sungai
rekreasi, limbah pasar, limbah hotel, limbah rumah didasarkan pada pengkajian kondisi fisik wilayah
sakit, dam limbah industry Kabupaten Sukoharjo terkait dengan karakteristik
Perilaku pembungan sampahdi sepanjang aliran sungai.Kondisi fisik yang dikaji adalah
sepadan maupun di dalm sungai dapat merugikan kondisi kemiringan lereng, batuan (geologi), tanah,
penduduk sekitar dan dikawasan lebih dan penggunaan lahan. Komposit dari kondisi
rendah.Meskipun sampah dapat berubah menjadi lingkungan fisik dianalisa dalam bentuk kemampuan
tanah, terutama bagian atas tumpukan sampah tetapi lahan. Bentuk permukaan bumi Kabupaten
memerlukan waktu yang lama (Sayid et al, 1986). Sukoharjo dapat dilihat dengan kemiringan
Sampah yang menumpuk menimbulkan bau busuk lerengnya.Berdasarkan data kontur Kabupaten
akibat fermentasi, menjadi sarang kebakaran karena Sukoharjo yang didapat dari Peta Rupa Bumi
adanya gas metana di tumpukan sampah, air yang Lembar Surakarta dan Wonogiri serta didukung

60 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH FKIP UNS


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

Shuttle Radar Topography Mission (SRTM. fluvial) berupa sungai yang mengangkut material
Pengolahan data ketinggian menghasilkan klasifikasi dan diendapkan di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
kemiringan lereng yang direpresentasikan sebagai Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
kesan topografis. teknik overlay antara formasi batuan dengan
Sebagian besar wilayah Kabupaten Sukoharjo jaringan sungai maka didapatkan informasi yang
didominasi dengan kondisi permukaan bumi yang menunjukkan karakteritik daerah aliran sungai yang
datar atau landai.Kondisi permukaan bumi yang memiliki perbatasan antar batuan asal vulkan dan
memungkinkan aliran air mnyebar ke segala alluvium. Tepat pada perbatasan antara batuan asal
permukaan terdapat di Kecamatan Sukoharjo, vulkan Merapi dengan alluvium terdapat lembah
Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura.Kecamatan aliran sungai yang intensif.Sungai yang mengaliri
lainnya diliputi dengan kondisi permukaan datar perbatasan batuan ini adalah Sungai Bengawan Solo
atau landai hingga perbukitan dan yang mengalami perubahan arah aliran dari aliran
pegunungan.Kondisi perbukitan hingga pegunungan semula menuju Barat Laut (315oU) berubah menuju
terdapat di sebagian Kecamatan Weru, Bulu, dan Utara (5oU). Sunarhadi, dkk (2001) melaporkan
Tawangsari. Kecamatan Nguter, Bendosari, bahwa perbedaan formasi batuan merupakan faktor
Polokarto, dan Mojolaban diliputi dengan kondisi yang mempengaruhi terjadinya pembelokan arah
permukaan bumi sebagian datar atau landai dan aliran sungai sebagaimana yang terjadi di Sungai
bergelombang. Perbukitan dapat dijumpai secara Brantas.
terpisah-pisah (fragmented). Pengaruh perbedaan batuan terhadap aliran
Kondisi permukaan bumi yang datar atau sungai juga ditunjukkan pada lokasi perbatasan
landai memungkinkan aliran air melakukan antara batuan vulkan yang berasal dari Gunung
pergerakan ke arah lateral sehinga sungai pada Lawu dengan batuan alluvium.Pada perbatasan ini
dataran memiliki penampang sungai lebih lebar. terjadi penggabungan cabang-cabang dari anak
Kondisi ini dapat dibuktikan dengan aliran Sungai sungai mengumpul menjadi satu.Percabangan sungai
Bengawan Solo di Kabupaten Sukoharjo yang hanya yang dipengaruhi oleh perbatasan batuan ini adalah
melewati permukaan bumi yang datar atau landai. sungai-sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kondisi batuan di Kabupaten Sukoharjo dapat Samin.Sungai utama DAS Samin, yaitu Kali Samin,
diketahui berdasarkan Peta Geologi Lembar Jawa mengalir pada bagian utara Kecamatan
Tengah skala 1:500.000 yang menunjukkan bahwa Polokarto.Kali Poncol yang merupakan Sub dari
daerah penelitian memiliki tiga formasi geologi yang DAS Samin yang semula memiliki anak sungai
dipengaruhi dari aktivitas vulkan, pengendapan, dan sebanyak tiga anak sungai kemudian mengumpul
perbukitan.Batuan dasar asal vulkan yang ada di menjadi satu aliran menuju ke Kali Samin. Hal yang
bagian utara Kabupaten Sukoharjo merupakan sama juga terjadi pada anak sungai di Kali Junjang,
perpaduan dari material asal Gunung Lawu dan Kali Ngasinan, dan Kali Grenjeng.
Merapi. Batuan yang berasal dari Gunung Lawu Perbedaan batuan pada formasi Mandalika
berada di Bagian Utara Sukoharjo sebelah Timur, dengan alluvium juga diikuti dengan penyatuan
meliputi Kecamatan Mojolaban dan sebaian percabangan sungai yang pendek-pendek di Formasi
Kecamatan Polokarto dan Grogol, sedangkan batuan Mandalika menyatu ke dalam sungai yang mengalir
vulkan yang berasal dari Gunung Merapi berada di di Alluvium.Hal ini dialami anak sungai Kali Bulu
bagian baratnya, yang meliputi Kecamatan dan Kali Gunting di Kecamatan Bulu serta Kali
Kartasura, Gatak, Baki, sebagian Grogol, dan Songo di Kecamatan Weru.
Sukoharjo. Formasi batuan yang ada di Kabupaten
Formasi geologi asal vulkan berbatasan Sukoharjo kemudian berkembang menjadi agregat
langsung dengan formasi batuan alluvium yang material yang lebih kecil di permukaan bumi
berada di sebelah selatan formasi batuan asal vulkan. menjadi lapisan-lapisan tanah yang terdiri atas tanah
Formasi batuan alluvium yang berasal dari endapan Aluvial, Grumosol, Latosol, Litosol, Mediteran, dan
ini merupakan hasil penumpukan bahan dari Regosol.
perbukitan dan gunung sekitar Kabupaten Sukoharjo
yang bergerak karena adanya aliran air (proses

Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 61


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

62 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH FKIP UNS


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari iuntensif terhadap tepi kanan kiri sungai.Sunarhadi
teknik overlay antara formasi batuan dengan dkk (2001) menyebutkan bahwa sempadan mutlak
jaringan sungai maka didapatkan informasi yang adalah pelarangan mutlak terhadap penggunaan
menunjukkan karakteritik daerah aliran sungai yang lahan pada jarak 0 (nol) meter hingga batas
memiliki perbatasan antar batuan asal vulkan dan tertentu.Hal ini terutama untuk menjaga stabilitas
alluvium. Tepat pada perbatasan antara batuan asal lereng. Jana Fry (1994) mengutip pendapat
vulkan Merapi dengan alluvium terdapat lembah Coughlin, Robert E, TR Hammer, TG Dickert, dan
aliran sungai yang intensif.Sungai yang mengaliri S. Sheldon (1972) bahwa untuk kepentingan
perbatasan batuan ini adalah Sungai Bengawan Solo penguatan dinding sungai, dalam hal ini stabilitas
yang mengalami perubahan arah aliran dari aliran geologi dan lereng, diperlukan jarak minimal 6
semula menuju Barat Laut (315oU) berubah menuju meter.
Utara (5oU). Sunarhadi, dkk (2001) melaporkan Sempadan penyangga ditetapkan berdasar kelas
bahwa perbedaan formasi batuan merupakan faktor kemampuan lahan dan luas daerah aliran
yang mempengaruhi terjadinya pembelokan arah sungai.Dalam penelitian Sunarhadi dkk (2001)
aliran sungai sebagaimana yang terjadi di Sungai kriteria sempadan penyangga hanya didasarkan atas
Brantas. kemampuan lahan dan telah diimplementasikan
Pengaruh perbedaan batuan terhadap aliran dengan dikembangkannya sempadan sungai di
sungai juga ditunjukkan pada lokasi perbatasan Belakang Balai Kota Malang sebagaimana
antara batuan vulkan yang berasal dari Gunung rekomendasi yang diberikan.
Lawu dengan batuan alluvium.Pada perbatasan ini Penetapan kriteria tunggal untuk sempadan
terjadi penggabungan cabang-cabang dari anak penyangga sebagaimana dilakukan Sunarhadi dkk
sungai mengumpul menjadi satu.Percabangan sungai (2001) ini tidak dapat dipergunakan di Kabupaten
yang dipengaruhi oleh perbatasan batuan ini adalah Sukoharjo.Merujuk pada hasil analisis jaringan
sungai-sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai terhadap kesan topografis dan kemampuan
Samin.Sungai utama DAS Samin, yaitu Kali Samin, lahan maka penelitian ini menunjukkan bahwa pada
mengalir pada bagian utara Kecamatan daerah datar dengan kondisi tanah alluvium dialiri
Polokarto.Kali Poncol yang merupakan Sub dari dengan sungai-sungai yang relatif lebih
DAS Samin yang semula memiliki anak sungai lebar.Semakin lebar penampang sungai maka
sebanyak tiga anak sungai kemudian mengumpul semakin lebar pula sempadan sungai yang
menjadi satu aliran menuju ke Kali Samin. Hal yang diperlukan menjaga stabilitas dan akomodasi
sama juga terjadi pada anak sungai di Kali Junjang, terhadap dinamika sungai.
Kali Ngasinan, dan Kali Grenjeng. Pada sungai dengan kemampuan lahan I hingga
Perbedaan batuan pada formasi Mandalika V diarahkan untuk memperhatikan luasan DAS
dengan alluvium juga diikuti dengan penyatuan tangkapannya.Merujuk pada Peraturan Pemerintah
percabangan sungai yang pendek-pendek di Formasi Nomor 38 Tahun 2011maka sungai besar dengan
Mandalika menyatu ke dalam sungai yang mengalir tangkapan DAS besar (DAS besar) adalah yang
di Alluvium.Hal ini dialami anak sungai Kali Bulu memiliki daerah tangkapan lebih besar dari 500
dan Kali Gunting di Kecamatan Bulu serta Kali km2.Sungai dengan DAS tangkapan di bawah 500
Songo di Kecamatan Weru. km2 dikategorikan sebagai Sungai Kecil.Lebar
Formasi batuan yang ada di Kabupaten sempadan sungai di Kabupaten SUkoharjo terutama
Sukoharjo kemudian berkembang menjadi agregat diprioritaskan untuk penanganan banjir. Merujuk
material yang lebih kecil di permukaan bumi kepada Bentrup (2008) maka lebar sempadan sungai
menjadi lapisan-lapisan tanah yang terdiri atas tanah untuk kepentingan pengendalian banjir adalah sesuai
Aluvial, Grumosol, Latosol, Litosol, Mediteran, dan dengan dataran banjir yang terbentuk alami di kanan
Regosol. kiri sungai.
Berdasar pengukuran sampel sungai besar pada
4.2. Lebar Sempadan Sungai lahan dengan Kelas Kemampuan Lahan I sampai V,
dalam hal ini Sungai Bengawan Solo, lebar
Lebar sempadan sungai di Kabupaten sempadan penyangga ditetapkan 60 meter. Lebar
Sukoharjo ditetapkan atas dua kategori, yaitu total sempadan sungai besar adalah 66 meter.
sempadan mutlak dan sempadan penyangga.Lebar Lebar sempadan sungai kecil pada lahan Kelas
sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kumulasi Kemampuan Lahan I sampai V, menggunakan
lebar sempadan mutlak ditambah dengan lebar berdasar pengukuran DAS Ranjing, DAS Samin,
sempadan penyangga. dan DAS Jlantah, lebar sempadan penyangga adalah
Sempadan mutlak adalah sempadan sungai 35 meter. Lebar semapadan total untuk sungai kecil
yang membatasi jarak minimal penggunaan lahan adalah 41 meter.

Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 63


Sunarhadi et al., Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai

Lebar sempadan penyangga pada lahan dengan Bentrup, G. (2008). Conservation Buffers: design
Kelas Kemampuan Lahan VI sampai VIII ditetapkan guidelines for buffers, corridors, and
35 meter sehingga total lebar sempadannya adalah greenways. United States Department of
41 meter. Lebar sempadan ini hamper sama dengan Agriculture (USDA). Asheville, NC:
yang ditetapkan Sunarhadi dkk (2001) untuk Sungai Department of Agriculture, Forest Service,
Brantas yaitu 42 meter. Southern Research Station.
Budd, W. W., Cohen, P. L., Saunders, P. R., &
5. KESIMPULAN Steiner, F. R. (1987). Profile: stream corridor
management in the Pacific Northwest;
Kriteria yang diperlukan untuk penetapan lebar determination of stream corridor widhts.
sempadan sungai di Kabupaten Sukoharjo adalah Environmental Management, 587-597.
meliputi Kelas Kemampuan lahan dan Luas DAS Coughlin, R. E., Hammer, T., Dickert, T., &
Tangkapan. Sheldon, S. (1972). Precipitation and use of
Lebar sempadan sungai terdiri atas sempadan streams in suburban areas: effects of water
mutlak dan sempadan penyangga. Sempadan mutlak quality and of distance of residence to stream.
ditetapkan selebar 6 meter. Sempadan penyangga Philadelphia: Regional Science Research
ditetapkan: Institute.
a. 60 meter untuk sungai besar di lahan dengan McCormick, F. J. (1978). Position paper in support
Kelas Kemampuan Lahan I sampai V of a habitat preservation proposal. Office of
b. 35 meter untuk sungai besar di lahan dengan Biological Service. Washington: US Fish and
Kelas Kemampuan Lahan I sampai V Wildlife Service.
c. 35 meter untuk sungai di lahan dengan Kelas Setyowati, D. L. (2010, Juli). Hubungan Hujan dan
Kemampuan Lahan VI sampai VIII Limpasan pada Sub DAS Kecil Penggunaan
Lahan Hutan, Sawah, Kebun Campuran di DAS
6. SARAN Kreo. Forum Geografi, 14(1).
Sugandhy, A. (1999). Penataan Ruang dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
a. Pemanfaatan lahan di sepanjang kanan kiri
Gramedia.
sungai belum mengindahkan jarak aman Suharjo, & Noor Anna, A. (2006). Proses
terhadap dinamika sungai.
Geomorfologi Solo. Jakarta: DP2M Ditjen
b. Perlu adanya riset lanjutan dalam menyusun
DIKTI.
model pengelolaan sempadan sungai sehingga Sunarhadi, M. A. (1998). Interaksi Lingkungan Fisik
didapatkan pengelolaan sempadan yang
dan Kependudukan di Kabupaten Sukoharjo.
konservatif dan produktif dengan melibatkan
SKRIPSI, Universitas Muhammadiyah
masyarakat. Surakarta, Fakultas Geografi, Sukoharjo.
c. Perlu tindak lanjut untuk mengemnbangkan
Sunarhadi, M. A., Utami, S. R., & Sudarto. (2001,
model pendidikan lingkungan sungai.
Desember). Pengelolaan Sempadan Sungai
Brantas di Kota Malang, Jawa Timur.
7. DAFTAR PUSTAKA BIOSAIN, 1(3), 84-98.
Timbul. (1992). Pengkajian Faktor-faktor Geologi
Anna, A. N., Suharjo, & Cholil, M. (2009). Model dalam Penyusunan Tata Ruang Daerah
Pengelolaan Air Permukaan untuk Pencegahan Tangkapan Air Danau Toba. Bogor: Program
Daerah Banjir di Surakarta dan Sukoharjo, Pascasarjana IPB.
Jawa Tengah. Sukoharjo: Fakultas Geografi Utomo, W. H. (1994). Erosi dan Konservasi Tanah.
Unversitas Muhammadiyah Surakarta. Malang: IKIP Negeri Malang.
Averitt, S. E., & Patten, D. (1994). AN assessment William, M. (1990). Wetlands: A Threatened
of the Verde River corridor project in Arizona. Landscape. Cambridge: Basil Backwell
Landscape and Urban Planning, 28, 161-178.

64 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH FKIP UNS

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai