PENDAHULUAN
I. 1 Latar belakang
1
Berdasarkan sumber Direktorat Kesehatan Ibu tahun 2010-2013 bahwa
penyebab terbesar kematian Ibu selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu
perdarahan, sedangkan partus lama merupakan penyebab terendah kematian ibu.
2
Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada
multipara berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di AS resiko terjadinya placenta
previa meningkat 1,5 sampai 5 kali lipat pada wanita dengan riwayat SC (sectio
cesaria). Pada wanita dengan faktor kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun,
multipara, riwayat dilatasi dan kuretase, dan merokok akan meningkatkan resiko
terjadinya placenta previa (Miller, 2009).
Oleh karena angka kematian yang cukup tinggi dan juga kejadian yang
cukup sering akibat perdarahan antepartum khususnya plasenta previa, maka
penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai plasenta previa dari
faktor risiko, etiologi hingga upaya penatalaksanaannya.
II. 2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya plasenta previa serta
mengetahui penatalaksanaan gejala dan keluhan yang timbul pada wanita
dengan plasenta previa
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang plasenta previa pada kasus
b. Mengetahui terapi pada pasien dengan keluhan dan gejala plasenta
previa
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Sumber : http://www.womenshealthsection.com/content/obs/obs018.php3
2.2 Epidemiologi
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20%
termasuk dalam plasenta previa totalis. Insiden meningkat 20 kali pada grande
multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa
merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih
dahulu (Miller, 2009).
2.3 Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
5
pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) (. Martaadisoebrata,
2005).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium
uteri internum (. Martaadisoebrata, 2005).
6
Tabel 1. Hubungan frekuensi plasenta previa dengan umur ibu dan paritasnya di
PRIMIGRAVIDA MULTIGRAVIDA
UMUR
(%) (%)
2.4 Patofisiologi
Menurut DeCherney dan Nathan (2003), perdarahan pada plasenta
previa mungkin berhubungan dengan beberapa mekanisme sebagai berikut :
7
c. Ruptur vena desidua basalis
Darah yang keluar terutama berasal dari ibu, yakni dari ruangan
intervilosa. Akan tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus
8
atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka (Martaadisoebrata,
2005).
2. Bagian terendah anak masih tinggi karena plasenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul (Martaadisoebrata, 2005).
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta
previa lebih sering disertai kelainan letak (Martaadisoebrata, 2005).
5. Infeksi nifas
2.6 Diagnosa
9
digoyang atau terapung; Bila pemeriksa sudah cukup pengalaman
dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama
pada ibu yang kurus.
Inspekulo : Dengan pemeriksaan inspekulo dengan hati-hati dapat
diketahui asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina, varises
yang pecah atau lain-lain.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PDMO /
Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) karena dengan pemeriksaan
dalam, akan menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih deras.
Pemeriksaan penunjang :
Plasenta previa hampir selalu dapat didiagnosa dengan menggunakan
USG abdomen, yang 95% dapat dilakukan tiap saat.
10
merah segar. hilangnya denyut
jantung janin
* Uterus tegang dan
nyeri
* Perdarahan * Riwayat seksio *Syok atau takikardia Ruptur uteri
intraabdominal dan/atau sesarea *Adanya cairan bebas
vaginal *Partus lama atau intraabdominal
* Nyeri hebat sebelum kasep *Hilangnya gerak atau
perdarahan dan syok, yg *Disproporsi denyut jantung janin
kemudian hilang setelah kepala /fetopelvik *Bentuk uterus
terjadi regangan hebat pada *Kelainan abnormal atau
perut bawah (kondisi ini letak/presentasi konturnya tidak jelas.
tidak khas) *Persalinan * Nyeri raba/tekan
traumatik dinding perut dan
bagian2 janin mudah
dipalpasi
*Perdarahan berwarna * solusio plasenta * perdarahan gusi Gangguan
merah segar. * janin mati dalam * gambaran memar pembekuan
* Uji pembekuan darah rahim bawah kulit darah
tidak menunjukkan adanya * eklamsia * perdarahan dari
bekuan darah setelah 7 * emboli air tempat suntikan jarum
menit ketuban infus
* Rendahnya faktor
pembekuan darah,
fibrinogen, trombosit,
fragmentasi sel darah
2.8 Penanganan
11
dalam sebelumnya, sehingga masih cukup waktu untuk mengirimkan
penderita ke rumah sakit. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan
yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
infus atau tranfusi darah (Hanafiah, 2005).
12
dipertimbangkan dengan beratnya resiko perdarahan mayor. Kemungkinan
terjadi perdarahan berulang yang dapat mengakibatkan IUGR harus
dipertimbangkan. Sekitar 75% kasus plasenta previa diterminasi pada
umur kehamilan 37-38 minggu (Hanafi, 2005).
Dalam memilih waktu yang optimum untuk persalinan, dilakukan
tes maturasi janin meliputi penilaian surfaktan cairan amnion dan
pengukuran pertumbuhan janin dengan USG. Penderita dengan umur
kehamilan antara 24-34 minggu diberikan preparat tunggal betamethasone
(12 mg im 2x1) untuk meningkatkan maturasi paru janin. Berdasarkan
data evidence based medicine didapatkan pemakaian preparat ganda
steroid sebelum persalinan meningkatkan efek samping yang berbahaya
bagi ibu dan bayi (Hanafi, 2005).
13
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penanganan plasenta
previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut :
Pemecahan ketuban
Versi Braxton Hicks
Cunam Willet-Gauss
Pemecahan selaput ketuban merupakan cara pilihan untuk
melangsungkan persalinan pervaginam, karena (1) bagian terbawah janin
akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah; dan (2) bagian
plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah
uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut
dapat dihindarkan (Wiknjosastro,2005).
Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil menghentikan
perdarahan, maka dapat dilakukan pemasangan cunam Willet dan versi
Braxton-Hicks. Dalam dunia kebidanan kedua cara ini telah ditinggalkan
karena seksio sesaria dinilai lebih aman bagi ibu dan janin. Akan tetapi
14
pada keadaan darurat cara ini masih dilakukan sebagai pertolongan
pertama untuk mengatasi perdarahan yang banyak atau apabila seksio
sesaria tidak mungkin dilakukan (Wiknjosastro, 2005).
15
Pada kasus yang terbengkalai dengan anemia berat karena
perdarahan atau infeksi intrauteri, baik persalinan pervaginam maupun
seksio sesaria sama-sama tidak aman bagi ibu dan janin. Akan tetapi
dengan bantuan transfusi darah dan antibiotik yang adekuat, seksio sesaria
masih lebih aman dibanding persalinan pervaginam untuk semua kasus
plasenta previa totalis dan kebanyakan kasus plasenta previa parsialis.
Seksio sesaria pada multigravida yang telah mempunyai anak hidup cukup
banyak dapat dipertimbangkan dilanjutkan dengan histerektomi untuk
menghindari terjadinya perdarahan postpartum yang sangat mungkin akan
terjadi, atau sekurang-kurangnya dipertimbangkan dilanjutkan dengan
sterilisasi untuk menghindari kehamilan berikutnya (Hanafiah 2004).
16
Bagan penanganan Plasenta Previa
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa,
adalah :
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
2.10 Prognosis
17
peranan utama. Dengan persalinan seksio sesarea, fasilitas transfusi darah, dan
metode anestesi yang benar kematian ibu dapat diturunkan sampai kurang dari
1%. Sedang kematian perinatal yang dihubungkan dengan plasenta previa sekitar
10% (Peedicayil, 1992).
18
BAB III
KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Asuransi : SKTM DP
III.2 ANAMNESIS
B. Keluhan tambahan :
19
dari kemaluan. Pasien belum pernah mengalami perdarahan seperti ini
sebelumnya. Pasien melakukan ANC di bidan hanya 1x selama
kehamilan ini dan belum pernah USG.
F. Riwayat Persalinan :
Laki-laki, usia 7 tahun, spontan, bidan, 3700 gr
Hamil ini
G. Riwayat KB :-
I. Riwayat ANC :
Kontrol bidan 1x selama kehamilan, tidak rutin.
J. Kebiasaan Hidup :
Merokok (-), Alkohol (-), minum obat & jamu (-)
TB : 155cm BB : 63kg
20
Tanda Vital : TD : 160 / 100 mmHg
N : 84 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36,7 C
THT : DBN
Leher : DBN
Thorax :
B. STATUS OBSTETRIK
Inspeksi : Perut tampak membesar asimetris, striae gravidarum (+),
luka bekas SC (-)
Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px xyphoideus, teraba satu satu bagian besar,
lunak, bokong
Leopold II : Kanan : teraba bagian kecil janin
Kiri : teraba bagian keras melebar
21
Leopold IV : belum masuk PAP
His : (-)
Auskultasi : DJJ (+) 150 x/ menit
ANOGENITAL
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hematologi tanggal 24-08-16
Ht 29,0 % 37.0-43.0
Gol. Darah A+
Anti HIV -
HbsAg -
22
III.5 DIAGNOSIS BANDING
Solusio Plasenta
III. 6 PENATALAKSANAAN
Observasi
Ivfd RL
Asam traneksamat inj 3 x 500mg
Dexametason inj 2 x 2 ampul
Hystolan 3 x tab
III. 7 PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad Bonam
Janin : Dubia ad Bonam
23
Follow up
Tgl S O A P
St. obstetri :
Abdo:
Tanggal S O A P
S : afebris Hystolan 3 x
1/2tab
P : 20 x/mnt
St. obstetri :
Abdo:
Perut membesar
asimetris, TFU 3 JBPx
24
Tanggal S O A P
Perut tampak
membesar asimetris
TFU 3 jari bawah px
xyphoideus
25
BAB IV
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
V.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
DeCherney, AH; Nathan, L. 2003. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment. Ninth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
27