Resume Perkembangan, Pemerolehan, Dan Pembelajaran Bahasa Anak
Resume Perkembangan, Pemerolehan, Dan Pembelajaran Bahasa Anak
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya,
terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar)
dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris
tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak
ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun
pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti
menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari
bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari
lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda
itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya
terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran,
sebagai hasil pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat
kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik,
menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda.
Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan
ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk
memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
Fase ini merupakan slasa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil
dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga
subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase
berpikir secara intuitif.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.
Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun
rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah
dapat menggambar manusia secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi
pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk
memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak
pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah
egosentris.
Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase
berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui
sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya
tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi
rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis
tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara
berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses
berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan
kebenaran hipotesis.
a. Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu
menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan,
rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak
artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
b. Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu
menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
c. Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam
pertuturannya.
d. Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur
dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih
baik.
Pada tahap-tahap di atas secara implisit berkembang pula pengetahuan anak tentang
subsistem-subsistem bahasa seperti fonologi, gramatika, semantik, dan pragmatik.
Pada tahap ini anak mulai aktif tidak sepasif sewaktu berada pada tahap meraban
pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan
mengangkat benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan
karena mereka mulai aktif memulai komunikasi.
c. Tahap Linguistik
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa
orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa menyerupai
ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini kelima tahapan yaitu:
Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu
berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat
mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun. Pada tahap ini
gerakan fisik seperti menyentuh, menunjuk, mengangkat benda dikombinasikan
dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata pertama yang dipergunakan
bertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam
lingkungannya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan,
pertanyaan, dan lain-lain. Adapun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objek
atau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata pertama yang
biasanya dikuasai anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau maem (makan),
mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur).
Tahap linguistik kedua ini biasanya menjelang hari ulang tahun kedua. Pada usia
sekitar 2-3 tahun. Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali
mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat, misal: mama masak, adik
minum, papa pigi (ayah pergi). Ketrampilan anak pada akhir tahap ini makin luar
biasa. Komunikasi yang ingin disampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata
yang digunakan untuk itu sama seperti perkembangan awal yaitu: sini, sana, lihat, itu,
ini, lagi, mau dan minta.
Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yang
memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yang
melambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada tahap ini makin luar biasa.
Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun-5 tahun.
Sebenarnya perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Umumnya pada
tahap ini anak sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan aktif memulai
percakapan.
Tahap perkembangan bahasa anak yang cepat ini biasanya dialami anak yang sudah
berumur oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak
sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih
rumit, misal, kalimat majemuk sederhana, seperti dibawah ini:
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai
kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang
perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya
dan telah memiliki kompentensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara
memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus
berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan. Selama periode ini,
anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini
dimungkinkan setelah anak-anak menguasi bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak
pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis.
Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya pemerolehan
bahasa tulis atu written language acquisition. Bahasa yang diperoleh dalam hal ini
adalah bahasa yang ditulis oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru tau
penulis. Jadi anak mulai mengenal media lain pemerolehan bahasa yaitu tulisan,
selain pemerolehan bahasa lisan pada masa awal kehidupannya.
Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu
biologis, kognitif dan lingkungan. Faktor biologis adalah salah satu landasan
perkembangan bahasa untuk membentuk manusia menjadi seorang manusia linguistik.
Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah
anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang
penting untuk belajar bahasa. Faktor kognitif individu merupakan satu hal yang tidak bisa
dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa
kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya (Piaget,1954 dalam
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/psikologi-perkembangan-kognisi-dan-bahasa). Tahap
awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir-2 tahun, pada masa itu anak
mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi
mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya.
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk
(1989) dalam http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/psikologi-perkembangan-kognisi-dan-
bahasa , dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
a. Fonologi (phonology)
b. Semantik (semantic)
c. Tata bahasa (grammar)
d. Pragmatic (pragmatics)
a. Fonologi
Individu memahami dan menghasilkan bunyi bahasa, Jika kita pernah mengunjungi
daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan
kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu cepat dan
sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain. Sebaliknya, orang
asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena
tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang
memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah
perkembangan fonologi.
b. Semantik
Merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang
ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-
anak memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif
tentang perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai
sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam
konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan
kemudian menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
c. Tata Bahasa
Penguasaan kosa kata adalah salah satu cara untuk berkomunikasi. Pengetahuan tata
bahasa meliputi dua aspek utama.
2. Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus,
pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.
d. Pragmatik
Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk (1998) dalam Faisal
dkk (2009:2-4) adalah :
a. Berlangsung dalam situasi formal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban dan di
luar sekolah;
b. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal dilembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus;
c. Dilakukan tanpa sadar atau spontan; dan
d. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna
bagi anak.
2. PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA DAN KEDUA
Gracia (http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-
bahasa-kedua/) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan
mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari
ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis).
Lenneberg salah seorang ahli teori bahasa yang sangat terkenal (1969) (dalam
http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa-
kedua/), mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak
secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya
memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia
memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk
berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia, bukti yang memperkuat
pendapatnya itu antara lain:
1. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan
fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat
perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.
2. Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa
anak.
3. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain.
4. Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan
sintaksis yang universal.
Berbagai penelitian menemukan ada berbagai ragam peniruan atau imitasi seperti:
Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara strategi
produksi ujaran (ucapan) dengan responsisi. Dengan strategi ini anak-anak
dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah ujaran dan lihatlah bagaimana orang lain
memberi responsi. Stategi produktif bersifat sosial dalam pengertian bahwa strategi
tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan sementara itu bersifat
kognitif juga. Hal itu dapat memberikan umpan balik kepada pelajar mengenai
ekspresinya sendiri terhadap makna dan juga memberinya sampel yang lebih banyak,
yaitu sampel bahasa untuk digarap atau dikerjakan.
Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak
dikenalkan dengan pedoman. Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk
memikirkan serta menggunakan bahasa(hindarkan kekecualian, prinsip khusus;
seperti kata; berajar menjadi belajar).
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain
setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa
ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing.
Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Proses
belajar bahas pertama memiliki ciri-ciri:
1. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di
sekolah.
2. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah.
3. Lingkungan sekolah sangat menentukan.
4. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari bahasa pertama.
5. Waktu belajar terbatas.
6. Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikkan bahasa yang
dipelajari.
7. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
8. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat sehingga
proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9. Disediakan alat bantu belajar.
10. Ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
Perlu diingat bahwa strategi-strategi yang telah dikenal perlu dibagi ke dalam
komponen-komponennya.
Strategi kedua berpegang pada semboyan: gunakan apa saja atau segala sesuatu
yang penting, yang menonjol dan menarik hati Anda. Ada dua ciri yang kerap kali
penting dan menonjol bagi anak-anak kecil dan berharga bagi sejumlah kata-kata
pertama mereka yaitu objek-objek yang dapat membuat anak-anak aktif dan giat
(misalnya kunci, palu, kaos kaki, topi) dan objek-objek yang bergerak dan berubah
(seperti mobil, jam). Sifat-sifat atas ciri-ciri perseptual dapat bertindak sebagai butir-
butir atau titik-titik vokal bagi anak-anak (misalnya bayangan, ukuran, bunyi, rasa,
bentuk). Anak-anak memperhatikan objek-objek yang mewujudkan hal-hal yang
menarik hati ini; dan mereka memperhatikan cara menamai objek-objek itu dalam
masyarakat bahasa. Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa yang
memainkan peranan penting sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian
tertentu bagi seorang anak mungkin saja berbeda pada periode yang berbeda pada
setiap anak.
3. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Global artinya
secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali kepada murid
adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai
dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk mengingat-kan murid kepada kalimat
yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-
kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini dapat Anda lihat bahan ajar untuk MMP yang
menggunakan metode global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata;suku
c. Kata menjadi huruf-huruf.
ini mama
ini mama
i-ni ma ma
i-n-i m-a m-a
Darmiyat dan Budiasih. (1996). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Diaksesdari.http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=265/10/09/0
9/16.15/
Faisal dkk. (2009). Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Puspita, Linda. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Zuchdi, Darmiyati dan Budi Asih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas
rendah. Yogyakarta: PAS