TINJAUAN FILOSOFIS
KURIKULUM 2013
Muh. Hanif
STAIN Purwokerto
Jl. Jend. A. Yani 40A Purwokerto
E-mail: hanif.sltg@gmail.com
HP. 085857178830
Abstrak: Tulisan ini menelaah aspek filosofis pada kurikulum 2013. Secara
eksplisit kurikulum 2013 berdasarkan berbagai fondasi aliran filsafat dan aliran filsafat
pendidikan. Kurikulum 2013 mencoba mengakomodasi dan menggabungkan hal-
hal yang positif dari berbagai aliran filsafat dan aliran filsafat pendidikan. Namun bila
ditinjau secara lebih mendalam, kurikulum 2013 lebih mementingkan tersampaikannya
materi pelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditentukan
oleh para ahli secara sentralistis. Berdasarkan tinjauan mendalam tersebut, kurikulum
2013 lebih condong ke aliran filsafat idealisme, aliran filsafat pendidikan perrenialisme
dan esensialisme.
Kata kunci: filsafat, filosofis, kurikulum 2013.
Abstract: This paper examines the philosophical aspects of the 2013
Curriculum. Explicitly, 2013 Curriculum is based on a variety of foundation in schools
of philosophy and philosophical schools of education. 2013 Curriculum tries to
accommodate and incorporate the positive things from various schools of philosophy
and philosophical schools of education. Nevertheless, if we make a deeper view,
the 2013 curriculum more concerned with the receipt of the curriculum subject
by students include the knowledge, skills, and attitudes that are determined by
experts in a centralized way. Based on the in-depth review, the curriculum in 2013
are more inclined to idealism philosophical schools, perrenialism and essentialism
educational philosophy schools.
Keywords: philosophy, philosophical, curriculum, 2013.
Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut A.V. Kelly
ISSN 1410-0053 87
Muh. Hanif
(2009: 12) ada dua macam kurikulum, yaitu kurikulum formal dan
kurikulum informal ( hidden curriculum ). Kurikulum 2013 adalah
termasuk kurikulum formal atau resmi karena direncanakan, terjadwal
secara resmi, dan merupakan keputusan politik pemerintah repubik
Indonesia.
Kurikulum 2013 merupakan kebijakan pendidikan yang dikeluar-
kan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
Kebijakan ini didasarkan pada landasan yuridis yaitu Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah nomor
19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi (Kemendikbud, 2012:1).
Bila dibandingkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Kurikulum 2013 memiliki beberapa perbedaan. Pertama ,
pada KTSP Standar Isi (SI) ditentukan lebih dahulu, diikuti penentuan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL); sebaliknya pada kurikulum 2013
SKL ditentukan lebih dahulu, diikuti SI. Kedua, KTSP menekankan
pengetahuan, kurikulum 2013 menekankan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga,
pembelajaran tematik terpadu pada KTSP di kelas 1-3 SD, pada
kurikulum 2013 di kelas 1-6 SD. Keempat , mata pelajaran yang
diajarkan lebh banyak di KTSP daripada di kurikulum 2013. Kelima,
standar proses pada KTSP terdiri-dari eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi; sedangkan pada kurikulum 2013 standar proses terdiri
dari pendekatan ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Atas dasar alasan adanya banyak perbedaan antara kurikulum
2013 dengan KTSP, dan dilaksanakannya kurikulum 2013 secara
massif di Indonesia mendorong penulis untuk melakukan kajian filosofi
terhadap kurikulum 2013. Kurikulum adalah bagian dari ilmu pen-
didikan, sedangkan filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan
(mother of science). Agar kurikulum 2013 yang notabene bagian dari
disiplin ilmu pendidikan bisa dipahami secara lebih mendalam dan
dapat menghasilkan kebijakan ( wisdom ) perlu dikonsultasikan
terhadap filsafat.
ISSN 1410-0053 89
Muh. Hanif
ISSN 1410-0053 91
Muh. Hanif
dan metode riset sosial; ujian terhadap problem sosial, ekonomi, dan
politik; fokus pada tren dan isu sekarang dan yang akan datang, pada
sekala nasional dan internasional. Tren kurikulum yang terkait adalah
pendidikan internasional, rekonseptualisasi, dan kesetaraan kesem-
patan pendidikan (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
Kurikulum 2013
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-
cerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi
mengembangkan segenap potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga-
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum
haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini,
dan kehidupan bangsa di masa mendatang (Kemendikbud, 2012).
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah
suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka
mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui
pendidikan, berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau
diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,
masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman di mana peserta
didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi
pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan,
keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengem-
bangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara,
dan anggota umat manusia (Kemendikbud, 2012).
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan
kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang
mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten
pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar
bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat
kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkem-
bangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik
yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai
konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa
kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan
berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik,
dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan
sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan
bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keung-
gulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembang-
kan sebagai bagian dari kehidupan masa kini (Kemendikbud, 2012).
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan meng-
gunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah
menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai
warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang
dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu
diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggu-
nakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa ketika dia telah
menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian, sikap, ke-
terampilan, dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus
dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade
dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam
Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum
harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan di-
sesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masya-
rakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggung jawab di
masa mendatang (Kemendikbud, 2012).
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan
standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan ber-
dasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional
sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar
Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah
kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar
ISSN 1410-0053 93
Muh. Hanif
ISSN 1410-0053 95
Muh. Hanif
ISSN 1410-0053 97
Muh. Hanif
ISSN 1410-0053 99
Muh. Hanif
karya para pemikir, dan ilmuwan yang otoritatif yang disusun melalui
penelitian yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan. Karya
ilmiah yang dihasilkan oleh para ilmuwan yang otoritatif bisa menjadi
kebenaran yang relatif relevan dan dapat diterima dalam berbagai
rentang waktu yang berbeda dari zaman dulu sampai dengan sekarang.
Atas dasar pertimbangan karya-karya agung tersebut bagus dan relatif
relevan dalam berbagai zaman yang berbeda, guru di kelas cukup
menyampaikannya kepada para siswa secara expositori seperti melalui
ceramah. Berdasarakan alasan inilah, dalam pelaksanaan Kurikulum
2013 kedaulatan guru, dan satuan pendidikan seperti sekolah di-
kurangi kewenangan dan partisipasinya dalam mengkreasi dan
mengembangkan kurikulum. Kurikulum 2013 ditentukan oleh
pemerintah pusat, sekolah tinggal melaksanakannya.
Menurut Kurikulum 2013, pemikiran abstrak adalah bentuk yang
paling sempurna. Penekanan kurikulum didasarkan pada pengetahuan,
mata pelajaran, pengetahuan klasik dan pengetahuan umum, hirarki
mata pelajaran; filsafat, teologi, dan matematika adalah yang paling
penting dibandingkan dengan mata pelajaran atau bidang studi lain.
Materi mata pelajaran sudah menjadi produk jadi yang dirumuskan
oleh para ahli. Tugas guru tinggal menyampaikan mata pelajaran yang
sudah jadi tersebut tanpa mengubahnya sedikitpun.
Kemudian, menurut aliran filsafat pendidikan perenialisme, tujuan
pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran adalah untuk memproses
peserta didik menjadi orang yang rasional dan memiliki kapasitas
intelektual yang memadai. Pengetahuan yang menjadi muatan proses
pendidikan dan pembelajaran adalah pengetahuan warisan dari ge-
nerasi terdahulu, studi yang permanen dan pengetahuan yang selalu
relevan pada segala zaman. Guru berperan dan bertugas membimbing
para siswa agar dapat berpikir secara rasional. Secara metodologis,
ragam metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi
pelajaran antara lain: menggunakan metode Sokrates, guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran; melalui ceramah lisan, guru sebagai
tutor atau narasumber dalam pembelajaran; pengajaran nilai tradisional
secara eksplisit, guru menjadi model atau suri tauladan dalam pem-
belajaran. Concern utama kurikulum adalah mata pelajaran klasik,
analisis literal, dan kurikulum konstan. Kecenderungan utama ku-
Kesimpulan
Walaupun secara eksplisit Kurikulum 2013 didasarkan pada berba-
gai aliran filsafat secara eklektik, namun menurut penulis, Kurikulum
2013 lebih condong berdasarkan filsafat idealisme, filsafat pendidikan
perenialisme, dan esensialisme. Sebagai konsekuensinya, transfer
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari guru lebih penting daripada
pengembangan inisiatif siswa dalam belajar.
Daftar Pustaka
Kelly, A.V. 2009. The Curriculum Theory and Practice. Los Angeles: Sage
Publication.
Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud, 2013a).
Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar, Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah
Aliyah (MA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan /Kemendikbud,
2013c).
Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/
Madrasah Tsanawiyah (MTs, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/
Kemendikbud, 2013b).
McNeil, John D. 1990. Curriculum A Comprehensive Introduction. London:
Scott.
Ornstein, Allan C. and Francois P. Hunkins. TT.Curricullum, Foundations,
Principles, and Issues. Boston: Pearson.
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Schiro, Michael Stephen. 2013. Curriculum Theory Conflicting Visions and
Enduring Concerns. Los Angeles: Sage Publication.