Anda di halaman 1dari 29

SISTEM PERKEMIHAN

ANALISIS JURNAL ISK

Dosen: Argitya Righo. SKep., Ners.


Disusun oleh Kelompok 3
1. Hany Luqianie:I1032141004 9. Yolanda Yuniati : I1032141035
2. Suci Ramadhanty : I1032141005 10. Ananda Maharani P I1032141037
3. Deska Kurnia S : I1032141018 11. Siti Annisa NH:I1032141041
4. Irenius Efferen : I1032141019 12. Eka Putri F:I1032141042
5. Teguh Ayatullah : I103214124 13. Delima Ritonga : I1032141044
6. Agung Triputra : I1032141028 14. Eni Sartika:I1032141047
7. Destura : I1032141030 15. Riri Fitri Sari : I1032141048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien pada Dialisis Ginjal Sistem
Perkemihan ini disusun untuk memenuhi tugasmata kuliah Sistem Perkemihan
kelompok 3 PSIK APK mahasiswa keperawatan UNTAN
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Argitya Righo.,S. Kep selaku dosen mata kuliah sistem perkemihan.
2. Herman M.Kep., Ners selaku dosen yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah
ini pasti ada. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa
maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna
untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pontianak, 24 September 2016

Peny
usun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................5

2.1 Definisi........................................................................................................................5

2.2 Etiologi........................................................................................................................5

2.3 Klasifikasi....................................................................................................................5

2.4 Patofisiologi.................................................................................................................7

2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................................8

2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................8

2.7 Penatalaksaan..............................................................................................................9

2.8 Pencegahan..................................................................................................................9

BAB III ANALISIS JURNAL.................................................................................................11

3.1 Terapi Antibiotik Siprofloksasin dan Ofloksasin.......................................................11

3.2 Herbal........................................................................................................................12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu dari tiga indeks pembangunan manusia
(IPM). yang artinya kesehatan merupakan kebutuhan yang harus mendapat
perhatian serius. Dengan sehat setiap orang mampu produktif dan dapat
membangun diantaranya ekonomi, membangun pendidikannya, dan sebagainya.
Oleh karena itulah pelayanan kesehatan (Yankes) harus ditingkatkan dan
didekatkan kepada masyarakat agar mudah diakses. Apalagi pemenuhan kesehatan
ini menjadi hak mendasar setiap warga yang dilindung konstitusi (Suranto, 2015).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan menumbuhkan
perkembangan keterampilan keperawatan sebagai profesi. Perawat sebagai tenaga
kesehatan tidak terlepas dari pengaruh adanya peningkatan tuntutan dari
masyarakat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, Pendidikan dan pengembangan keperawatan `perlu
diarahkan untuk dapat menghasilkan perawat yang memiliki ilmu pengetahuan
atau ilmu keperawatan yang mendalam dan menguasai metode ilmiah, serta
menerapkannya dalam asuhan keperawatan pada klien, baik sebagai individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat tertentu (Sochilin, 2013)
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.
Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-
laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (Milagros. 2012).
Sakit sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi
dalam hidup kita. Sebagian besar tidak berbahaya karena hanya disebabkan
menahan kencing atau minum air terlalu sedikit, sehingga kencing berwarna pekat
dan merangsang. Namun, bila sakit terjadi karena infeksi oleh kuman, maka harus
diobati karena dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan. Selain itu,
infeksi juga dapat menjalar ke ginjal atau organ lainnya (Milagros. 2012)

1
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.
Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-
laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Milagros. 2012)
Infeksi kandung kemih terjadi ketika ada bakteri atau Mikroorganisme
lainnya, melekat pada pembukaan uretra dan berkembang biak. Uretra adalah
saluran yang menghubungkan kandung kemih ke saluran luar pembuangan air
seni. Dan karena pria memiliki uretra lebih panjang daripada wanita, bakteri dan
mikroorganisme lainnya lebih sulit menjangkau kandung kemih dan menyebabkan
Infeksi Kandung Kemih (Dephi, 2014).
Infeksi ini umumnya memang terjadi pada wanita. Namun bukan berarti
pria tidak pernah terjadi gejala penyakit ini. Hal ini dikarenakan, berdasarkan
fakta infeksi saluran kemih terjadi pada pria. Gejala awal Infeksi Saluran Kemih
adalah urin yang dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu buang
air kecil namun hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa terbakar
atau sakit pada saluran urin saat buang air kecil (Dephi, 2014).
Gejala infeksi saluran kemih akut dan gejala infeksi saluran kemih kronis
memiliki persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang yang ringan.
Pada umumnya gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun
waktu jangka panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada urine
atau eritrosit. Pada pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat infeksi
saluran kemih akut, batu ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau faktor
lainnya. Oleh karena itu,harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut (Dephi,
2014).
Infeksi saluran kemih juga merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari
anak-anak atau remaja dan kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan 3,3%
laki-laki pada satu tahun pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi refluks
vesika urinari yang mana memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak - anak
dengan infeksi saluran kemih yang dapat menjelaskan resiko untuk infeksi
berulang dan pembentukan jaringan parut pada ginjal (Sochilin, 2013).

2
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita
infeksi saluran kemih. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1%
meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimptomatik meningkat mencapai 30% baik laki-laki ataupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
polikistik, nekrosis papiler, Diabetes mellitus paska transplantasi ginjal, nefropati
analgesik, sickle cell desease, hubungan seksual, kateterisasi, dan lain (Sochilin,
2013).
Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih,
menyebabkan seseorang bergantung kepada keluarganya. Waktu dan biaya yang
dibutuhkan untuk merawat sesorang dengan penyakit infeksi tidak lah sedikit
sehingga menimbulkan masalah ekonomi pada keluarga. Keluarga menjadi
merasa bersalah, frustasi, cemas dan depresi terhadap penyakit yang diderita oleh
anggota keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu kebersamaan
dengan anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah defisit
interaksi pada setiap anggota keluarga (Sochilin, 2013).
Infeksi saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya
usia. Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul
dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka
kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2%
sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. (Sochilin,
2013).
Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara
berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sementara itu Penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih
diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.
Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi,
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita

3
ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau
sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes Ri, 2014). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Propinsi Aceh angka kejadian Infeksi Saluran Kemih sekitar
1.264 kasus yang dilaporkan dan diperkirakan masih banyak kejadian Infeksi
Saluran Kemih di Provinsi Aceh yang tidak terlaporkan (Ramadhan, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi Infeksi Saluran Kemih ?
2) Apa etiologi Infeksi Saluran Kemih ?
3) Apa klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ?
4) Bagaimana patofisiologi Infeksi Saluran Kemih ?
5) Bagaimana manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih ?
6) Apa pemeriksaan penunjang Infeksi Saluran Kemih ?
7) Bagaimana penatalaksaan Infeksi Saluran Kemih ?
8) Apa pencegahan Infeksi Saluran Kemih ?
9) Apa komplikasi Infeksi Saluran Kemih ?
10) Bagaimana pathway Infeksi Saluran Kemih ?
11) Bagaimana hasil analisis jurnal dengan metode analisis PICO

1.3 Tujuan Penulisan


1)Mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih
2)Mengetahui etiologi Infeksi Saluran Kemih
3)Mengetahui klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
4)Mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
5)Mengetahui manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih
6)Mengetahui pemeriksaan penunjang Infeksi Saluran Kemih
7)Mengetahui Bagaimana penatalaksaan Infeksi Saluran Kemih
8)Mengetahui pencegahan Infeksi Saluran Kemih
9) Mengetahui komplikasi Infeksi Saluran Kemih
10. Mengetahui pathway Infeksi Saluran Kemih
11. Mengetahui hasil analisis jurnal dengan metode analisis PICO

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi

4
saluran kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari semua umur, dan
dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi dari
pada pria (Sudoyo Aru et al., 2009).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan (yaitu
infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml)
yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses ginjal) atau
bagian bawah (sistitis), atau keduanya. (Borley, 2006)

2.2 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti: Usia, gender, prevalensi
bakteriuria dan factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme yang
menyebabkan ISK, antara lain:

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


- Esherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple)
- Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated
- Enterobacter, straphyloccoccus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun.
- Nutrisi yang sering kurang baik.
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humonal.
- Adanya hambatan pada aliran urin.
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat (Sudoyo Aru et al.,
2009).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut organ:
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

5
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum.
3. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua
ginjal.
Klasifikasi menurut letaknya:
1. Isk bawah
- perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih di sertai
bakteriuria bermakna)
- sindrom uretra akut ( SUA): presentasi klinis sistitis tanpa di temukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis
- laki-laki (sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis)
2. Isk atas
- Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang di
sebabkan infeksi bakteri.
- Pielonefritis kronis (PNK): Kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut, di bedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi
pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
2. ISK complicated, sering menimbulkan banyak masalah karena sering
kali kuman penyebab sulit di berantas, kuman penyebab sering resisten
terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis
dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut
- Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex visiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.

6
- Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
- Gangguan daya tahan tubuh
- Infeksi yang di sebabkan karena organisme virulen seperti prosteus
spp. yang memproduksi urease (Nurarif & Hardhi, 2015).

2.4 Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur
utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan
urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu sering terjadi pada pasien yang system
imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

2.5 Manifestasi Klinis


Anyang-anyang atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
Warna air seni kental/ pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
Nyeri pada pinggang.

7
Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal ( diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret
anoreksia,problem minum dan sianosis (kebiruan)
Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol,
anyang anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat (Nurarif
& Hardhi, 2015).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk
mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui
kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.
Pemeriksaan pada urin meliputi; Pemeriksaan Makroskopik, Pemeriksaan
Mikroskopik Dan Pemeriksaan Kimia Urin.
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan makroskopik urin adalah
volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
3. Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan
dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan
sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit.

8
2.7 Penatalaksaan
1. Non farmakologi
Istirahat
Diet: perbanyak vitamin A dan Cuntuk mempertahankan epitel
saluran kemih
2. Farmakologi
Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum dapat diberikan
antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kontrimoxsazol,
trimetoprin, fluoroquinnolon, amoksisiklin, doksisiklin,aminoglikosid.
Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida
Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau
sefalosporin (Nurarif & Hardhi, 2015).

2.8 Pencegahan
1. Perbanyak minum air putih (8/10 gelas/ hari)
2. Mengkonsumsi vit C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah
bakteri dalam urin
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol, makanan yang berempah karena
semua makanan ini dapat mengiritasi kandung kemih
4. Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol berisi air
panas pada bagian abdomen untuk mengurangi rasa tegang pada kandung
kemih
5. Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul
6. Cucilah alat kelamin sebelum dan sesudah behubungan kelamin
7. Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genitalia sebelum
dan sekurang-kurangnya sekali sehari
8. Jika memakai kateter lakukan pengantian atau cek ke dokter dengan
teratur
9. Untuk wanita:
Kenali faktor penyebab/gejala-gejala yang menimbulkan ISK
Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang(anus) agar bakteri
tidak berimigrasi dari anus kevagina atau uretra
Cuci setelah melakukan senggama diikuti dengan terapi antimikrobial
Jika hamil segera periksakan kedokter untuk mendapatkan perawatan
segera mungkin
Ganti pembalut

9
Hindari pemakaian celana ketat
Hindari penggunaan parfum, deodorant, atau produk kebersihan
wanita lainnya pada bagian kelamin karena dapat berpontensi
mengiritasi uretra (Nurarif & Hardhi, 2015).

2.9 Komplikasi

Bakteremia dan syok septik.


Abses ginjal, perinefrik, dan metastasi
Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/kronis
Pielonefritis kronis dari xantogranulomatosa (Borley, 2006)

PATHWAY

10
Patofisiolog (Nanda Nic-Noc,2015)

Akumulasi etiologi
dan factor resiko
(infeksi Makanan
mikroorganisme, Jaringan perut total
terkontaminasi
penggunaan steroid tersumbat
mikroorganisme
dalam jangka panjang, masuk lewat mulut
usia lanjut, anomaly
saluran kemih, cidera
uretra, riwayat isk) HCL
(Lambung)
Hidup Tidak Hidup

Usus terutama
pleg player Resiko Peningkatan
infeksi tekanan VU
Kuman Mati
mengeluarkan Penebalan
endotoksin dinding VU

BAB III
Bakterimia Difagosit Kontraksi otot
primer VU
Procesia pada
Tidak difagosit kulit dan tidak Kesulitan
hipertermi berkemih
Bakterimia
sekunder Pembuluh darah
Retensi urin
kapiler

Hipotalamus Ureter Reinteraksi


abdominal
Iritasi ureteral Obstruksi
Menekan
termoreguler BAB IIIeliminasi
Gangguan
Oliguria Mual muntah
Hipertermi

Peradangan Kekurangan
volume cairan
Depresi saraf perifer
Peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi
uretral Nyeri 11
Intervensi
1. Resiko infeksi
- instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
- Ajarkn pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- anjarkan cara menghindari infeksi
- laporkan kecurigaan infeksi
2. Retensi urin
- monitor intake dan output
- instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urin
- monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan baud an
konstitensi urin)
3. Hipertermi
- Monitor suhu sesering mungkin
- monitor IWL
- monitor warna dan suhu kulit
- monitor tekanan darah , nadi dan RR
- monitor tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
4. Gangguan eliminasi urin
- lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontensial
(misalnya. Output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah
kencing praeksisten)
- memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau
propeltikalpa agonis
- memonitor efek dari obat-obatan yang di resepkan , seperti calcium
canebloker dan antikolonergik
5. kekurangan volume cairan
- mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
- Monitor status hidrasi ( Kelembaban membrane mukosa, nadi adekut,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
- monitor vital sign

12
6. Nyeri
- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokal,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presifitasi
- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri paien
- kaji kultur yang mempengaruh respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

13
BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 ANALISIS TERAPI ANTIBIOTIK


Problem
Kelompok sampel diambil dari 32 rekam medic dengan kriteria umur 20
tahun yang menggunakan terapi antibiotic secara purposive sampling selama
bulanJanuari Desember 2014.Pada pasien infeksi saluran kemih di Rs.
Islam Gorontalo.
Intervention:
Dari kelompok pengguna antibiotik siprofloksasin, didapatkan penilaian
klinis dan data labolatorium dengan hasil respon sembuh sebanyak 11 pasien
dengan presentase 69%, perbaikan 5 pasien dengan presentase 31% dan tidak
ada pasien yang tidak memberikan respon. Sedangkan untuk kelompok terapi
antibiotik ofloksasin diperoleh respon sembuh 8 pasien
denganpresentase50%, perbaikan 8 pasien dengan presentase 50% dan tidak
ada pasien yang tidak memberi respon.
Comparison:
Jurnal: Perbandingan Efektivitas Penggunaan Antibiotic Siprofloksasin Dan
Ofloksasin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Islam
Gorontalo. Hasil yang sama di peroleh dari penelitian Handayaningsih (2006)
dimana penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan pada
penatalaksanaan infeksi saluran kemih yang sesuai dengan standar uji terapi
adalah siprofloksasin (61,72%),Keterangan:Antibiotic Siprofloksasin Dan
Ofloksasin
Out Come:
Terapi siprofloksasin lebih efektif dengan respon klinis sembuh sebesar 69 %
dan perbaikan sebesar 31%.

14
3.2 ANALISIS TERAPI HERBAL DAUN KEMUNING

1. Uraian PICO ( Problem, Intervention, Comparison, Outcome)


Problem:
Penelitian pada bulan Maret Juni 2007 di laboratorium Kimia dan Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Intervention:
Untuk uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemuning(Murraya paniculata
(L.) Jack), ekstrak kental diencerkan dalam media hingga diperoleh ekstrak uji
dengan konsentrasi akhir 40, 35, 30, 25, 20, 10, 5 % b/v. Konsentrasi ekstrak 40 %
adalah 4 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 5 ml aquades dan ditambahkan ke
dalam media tabung uji yang berisi Mueller Hinton cair hingga volume akhir 10
ml. Penentuan daya hambat ekstrak uji dilakukan dengan metode pengenceran
menggunakan media Mueller Hinton cair. Biakan muda bakteri Escherichia coli
strain ATCC 25922 disuspensikan dan diencerkan dalam 5 ml larutan NaCl
fisiologis hingga didapatkan kekeruhan yang sama dengan Mc Farland 0,5.
Selanjutnya sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri ditanam ke dalam media tabung
yang berisi 0,5 ml Mueller Hinton cair dan 0,5 ml ekstrak dengan berbagai
konsentrasi. Sebagai kontrol positif digunakan 1 ml Mueller Hinton cair dan 0,1
ml suspensi bakteri. Sedangkan kontrol negatif adalah kontrol media yakni 1 ml
Mueller Hinton cair tanpa bakteri. Adapun kontrol ekstrakberisi 0,5 ml Mueller
Hinton cair tanpa bakteri ditambahkan 0,5 ml ekstrak hingga didapat konsentrasi
akhir 40 %. Sediaan uji dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali, kemudian
dimasukkan ke dalam inkubator suhu 37 C selama 19 jam dan dinilai jernih
tidaknya larutan sampel dibanding kontrol untuk menentukan kadar hambat
minimumnya.

Comparison:
- Dari hasil analisis secara KLT terhadap ekstrak etanol daun kemuning
dengan sinar UV 254 nm terdapat 6 bercak pada kromatogram dengan
harga Rf masing-masing 0,45; 0,58; 0,62; 0,67; 0,68; 0,70. Masing
masing bercak dapat terpisah dengan baik dan tidak terjadi penumpukan.
Ini menunjukkan bahwa larutan pengembang etil asetat dinilai sebagai
eluen yang baik dalam memisahkan senyawa- senyawa kimia yang

15
terkandung dalam ekstrak etanol daun kemuning (Murraya panicula (L.)
Jack).
- Dari uji yang dilakukan terbukti ekstrak etanol daun kemuning (Murraya
paniculata (L.) Jack) memiliki daya antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli . Hal ini dapat dilihat dari harga KHM (Kadar Hambat
Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) . KHM dan KBM
ditentukan dari harga konsentrasi akhir, yaitu konsentrasi setelah
penambahan suspensi bakteri sehingga terjadi pengenceran.
- Dari hasil analisis secara statistik dengan SPSS 15.0 for Windows untuk
variabel data jernih tidaknya media uji , terlihat bahwa terdapat perbedaan
bermakna (p < 0,05) pada tabung uji konsentrasi 40 %, 35% dan 30 %
dibandingkan kontrol positif. Kejernihan sudah tampak pada 2 tabung
sampel konsentrasi 25 %, namun dalam uji statistik tidak bermakna
(p>0,05 ) dimana nilai p = 0,451.
- Hasil penelitian menunjukan bahwa, profil kromatogram ekstrak etanol
daun kemuning didapatkan 6 bercak di bawah sinar UV panjang
gelombang 254 nm dengan warna biru gelap, biru, ungu, ungu jingga,
hijau dan coklat.
- Aktivitas ekstrak etanol daun kemuning terhadap Escherichia coli pada
analisis uji Tukey menunjukan daya hambat pada konsentrasi 30 % dan
daya bunuh pada konsentrasi 40 %.
- Dari hasil analisis data pertumbuhan bakteri pada media MacConkey,
ekstrak dengan konsentrasi 40% menunjukkan adanya efek bakterisid yang
bermakna secara statistik ( p < 0,05 ) dibandingkan kelompok kontrol
positif dimana nilai p = 0,000. Pada kadar 35 % sudah memperlihatkan
efek bakterisid namun tidak bermakna secara statistik ( p > 0,05 ), dimana
nilai p = 0,162. Dengan demikian ekstrak etanol daun kemuning (Murraya
paniculata (L.) Jack) mempunyai efek bakterisid terhadap Escherichia coli
dengan KBM 40% b/v.

Out Come:
Uji aktivitas antibakteri terbukti ekstrak etanol daun kemuning (Murraya
paniculata (L.) Jack mempunyai daya antibakteri terhadapEscherichia coli secara
in vitro.

16
Keuntungan

1. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung di tanaman Kemuning


(Murraya paniculata (L.) Jack) dilaporkan dalam beberapa karya ilmiah
mempunyai aktivitas biologi sebagai obat pemati rasa (anestesia),
penenang (sedatif) , penurun panas (antipiretik), dan antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.
2. Dari penelitian ini sudah menggunakan penelitian deskriptif dan
eksperimental dengan post test only control group design.
3. Penelitian sudah menjelaskan cara pembuatan ekstrak daun
kemuning.

Kerugian

1. Khasiat antibakteri terhadap bakteri lain belum pernah dibuktikan.


2. Penelitian tidak menjelaskan konsep teori
3. Penelitian ini belum dapat digunakan pada manusia
4. Penelitian tidak menjelaskan hasil penelitian terkait dehulu

JUSTIFIKASI

Menurut kelompok kami, mengenai jurnal Profil Kromatogram dan Aktifitas


Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya Paniculata(l) jack)
terhadap Bakteri Escherichia Coli secara in vitro tidak efektif untuk digunakan
pada pasien dengan infeksi saluran kemih, karena penelitian tersebut belum di
gunakan pada manusia sehingga kelompok menyimpulkan bahwa ekstrak daun
kemuning tidak efektif untuk digunakan.

3.3 ANALISIS TERAPI HERBAL DAUN SAMBILOTO


4. Problem
Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel
bebas adalah rebusan daun sambiloto dan produk herbal sambiloto. Sedangkan

17
variabel terikat adalah bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan
di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
dari Maret Desember 2014.
5. Intervention
Daun sambiloto yang digunakan diambil di Kelurahan Padang Besi,
Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang. Sedangkan produk herbal sambiloto
yang digunakan adalah produk yang dibeli di toko obat herbal. Ada dua macam
produk herbal sambiloto yang memiliki komposisi berbeda digunakan dalam
penelitian ini. Komposisi X adalah yang setiap kapsulnya mengandung
simplisia sambiloto dan komposisi Y adalah yang setiap kapsulnya
mengandung ekstrak yang setara dengan 2 gram simplisia Andrographis
paniculata. Sambiloto diekstrak dengan metode infusum. Kontrol yang
digunakan adalah amoksisilin. Alat yang digunakan adalah cawan petri, kertas
saring, pelobang kertas, lem, jarum ose, lampu spritus, tabung reaksi, lidi kapas
steril, pinset, otoklaf, inkubator, mistar, panci tanah liat, dan kain flanel. Bahan
penelitian adalah biakan murni Staphylococcus aureus, NaCl 0,9%, Alkohol
70%, Agar darah, Medium Mueller Hinton, Medium DST dan sambiloto.
6. Comparison
Jurnal: Efek Antibakteri dari Rebusan Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan Produk Herbal Sambiloto Terhadap Staphylococcus
Aureus. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada Tabel 1 terlihat bahwa
rebusan daun sambiloto(1), produk herbal sambiloto komposisi x (2), dan
produk herbal sambiloto komposisi y (3) tidak mempunyai efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus.
Keterangan: Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).

7. Out Come
Efek antibakteri dari rebusan daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
dan produk herbal sambiloto tidak mempunyai efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.

Justifikasi

18
Berbagai studi telah dilakukan, yang sebagian besar untuk mengetahui
komposisi, keamanan, khasiat, dan mekanisme kerja sambiloto. Di Indonesia,
sambiloto dipasarkan baik dalam sediaan tunggal atau gabungan dengan bahan
alami lain dalam bentuk tablet, yang masih tergolong sediaan jamu. Andrographis
paniculata memiliki berbagai efek salah satunya adalah efek antimikroba.
Antimikroba telah menyebabkan perubahan tidak hanya dalam pengobatan
penyakit infeksi tapi juga pada kelangsungan hidup manusia. Menurut
pengamatan, penyakit infeksi mungkin mendominasi dalam waktu dekat.
Emerging dan reemerging penyakit infeksi telah mengindikasikan sebuah
serangan balik dari penyakit infeksi. Infeksi dengan organisme yang resisten
terhadap obat kembali menjadi masalah penting dalam praktek klinis yang rumit
untuk dijelaskan. Jika pengobatan penyakit infeksi dilakukan menggunakan obat
yang telah resisten terhadap mikroba, maka hasil terapi tidak mencapai efek
yang menguntungkan dan dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk.
Andrographis paniculata telah dilaporkan menunjukkan efek antimikroba
terhadap berbagai organisme mikroba. Pengamatan efektivitas suatu antimikroba
selama ini biasanya dapat dilaksanakan melalui 2 metode, yaitu metode disc
diffusion dan metode serial dilution. Pengamatan efektivitas antimikroba pada
metode disc diffusion dilakukan dengan melihat zona hambat secara kasat mata,
sedangkan pada pengamatan efektivitas antimikroba pada metode serial dilution
dilakukan dengan prosedur penghitungan koloni bakteri menggunakan alat
bacteria counter. Metode serial dilution memungkinkan diketahuinya jumlah
koloni bakteri meskipun dengan metode disc diffusion secara kasat mata tidak
terlihat zona hambat terhadap populasi bakteri. Namun dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, efek antibakteri dari rebusan daun sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan produk herbal sambiloto tidak mempunyai efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus. Kemungkinan penyebabnya adalah karena
penelitian terdahulu menggunakan bakteri gram negatif di dalam penelitiannya,
seperti bakteri enteric (saluran pencernaan), sedangkan Staphylococcus aureus
merupakan bakteri gram positif. Ekstrak daun sambiloto telah diketahui efektif

19
menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri enteric (saluran pencernaan),
akan tetapi belum tentu efektif terhadap bakteri gram positif.

Kekurangan

Dari pembahasan diatas penelitian ini belum layak untuk dilakukan pada
pelayanan kesehatan, karena belum ada penelitian yang pasti mengenai
efektifistas penggunaan rebusan daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
dan produk herbal sambiloto sebagai antibakteria terhadap Staphylococcus aureus.
Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian lebih lanju.

Kelebihan

Dari penelitian ini kita dapat mengetahui pengobatan tradisional dengan


rebusan daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan produk herbal
sambiloto. Walaupun belum ada hasil yang pasti dari penelitian mengenai
efektifitas ramuan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tanaman ini dapat
digunakan dalam pengobatan tradisional.

20
21
Metode Keberhasilan Persentase

Terapi : - Respon klinis


sembuh 69%
Bisa
Antibiotik Siprofloksasin - Perbaikan kondisi
dan Ofloksasin 31%

22
Herbal :

1. Sambiloto Tidak bisa -

2. Kemuning Bisa - Kadar Hambat


Minimum (KHM) 30
% b/v
- Kadar Bunuh
Minimum (KBM) 40
% b/v.

23
DAFTAR PUSTAKA
Borley, P. A. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Dephi. 2014. Infeksi Kandung Kemih Juga Terjadi pada Pria. Di Unduh
dari http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/02/infeksi-kandung
kemih-juga-terjadi-pada_21.html. di akses tanggal 21 Januari 2016.

Dwi, kartika. (2007). PROFIL KROMATOGRAM DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI


EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING ( Murraya paniculata (L) Jack. )
TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO (Diakses
tanggal 25 september 2016)

Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta, EGC.

Milagros. (2012). Waspadai Sakit Saat Buang Air Kecil. Di unduh dari:
Http://milagros.co.id/?do=news. read&id= 95&offset=1. Di akses tanggal 19
Januari 2016.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Kperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Ed: Revisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Ramadhan A, (2015). Bahaya Infeksi Saluran Kemih.


http://ppniaceh.or.id/informasi/seminar/artikel/bahaya+infeksi+saluran+kemi
h. Diakses tanggal 29 Februari 2016

Safitri. N. (2013) Infeksi Saluran Kemih. Http://www.alodokter.com/infeksi-


saluran-kemih/gejala. Diakses tanggal 03 maret 2016

Sikumalay, Adrian et,al. (2016). Efek Antibakteri dari Rebusan Daun Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dan Produk Herbal Sambiloto Terhadap
StaphylococcusAureus.http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewF
ile/468/396 (diakses tanggal 25 september 2016 )

24
Sochilin,S. (2013). Waspada Infeksi Saluran Kemih. Di akses dari
http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/waspada.infeksi.saluran.kemih/
005/005/68. Di akses Pada Tanggal 20 Januari 2016.

Sudoyo, Aru et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3 Ed:4.
Jakarta: Internal Publishing.

Suranto, (2015). Kesehatan Merupakan Kebutuhan yang Harus Mendapat


Perhatian Serius.http://www.kabarcianjur.com/2015/10/suranto-kesehatan-

merupakan-kebutuhan.html . diakses tanggal 29 Februari 2016.

Yunus, Eka Septiyarini S. (2013). Perbandingan Efektifitas Penggunaan


Antibiotik dan Siprofloksasin dan Ofloksasin pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih di Rumah Sakit Islam Gorontalo. https://www.google.com/search?
q=PROFIL+KROMATOGRAM+DAN+AKTIVITAS+ANTIBAKTERI+EK
STRAK+ETANOL+DAUN+KEMUNING+%28+Murraya+paniculata+
%28L%29+Jack.+
%29+TERHADAP+BAKTERI+ESCHERPERBANDINGAN+EFEKTIVITA
S+PENGGUNAAN+ANTIBIOTIK+SIPROFLOKSASIN+DAN+OFLOKSA
SIN+PADA+PASIEN+INFEKSI+SALURAN+KEMIH+DI+RUMAH+SAKI
T+ISLAM+GORONTALOICHIA+COLI+SECARA+IN+VITRO&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b (diakses tanggal 24 september 2016)

25
26

Anda mungkin juga menyukai