Bakteri
Bakteri
Reproduksi Bakteri
Reproduksi bakteri secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara
vegetatif (aseksual) dan secara generatif (seksual). Reproduksi aseksual pada bakteri
dilakukan dengan 3 cara yang meliputi pertumbuhan tunas (bud), fragmentasi, dan
pembelahan biner. Sedangkan reproduksi seksual atau yang biasa disebut paraseksual
dilakukan melalui 3 cara yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. Mari kita
bahas satu per satu.
c. Pembelahan Biner
Pembelahan biner adalah cara yang paling umum ditemukan dalam proses
reproduksi bakteri. Kendati demikian, pembelahan biner lazimnya hanya terjadi
bila kondisi lingkungan sekitar dalam kondisi menguntungkan. Sel bakteri akan
membelah menjadi 2 sel anak yang memiliki ukuran dan ciri khas yang serupa.
Dalam proses pembelahan, akan terbentuk sebuah dinding lintas yang
memisahkan kromosom pada 2 sel anak. Setelah terpisah, sel anak akan tumbuh
dalam waktu 20 sampai 30 menit dan dapat mengulami proses pembelahan biner
untuk menghasilkan bakteri baru. Hal inilah yang menyebabkan proses reproduksi
bakteri dapat berlangsung sangat cepat terlebih jika tidak ada inhibitor di sekitar
lingkungannya.
b. Transduksi
Transduksi adalah perpindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lain
dengan bantuan bakteriofag atau virus menginfeksi bakteri. Proses transduksi
dalam reproduksi bakteri pertama kali dikemukakan pada tahun 1952 oleh Zinder
dan Lederberg.
c. Konjugasi
Konjugasi adalah perpindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lain
melalui jembatan sitoplasma. Bakteri pemberi materi genetik (DNA) disebut
bakteri donor. Bakteri ini memiliki tonjolan yang disebut pili. Organel tersebut
berfungsi sebagai alat yang mempermudah tubuh bakteri menempel dengan
bakteri penerima donor. Proses konjugasi dalam reproduksi bakteri pertama kali
dikemukakan pada tahun 1946 oleh Lederberg dan Tatum. Bakteri yang
melakukan konjugasi contohnya E. coli.
2. Bakteri Merugikan
Bakteri Bentuk Penyakit Tempat Infeksi
Clostridium Tetanus Basil Otot
Diplococcus pneumonia Pneumonia Kokus Paru-paru
Mycobacterium TBC Basil Paru-paru
tuberculosa
Jaringan tubuh
Mycobacterium leprae Lepra Kokus
(Kulit)
Neisseria gonorhoeae Gonorhoca Kokus/Basil Alat kelamin
Pasteurella pestis Pes Basil Kulit
Salmonella typhosa Tifus Basil Usus halus
Shigella dysentriae Disentri Basil Usus halus
Treponema pallidum Sipilis Spiral Alat kelamin
Vibrio comma Korela Koma Usus halus
Mycobacterium anthrax Antraks Basil Saluran napas
Corynebacteri diphteri Dipteri Basil Saluran napas
Gambar Bakteri pseudomonas aeruginosa dengan satu flagel di sisi ujung tubuhnya
2. Kelompok bakteri lofotrik Pada pengelompokan bakteri lofotrik ini, alat gerak
yang dimiliki jumlahnya lebih dari satu dan hanya terdapat di salah satu sisi tubuh
dari bakteri ini. Contohnya seperti pada bakteri pseudomonas fluorescens dimana
bakteri ini memiliki alat gerak lebih dari satu di salah satu sisi tubuhnya.
Gambar bakteri pseudomonas fluorescens dengan flagel lebih dari satu di salah
satu sisi tubuhnya
Gambar bakteri aquaspirillum serpens dengan flagel pada kedua sisi tubuhnya yang
berfungsi sebagai alat gerak
Perlu kita ketahui juga bahwa pengelompokan bakteri tidak hanya berdasarkan alat
geraknya saja, akan tetapi ada juga hal-hal lain yang digunakan sebagai acuan
pengelompokan bakteri seperti:
Berdasarkan cara bagaimana memperoleh makanan, yaitu heterotrof & juga
yang autotrof.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen maka dibedakan lagi menjadi bakteri
anaerob dan aerob.
Berdasarkan alat geraknya seperti yang sedang kita bahas saat ini, ada yang
memiliki alat gerak berupa flagel ada juga yang tidak berflagel (artrik).
Pengelompokan berdasarkan bentuknya ada yang berbentuk bola, batang, juga
spiral.