PENDAHULUAN
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan membuang
atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cidera (Corwin,
2009).Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar bagi
banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu fungsi setiap sistem organ
yang penting.
LANJUTIN BOSS :3
1.3. Tujuan
a. Mengetahui proses imunitas tubuh.
b. Mengetahui apa saja kelainan imunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Leukosit
Keadaan bentuk dan sifat dari leukosit berbeda dengan eritrosit, tidak
berwarna, bentuknya lebih besar dari eritrosit, dapat berubah ubah, dan bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia). Leukosit mempunyai bermacam
macam inti sel dan banyaknya antara 6000 9000 / mm3 dalam tubuh. Fungsi
utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
antigen (kuman, virus, dan toksin) dan dikerahkan ke tempat tempat infeksi
dengan jumlah berlipat ganda.
Pembentukan Leukosit
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
1.Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada
bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
Gambar 2.1. Kelenjar Timus
2. Sumsum Tulang
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang
merupakan jaringan limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan
diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau
limfosit B.
Gambar 2. 2. Sumsum Tulang Belakang
1. Tonsil
Gambar 2. 3. Tonsil
2.Nodus Limfa
Fungsi limpa :
1. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada
orang dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak.
2. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
3. Limpa juga menghasilkan limfosit.
4. Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan
trombosit.
5. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam
perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi. (10)
2. 6. Sistem Imunitas
D. Proses Imunitas Tubuh
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh non spesifik dan pertahanan tubuh
spesifik.
A. Pertahanan fisik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh
manusia antara lain adalah:
a) Kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena
sifatnya yang permeable terhadap infeksi berbagai organisme.
b) Asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan
pH kulit tetap rendah, sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak
mampu bertahan hidup dalam kondisi ini.
B. Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan mekanik antara lain adalah:
a. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan
lain-lain yang masuk hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan
bersin.
b. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih
untuk mengeluarkan benda tersebut.
c. Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih
untuk menetralkan.
d. Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.
C. Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:
a.Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung
bagi tubuh.
b.HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
c.Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
d.Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
2. Lapisan Kedua
A.Seluler
a) Natural Kiler : Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan
limfatik. Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus.
b) Sel fagosit : terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit
menghancurkan antigen dengan mekanisme fagositosis.
B.Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus.
Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya suatu
antigen. Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena
mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen
C. Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat terhadap suatu
kerusakan.
Fungsi inflamasi:
1.Membunuh antigen yang masuk.
2.Mencegah penyebaran infeksi.
3.Mempercepat proses penyembuhan
1. Kekebalan Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima
kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
1. Immunoglobulin M (IgM)
Atibodi pertama yang dibentuk oleh respons imun. Nama M berasal dari
macroglobulin yang merupakan imunologi terbesar. Sebagian besar sel B
mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen dan dibentuk
paling dahulu pada reseptor imun primer. IgM berfungsi sebagai reseptor
permukaan sel B sebagai tempat antigen melekat dan disekresikan pada awal
reseptor sel plasma.
2. Imunoglobulin G (IgG)
Berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak antigen seluler melalui
interaksi dalam sistem komplemen atau melalui efek sitolik killer cell. Jumlah
IgG sangat banyak di dalam darah dan dihasilkan dalam jumlah besar ketika
tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Bersama antibodi, IgG , dan IgM
bertanggung jawab pada sebagian besar respons imun spesifik terhadap
bakteri dan beberapa jenis virus.
3. Immunoglobulin E (IgE)
Disebut juga antibodi reagenik dan merupakan imun dengan jumlah yang
sedikit dalam serum, tetapi efeknya sangat efisien. IgE dibentuk setempat oleh
plasma dalam selaput lendir saluran napas dan saluran cerna. Jumlah IgE
tinggi ditemukan pada alergi dan infeksi cacing skistomisomiasis. Mediator
antibodi untuk respons alergi misalnya, hemoragik fever, asma, dan biduran.
4. Imunogobulin A (IgA)
Ditemukan dalam jumlah sedikit serum. IgA dalam serum maupun dalam
sekresi dapat menetralisir toksin dan virus, serta mencegah terjadinya kontak
antara toksin dan virus dengan sel alat sasaran. IgA dalam serum dapat
mengglutinasi dan mengganggu motilitas kuman sehingga memudahkan
fagositosis. IgA ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan
genital urinaria serta di dalam air susu dan air mata.
5. Immunoglobulin D (IgD)
Ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam sirkulasi karena IgD tidak
dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh proses
proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama dari sel B dari
diferensiasi yang lebih matang. IgD mempunyai aktivitas antibodi terhadap
antigen berbagai makanan dan auto antigen seperti komponen nucleus. IgD
ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen yang
diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada
antigen.
Pembentukan kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-
spesifik berhasil dilakukan.
a) Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
b) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil
pesannya oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
c) Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper
kepada sel B. Sel limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan
membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B:
a) Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik
apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
b) Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup selama 4-5 hari.
Serangan imun tidak sesuai : serangan imun spesifik yang tidak sesuai
dan menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh mencangkup hal hal
berikut ini.
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut serta terjadi
penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginvasi, terganggunya fungsi limfosit T dan B,
menurunnya fungsi sitem organ yang berkaitan seperti lambung, sel
kemih, jaringan paru, penipisan kulit, neuropati parifer, dan penurunan
sensibilitas sirkulasi.
2. Gender (jenis kelamin)
a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supressor).
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan
aktivitas sel sepresor.
c. Estrogen cenderung mengalahkan imunitas, sedangkan androgen
bersifat imunosupresif.
3. Nutrisi
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA
dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi
sel imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsur unsur renik (tembaga, besi,
mangan, selenium, dan zink) akan menyukresi fungsi imun.
4. Faktor psikoneuro imunologi
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmiter dan hormon hormon endokrin.
b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk
perilaku.
5. Kelainan organ lain
a. Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain, infeksi, dan kanker
dapat mengubah fungsi sistem imun.
b. Hilangnya jumlah serum dalam jumlah besar akan menimbulkan
deplesi (kehilangan) protein tubuh yang esensial termasuk
immunoglobulin stresor fisiologik dan psikologik. Stres karena
pembedahan atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan
kartisol dari korteks adrenal sehingga menyebabkan supresi respons
imun yang normal.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA