Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Patofisiologi mempelajari aspek dinamis proses penyakit. Ilmu ini


merupakan studi mengenai gangguan fungsi-mekanisme fisiologis yang terganggu
oleh penyakit yang terjadi dalam organisme hidup (Price & Wilson, 2006).
Patofisiologi memberikan hubungan dasar antara praktik praktik klinis dan
anatomis, fisiologi, serta biokimia termasuk didalamnya imunitas tubuh.

Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan membuang
atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cidera (Corwin,
2009).Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar bagi
banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu fungsi setiap sistem organ
yang penting.

LANJUTIN BOSS :3

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses imunitas tubuh ?
b. Apa saja kelainan imunitas ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui proses imunitas tubuh.
b. Mengetahui apa saja kelainan imunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Imun

Sistem Imun (bahasa Inggris:immune system) adalah system perlindungan


pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika system kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor,dan terhambatnya system ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker.

Leukosit

Keadaan bentuk dan sifat dari leukosit berbeda dengan eritrosit, tidak
berwarna, bentuknya lebih besar dari eritrosit, dapat berubah ubah, dan bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia). Leukosit mempunyai bermacam
macam inti sel dan banyaknya antara 6000 9000 / mm3 dalam tubuh. Fungsi
utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
antigen (kuman, virus, dan toksin) dan dikerahkan ke tempat tempat infeksi
dengan jumlah berlipat ganda.

Leukosit dapat bergerak dari pembuluh menuju jaringan, saluran limfe,


dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit bersama sistem makrogfag
jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli paru,
mikroglia otak, dan kalenjar getah bening melakukan fagositosis terhadap kuman
dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel, kuman atau virus dicerna dan
dihancurkan oleh enzim pencerna sel.

Jenis jenis leukosit adalah sebagai berikut :

1. Neutrophil polimorfonuklear 62,0 %


2. Eosinofil polimorfonuklear 2,3 %
3. Basofil polimorfunuklear 0,4 %
4. Monosit 5,3 %
5. Limfosit 30,0 %

Pembentukan Leukosit

Sel polimunuklear dan monosit normal dibentuk hanya dalam sumsum


tulang, sebaliknya limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ
limfogen termasuk kalenjar limfe, limpa, kalenjar timus, tonsil, dan sisa limfoid
yang dalam sumsum tulang khususnya granulosit disimpan dalam sumsum tulang
sampai sirkulasi, bila dibutuhkan akan dilepas.

B. Fungsi Sistem Imun

1. Pembentuk kekebalan tubuh.

2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.

3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.

4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

C. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Imun

Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik, karena


itu organ organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limfatik. Dibagi
menjadi dua, yaitu :

I. Organ limfatik primer

1.Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada
bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
Gambar 2.1. Kelenjar Timus

2. Sumsum Tulang
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang
merupakan jaringan limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan
diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau
limfosit B.
Gambar 2. 2. Sumsum Tulang Belakang

I. Organ limfatik sekunder

1. Tonsil

Gambar 2. 3. Tonsil

Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit .

Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk


ke dalam cairan lymph.

Tonsil terletak pada :


1)Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea )
2)Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina)
3)Di bawah lidah (tonsila liqualis)
Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent,
oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha.

2.Nodus Limfa

Gambar 2. 4. Nodus Limfa

Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang


(sinus) yang mengandung limfosit dan makrofag.

Nodus limfa berfungsi sebagai:

Penyaring mikroorganisme dalam limfe ketika cairan tersebut melewati


nodus. Jadi bila jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan
nyeri bila ditekan. Apabila infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh
sel-sel nodus sehinggar nyeri serta bengkak mereda. Apabila infeksinya berat,
organesme penyebab infeksi akan menyebabkan peradangan akut dan destruksi
sehingga terbentuklah abses di dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak
berhasil dirusak oleh nodus, bakteria tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe
dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan menimbulkan septikemia.
1.Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah. Sel-sel di dalam nodus
bermultiplikasi secara konstan dan sel-sel yang baru terbentuk akan dibawa
oleh cairan limfe.
2. Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah
infeksi.
Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh, dan
sebelas. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh
diafragma. Limpa menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor
pankreas.
Limpa terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu
terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar
sel darah. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan
elastis yang terdiri dan beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini
berperram- seandainya ada- sangat kecil bagi limpa manusia. Dari kapsul itu
keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan
membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di
permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke
dalam pulpa, sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan
tidak seperti pada organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini
tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan dengan sel-sel
limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang
bekerja seperti vena dan yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang vena.
Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena lenalis). Vena ini
membawa darahnya masuk ke peredaran gerbang (peredaran portal) dan
diantarkan ke hati.

Fungsi limpa :

1. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada
orang dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak.
2. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
3. Limpa juga menghasilkan limfosit.
4. Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan
trombosit.
5. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam
perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi. (10)
2. 6. Sistem Imunitas
D. Proses Imunitas Tubuh

Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh non spesifik dan pertahanan tubuh
spesifik.

I. Pertahanan tubuh non spesifik (Natural / Imunitas Bawaan)

Pertahanan non-spesifik beraksi tanpa memandang apakah agen pencetus


pernah atau belum pernah dijumpai misalnya :
1. Peradangan
Suatu respon non-spesifik terhadap cedera jaringan. Pada keadaan ini
spesialis fagosit neutrofil dan makrofag akan memberikan bantuan dari sel
sel imun jenis lain.
2. Interferon
Sekelompok protein yang secara non-spesifik mempertahankan tubuh
terhadap infeksi virus.
3. Sel natural killer
Sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan relatif non-spesifik
yang menyebabkan rupture dan menghancurkna sel pejamu yang terinfeksi
virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen
Sekelompok protein plasma inaktif yang apabila diaktifkan secara
sekuensial akan menghancurkan sel asing dengan menyerang membran
plasma. Secara non-spesifik diaktifkan oleh adanya benda asing juga
antibodi yang dihasilkan sebagai respon imun spesifik terhadap
mikroorganisme tertentu.

Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan


memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agent. Secara umum
pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik dan
kimiawi.
Lapisan pertahanan tubuh non spesifik dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Lapisan Pertama

A. Pertahanan fisik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh
manusia antara lain adalah:
a) Kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena
sifatnya yang permeable terhadap infeksi berbagai organisme.
b) Asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan
pH kulit tetap rendah, sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak
mampu bertahan hidup dalam kondisi ini.

c) Cilia, mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh


gerakan silia yang melekat pada sel epitel.
d) Mukus, membrane mukosa mensekresi mucus untuk menjebak mikroba
dan partikel asing lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
e) Granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai musuh dan menelan
serta menghancurkan mereka.
f) Proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang respon
inflamasi pada tubuh dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan,
panas,pembengkakan, nyeri, hilangnya fungsi dan granulosit dan
mikroorganisme nosit keluar.

B. Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan mekanik antara lain adalah:
a. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan
lain-lain yang masuk hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan
bersin.
b. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih
untuk mengeluarkan benda tersebut.
c. Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih
untuk menetralkan.
d. Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.

C. Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:
a.Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung
bagi tubuh.
b.HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
c.Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
d.Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
2. Lapisan Kedua
A.Seluler

a) Natural Kiler : Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan
limfatik. Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus.
b) Sel fagosit : terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit
menghancurkan antigen dengan mekanisme fagositosis.
B.Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus.
Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya suatu
antigen. Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena
mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen
C. Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat terhadap suatu
kerusakan.
Fungsi inflamasi:
1.Membunuh antigen yang masuk.
2.Mencegah penyebaran infeksi.
3.Mempercepat proses penyembuhan

II. Pertahanan tubuh spesifik (Pertahanan Tubuh Didapat)


Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan
tidak memberikan proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan.
Pertahanan ini di dapat melalui pejanan terhadap agen infeksi spesifik sehingga
jaringan tubuh membentuk system imun.
Komponen sistem imun yang paling utama adalah pada bagian ini yaitu
leukosit.
Kekebalan tubuh yang didapat dibagi menjadi dua , yaitu :

1. Kekebalan Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima
kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

1. Immunoglobulin M (IgM)
Atibodi pertama yang dibentuk oleh respons imun. Nama M berasal dari
macroglobulin yang merupakan imunologi terbesar. Sebagian besar sel B
mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen dan dibentuk
paling dahulu pada reseptor imun primer. IgM berfungsi sebagai reseptor
permukaan sel B sebagai tempat antigen melekat dan disekresikan pada awal
reseptor sel plasma.
2. Imunoglobulin G (IgG)
Berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak antigen seluler melalui
interaksi dalam sistem komplemen atau melalui efek sitolik killer cell. Jumlah
IgG sangat banyak di dalam darah dan dihasilkan dalam jumlah besar ketika
tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Bersama antibodi, IgG , dan IgM
bertanggung jawab pada sebagian besar respons imun spesifik terhadap
bakteri dan beberapa jenis virus.
3. Immunoglobulin E (IgE)
Disebut juga antibodi reagenik dan merupakan imun dengan jumlah yang
sedikit dalam serum, tetapi efeknya sangat efisien. IgE dibentuk setempat oleh
plasma dalam selaput lendir saluran napas dan saluran cerna. Jumlah IgE
tinggi ditemukan pada alergi dan infeksi cacing skistomisomiasis. Mediator
antibodi untuk respons alergi misalnya, hemoragik fever, asma, dan biduran.
4. Imunogobulin A (IgA)
Ditemukan dalam jumlah sedikit serum. IgA dalam serum maupun dalam
sekresi dapat menetralisir toksin dan virus, serta mencegah terjadinya kontak
antara toksin dan virus dengan sel alat sasaran. IgA dalam serum dapat
mengglutinasi dan mengganggu motilitas kuman sehingga memudahkan
fagositosis. IgA ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan
genital urinaria serta di dalam air susu dan air mata.
5. Immunoglobulin D (IgD)
Ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam sirkulasi karena IgD tidak
dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh proses
proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama dari sel B dari
diferensiasi yang lebih matang. IgD mempunyai aktivitas antibodi terhadap
antigen berbagai makanan dan auto antigen seperti komponen nucleus. IgD
ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen yang
diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada
antigen.
Pembentukan kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-
spesifik berhasil dilakukan.
a) Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
b) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil
pesannya oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
c) Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper
kepada sel B. Sel limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan
membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B:
a) Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik
apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
b) Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup selama 4-5 hari.

B. Kekebalan Dimediasi Sel


Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika respon imun non-
spesifik gagal menahan antigen masuk ke tubuh.
Kekebalan diperantarai sel dibentuk dari mekanisme penghancuran antigen
oleh sel limfosit T.
a) Antigen yang lolos dari sel fagosit akan difagositosis oleh sel-sel tubuh.
b) Antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel-sel tubuh.
c) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel tubuh untuk diambil
pesannya oleh sel T sitotoksik melalui molekul MHC kelas I.

Sel limfosit T akan membentuk kekebalan diperantarai sel dengan melisis


sel tubuh yang diserang sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak
menghasilkan antibodi.
Macam-macam sel limfosit T:
1) Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik
apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
2) Sel T helper , mengontrol pembelahan sel B, pembentukan antibodi dan
aktivasi sel T.
3) Sel T sitotoksik (pembunuh), melisis sel tubuh yang diserang antigen.
4) Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari cukup.
E. Gangguan/Kelainan Pada Imunitas
Penyakit defisiensi terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara
adekuat terhadap invasi (serangan) benda asing. Keadaan ini bersifat
kongenital (sejak lahir) atau non-herediter. Penyakit difisiensi imun paling
baru dan paling sering dijumpai adalah AIDS yang disebabkan oleh HIV,
suatu virus yang menyerang dan melumpuhkan sel T penolong.

Serangan imun tidak sesuai : serangan imun spesifik yang tidak sesuai
dan menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh mencangkup hal hal
berikut ini.

1. Respons autoimun : yaitu sistem imun yang menyerang jaringan tubuh


sendiri.
2. Penyakit kompleks imun : respons antibodi yang berlebihan dan merusak
jaringan normal.
3. Alergi : akuisisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai
atau hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan
normal tidak berbahaya misalnya, debu, serbuk sari, dan lain lain.

Factor factor yang mempengaruhi sistem imun adalah sebagai berikut.

1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut serta terjadi
penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginvasi, terganggunya fungsi limfosit T dan B,
menurunnya fungsi sitem organ yang berkaitan seperti lambung, sel
kemih, jaringan paru, penipisan kulit, neuropati parifer, dan penurunan
sensibilitas sirkulasi.
2. Gender (jenis kelamin)
a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supressor).
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan
aktivitas sel sepresor.
c. Estrogen cenderung mengalahkan imunitas, sedangkan androgen
bersifat imunosupresif.
3. Nutrisi
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA
dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi
sel imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsur unsur renik (tembaga, besi,
mangan, selenium, dan zink) akan menyukresi fungsi imun.
4. Faktor psikoneuro imunologi
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmiter dan hormon hormon endokrin.
b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk
perilaku.
5. Kelainan organ lain
a. Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain, infeksi, dan kanker
dapat mengubah fungsi sistem imun.
b. Hilangnya jumlah serum dalam jumlah besar akan menimbulkan
deplesi (kehilangan) protein tubuh yang esensial termasuk
immunoglobulin stresor fisiologik dan psikologik. Stres karena
pembedahan atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan
kartisol dari korteks adrenal sehingga menyebabkan supresi respons
imun yang normal.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. 2009. Patofisiologi: buku saku. Jakarta :EGC


Gibson, John. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai