Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim
tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk
dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas
benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen
serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan
mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan
benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar ukuran benih
menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum
(Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman
dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah)
dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman.
Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal
dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan
tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan
tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan. Teknik penanaman yang akan dikem-
bangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih
serta teknik untuk mengoptimalkan proses pertu-mbuhan dan perkembangan organ
tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang
baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perumbuhan dan perkembangan benih?
2. Apa saja faktor-faktor yang mengpengaruhi produksi benih?

1.3 Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan benih?
2. Untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
benih?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tentang Benih


Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim
tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk
dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas
benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen
serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan
mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih (Salomao, 2002).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji berpengaruh terhadap
daya simpan. Untuk beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil dalam suatu lot benih
pada kultivar yang sama mempunyai masa hidup yang lebih pendek. Ukuran biji
biasa dikaitkan dengan kandungan cadangan makanan dan ukuran embrio (Arief et
al., 2004).
Benih dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah
10 45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua kali lipat dan
potensi fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kecil. Laju
pertumbuhan kecambah jagung meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji dan
benih yang berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang
berbentuk pipih. Biji yang berbentuk bulat besar biasanya terdapat di dasar tongkol
dan bulat kecil pada ujung tongkol. Sekitar 75% dari biji di antara kedua tipe tersebut
di atas berbentuk pipih. Biji yang berbentuk pipih ini berbeda-beda ukurannya dari
kecil sampai besar (Gusta et al.,2003).

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Benih


Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran

3
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan
benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar ukuran benih
menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum
(Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari
tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan
merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi
menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun
lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun
lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam
cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun
lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut
akotiledon.
Pemunculan kecambah di atas pemukaan tanah merupakan faktor yang
mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat
meningkatkan vigor dilakukan pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul
di atas pemukan tanah dari sejumlah benih yang dikecambahkan (Saleh, 2004).
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang bergantung pada sumber
makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam
mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir
dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap pengaruh
lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan sangat mudah rusak.
Segera setelah perkecambahan dimulai, stres karena kurangnya air, suhu dan cahaya
dapat menyebabkan kematian (Utomo, 2006)
Benih yang baik akan menghasilkan bibit dan tanaman yang baik, sehingga
akan memberikan hasil tanaman yang baik pula. Oleh karena itu, pemilihan biji
sebagai benih harus memenuhi kaidah tertentu supaya diperoleh pertanaman yang
memberikan hasil baik. Hasil dari suatu varietas unggul sebelum digunakan sebagai
benih harus diuji terlebih dahulu sehingga memenuhi kaidah-kaidah perbenihan.
Benih merupakan alat untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies tumbuhan
yaitu dengan mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embrionic axis.

4
Kehidupan ini kemudian berubah menjadi kehidupan bentuk baru sampai bertahun-
tahun sesudah tanaman induknya mati ( Kamil,1979 ).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan
makanan yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran yang lebih kecil sehingga
kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan makanan yang
dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Walaupun benih berasal dari varietas
yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan
dengan ukuran benih yang lebih kecil (Thomson, 1979).
Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini
tentu akan mempengaruhi besar produksi dan kecepatan tumbuh benih, karena benih
yang berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan
energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan
mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Kecepatan tumbuh kecambah juga akan meningkat dengan meningkatnya besar benih
(Sadjad et. al.,1974).
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan
benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih
menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum
(Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan
berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi), dan kondisi perkecambahan
seperti suhu, air, media, cahaya, dan bebas dari OPT. Cahaya, suhu dan kelembaban
merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi perkecambahan selama
pertumbuhan anakan kondisi media pertumbuhan seperti pH, salinitas dan drainase
menjadi penting. Selama perkecambahan dan tahap awal pertumbuhan benih dan
anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis, infeksi dan kerusakan mekanis,
karenanya penyediaan kondisi lingkungan yang optimal adalah untuk mempercepat

5
perkecambahan hingga anakan dapat melalui tahapan ini dengan cepat (Utomo,
2006).
Pada umumnya tanaman dari benih yang lebih besar mempunyai nilai tinggi
tanaman, gaya berkecambah dan panjang akar yang lebih besar daripada tanaman
dari benih kecil, karena cadangan makanan awal yang lebih banyak pada benih yang
berukuran besar sehingga kemampuan membentuk epikotil dan radicle akan lebih
besar dan kuat. Pada kenyataannya benih-benih yang berukuran besar tidak selalu
memberi pengaruh yang lebih baik sebagai contoh hasil penelitian. Pada beberapa
jenis gandum benih yang berukuran kecil dapat segera berkecambah walaupun
ukurannya hanya sepersepuluh dari benih yang berkembang normal, begitu juga pada
benih tanaman lobak yang berukuran besar, sedang dan kecil mempunyai persentase
perkecambahan yang sama. Dengan kata lain, besar benih hanya berpengaruh pada
pertumbuhan awal suatu tanaman, sedangkan pertumbuhan selanjutnya tergantung
pada media tanamnya. Makin cepat bibit muncul ke permukaan tanah, makin cepat
bibit terhindar dari pengaruh jelek tempat pertumbuhannya (Miller,1938).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Benih


Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal
maupun eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang
dikecambahkan, sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan.
1. Faktor Internal
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak
mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberarapa jenis tanaman menyebabkan
tidak dapat berkecambah. Benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki
cadangan makanan yang cukup dan embrio belum sempurna. Contoh benih tomat
(Lycopersicon esculentum Mill) yang belum masak dapat berkecambah serta
menghasilkan tananaman normal. Tetapi benih tersebut tidak memiliki kekuatan
tumbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang tidak baik seperti pada benih masak.
b. Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar diduga memiliki cadangan makanan lebih
banyak dibandingkan benih yang kecil, serta embrionya juga besar. Makin

6
besar/berat suatu benih maka kandungan kabrbohidrat, protein, lemak dan mineral
yang diperlukan untuk perkecambahan semakin banyak pula. Maka benih besar dan
berat akan menghasilkan kecambah yang besar pula.
Walaupun benih berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar
akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih
kecil. Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini
tentu akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih, karena benih yang berat dengan
kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan energi yang lebih
besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan mempengaruhi besarnya
kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio
pada saat perkecambahan. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap
kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran
benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.
c. Dormansi
Benih yang mengalami dormansi tidak mau berkecambah meskipun
sebenarnya hidup dan kondisi lingkungan optimum (sesuai). Dormansi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : impermeabilitas kulit biji terhadap air
atau gas, resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis dll.
d. Penghambat Perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih,
misalnya herbisida, lendir yang melapisi biji tomat. Biji pada buah tomat yang masak
tidak akan berkecambah dalam buah, meskipun suhu, kelembaban dan kadar
oksigennya sesuai. Apabila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan kemudian
ditanam, biji itu akan segera berkecambah. Hal ini disebabkan karena dalam biji
tomat mengandung inhibitor yaitu zat dapat menghambat pertumbuhan pada
tanaman. Buah tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA)
yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan. Lendir dalam buah
tomat merupakan bagian yang mengandung ABA,
2. Faktor Eksternal
a. Air

7
Syarat penting berlangsungnya perkecambahan yaitu adanya air. Dua faktor
penting yang mempengaruhi penyerapan air pada benih yaitu sifat pelindung kulit
benih dan jumlah air yang tersedia disekitarnya. Sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air
turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum
terserap masuk ke dalam benih hingga 80 - 90 % dan umumnya dibutuhkan kadar air
benih sekitar 30 - 55 %. Kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat
aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan
atau bakteri.
b. Temperatur
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui
suhu kardinal, yaitu suhu minimum, optimum, dan maksimum dimana
perkecambahan dapat terjadi. Suhu minimum yaitu suhu terendah dimana
perkecambahan dapat terjadi, suhu di bawah suhu tersebut tidak memungkinkan
perkecambahan terjadi. Suhu optimum yaitu suhu di mana perkecambahan tertinggi
dicapai pada periode terpendek. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi di mana
perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu tersebut tidak terjadi perkecambahan
karena merupakan batas ambang kritis benih tidak dapat hidup (mati).
Temperatur yang paling optimum untuk perkecambahan benih antara 20-
35C. Temperatur antara 0-5C kebanyakan benih gagal berkecambah atau terjadi
kerusakan yang menyebabkan abnormal. Benih jagung memerlukan suhu minimum
untuk berkecambah antara 8-10C, suhu optimum 32-35C, dan suhu maksimum 40-
44C. Sementara itu benih gandum hitam suhu minimum untuk berkecambah
antara 3-5C, suhu optimum 25-31C, dan suhu maksimum 30-40C.
c. Oksigen
Saat perkecambahan, berlangsung proses respirasi disertai peningkatan
pengambilan oksigen, pelepasan karbondioksida, dan air serta energi berupa panas.
Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih.
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh
suhu, mikroorganisme yang terdapat dalam benih. Mikroorganisme bisa menjadi
kompetitor (pesaing) benih dalam penyerapan oksigen, sehingga secara tidak

8
langsung akan mempengaruhi perkecambahan benih. Umumnya benih akan
berkecambah dalam udara yang mengandung 29 % oksigen dan 0.03 % CO2. Namun
untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk
ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena biasanya oksigen yang masuk ke
embrio kurang dari 3 %.
d. Cahaya
Benih yang dikecambahkan pada keadaan kekurangan cahaya atau gelap
dapat mengalami etiolasi. Etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal
pada hipokotil atau epikotil dan kecambah berwarna pucat serta lemah.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan harus bersifat gembur, mempunyai
kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan damping off.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman
dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah)
dipanen. Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal
maupun eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang
dikecambahkan, sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Kamil, J.1979. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung
Miller, E. C. 1938. Plant Physiology. Mc Graw Hill Book Co., Inc. New York
Sadjad, S., M. Poernomohadi, Z. Jusup, dan Z. A. Pian. 1974. Penuntun Praktikum
Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor

10
Saleh, Salim M. 2004. Pematahan dormansi benih aren secara fisik pada berbagai
lama ekstraksi buah. Agrosains 6 : 78-83.

Salomao, A. N. 2002. Tropical seeds species responces to liquid nitrogen exposure.


Braz J. Plant Physiol. 14 : 133-138.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai