Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. PENGERTIAN

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya,
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat individu sadar
dengan baik. (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi, atau salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal
yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari lima indra. (Townsend, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
Halusinasi penglihatan seseorang akan mengalami seperti melihat sesuatu yang tidak nyata,
seperti bisa berupa cahaya bayangan atau orang, tetapi sebenarnya tidak ada apa-apa yang orang
lain bisa lihat. Seperti tiba-tiba mata kita melihat kilatan cahaya atau bayangan tetapi hanya
sebentar dan sebenarnya tidak ada apa-apa.( Nithar, 2010 )

B. JENIS-JENIS HALUSINASI
Bentuk dan jenis halusinasi bermacam-macam. Halusinasi yang bisa terjadi pada manusia
ada beberapa jenis yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi Pendengaran (auditory)
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling umum dialami oleh
banyak orang. Seseorang yang mengalami halusinasi pendengaran akan seperti mendengar
bunyi, suara atau bisikan. Bunyi bisa berupa seperti bunyi ketukan berulang atau bunyi kaki
berjalan atau bunyi lainnya. Nada suara yang didengar bisa seperti marah, netral atau bahkan
nada hangat
2. Halusinasi Penglihatan (visual)
Halusinasi penglihatan seseorang akan mengalami seperti melihat sesuatu yang tidak nyata,
seperti bisa berupa cahaya bayangan atau orang, tetapi sebenarnya tidak ada apa-apa yang orang
lain bisa lihat. Seperti tiba-tiba mata kita melihat kilatan cahaya atau bayangan tetapi hanya
sebentar dan sebenarnya tidak ada apa-apa.
3. Halusinasi Penciuman (olfactory)
Halusinasi penciuman ini merupakan halusinasi yang terjadi seolah-olah kita mencium bau
sesuatu seperti bau wangi ditengah malam, atau bau bangkai yang tidak enak secara tiba-tiba
namun sebenarnya tidak terjadi apa-apa hanya perasaan kita yang seperti nampak mencium bau.
4. Halusinasi Sentuhan (tactile)
Halusinasi sentuhan ini terjadi seperti seseorang seolah-olah merasakan sentuhan
ditubuhnya. Sentuhan ini bisa seperti ada serangga yang berjalan di kulit kita atau merasa organ
tubuh kita seolah bergerak sendiri serta kadang ada juga yang merasa seolah disentuh oleh orang
lain.
5. Halusinasi Sementara
Halusinasi sementara ini akan sembuh seiring dengan penyebabnya berlalu lama karena
halusinasi ini biasanya terjadi karena akibat kehilangan atau ditinggal oleh seseorang yang sangat
berarti dalam hidupnya, seperti orang tua atau kekasih. Orang yang mengalami halusinasi ini
seolah seprti mendengar atau melihat bayangan seseorang yang pergi meninggalkannya
walaupun hanya sekilas. Halusinasi ini akan sembuh dengan sendirinya seiring dengan
berjalannya waktu atau rasa sakit hati atau rasa kecewanya hilang.
6. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
7. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
8. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b. Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil
keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Factor presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
1. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
2. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
3. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
4. Bicara atau tertawa sendiri.
5. Marah-marah tanpa sebab.
6. Menutup mata.
7. Mulut komat-kamit
8. Ada gerakan tangan
9. Tersenyum
10. Gelisah
11. Menyendiri, melamun

E. RENTANG RESPON

Rentang adaptif Rentang mal adaptif

- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan pikiran/delusi


- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi berlebihan - Sulit berespon emosi
dengan pengalaman / berkurang
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh/tidak biasa - Perilaku disorganisasi
- Berhubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
F. FASE HALUSINASI
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart 2006):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang
lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang
lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih
dari 1 orang.Kondisi klien sangat membahayakan.

G. CARA MENGATASI HALUSINASI

Berikut ini cara mengatasi halusinasi yang efektif :

1. Minum Obat
Obat merupakan cara untuk menghilangkan halusinasi secara praktis, tetapi ada
beberpa obat yang cukup lama reaksinya untuk menghilangkan halusinasi. Penggunaan
obat untuk mengatasi halusinasi dalam jangka panjang akan memberikan efek samping
yang kurang baik untuk kesehatan.
2. Mengalihkan Perhatian

Cara lain untuk menghilangkan halusinasi yaitu dengan mengalihkan perhatian


dengan kegiatan yang bermanfaat lainnya seperti jalan sehat, mendengarkan musik,
melakukan aktifitas hobi atau aktifitas lain yang bisa menggerakkan fisik atau pikiran
menjadi tidak melamun. Dengan melakukan hal tersebut maka kita akan lebih terhindar
dari halusinasi dan mengurangi terjadinya halusinasi.

3. Mengfokuskan Pikiran

Cara lain untuk bisa mengatasi halusinasi yang terjadi yaitu dengan menfokuskan
pikiran anda. Fokuskan bahwa diri anda mendengarkan atau merasakan sesuatu yang
tidak nyata terjadi sehingga anda akan menyadari bahwa hal tersebut merupakan hal
yang tidak nyata dan perlu untuk di hindari. Jika anda sudah bisa melakukan hal
tersebut maka anda bisa mengatur otak anda untuk bisa lebih mengendalikan terjadinya
halusinasi.

4. Metode Metakognisi

Metode ini merupakan metode yang dilakukan untuk mengatasi halusinasi yang
terjadi dengan cara meyadari bahwa suara atau sentuhan atau jenis halusinasi yang
terjadi tidak harus dituruti tetapi kalau bisa ditangkis sebelum akan terjadi halusinasi.
Kita juga bisa membuat daftar hal-hal positif yang pernah kita lakukan agar kita bisa
menangkis halusinasi yang akan terjadi seperti menulis keberhasilan yang telah
dilakuakan selama ini untuk menangkis suara seperti menjelek-jelekkan diri sendiri.

5. Interaksi sosial

Dengan melakukan interaksi sosial dengan orang lain maka akan bisa
menimbulkan motivasi dalam diri orang sehingga akan mengurangi terjadinya
halusinasi. Berinteraksi sosial juga akan mempengaruhi pikiran, sehingga jika
berinteraksi pada lingkungan positif akan memberikan efek positif juga terhadap pikiran
sehingga lama-kelamaan akan mengurangi terjadinya halusinasi.

6. Berikan Rasa Nyaman dan Perlindungan

Jika keluarga atau teman atau kerabat mengalami halusinasi maka berikanlah
selalu kenyamanan dan perlindungan sehingga akan bisa mengurangi halusinasi yang
sering terjadi. Itulah beberapa penyebab halusinasi yang harus diketahui.Agar anda
tidak terkena bahaya halusinasi sebaiknya anda menghindari semua penyebab halusinasi
tersebut.

H. AKIBAT
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi penglihatan dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan
dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
diri sendiri maupuan orang lain.

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.Pasien
jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.Setiap perawat masuk ke kamar atau
mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya.Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang
lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki
yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada.Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.
J. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi : halusinasi penglihatan

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

K. TINGKAH LAKU
Menurut Rawlin dan Heacokck (Yosep 2010),

Perilaku halusinasi berkaitan dengan perubahan emosi, intelektual, spiritual :

1. Fisik

Kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,


intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2. Emosi

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.

3. Intelektual

Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata, sulit membuat keputusan, tidak
mampu berfikir abstrak dan adanya penurunan fungsi ego.

4. Sosial

Menghindar dari orang lain, berbicara / komunikasi verbal terganggu, bicara


inkoheren dan tidak masuk akal, merusak diri sendiri atau orang lain

5. Spiritual
Mengatakan suara-suara Tuhan berasal dari planet akibat dari diisolasi kepribadian
maka terjadi gangguan fungsi mental.

L. MEKANISME KOPING
1. Regres
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menaggulangi ansietas.
2. Proyeksi
Keinginan yang tidak ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena
kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
persepsi)
3. Mengisolasi diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik
yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor. Sedangkan reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai
rasa takut dan bermusuhan.
Menurut Keliat (1998), perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.

1. Retensi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas, hanya mampu sedikit energy yang tertinggal untuk aktifitas hidup sehari-hari
sehingga klien menjadi malas beraktifiras
2. Proteksi
Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab
kepada orang lain atau suatu benda
3. Menarik diri
Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

M. DIAGNOSA YANG MUNCUL


1. Ineffective coping
2. Hambatan interaksi sosial
3. Konfusi akut
4. Hambatan komunikasi verbal
DAFTAR PUSTAKA

Nihart, M.A, 2010. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th. Philadelphis: Lippincott
Raven Publisrs.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Carpenito, 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.
Rasmun. 2007. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rawlins, 2009. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company.
Stuart, 2006 . Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan),
Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai