Anda di halaman 1dari 14

3.

3 Prosedur Dan Dasar Teknik Pengelasan

3.3.1. Perencanaan Prosedur Pengelasan

Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang memuaskan bila


sebelumnya telah dibuat rencana tentang jadwal pembuatan, proses
pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan, urutan pelaksanaan,
persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan kerja, dan
lain-lain

Berdasrkan rencana konstruksi biasanya dibuat penjadwalan secara


menyeluruh dengan mempelajari urutan perakitan, banyaknya pekerjaan las
yang dibutuhkan, kapasitas dari alat-alat yang ada, kerja yang diperlukan, dan
sebagainya. Setelah ada prosedur yang terperinci baru ditentukan proses
pengelasan yang sesuai dengan keperluan dan penjadwalan kerja,
mempersipkan surat perintah kerja dan pelaksanaan harian. Dalam pembuatan
prosedur ini penentuan dari proses pengelasan yang dipilih sangat
mempengaruhi penjadwalan kerja dan urutan pengerjaan karena itu haruslah
dipilh dengan hati-hati dan mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan
mendesak.

Dalam memilih proses pengelasan haruslah dititkberatkan pada proses


yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada konstruksi
berdasrkan bahan dan bagian yang akan dilas. Dalam hal ini dasarnya adalah
efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, serta penghematan energi sebanyak
mungkin. Proses pengelasan yang dipilih haruslah sudah ditentukan dalam
tahap perencanaan konstruksi atau tahap perencanaan pekerjaan. Dalam
pemilihan ini sebaiknya dibicarakan yang menyangkut tiga pihak yang terkait
yakni perencana, pelaksana, dan penguji/peneliti laboratorium dengan titik
berat pada pelaksanaannya. Penentuan ini dengan sendirinya harus
dipertimbangkan alat-alat yang akan dipergunakan, bahan-bahan yang
diperlukan, latihan khusus bagi pekerja bila diperlukan untuk menjamin mutu
hasil pekerjaan, persetujuan dari pihak keselamtan kerja, penentuan cara
pemeriksaan dan lain sebagainya.

3.3.2 Persiapan Pengelasan

Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pekerjaan lasnya


sendiri juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan.
Karena persiapan pengelasan harus mendapat perhatian dan pengawasan yang
sama dengan pengawasan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan
meliputi penyediaan barang, pemilihan mesin las, penenjukan juru las,
penentuan alat perakit, dan bebrapa hal lainnya.

Juru las yang ditunjuk harus mempunyai pengetahuan, keterampilan,


dan kualitas yang sesauai dengan proses-proses pengelasan yang telah dipilih,
disamping keterampilan yang baik juga dalam hal pengetahuan tentang
material yang akan dilas serta yang tidak kalah penting adalah tabiat atau
perangai juru las, untuk menghindari kecerobohan dalam pekerjaan.

Dalam penentuan alat-alat disamping menetukan mesin lasnya sendiri


hal yang tidak kalah penting adalah penentuan alat perakit atau pembantu.

3.3.3 Persiapan Alat-alat Bantu

Untuk meningkatkan efesiensi kerja dan efesiensi waktu maka


diperlukan juga beberapa alat bantu, karena tanpa alat bantu tersebut operator
akan mengalami kesulitan yang cukup berarti dalam melaksanakan tugasnya.
Alat-alat bantu tersebut dapat berupa alat-alat yang kecil / utama seperti helm
pelindung kaca mata hitam, baju las panjang, serta sarung tangan dan juga
alat-alat yang besar / pembantu yaitu bisa berupa crane, semacam tempat kain
crane yang dilas pada plat, forklift dan lain-lain.

3.4 Macam-macam Sistem Pengelasan

Untuk menggabungkan komponen yang satu dengan yang lain atau


plat yang satu dengan yang lain dilkukan dengan cara pengelasan. Ada
beberapa cara sistem pengelasan yang dipakai pada seksi welding di bengkel
plat ini, antara lain :

1. Las SMAW (Shiled Metal Arc Welding)


2. Las OAW (Oxy Acytelin Welding)
3. SAW (Submurged Arc Welding)
4. MIGAW (Metal Inert Gas Arc Welding)
5. TIGAW (Tungsteen Innert Gas Arc Welding)
6. Las Resistansi Listrik / Stud Welding dengan sistem Spot Welding /
pengelasan titik.

Yang paling banyak digunakan pada proses pengerjaan dibengkel


plat/konstruksi di Pt Dok adalah las SMAW, OAW, MIG, TIG. Sedangkan
jenis las yang lainnya tidak ada di bengkel plat, oleh karena itu jenis las yang
lainnya tidak dibahas disini.

3.4.1 Las Busur Manual (SMAW)

Las Busur Manual adalah suatu proses penyambungan dua buah logam
atau lebih, menggunakan proses panas yang diperoleh dari busur listrik,
sehingga bagian logam disambung dan kawat inti elektroda mencair dan
berpadu menjadi satu. Sehingga kecepatan pemakanan dan gerakan elektroda
diatur oleh tangan operator las (tidak otomatis).
Busur listrik terjadi sebagai akibat hubungan pendek antara kawat inti
pada ujung elektroda las pada permukaan elektroda las dan pada permukaan
benda kerja.

Suatu rangkaian peralatan las busur manual dapat digunakan untuk


menyambung dan memotong, mengeraskan permukaan dan mengalur logam
untuk melasanakan pekerjaan berbeda tersebut cukup diganti elektrodanya.
Dengan demikian lingkup pengguanaan las busur manual dalam konstruksi
pemipaan, melapisi permukaan yang telah aus, dan mereparasi komponen-
komponen peralatan yang dibuat dari logam.

a. Peralatan Las Busur Manual (SMAW)

Peralatan Las Busur Manual dibagi menjadi dua kelompok yaitu


peralatan utama, peralatan pembantu dan peralatan keselamatan kerja.
Peralatan Utama adalah suatu rangkaian komponen yang dapat difungsikan
untuk menghasilkan busur listrik. Komponen-komponen yang terdapat dalam
peralatan utama adalah :

- Trafo las atau mesin las


- Kabel tenaga
- Kabel las yang terdiri dari kabel elektroda dan kabel massa
- Pemegang elektroda / holder
- Tang / penjepit massa
b. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam kegiatan belajar tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah


diuraikan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada kegiatan
pengelasan, yaitu :

- Kelistrikan pada mesin las


- Sinar, debu atau asap las
- Kejatuhan benda kerja
- Benda panas (percikan dan terak las)
c. Peralatan Bantu

Yang dimaksud dengan peralatan bantu adalah alat-alat yang digunakan


untuk membantu mempercepat, mempermudah dan memperlancar pekerjaan
pengelasan. Dengan demikian tanpa alat bantu kegiatan pengelasan bisa
dilaksanakan.

Peralatan bantu yang banyak digunakan dalam kegiatan mengelas adalah :

1. Palu terak
2. Sikat baja
3. Penjepit

d. Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Mempelajari suatu keterampilan dibengkel, harus juga mempelajari
pula keselamatan dan kesehatan kerja. Pencegahan kecelakaan dibengkel
hendaknya menjadi perhatian kita semua, kita harus bagaimana bekerja tanpa
melukai / merusak diri kita, orang lain disekitar kita dan fasilitas dan hasil
karya seseorang. Hal yang perlu diperhatikan dalam keselamatan dan keshatan
kerja ini adalah suatu usaha agar tempat, alat dan lingkungan kerja menjadi
aman.

Kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang menjadi :

1. Sakit, cacat, bahkan kematian


2. Kehilangan percaya diri
3. Kehilangan kegiata-kegiatan lain misal pekerjaan, olah raga dan
kegiatan sosial lainnya

Di Indonesia setiap tahun, ribuan orang meninggal karena kecelakaan,


ribuan lainnya cacat, sebagian yang lain luka ringan walaupun demikian tetap
mengurangi waktu kerja.

Sebuah kecelakaan sering terjadi karena suatu sebab, kecelakaan dapat


dicegah atau dihindari dengan menghilangkan penyebabnya. Mengetahui apa
penyebab kecelakaan adalah penting dan ini dapat membantu bagaimana
mencegah kecelakaan yang serupa atau sama.

Kecelakaan yang terjadi pada praktik pengelasan bisa disebabkan


antara lain :

1. Kelistrikan pada mesin las


2. Sinar atau debu dan asap las
3. Kejatuhan benda kerja
4. Benda panas (Percikan api las dan terak las)

e. Upaya Mencegah Kecelakaan Pada Kegiatan Pengelasan

1. Kelistrikan pada mesin las

Kelistrikan dapat mengakibatkan kejutan pada diri seseorang, tingkat


kejutan yang dialami sangat tergantug dari besarnya Voltage listrik dan akibat
kejutan listrik dapat mengakibatkan luka ringan sampai kematian.

Adapun upaya pencegahan kecelakaan akibat kelistrikan adalah :

a. Menggunakan mesin las dengan tegangan terbuka rendah


b. Kejutan listrik dapat terjadi karena sentuhan operator las dengan
elektroda atau pemegan elektroda (holder), yang tidak berisolasi
pada saat mesin las tanpa beban (Tegangan terbuka), oleh karena
itu dianjurkan menggunakan mesin las yang dengan tegangan
terbuka serendah mungkin
c. Menggunakan pemegang elektroda tertutup oleh isolator, hanya
bagian penjepit elektroda yang tidak berisolasi. Sehubungan
dengan itu dianjurkan untuk tidak mengguanakan elektroda yang
sudah tidak berisolasi.
d. Mengguakan kabel las yang utuh. Kerusakan isolator pada kabel
las biasanyan terjadi karena gangguan benda lain. Misal kejatuhan
benda yang berat dan tajam dan tersentuh benda panas atau
pemakaian arus besar pada ukuran kabel kecil. Kabel las yang
isoaltornya rusak hendaknya tidak digunakan.
e. Menggunakan pelindung diri, Operator las hendaklah memakai
sarung tangan, sepatu yang berisolasi, memakai pakaian kerja dan
tempat kerja diushakan tetap kering dan bersih
f. Pentahan mesin las harus dilakukan dengan benar.

2. Sinar, debu dan asap las

Bahaya Sinar

Selama proses pengelasan akan menimbulkan cahaya, sinar ultra violet


dan sinar infra merah yang berbahaya sehingga diperlukan:

a. Pelindung mata atau goegle


Pelindung mata tersebut harus mampu menurunkan kekuatan cahaya
tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar
ultraviolet dan inframerah. Untuk keperluan ini maka pelindung mata harus
mempunyai warna transmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau hijau .
Pelindung mata atau goegle yang mempunyai nomor warna dan penggunaan
seperti di tunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Nomor warna penggunaan goegle

No.warna Las busur listrik Las gas


2,5 - Untuk cahaya
rendah
3 - Untuk cahaya
rendah
4 - Untuk cahaya
rendah
5 Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya
sedang
6 Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya
sedang
7 Untuk busur di antara 30 s.d. 70 Untuk cahaya
A kuat
8 Untuk busur di antara 30 s.d. 70 Untuk cahaya
A kuat

b. Pelindung muka

Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap


kebakaran kulit sebagai akibat cahaya busur, percikan yang tidak dapat
dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja. Bentuk dari
pelindung muka bermacam-macam dapat berupa helmet dan dapat berupa
pelindung yang harus dipegang.

Bahaya Gas dalam Asap Las

Pencegahan atau tindakan yang harus diambil oleh operator untuk


menghindari bahaya gas dalam asap las adalah :
a. Pekerjaan las harus dikerjakan dalam ruang terbuka atau ruang yang
berventilasi agar gas dan debu yang terbentuk segera terbuang.
b. Apabila ventilasi masih belum cukup memadai maka sebaiknya memakai
masker hidung.
c. Untuk pengerjaan pengelasan dalam tangki perlu tindakan di bawah ini :
Menggunakan penghisap gas / debu.
Dibutuhkan seorang rekan operator di luar tangki atau bejana yang selalu
siaga apabila terjadi bahaya.
Voltage lampu penerangan maksimum 12 volt.

3. Kejatuhan Benda Kerja

Untuk pengerjaan konstruksi bejana, tangki pertamina atau konstruksi


bangunan lainnya yang membutuhkan tempat yang tinggi, bahaya yang
mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau kejatuhan yang berakibat
fatal . Beberapa langkah yang perlu diambil oleh operator untuk menghindari
bahaya ini :
a. Menggunakan tali pengaman.
b. Menggunakan topi pengaman untuk mencegah terjadinya kejatuhan benda
benda atau kena panas matahari.

4. Percikan Api Las


Bahaya dari percikan api atau panas akan berakibat bahaya kebakaran
seperti yang diuraikan diatas , tetapi bahaya lainnya adalah pada operator las
sendiri yang terkena luka bakar atau sakit mata . Untuk itu operator selalu
dianjurkan menggunakan alat alat pelindung seperti: sarung tangan, apron,
sepatu tahan api, kaca mata las, topeng las.
f. Elektroda Las

Elektroda las dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu elektroda


bersalut atau berselaput. Untuk las busur manual digunakan adalah jenis
elektroda bersalut. Berikut ini gambar dan ukuran elektroda yang digunakan
pada las busur manual.

g. Istilah dan Simbol Las


1. Istilah Las

Dengan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam pekerjaan


pengelasan, akan memudahkan operator las untuk melaksanakan pekerjaan
pengelasan dengan benar dan aman.

a. Istilah pada persiapan pengelasan

h. Simbol Las
Berikut ini adalah gambar dan symbol las yang banyak digunakan pada
pembuatan / penyambungan konstruksi berdasarkan ISO.
1. Simbol las pada persiapan sambungan sudut

i. Busur Listrik
1. Penyalaan Busur
Busur listrik dapat terjadi apabila ada hubungan singkat antara
ujung kawat inti elektroda dan permukaan benda kerja. Oleh karena
itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mempelajari dan
berlatih menyalakan busur las listrik, hal-hal yang perlu dipperhatikan
adalah.
a. Elektroda

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa


elektroda las terdiri atas beberapa jenis dan masing-masing jenis
elektroda, mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
elektroda jenis lain. Karakteristik elektroda ini dapat pula dipelajari
dari bungkusnya. Misal : jenis mesin las dan pengkutuban mana yang
paling sesuai.

Beberapa besar digunakan untuk diameter tertentu. Berapa


tinggi busur jenis elektroda tersebut untuk menyambung logam jenis
apa. Bentuk rigi atau tingkat, penembusan setiap jenis elektroda
hendaknya dipelajari dengan teliti, karena informasi ini akan
bermanfaat dalam latihan menyalakan busur listrik.

b. Pengaturan mesin las


Mesin las disesuaikan dengan jenis elektroda yang akan
digunakan, disamping itu semua sambungan, antara lain sambungan
kabel dengan terminal, terikat kuat, sambungan tidak kuat akan
menimbulkan percikan api. Mengatur arus sesuai dengan jenis
diameter elektroda yang digunakan.
c. Arus Listrik

Arus jika terlalu rendah akan menyebabkan tidak mudah


terjadinya penyalaan, sedangkan arus terlalu tinggi akan menghasilkan
penyalaan besar dan cenderung mengagetkan, terutama bagi baru yang
belajar mengelas. Disamping itu pada saat terjadinya penyalaan akan
menghasilkan banyak percikan terak, rigi las lebar dan penembusan
dalam.

Type Diameter Arus


E6012 2,6 mm 60-90 A
3,2 mm 90-120 A
E6013 4,0 mm 120-160 A
Tabel : Penggunaan arus untuk elektroda jenis E6012 dan E6013

Selanjutnya untuk menetukan besrnya arus listrik yang digunakan,


harus disesuaikan dengan jenis dan tebal bahan yang akan dilas.

d. Posisi benda kerja


Untuk memudahkan penyalaan busur, benda kerja ditempatkan
pada meja denga kedudukan rata, bagian plat yang panjang melintang
pada bahan, dengan maksud agar operator dapat melihat busur,
hendaknya memakai alat-alat pelindung dan menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja.

e. Penyalaan busur

Setelah memahami hal-hal diatas, hendaknya diikuti dengan


latihan keterampilan psikomotorik. Untuk latihan pertama
menggunakan jenis elektroda yang banyak digunakan dimasyarakat,
yaitu jenis E 6013, diameter 3,25 mm, dengan langkah-langkah sebagai
berikut.

1. Menjepit ujung elektroda titik bersalut, kemudian


menghidupkan mesin las, sekarang elektroda sudah dialiri
arus listrik sehingga perlu hati-hati agar tidak terjadi
sentuhan elektroda dengan meja, bisa terjadi penyalaan.
2. Operator berdiri pada posisi nyaman untuk mengikuti
elektroda.
3. Hendaknya tidak memegang pemegang elektroda terlalu
kuat atau kaku, dengan pegangan yang rilex akan lebih
memudahkan penyalaan dan penarikan busur.
4. Mengatur letak kabel las sehingga tidak membebani
operator, bisa dletakan pada lengan atau pada bahu.
5. Mengarahkan ujung elektroda ke benda kerja agar lebih
jauh dari bahan operator, sudut elektroda kurang lebih 70
derajat terhadap permukaan benda kerja menurunkan
ujung elektroda yang akan dinyalakan sehingga mencapai
30 mm diatas permukaan benda kerja, yang terakhir
jangan lupa untuk selalu menggunakan helm yang
berstandarkan ISO.

Menyalakan busur dengan menggoreskan ujung elektroda pada


permukaan benda kerja seperti menggoreskan korek api, muka dan
mata harus slalu dilindungi oleh helm las.

Ketika sudah mulai tampak busur, elektroda ditarik hingga


kurang lebih dari 6 mm, kemudian mengembalikan elektroda ke posisi
penyalaan. Selanjutnya mengurangi tinggi busur sampai jarak sebesar
diameter inti elektroda.

Mengulangi latihan ini sampai menghasilkan gerakan


penyalaan busur yang baik, yaitu kecepatan gerakan elektroda dan
tinggi busur tetap. Selanjutnya untuk mematikan busur, elektroda harus
diangkat dengan cepat, ini dimaksudkan untuk mencegah
menempelnya ujung elektroda pada permukaan benda kerja.

Bila elektroda menempel pada benda kerja, mesin las


dimatikan, sebelum melepas elektroda dari holder, kemudian elektroda
dilepas dengan rebahkan kebagian berlawanan dengan gerakan
elektroda.

2. Penarikan Busur

Dengan tinggi busur kira-kira sama dengan diameter kawat inti,


elektroda didiamkan hingga lebar kawah las mencapai kurang lebih 2 kali
diameter elektroda, setelah mencapai ukuran yang dimaksud, busur listrik
ditarik dengan arah yang diinginkan.

3.4.2 Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Pengelasan ini termasuk kedalam las busur gas. Las busur gas
itu sendiri adalah pengelasan dimanan gas dihembuskan kedaerah las
untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfer.
Gas yang dihembuskan sebagai pelindung adalah gas Helium (He), gas
Argon (Ar), gas Karbondioksida (CO2), atau campuran dari gas-gas
tersebut. Las busur biasanya dibagi atas dua kelompok besar yaitu
elektroda terumpan dan kelompok elektroda tak terumpan yang dibhas
sekarang ini. Kelompok elektroda tak terumpan menggunakan batang
wolfram sebagai elektroda yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa
turut mencair, sedangkan kelompok elektroda terumpan sebagai
elektrodanya digunakan kawat las.

Yang dibahas sekarang ini adalah gas MIGAW dengan busur


pelindung gas CO2. Las busur gas ini termasuk kedalam kelompok
elektroda terumpan. Dalam kelpompok ini digunakan dua macam gas
pelindung yaitu gas mulia dan gas CO2 yang akan dibahas berikut ini.

Kelompok dengan pelindung gas mulia nama keseluruhannya


menjadi busur logam gas mulia yang bahasa inggrisnya Metal Innert
Gas Arc Welding para welder biasanya meningkat menjadi las MIG.
Pada waktu ini umumnya gas pelindung yang digunakan berupa
campuran gas mulia dengan gas mulia (Ar dan He) atau gas mulia
dengan CO2 (Ar dan He dengan CO2).

Sistem pengelasan dengan memakai gas pelindung CO2/MIG


sering digunakan dibengkel plat PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
dengan perhitungannya biayanya murah dan kualitas lasannya yang
baik serta opersional dan pemeliharaannya yang mudah dibandingkan
dengan yang menggunakan busur pelindung gas mulia atau kedua gas
tersebut, biasanya pengelasan ini dipakai untuk mengadakan
pengelasan-pengelasan pada bagian-bagian kapal pada tempat yang
sangat sulit ini biasanya agak terpencil dan tersembunyi dibagian
dalam kapal sperti disudut siku-siku frame, dsb. Sehingga cara inilah
yang terbaik dan tepat untuk digunakan.

3.4.2.1. Prinsip Dasar Pengelasan MIG

Pengelasan ini sebenarnya termasuk kedalam las MIG hanya


saja bukan gas mulia (Ar atau He) yang dipergunakan melainkan gas
CO2 atau campuran dari gas-gas dimana CO2 sebagai komponen
utamanya. Karena CO2 adalah oksidator, maka cara ini kebanyakan
digunakan untuk mengelas konstruksi baja. Seperti dijelaskan diatas
biaya opersai dengan gas CO2 lebih murah dari pada gas Ar atau He.
Hal ini disebabkan perbedaan harga dari kedua gas tersebut.

Perbedaan ini menyebabkan las busur CO2 lebih banyak


dipakai dari pad alas busur pelindung lainnya. Dalam prosespengelasan
ini karena temperature yang tinggi gas CO2 terurai menjadi CO dan
O2. Karena penguraian ini maka terjadi atmosfer yang bersifat
oksidator yang kemudian bereaksi dengan baja yang mencair
membentuk FeO yang terus bereaksi dengan membentuk CO sesuai
dengan reaksi :

O2 + 2Fe2 = 2FeO

C + FeO = Fe + CO (*)

Karena pembekuan yang tinggi maka gas CO yang timbul


terperangkap dalam logam gas dan membentuk rongga gas. Untuk
mencegah terjadinya rongga gas CO ini, maka ditambahkan Si dan Mn
sehinga terjadi reaksi :

Si + 2Fe = 2Fe + Si + SiO2

Mn + FeO = Fe + MnO

Dengan rekasi ini maka rekasi (*) tidak akan dapat berlangsung
sehingga tidak ada gas yang terkurung didalam logam las. Karena itu
kawat elektroda untuk las busur Co2 mengandung banyak Si dan Mn.

Dalam hal ini penggunaan gas Co2 sebagai pelindung


pemindahan logam berbentuk bola yang relative besar. Hal ini terjadi
karena logam yang cair tetap melekat pada ujung elektroda sampai
membentuk bola yang cukup besar, sehingga dapat jatuh sendiri karena
sifat busur yang kurang mantap maka pada pengelasan ini terjadi lebih
banyak percikan-percikan bila dibandingkan dengan las TIG. Terjadi
percikan ini disebabkan karena butir cairan didorong kembali oleh
gaya busur yangbekerja berlawanan arah busur. Percikan yang terjadi
ini dapat dikurangi dengan memperpendek panjang busur sehingga
ujung elektrodanya seperti terendam dalam logam yang mencair.
Pengaturan jarak elektroda disamping akan mengurangi percikan yang
terjadi juga dapat menyebabkan penetrasi yang terlalu dalam, kesulitan
mengawasi daerah lasan serta percikan yang timbul dapat menyumpat
nozzle. Untuk menghindari hal ini, berdasrkan pengalaman dan
eksperimen yang telah dilakukan, maka dibuat standar kerja terhadap
masalah tersebut dengan menentukan jarak standar dari nozz;e ke
metal dengan parameter yang mempengaruhi adalah besarnya arus
pengelasan, dimana ditetapkan sebagai berikut :

Untuk arus <200 Amp, jarak nozzle dengan metal dasar adalah 10
s/d 15 mm
Untuk arus 200 s/d 300 Amp, jarak nozzle dengan metal dasar 15
s/d 20 mm
Untuk arus 350 s/d 500 Amp, jarak nozzle dengan metal dasar
adalah 20 s/d 25 mm

Kadang-kadang gas CO2yag digunakan dicampur denga gas


Argon atau CO2. Pengaruh penambahan gas-gas ini terhadap busur
ditunjukan oleh grafik berikut, dimana dapat dilihat bahwa dengan
naiknya kosentrasi gas Argon, maka pemindahan butir-butir cairan
logam menjadi sering dan hubungan singkat terjadi antara butiran
cairan dan logam cair berkurang. Penambahan ini menyebabkan busur
lebih mantap, seehingga dapat dikatakan bahwa gas Argon dapat
berfungsi sebagai pemantap busur. Disamping itu juga percikan juga
menjadi berkurang baik kosentrasi gas Ar melebihi 85 % maka
hubungan singkat hilang dan pemindahan bentuk butir berubah
menjadi semburan.Dengan kejadian ini dapat dianggap bahwa 85% Ar
adalah batas perubahan dari las busur CO2 ke las busur gas Ar.

Bila dalam pengelasan busur gas CO2 ditambahkan gas O2,


maka akan terjadi penigkatkan pencairan kawat las, kedalam penetrasi
danpembentukkan terak yang semuanya memperbaiki penampakan
manilik las. Karena alasan-alasan ini maka gas O2 kadang-kadang
ditmbahkan sampai sampai dengan 10%. Disamping sifatnya yang
memperbaiki, gas O2 juga menyebabkan terjadinya oksidasi. Untuk
mengurangi hal ini biasanya kawat las untuk las busur CO2 ditambah
dengan zat-zat yang berfungdi sebagai deoksidator. Pemindahan
butiran cairan dalam busur CO2-O2 hampir sama dengan pemindahan
sama dengan pemindahan pad alas busur CO2 murni.

Anda mungkin juga menyukai