FISIOLOGI HEWAN II
PERNAPASAN
OLEH :
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
pada saat yang sama karbondioksida dan uap air akan dikeluarkan Sistem
pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk
mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem
pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada
alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah
(Rifai, 2013).
Fungsi utama pernapasan adalah untuk pertukaran gas yakni untuk
memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeleminasi
karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Fungsi pernapasan secara rinci adalah
sebagai berikut, Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh
tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran. Mengeluarkan karbon
dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh). Melembabkan
udara (Syaifuddin, 1996).
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer
dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa
mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru
(inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). Untuk
melakukan fungsi ventilasi, paru-paru mempunyai beberapa komponen penting,
antara lain (Guyton, 1983 ; Wenzel dan Larsen, 1996)
Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer. Parenkim paru yang
terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh darah. Dua lapisan pleura, yakni
pleura viseralis yang membungkus erat jaringan parenkim paru, dan pleura
parietalis yang menempel erat ke dinding toraks bagian dalam. Di antara kedua
lapisan pleura terdapat rongga tipis yang normalnya tidak berisi apapun. Beberapa
reseptor yang berada di pembuluh darah arteri utama (Sari, 2011).
BAB 2
Universitas Sriwijaya
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas
yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat
sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin
sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan
tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen (RifaI, 2013).
Aktifitas fisik, orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih
banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai
atau tidur). Oleh karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk
oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu
meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih
banyak. Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan (Hasim, 2011).
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh
yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk
menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O 2 dan diproduksi
banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat.Pada
posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian
tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi
yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi
pernapasannya juga rendah (Sari, 2011).
Pada orang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel (Wulandari, 2014).
2.3 Volume Paru
Universitas Sriwijaya
Volume paru akan berubah-ubah saat pernapasan berlangsung. Saat inspirasi
akan mengembang dan saat ekspirasi akan mengempis. Pada keadaan normal,
pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung tanpam disadari. Beberapa
parameter yang menggambarkan volume paru yakni, volume tidal (Tidal Volume =
TV), adalah volume udara paru yang masuk dan keluar paru pada pernapasan
biasa. Besarnya TV pada orang dewasa sekitar 500 ml. Volume Cadangan Inspirasi
(Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume udara yang masih dapat dihirup
kedalam paru sesudah inpirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah
sekitar 3100 ml (Dorce, 2006).
Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV), adalah
volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa,
besarnya ERV pada orang dewasa sekitar 1000-1200 ml. Volume Residu (Residual
Volume = RV), udara yang masih tersisa didalamparu sesudah ekspirasi maksimal
sekitar 1100ml. TV, IRV, ERV dapatmlangsung diukur dengan spirometer,
sedangkan RV = TLC VC (Sari, 2011).
2.4 Kapasitas Paru -paru
Kapasitas paru-paru adalah kesanggupan paruparu dalam menampung udara di
dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut Kapasitas total,
adalah jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung beberapa hal kondisi
paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang. Kapasitas vital, adalah jumlah udara
yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan yang normal,
kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak -5 liter. Waktu ekspirasi, di
dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara (Syaifuddin, 2006).
Pada saat kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paruparu 2.600 cm3
(21/2 liter) ada dua macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya Vital
Capacity (VC): pada pengukuran jenis ini individu tidak perlu melakukan
aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh. Forced Vital Capacity (FVC): pada
pengukuran ini pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan maksimal (Sari, 2011).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
Praktikum ini berjudul Pernapasan yang dilaksanakan pada hair Selasa
tanggal 14 Februari 2017 pukul 13.30 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium
Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel Hasil Pernapasan
Kelompo VRE VRI KV VT
Nama F Ventilasi
k (ml) (ml) (ml) (ml)
Anggi 766,7 1100 2200 400 19 7600
IV
Gerry 2200 1000 2766 600 24 14400
Keterangan:
VRE : Volume Reserve Ekspirasi
VRI : Volume Reserve Inspirasi
KV : Kapasitas Vital
VT : Volume Tidal
F : Frekuensi
Ventilasi : Volume tidal x Frekuensi pernapasan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dar praktikum yang elah dilaksanakan didapat hasil berupa
proses pernapasan yan dilakukan anggi dan gery memiliki hasil ventilasi 7600
pada anggi dan 14400 pada gery, perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan gender
atau jenis kelamin dimana pada pria lebih besar pada wanita. Frekuansi pada
Universitas Sriwijaya
wanita sebanyak 19 sedangkan pada laki laki 24, kapasitas vital yang dimiliki
yakni 2200 dan 2766, volume tidal yanag dimiliki 400 dan 600, Volume reseve
inspirasi yang didapat 1100 dan 1000, volume reserve ekspirasi 766,7 dan 2200
kebiasaan hidup juga menjadi salah satu pengaruh utama dalam pernapasan.
Nilai volume pernapasan, ventilasi, kapasitas vital, volume reserve ekspirasi,
dan volume reserve ekspirasi dapat dihitung dengan menggunakan alat spirometer.
Pada praktikum ini menggunakan spirometer sederhana yang memiliki prinsip
sama dengan spirometer. Menurut Rifai (2013), tingkat kesehatan paru-paru
manusia dapat diketahui dengan melakukan pengukuran volume udara
pernapasan. Alat yang diperlukan untuk mengukur kapasitas udara pada paru-paru
dikenal dengan spirometer.
Salah satu aspek fisik yang diperlukan makhluk hidup adalah aspek fisiologis
diantaranya adalah sistem pernapasan (respiratory). Menurut Hasim (2011),
pernapasan atau respirasi adalah pristiwa pengirupan udara dari luar yang
mengadung oksigen (O2) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari
tubuh. Seluruh aktivitas sistem pernapasan (respiratory) diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme, meningkatkan ventilasi paru-paru untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (O2) dan mengeluarkan sisa oksidasi berupa
karbondioksida (CO2).
Pernapasan terbagi menjadi dua, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat
pernapasan inspirasi rongga dada membesar diafragma menyempit dan udara
masuk sedangkan pada saat ekspirasi rongga dada menyempit diafragma
membesar dan udara keluar. Menurut Sari (2011), pernapasan Inspirasi terjadi
bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu
mengerut datar sehingga tekanan udara berkurang lalu udara dari luar masuk ke
paru-paru. Pernapasan ekspirasi terjadi saat otot difragma akan menjadi cekung,
muskulus intercostalis miring kembali dan dengan demikian rongga dada menjadi
kecil kembali, maka udara dalam paru-paru akan didorong kembali keluar.
Keluar masuknya udara dari saluran pernapasan ke paru-paru dimungkinkan
karena adanya pengembangan (ekspresi) dan pengempisan (inspirasi). Selama
proses pernapasan inspirasi banyak otot yang berperan penting. Menurut
Universitas Sriwijaya
Syaifuddin (2006), otot-otot pernapasan selama proses inspirasi otot-otot yang
berperan yang dominan adalah otot-otot internal intercostalis karena, otot-otot ini
dapat menaikkan tulang-tulang rusuk dan tulang dada sehingga rongga dada lebih
menjadi besar. Selain itu otot yang berperan dalam inspirasi adalah otot scalene
yang membantu untuk mengangkat tulang dada. Kemudian otot ekstensor pada
punggung dan leher. Otot trapezius juga untuk membantu mempermudah
inspirasi.
Pernapasan pada laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan disebabkan
beberapa faktor. Salah faktor yang mempengaruhi perbedaannya adalah aktivitas.
Seorang laki-laki memiliki aktivitas yang lebih berat jika dibandingkan
perempuan, dalam melakukan aktivitas tersebut lebih membuthkan banyak energi,
sehingga frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. Menurut Wulandari (2014), laju pemakian oksigen (O2) meningkat
sejalan dengan meningkatnya intensitas kerja tergantung sampai tingkat
maksimal. Pemakian oksigen (O2) maksimal atau kerja, aerobik maksimal sangat
bervariasi bagi masing-masing individu dan meningkat dengan pelatihan yang
sesuai.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah usia,
jenis kelamin, posisi tubuh, dan suhu tubuh. Menurut RifaI (2013), usia sangat
berpengaruh terhadap cardiac out-put dari jantung, sehingga berpengaruh terhadap
pengambilan oksigen (O2) dari alam bebas, antara usia yang muda dan usia yang
tua tidak menunjukkan perbedaan yang tajam. Pada usia 10 15 tahun, dapat
mencapai persentase peningkatan VO2 max yang sama dengan dewasa, tetapi
kurang dari usia tersebut, cendrung lebih kecil persentase peningkatanya.
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
1. Frekuensi pernapasan pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan
perempuan.
2. Alat untuk mengukur kapasitas udara pada paru-paru dikenal dengan
spirometer.
3. Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah usia, jenis kelamin,
posisi tubuh, dan suhu tubuh.
4. Pernapasan terbagi menjadi dua, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
5. Aktivitas sistem pernapasan (respiratory) diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., 1983. Ventilasi Paru-paru. In: Buku Teks Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC, 1-13.
Irianto, Kus. 2008. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis
Bandung: Yrama Widya.
RifaiI, Achmad. 2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 dalam Alat Ukur
Kapasitas Vital Pari Paru.Unnes Physics Journal. (1) 2: 18 23.
Syaifuddin. 1996. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: Penerbit EGC.
Wenzel, S.E., Larsen, G.L., 1996. Assesment of lung function. In: Bierman, C.W.,
Pearlman, D.S., Shapiro, G.G., Busse, W.W., ed. Allergy, asthma and
immunology from infancy to adulthood. Philadelphia: WB Saunders, 157
172.
Wulandari, Dyah Ayu. 2014. Karakteristik dan Kapasitas Paksa Paru Pekerja
Bagian Produksi Aspal Hotmix PT Sahabaritha Perkasa Abadi Tahun 2014.
Skripsi.Universitas Sumatera Utara.Medan.
Universitas Sriwijaya
ABSTRAK
Praktikum ini berjudul pernapasan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 14 Februari 2017 pukul 13.30 - 15.30 WIB. Bertempat di
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijya, Indralaya. Praktiuk ini bertujuan untuk
mempelajari paru paru dan mengukur kapasitas paru paru.Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum ini spidol permanen, toples permen, ember, selang,
spidometer hutchinsons, cermin, aquades dan CaO . Hasil yang didapat berupa
setiap kelompok memiliki jumlah pernapasan yang berbeda sesuai dengen jenis
kelaminnya. Kesimpulan yang didapat berupa Faktor yang mempengaruhi
frekuensi pernapasan adalah usia, jenis kelamin, posisi tubuh, dan suhu tubuh.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya