Anda di halaman 1dari 7

DATA PENGAMATAN

TABEL
Volume Volume Volume Volume
T (C) Oksalat NaOH (ml) NaOH (ml) Rata-Rata
Jenuh (ml) 1 2 (ml)
40 C 50 ml 6 ml 6 ml 6 ml
30 C 40 ml 4 ml 4 ml 4 ml
20 C 30 ml 2,7 ml 2,7 ml 2,7 ml
10 C 20 ml 1,5 ml 1,7 ml 1,6 ml

TABEL 2
T (K) S (M) X = 1/T Y= | ln S | X.Y X2

313 0,060 3,194 x 10-3 2,813 8,984 x 10-3 1,02 x 10-


5

303 0,040 3,300 x 10 -3


3,218 10,619 x 10 -3
1,09 x 10-
5

293 0,027 3,412 x 10 -3


3,611 12,320 x 10 -3
1,16 x 10-
5

283 0,016 3,533 x 10 -3


4,135 14,608 x 10 -3
1,25 x 10-
5

ANALISIS DATA
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan analisis data
sebagai berikut.
Pada praktikum kali ini di lakukan percobaan dengan judul kelarutan
sebagai fungsi suhu yang bertujuan untuk menentukan kelarutan zat pada berbagai
suhu dan menentukan kalor pembentukan differensial, dimana percobaan
dilakukan sebanyak empat kali dengan menvariasi suhu, dan untuk masing-
masing percobaan dilakukan perlakuan sebanyak dua kali

Pada awal percobaan, dilakukan pembuatan larutan jenuh asam oksalat


sebanyak 100 mL dengan cara mengisikan air ke dalam tabung reaksi hingga
sepertiga bagian tabung reaksi, selanjutnya memasukkan serbuk asam oksalat ke
dalam tabung reaksi tersebut, kemudian memanaskan larutan asam oksalat
tersebut hingga suhunya mencapai 50C dan larutan menjadi jenuh atau sampai
zat tersebut tidak tersisa lagi (tidak larut lagi). Kemudian diambil 50 mL larutan
jenuh asam oksalat tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
Selanjutnya memasukkan tabung reaksi besar yang berisi larutan jenuh asam
oksalat tersebut ke dalam gelas beaker yang telah berisi aquades.

Percobaan pertama, dilakukan pengadukan terhadap larutan jenuh asam


oksalat agar yang suhu awalnya berkisar 50C dapat turun 10C dari suhu
sebelumnya, sehingga suhunya menjadi 40C. Setelah suhu mencapai 40C
dilakukan pengambilan 10,00 mL terhadap larutan jenuh asam oksalat dengan
menggunakan pipet volume yang di beri kertas saring dibagian bawahnya lalu
mengencerkannya di dalam labu takar dengan ditambah akuades hingga
volumenya mencapai 100 mL, kemudian dikocok agar larutan dapat tercampur
dengan sempurna. Selanjutnya dilakukan dua kali pengambilan sebanyak 10,00
mL larutan jenuh asam oksalat yang telah diencerkan dan memasukannya ke
dalam erlenmeyer 1 dan erlenmeyer 2. Selanjutnya masing-masing erlenmeyer
diberi 3 tetes indikator fenolftalein menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer.
Kemudian di titrasi menggunakan larutan NaOH. Pada erlenmeyer pertama
diperoleh volume sebesar 6 mL dari hasil titrasi. Selanjutnya pada erlenmeyer
kedua diperoleh volume sebanyak 6 mL pula dari hasil titrasi kedua. Dari kedua
titrasi pada percobaan pertama dengan suhu 40C yang telah dilakukan, diperoleh
volume rata-rata sebesar 6 mL.

Percobaan kedua, prosedur yang dilakukan sama dengan percobaan


pertama, yang membedakan hanyalah suhu. Kemudian dilakukan pengadukan
kembali terhadap larutan jenuh asam oksalat agar yang suhu awalnya berkisar
40C dapat turun 10C dari suhu sebelumnya, sehingga suhunya menjadi 30C.
Setelah suhu mencapai 30C dilakukan pengambilan 10,00 mL terhadap larutan
jenuh asam oksalat dengan menggunakan pipet volume yang di beri kertas saring
dibagian bawahnya lalu mengencerkannya di dalam labu takar dengan ditambah
akuades hingga volumenya mencapai 100 mL, kemudian dikocok agar larutan
dapat tercampur dengan sempurna. Selanjutnya dilakukan dua kali pengambilan
sebanyak 10,00 mL larutan jenuh asam oksalat yang telah diencerkan dan
memasukannya ke dalam erlenmeyer 1 dan erlenmeyer 2. Selanjutnya masing-
masing erlenmeyer diberi 3 tetes indikator fenolftalein menggunakan pipet tetes
ke dalam erlenmeyer. Kemudian di titrasi menggunakan larutan NaOH. Pada
erlenmeyer pertama diperoleh volume sebesar 4 mL dari hasil titrasi. Selanjutnya
pada erlenmeyer kedua diperoleh volume sebanyak 4 mL pula dari hasil titrasi
kedua. Dari kedua titrasi pada percobaan pertama dengan suhu 30C yang telah
dilakukan, diperoleh volume rata-rata sebesar 4 mL.

Percobaan ketiga, prosedur yang dilakukan sama dengan percobaan


pertama, yang membedakan hanyalah suhu. Kemudian dilakukan pengadukan
kembali terhadap larutan jenuh asam oksalat agar yang suhu awalnya berkisar
30C dapat turun 10C dari suhu sebelumnya, sehingga suhunya menjadi 20C.
Setelah suhu mencapai 20C dilakukan pengambilan 10,00 mL terhadap larutan
jenuh asam oksalat dengan menggunakan pipet volume yang di beri kertas saring
dibagian bawahnya lalu mengencerkannya di dalam labu takar dengan ditambah
akuades hingga volumenya mencapai 100 mL, kemudian dikocok agar larutan
dapat tercampur dengan sempurna. Selanjutnya dilakukan dua kali pengambilan
sebanyak 10,00 mL larutan jenuh asam oksalat yang telah diencerkan dan
memasukannya ke dalam erlenmeyer 1 dan erlenmeyer 2. Selanjutnya masing-
masing erlenmeyer diberi 3 tetes indikator fenolftalein menggunakan pipet tetes
ke dalam erlenmeyer. Kemudian di titrasi menggunakan larutan NaOH. Pada
erlenmeyer pertama diperoleh volume sebesar 2,7 mL dari hasil titrasi.
Selanjutnya pada erlenmeyer kedua diperoleh volume sebanyak 2,7 mL pula dari
hasil titrasi kedua. Dari kedua titrasi pada percobaan pertama dengan suhu 20C
yang telah dilakukan, diperoleh volume rata-rata sebesar 2,7 mL.

Pada percobaan keempat, prosedur yang dilakukan sama dengan


percobaan sebelumnya, yang membedakan hanyalah suhu. Kemudian dilakukan
pengadukan kembali terhadap larutan jenuh asam oksalat agar yang suhu awalnya
berkisar 20C dapat turun 10C dari suhu sebelumnya, sehingga suhunya menjadi
10C. Setelah suhu mencapai 10C dilakukan pengambilan 10,00 mL terhadap
larutan jenuh asam oksalat dengan menggunakan pipet volume yang di beri kertas
saring dibagian bawahnya lalu mengencerkannya di dalam labu takar dengan
ditambah akuades hingga volumenya mencapai 100 mL, kemudian dikocok agar
larutan dapat tercampur dengan sempurna. Selanjutnya dilakukan dua kali
pengambilan sebanyak 10,00 mL larutan jenuh asam oksalat yang telah
diencerkan dan memasukannya ke dalam erlenmeyer 1 dan erlenmeyer 2.
Selanjutnya masing-masing erlenmeyer diberi 3 tetes indikator fenolftalein
menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer. Kemudian di titrasi menggunakan
larutan NaOH. Pada erlenmeyer pertama diperoleh volume sebesar 1,5 mL dari
hasil titrasi. Selanjutnya pada erlenmeyer kedua diperoleh volume sebanyak 1,7
mL pula dari hasil titrasi kedua. Dari kedua titrasi pada percobaan pertama dengan
suhu 10C yang telah dilakukan, diperoleh volume rata-rata sebesar 1,6 mL.

Pada praktikum ini juga dapat diketahui persamaan reaksi antara NaOH
dengan asam oksalat dan dapat dituliskan sebagai berikut:

2NaOH(aq) + H2C2O4 Na2C2O4(aq) + 2H2O()

Selanjutnya dari data percobaan, dapat dilakukan penghitungan terhadap besar


kelarutan dari masing-masing penurunan suhu dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

Sn = VNaOH / Vpengenceran. N NaOH


Sehingga diperoleh:
Pada suhu 40C
Sn = VNaOH / Vpengenceran. N NaOH
Sn = 6 mL / 100 mL . 1M
= 0,060 M
Pada suhu 30C
Sn = VNaOH / Vpengenceran. N NaOH
Sn = 4 mL/ 100 mL . 1 M
= 0,040 M
Pada suhu 20C
Sn = VNaOH / Vpengenceran. N NaOH
Sn = 2,7 mL / 100 mL . 1 M
= 0,027 M
Pada suhu 10C
Sn = VNaOH / Vpengenceran. N NaOH
Sn = 1,5 mL / 100 mL . 1 M
= 0,015 M
Selanjutnya, setelah diperoleh kelarutan dari masing-masing suhu, maka
dapat dilakukan perhitungan terhadap nilai | ln S | untuk memperoleh data dalam
pembuatan grafik logaritma kelarutan terhadap 1/T sebagai berikut:
Y = | ln S |
Pada suhu 40C
Y = | ln S |
| ln S | = | ln 0,060 |
= 2,813 M
Pada suhu 30C
Y = | ln S |
| ln S | = | ln 0,040 |
= 3,218 M
Pada suhu 20C
Y = | ln S |
| ln S | = | ln 0,027 |
= 3,611 M
Pada suhu 10C
Y = | ln S |
| ln S | = | ln 0,016 |
=4,135

Selanjutnya setelah diperoleh kelarutan masing-masing penurunan suhu,


maka dilakukan perhitungan 1/T untuk memperoleh data dalam pembuatan grafik
logaritma kelarutan terhadap 1/T sebagai berikut:
X = 1/T
Pada suhu 40C
X = 1/T
1/T = 1/ 313
3
= 3,194 x 10 K-1

Pada suhu 30C


X = 1/T
1/T = 1/ 303
3
= 3,300 x 10 K-1

Pada suhu 20C


X = 1/T
1/T = 1/ 293
3
= 3,412 x 10 K-1

Pada suhu 10C


X = 1/T
1/T = 1/ 283
3
= 3,533 x 10 K-1

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap X.Y untuk memperoleh data


dalam pembuatan grafik logaritma kelarutan terhadap 1/T sebagai berikut:
X.Y
Pada suhu 40C
3
X.Y = 3,194 x 10 K-1 x 2,813 M
3
= 8,984 10 K-1 M

= 0,00551M K-1
Pada suhu 30C
3
X.Y = 3,300 x 10 K-1 x 3,218 M
3
= 10,619 10 K-1 M

Pada suhu 20C


3
X.Y = 3,412 x 10 K-1 x 3,611 M
3
= 12,320 10 K-1 M

Pada suhu 10C


3
X.Y = 3,533 x 10 K-1 x 4,135 M
3
= 14,608 x 10 K-1 M

Selanjutnya untuk mengetahui nilai X, maka dilakukan perhitungan sebagai


berikut:
X
Pada suhu 40C
3
X = (3,194 x 10 )
5
= 1,02 x 10 K-2

Pada suhu 30C


3
X = (3,300 x 10 )
5
= 1,09 x 10 K-2
Pada suhu 20C
3
X = (3,412x 10 )
5
= 1,16 x 10 K-2
Pada suhu 10C
3
X = (3,533 x 10 )
5
= 1,52 x 10 K-2

Setelah di peroleh perhitungan di atas di peroleh grafik kelarutan terhadap


1/T adalah sebagai berikut,

GRAFIK LOGARITMA KELARUTAN TERHADAP 1/T


4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3,194 x 10-3 3,300 x 10-3 3,412 x 10-3 3,533 x 10-3

Anda mungkin juga menyukai