Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rengat adalah sebuah kecamatan dan sekaligus sebagai ibu kota


kabupaten indragiri hulu,Riau,indonesia.kota ini dilalui Sungai Indragiri penduduk
asi daerah ini adalah suku Jawa,Minang,Batak,Tiongoa,dan Sunda serta suku lain
sebagai suku pendatang di Rengat disebut Suku Talang Mamak yang dahulu nya
masih bermukim didalam hutan yang lebat,sampaisaat ini masi ada walau pun
sudah mulai ada pembaharuan dengan masyarakat sekitar hutan tempatnya.

Rengat juga terdapat sebuah tugu dibangun mengenang kepahlawanan


seorang bupati yang bernama TULUS (yang juga ayah kandung sastrawan
terkenal Chairil Anwar)pada masa Agresi Miiter II Belanda ke Indonesia

Di Belanda, kekerasan semasa Revolusi Nasional Indonesia dibiarkan tidak


diteliti selama puluhan tahun. Kalau pun ada penelitian, penelitian itu dilakukan
berdasarkan sudut pandang pihak Belanda saja. Pergulatan berat yang
berlangsung selama lima tahun penuh itu dikenal oleh masyarakat umum
Belanda sebagai aksi polisionil (politionele acties), istilah yang samar dan
terlalu halus. Sejumlah peristiwa kekerasan diringkas ke dalam dua rangkaian
peristiwa yang kecil-kecil saja. Pernyataan resmi dari perdana menteri pada
tahun 1969, yang dibuat berdasarkan penelitian arsip selama hanya tiga bulan,
mengatakan bahwa kekerasan yang ekstrem yang terjadi selama periode itu
hanya bersifat insidental. Laporan penelitian arsip tersebut yang disusun oleh
Cees Fasseur, ahli sejarah Belanda, diberi judul Nota Ekses (Excessennota).

Setelah itu, Indonesia terseret ke dalam keadaan perang sipil. Peristiwa


Rengat adalah salah satu serangan terhadap orang-orang sipil di Sumatra oleh
pasukan khusus Belanda yang dinamakan Korps Speciale Troepen. Peristiwa itu
terjadi pada tanggal 5 Januari 1949, pada akhir periode Agresi Militer Belanda II.
Menurut sumber Indonesia, hampir 2000 orang meninggal, sedangkan dokumen
Belanda menyebutkan perkiraan 80. Anehnya, peristiwa berdarah ini belum
mendapat tempat di dalam sejarah nasional baik bagi Indonesia maupun
Belanda

Suara trompet dan gendang mulai terdengar dari jauh ketika saya berjalan
menuju ke tempat upacara peringatan di pusat Rengat, sebuah kota kecil di
provinsi Sumatra Tengah. Berbagai jenis anggota masyarakat - pejabat dalam
pakaian dinas atau militer, pejabat kepolisian, anak sekolah, guru dan veteran -
berbaris di depan tugu yang dibangun di sebelah Sungai Indragini yang lebar dan
cokelat. Upacara Peringatan Peristiwa Rengat dimulai dengan sambutan-
sambutan yang menbicarakan Agresi Militer Belanda. Bupati meletakkan
karangan bunga di pelataran tugu. Setelah upacara, semua yang hadir berjalan
ke tepi sungai dan menaburkan bunga pada sungai. Saya, seorang Belanda, juga
diizinkan ikut menaburkan bunga.Begitu Perang Dunia II berakhir 71 tahun yang
lalu, Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945. Segera setelahnya pecahlah perang gerilya yang mengerikan
terhadap penjajah lama, Belanda. Antara tahun 1945 dan 1949, datang 140,000
orang militer Belanda untuk menjaga 'hukum dan ketenteraman'. Jumlah orang
yang hampir sama meninggal.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam proposal penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.


a. Apa yang dimaksud sejarah?
b. Apa saja sejarah yang ada direngat?
c. Bagaimana terjadi tragedi 5 januari?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan proposal penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan sejarah kota rengat.
b. Untuk mengetahui pengertian dari sejarah rengat

1.4 Hipotesis Penelitian


a) Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggaan- peninggalan sejarah
b) Sejarah rengat salah satu nya adalah agresi miiter II Belanda

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin diambil dari penulisan proposal penelitian ini adalah
untuk memastikan benar atau tidaknya sejarah Rengat itu memang ada apa
gak Selain itu juga untuk membantu sejarahwan lain nya mengetahui
sejarah Rengat bahwa sejarah Rengat bisa juga menjadi sejara dunia untuk
kota Rengat .

1.6 Batasan Masalah


Rengat,Dua kapal perang milik Belanda yang datang dari arah Tembilahan
tiba-tiba mendarat di Sungai Indragiri, Rabu, 5 Januari 1949, sekitar pukul
08.00 Wib. Dari dalam kapal perang bernama Gajah Merah, ratusan pasukan
baret merah Belanda atau sering disebut Korp Spesialie Tropen (KST)
dibawah komando Kapten Skendel keluar dan membakar Markas Kodim,
Markas Polisi, stasiun radio, sentral telepon, gudang pelabuhan hingga
Rumah Sakit.
Kedatangan dua kapal perang Gajah Merah tersebut setelah sebelumnya
pesawat Belanda membombardir Kota Rengat dan menerjunkan pasukan
payung. Seketika bunyi bom yang meledak di tanah bersatu dengan pekik
histeris warga yang panik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Rengat

Rengat adalah sebuah kecamatan dan sekaligus sebagai ibu kota


kabupaten indragiri hulu,Riau,indonesia. Aliran sungai Indragiri (Batang Kuantan)
di Rengat, berubah seketika menjadi kuburan mayat pejuang yang berusaha
mempertahankan negerinya dari orang-orang penjajah. Tubuh mereka
mengapung menutupi permukaan sungai. Mengharukan. Hati bagai teriris
sembilu, mengenang peristiwa yang sangat menyedihkan itu. Nyawa tak berharga
lagi. Tidak perduli apakah itu pejuang ataupun rakyat biasa. Semuanya dibantai
secara keji.Suara trompet dan gendang mulai terdengar dari jauh ketika saya
berjalan menuju ke tempat upacara peringatan di pusat Rengat, sebuah kota kecil
di provinsi Sumatra Tengah. Berbagai jenis anggota masyarakat - pejabat dalam
pakaian dinas atau militer, pejabat kepolisian, anak sekolah, guru dan veteran -
berbaris di depan tugu yang dibangun di sebelah Sungai Indragini yang lebar dan
cokelat. Upacara Peringatan Peristiwa Rengat dimulai dengan sambutan-sambutan
yang menbicarakan Agresi Militer Belanda. Bupati meletakkan karangan bunga di
pelataran tugu. Setelah upacara, semua yang hadir berjalan ke tepi sungai dan
menaburkan bunga pada sungai. Saya, seorang Belanda, juga diizinkan ikut
menaburkan bunga.

Begitu Perang Dunia II berakhir 71 tahun yang lalu, Sukarno


memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Segera setelahnya pecahlah perang gerilya yang mengerikan terhadap
penjajah lama, Belanda. Antara tahun 1945 dan 1949, datang 140,000 orang
militer Belanda untuk menjaga 'hukum dan ketenteraman'. Jumlah orang yang
hampir sama meninggal. Setelah itu, Indonesia terseret ke dalam keadaan perang
sipil. Peristiwa Rengat adalah salah satu serangan terhadap orang-orang sipil di
Sumatra oleh pasukan khusus Belanda yang dinamakan Korps Speciale Troepen.
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 5 Januari 1949, pada akhir periode Agresi Militer
Belanda II. Menurut sumber Indonesia, hampir 2000 orang meninggal, sedangkan
dokumen Belanda menyebutkan perkiraan 80. Anehnya, peristiwa berdarah ini
belum mendapat tempat di dalam sejarah nasional baik bagi Indonesia maupun
Belanda.

Di Belanda, kekerasan semasa Revolusi Nasional Indonesia dibiarkan tidak


diteliti selama puluhan tahun. Kalau pun ada penelitian, penelitian itu dilakukan
berdasarkan sudut pandang pihak Belanda saja. Pergulatan berat yang
berlangsung selama lima tahun penuh itu dikenal oleh masyarakat umum Belanda
sebagai aksi polisionil (politionele acties), istilah yang samar dan terlalu halus.
Sejumlah peristiwa kekerasan diringkas ke dalam dua rangkaian peristiwa yang
kecil-kecil saja. Pernyataan resmi dari perdana menteri pada tahun 1969, yang
dibuat berdasarkan penelitian arsip selama hanya tiga bulan, mengatakan bahwa
kekerasan yang ekstrem yang terjadi selama periode itu hanya bersifat
insidental. Laporan penelitian arsip tersebut yang disusun oleh Cees Fasseur, ahli
sejarah Belanda, diberi judul Nota Ekses (Excessennota). Sebuah daftar peristiwa-
peristiwa yang 'instidental' dapat ditemukan di dalamnya. Akan tetapi, baru-baru
ini hasil penelitian yang lain diumumkan di Belanda, yang menyimpulkan bahwa
kekerasan ekstrem tentara Belanda adalah justru 'struktural'

2.2 Agresi miiter II Belanda

Peristiwa itu sangat tragis dan susah dilupakan. Apalagi bila melihat tugu
5 Januari yang berdiri kokoh tepat di pinggir sungai indragiri. Tugu yang memang
dipersembahkan untuk mereka yang telah mendahului kita. Puluhan nama tentara
dan rakyat yang tewas pada peristiwa itu, terpampang jelas di tugu tersebut.
Semua tahu, sebenarnya bukan itu harapan dari perjuangan yang mereka berikan.
Namun tiada lagi yang dapat diberikan untuk mereka yang telah memberikan
indah dan nyamannya kehidupan sekarang, selain doa yang ikhlas serta
bangunan tugu untuk dapat dikenang sepanjang masa.

Bulan Januari, peristiwa berdarah yang telah membuat banjir air mata.
Saat itu, 2 Januari 1949, Kota Rengat yang merupakan ibu kota kabupaten
indragiri hulu, menjadi incaran utama pasukan belanda. Sehingga pasukan yang
dikirim Belandapun relatif besar dibandingkan dengan pasukan belanda yang
dikirim ke daerah lain.

Besarnya pasukan yang dikirim, disebabkan oleh perkiraan mereka


tentang kuatnya pertahannan Indragiri, adanya kilang senjata di beberapa daerah
dan beberapa intelligen mereka bahwa kekuatan TNI di Rengat melebihi daerah
lain di Riau. Tampaknya perkiraan mereka tak membawa keberuntungan kepada
pejuang Indragiri. Malah membuat kewalahan yang tak dapat mereka
atasi.Sebelum dapat menduduki kota Rengat, Belanda telah memgadakan
pengintaian terlebih dahulu dari udara. Hal ini sudah dimulai sejak 2 Januari 1949.
Pengintaian yang dilakukan tidak hanya Rengat, Air Molek, Lirik dan Taluk
Kuantan. Ketiga kota tersebut menjadi incaran peluru yang ditembak dari udara.
Selain melumpuhkan daerah itu, Belanda juga berusaha meluluhlantakkan daerah
pintu masuk menuju rengat. Pengintaian ini berlangsung hingga 4 Januari 1949.

Upaya mereka melumpuhkan kota dan daerah pintu masuk Rengat


membawa hasil. Rengat diserang habis-habisan oleh Belanda. Hari itu, 5 Januari
1949, matahari belum lagi tinggi, namun dua pesawat Mus-tang Belanda telah
muncul dari arah tenggara Rengat. Suara Mustang meraung-raung mengiringi
teriakan penduduk tak berdosa yang terkena serangan tembakan dan lemparan
granat. Serangan serupa juga terjadi di Air Molek dan Taluk Kuantan secara
bergantian.Serangan dadakan ini berlangsung hingga sang surya hampir
mencapai puncaknya. Ternyata itu belum selesai, setelah tembakan dan lemparan
granat, muncul lagi tujuh buah pesawat Dakota yang membawa ribuan pasukan.
Pesawat Dakota berputar-putar mengelilingi kota mencari sasaran untuk
menerjunkan pasukannya. Sementara Dakota menerjunkan pasukan, payung
baret hijau , pesawat mustang mulai lagi memuntahkan tembakan hingga
menyapu habis benteng-benteng TNI sepanjang sungai Indragiri dan Markas
Batalyon.

Ketika pasukan Belanda mendarat, terjadilah gempuran hebat dari


pejuang Indragiri. Terntara, rakyat, dan polisi saling bahu-membahu melawan
pasukan belanda. Korban berjatuhan dikedua belah pihak. Lebih kurang 2.000
orang indragiri menjadi keganasan peluru yang membabi buta. Serangan pasukan
Belanda dari udara menghantam rumah-rumah penduduk sehingga rakyat tidak
sempat menyingkir, karena letak kota Rengat yang tidak memungkinkan untuk
mengadakan perlindungan, disana sini hanyalah bentangan sawah dan rawa.Dari
sekian banyak korban yang jatuh, kebanyakan yang menjadi sasaran peluru
musuh adalah rakyat. Di antara pejabat dan anggota TNI yang gugur ialah Bupati
Tulus (Ayah kandung pujangga Chairil Anwar), Wedana Abdul Wahab, Kepala Polisi
Korengkeng, Wakil Kepala Polisi Kosen dan pejabat lainnya.

Peristiwa 5 Januari, betul-betul serangan yang penuh dengan kekejaman


dan kebiadaban. Rakyat dan tentara tak dipermasalahkan.
Semua diperlakukan sama dan diberondong tanpa kenal ampun. Akhirnya sore
hari, Rengat dapat dikuasai sepenuhnya oleh belanda. Hal ini disebabkan oleh
besarnya pasukan belanda serta serangan mereka dari berbagai penjuru.Rasa
haru dan sedih menjadi satu melihat teman, orang tua, istri, suami serta anak
yang bergelimpangan tak bernyawa di jalanan. Lebih parah lagi, semua rakyat
dikumpulkan, lalu disuruh mengangkat korban-korban yang berserakan di dalam
kota, kemudian saudara-saudara mereka yang menjadi korban peristiwa
menggenaskan itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Indragiri.Pasukan Belanda
mulai berdatangan di Kota Rengat untuk memperkuat daerah yang telah berhasil
dikuasainya. Selain itu operasi pembersihan terhadap anggota TNI yang
tertangkap diakhiri dengan peluru maut Belanda lalu dibuang ke sungai yang
menjadi saksi bisu.

pernah membeli ikan dan dari perutnya keluar jari manusia. Cerita Ibu Rubina ini
kembali ditegaskan oleh Encik Masfar, 89 tahun, yang kami wawancarai
kemudian. Dia melihat mayat-mayat yang berjumlah 'sekitar 1,600' terapung di
sungai. Itu memanjang dari pusat kota sampai sejauh jangkauan mata. Dia
pusing dan muak dengan baunya. "Ada mayat yang tersangkut pada pohon yang
terapung." Beberapa mayat memakai seragam militer, tapi kebanyakan
telanjang, tambahnya.

Setelah kembali di Belanda, saya mencocokkan bersama Bart Luttikhuis,


ahli sejarah di KITLV, daftar nama korban 186 orang di tugu dengan daftar nama
korban 120 orang dalam laporan penyelidikan sipil Belanda. Ternyata, nama yang
cocok di kedua daftar itu hanya 36 buah. Bila kedua daftar itu dianggap benar,
jumlah korban menjadi 270 orang. Akan tetapi, begitu kecilnya jumlah nama
yang cocok di dua daftar mengisyaratkan bahwa kedua-duanya tidak lengkap.
Jumlah korban yang sebenarnya sudah tidak dapat dilacak. Apa yang jelas
adalah bahwa jumlah itu besar dan bahwa jauh lebih dari 80 orang kehilangan
nyawa.

Kelihatannya, tidak ada kepemimpinan yang baik pada serangan di


Rengat. Residen mengeluh dalam laporannya tentang tidak baiknya koordinasi
dan kurang bermutunya personel militer. Dua orang sosiolog Belanda, Hendrix
dan Van Doorn sudah menyatakan di dalam bukunya yang diterbitkan pada
tahun 1970 bahwa kekerasan massal selama Perang Kemerdekaan Indonesia
oleh pasukan-pasukan tersebut merupakan hal 'struktural', bukan 'insidental'.
Ahli sejarah De Moor menggarisbawahi bahwa membunuh adalah tugas mereka:
mereka adalah satuan pelawan gerilyawan. De Moor menyimpulkan bahwa
'eksekusi dan pembantaian tawanan perang sering terjadi' selama operasi militer
pasukan khusus itu; itu merupakan 'prosedur standar' mereka. Dokumen-
dokumen yang saya baca membenarkannya dan juga memperlihatkan bahwa
Rengat bukan perkecualian selama 'aksi polisionil' di Sumatra. Tidak jauh
sebelum serangan di Rengat, pasukan payung yang sama melakukan kekerasan
yang ekstrem di Jambi, kota berdekatan. Di dalam laporan penyelidikan militer
tersebut di atas, terdapat pula pernyataan oleh seorang fotografer perang
Belanda bahwa meski pasukannya dapat mendarat di Jambi tanpa perlawanan
apa-apa, toh mereka menembak gila-gilaan. Bahkan mereka melakukan
'penjarahan dan perusakan' juga. Pekerja-pekerja di rumah sakit disuruh berdiri
menghadapi dinding, kemudian 'seorang tentara Eropa yang memegang karabin
besar' menembak tiga orang pemuda yang memakai tanda palang merah.
"Mereka yang jatuh tergeletak tapi masih bergerak di atas tanah ditembak lagi
kepalanya oleh tentara yang lain dengan pistol."

Keterangan yang lain adalah bahwa para personel pasukan payung itu
sudah sangat letih dan kemungkinan minum pil sebelum mendarat di Rengat.
Setelah peristiwa di Rengat, komandan pasukan Kapten W.D.H. Eekhout menulis
kepada atasannya bahwa 'tiga orang tentara jatuh pingsan' sebelum 'menaiki
pesawat untuk terjun.' Mereka benar-benar terlampau letih setelah tiga kali
terjun dalam tiga minggu: Yogyakarta, Jambi, dan Rengat. Oleh karena itu,
Eekhout memberikan Benzedrine kepada anak buahnya. Pil ini banyak dipakai
selama Perang Dunia II dan kemudian selama Perang Vietnam. Pil yang bekerja
seperti pil Speed ini dimaksud untuk 'menghilangkan keletihan.' Celakanya,
pasukan payung itu sebelumnya secara kebetulan didaratkan di sawah di luar
Sekip yang sedang kebanjiran. Mereka hampir tercekik dalam lumpur. 'Operasi
ini benar-benar pantas dinamakan Operasi Lumpur,' tulis Eekhout.

Barangkali budaya pasukan khusus pun ikut memainkan peranan. Letnan


Rudy de Mey yang berdinas memimpin serangan di Rengat adalah teman
dekatnya Kapten Raymond Westerling, mantan komandan pasukan khusus yang
terkenal kejinya dan bertanggungjawab atas terbunuhnya ribuan orang Indonesia
di Sulawesi Selatan. Ahli sejarah Swiss-Belanda Rmy Limpach menulis di dalam
artikelnya yang berjudul 'Bekerja seperti biasa' (Business as usual) bahwa para
pejabat tinggi militer Belanda menilai pembunuhan di Sulawesi Selatan itu
prestasi yang gemilang dan teladan yang pantas ditiru. Di dalam memoarnya
yang berterang-terangan diterbitkan di Belanda pada tahun 1952, Westerling
menggambarkan dirinya sebagai 'ratu adil', 'Robin Hood' di Timur, pembela
rakyat kecil, pencipta ketenteraman dan perdamaian. Dia menggambarkan misi
militernya seolah-olah sama dengan misi suci yang diserukan di dalam Kitab Injil.
'DNA' yang diturunkannya kepada rekan-rekannya seperti De Mey dibentuk atas
sebuah keyakinan: orang Indonesia harus dibebaskan dari orang Indonesia yang
lain melalui kekerasan massal. Dia adalah Yakub yang memisahkan domba hitam
dari domba putih. Kepercayaan Westerling pada De Mey begitu besar sehingga
sejak September 1947 De Mey diserahi kepemimpinan atas aksi istimewa seperti
yang di Rengat. Bila membaca buku oleh De Moor, terjumpai sana-sini
kebingungan moral pemerintah Belanda terhadap 'pembersihan' yang dilakukan
De Mey. Pada mulanya, memisahkan domba dari domba rasanya seperti tugas
yang mustahil, tapi akhirnya datanglah Sang Penebus, Westerling sendiri, yang
berbuat jasa begitu besar dan banyak sehingga memperoleh sejumlah halaman
yang diperuntukkan baginya di dalam buku sejarah. Seolah sebagai seorang
martir, dia menyatakan dengan bangga kesanggupannya akan menjadi kambing
hitam untuk apa saja yang berjalan salah di Indonesia.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian akan membahas tentang, (1) waktu dan tempat penelitian,(2)
desain/rancangan penelitian, (3) populasi, sampel, dan teknik sampling, (4) variabel
penelitian, (5) pengumpulan data dan teknik analisis data, (6) keterbatasan penelitian
yang akan dipaparkan sebagai berikut.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian mulai tanggal 25 Desember 2016 sampai dengan


30 Desember 2016 Penelitian akan dilakukan di Jl. Veteran Rengat,Riau tempatnya
salah satu rumah tentara yang tahu tentang sejarah.
3.2 Desain/Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mendatangin langsung narasumber yang


mengetahui kejadian saat pembataian kejam oleh Belanda ke masyrakat Rengat.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Daun buah sirsak yang ada di sekitar lingkungan peneliti akan menjadi populasi
penelitian. Sampel penelitian adalah daun buah sirsak. Teknik sampling adalah
dengan mengambil secara sak daun buah sirsak yang akan digunakan dalam
penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah data dari hasil penelitian kandungan zat kimia pada
daun buah sirsak.

3.5 Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian laboratorium terhadap


kandungan kimia di dalam daun buah sirsak. Teknik analisis data akan dilakukan
dengan konfirmasi tentang kandungan zat kimia di dalam daun buah sirsak bisa atau
tidak dapat menjadi obat kanker.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ada pada sampel yang cukup susah dicari. Selain itu, waktu
yang tepat untuk bisa memakai laboratorium kimia Jurusan Farmasi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang juga
mengalami kendala. Untuk melakukan penelitian dan analisa data juga memerlukan
waktu yang cukup lama.

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Waktu pelaksanaan penelitian mulai tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 30 April
2015. Penelitian akan dilakukan di Jl. Gajayana, No. 50 Malang, tempatnya di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan menggunakan fasilitas
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Sains dan Teknologi,
Jurusan Farmasi berupa Laboratorium Kimia. Jadwal Kegiatan Penulisan Hasil
Penelitian Manfaat Daun Buah Sirsak Sebagai Obat Kanker meliputi (1) penyusunan
proposal penelitian, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, (4) penyusunan laboran
yang akan dipaparkan sebagai berikut.

Jadwal Kegiatan Penulisan Hasil Penelitian Manfaat Daun Buah Sirsak


Sebagai Obat Kanker
Tahun 2015

Kegiatan
Januari Februa Maret April
ri

Penyusunan Proposal V
Penelitian

Pengumpulan Data V

Analisis Data V

Penyusunan Laporan V

PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, maka semua biaya ditanggung oleh
penulis. Rincian biaya akan dipaparkan sebagai berikut.

Rincian Biaya Penelitian Manfaat Daun Buah Sirsak Sebagai Obat


Kanker
Jenis Bahan dan Alat Biaya yang Diperlukan
Penelitian

Pembelian Bahan Kimia Rp 750.000,-

Sewa Alat di Laboratorium Rp 1.500.000,-

Pembelian Alat Tulis Rp 150.000,-

Biaya Pembuatan Skripsi Rp 250.000,-

Biaya Penggandaan Skripsi Rp 150.000,-

Biaya Perjalanan Rp 250.000,-

Total Rp 3.050.000,-

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kanker: wikipedia diakses pada 10 Desember 2014 pukul 12:46 WIB
Jatikom, Kandungan Kimia dan Manfaat Daun Sirsak: http://www.jatikom.com
diakses pada 10 Desember 2014 pukul 16.06 WIB
Jemal A, Murray T, Ward E, Samuels A, Tiwari RC, Ghafoor A, Feuer EJ, Thun MJ.
Cancer statistics, 2005. CA Cancer J Clin 2005;55:10-30.
Magdalena, Maureen M., 2006. Kombinasikan Khasiat Daun Sirsak untuk Kanker.
Solo: Deherba Press
Wahyudi. 2008. Khasiat Daun Sirsak Untuk Kanker. Semarang: TOGA Press
Advertisements

Sumber http://www.jatikom.com/2016/03/contoh-proposal-
penelitian.html#ixzz4U6r3NsVr
Follow us: jatikom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai