Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN DAN STUDI KASUS

INTRODUCTORY ECONOMICS FOR MANAGERS

ANALISIS KEBIJAKAN KONTROL HARGA DALAM HARGA ECERAN


TERTINGGI OBAT GENERIK DAN UPAH MINIMUM PROVINSI

DISUSUN OLEH:

Johanes Valentino (17REG70070)


Maria Maya Sylvia Kusumawardhani (17REG70080)
Rissa Pradeski (17REG70105)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
1. Pengantar

Persaingan antar pelaku usaha yang semakin ketat menuntut produsen


untuk menekan biaya produksi serendah-rendahnya demi mencapai profit
setinggi-tingginya. Sementara itu, konsumen menginginkan harga produk yang
serendah-rendahnya. Dua keinginan yang berlawanan tersebut dapat menimbulkan
konflik antara konsumen dan produsen. Produsen yang ingin mencapai profit
setinggi-tingginya menetapkan harga yang tinggi tanpa mempertimbangkan daya
beli konsumen. Di sisi lain, ada produsen-produsen yang bersaing kurang sehat
dengan menurunkan harga serendah-rendahnya agar mudah memperoleh
konsumen. Pada titik ini, pengendalian harga oleh pemerintah perlu dilakukan
supaya dapat memuaskan konsumen maupun produsen.

Tidak semua yang harganya dikontrol dapat mendapatkan timbal balik


sesuai yang diharapkan pemerintah, salah satu yang sering terjadi adalah adanya
demonstrasi terkait Upah Minimum Regional (UMR) yang diinisiasi oleh buruh.
Buruh menginginkan UMR lebih tinggi dari ketetapan pemerintah supaya
terpenuhi kebutuhannya sehari-hari, sementara perusahaan ingin menekan harga
upah demi menekan biaya pengeluaran. Contoh lainnya yang terjadi adalah
penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk obat yang inkonsisten karena
pembatasan ini hanya berlaku untuk obat generik saja.

Penetapan harga terendah atau tertinggi sebagai salah satu cara untuk
mengendalikan harga juga berdampak pada penawaran dan permintaan barang
tersebut. Tulisan ini akan membahas lebih jauh tentang dasar-dasar pengaturan
harga, dampaknya terhadap penawaran dan permintaan, serta contoh kasus untuk
melihat bagaimana penetapan pengaturan harga terjadi di lapangan.

2. Dasar Teori

Pengendalian harga atau price control adalah suatu kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah untuk mengatur harga barang dan jasa di pasar. Hal ini tentu
memengaruhi ekuilibrium pasar, yaitu suatu keadaan seimbang ketika permintaan
dan penawaran bertemu, melalui proses tawar menawar hingga menghasilkan
suatu kesepakatan pada harga tertentu. Pembahasan mengenai pengendalian harga

2
dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu kebijakan harga tertinggi (price ceiling) dan
kebijakan harga terendah (price floor).

PRICE CEILING

Price ceiling adalah pembatasan harga yang dibuat oleh pemerintah karena
kenaikan harga yang tak terkendali. Pemerintah berniat untuk melindungi
konsumen atau lebih berpihak pada konsumen karena dalam hal ini konsumen
lebih dirugikan karena harga yang terlalu tinggi.

Gambar 1. Kurva price ceiling

Kebijakan price ceiling menyebabkan terjadinya shortage, yaitu suatu


kondisi saat jumlah barang yang diminta lebih banyak daripada jumlah barang
yang ditawarkan (Qd > Qs). Penetapan price ceiling di bawah harga ekuilibrium
membuat produsen hanya ingin memproduksi lebih sedikit dengan harga yang
lebih rendah dan konsumen ingin membeli lebih banyak pada harga yang lebih
rendah. Shortage yang diakibatkan oleh adanya price ceiling dalam jangka
panjang dapat menyebabkan adanya pengkhususan atau diskriminasi terhadap
konsumen.

PRICE FLOOR

Price floor merupakan pembatasan harga yang dibuat pemerintah karena


harga di pasar terlalu rendah. Pemerintah berniat untuk melindungi produsen atau

3
dengan kata lain price floor lebih berpihak pada produsen karena dalam hal ini
produsen yang lebih dirugikan karena harga yang terlalu rendah.

Gambar 2. Kurva price floor

Price floor dapat menyebabkan terjadinya surplus atau saat jumlah barang
yang ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta (Q s >Qd). Produsen
akan menetapkan harga jual di atas harga ekuilibrium dan permintaan dari
konsumen akan berkurang. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan
meningkatkan ekspor untuk mengurangi penawaran atau pembelian surplus
produksi oleh pemerintah.

3. Contoh Kasus Price Ceiling: Harga Eceran Tertinggi Obat Generik

Penentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik merupakan salah


satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur harga obat yang
bervariasi antara satu tempat dengan lainnya. Peraturannya pertama kali
ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 069/Menkes/SK/II/2006.
HET yang tercantum pada kemasan obat adalah harga netto apotek (HNA)
ditambah PPN 10% dan margin apotek. HNA diharapkan tidak lebih dari 74%
HET.

Meski telah diatur dengan rinci pada Keputusan Menteri Kesehatan,


beberapa apotek masih menjual obat di atas harga eceran tertinggi, seperti di
Kabupaten Siak, Riau. Dinas Kesehatan Riau menganjurkan warga untuk

4
membuat laporan tertulis agar segera ditindaklanjuti. Sementara itu, pemerintah
pusat tengah membangun sistem pengawasan obat daring, sehingga seluruh warga
Indonesia bisa mengaksesnya secara langsung dan mudah.

Penetapan price ceiling untuk obat generik membawa dampak shortage di


beberapa daerah, salah satunya di Sumedang. Rumah sakit di Sumedang
mengalami kekurangan obat generik pada bulan November 2016, sementara
pengadaan obat generik baru akan berlangsung sekitar bulan Februari-Maret 2017.
Di lain sisi, penetapan price ceiling juga menimbulkan kontra dari pelaku usaha
farmasi karena dianggap menekan pertumbuhan industri.

4. Contoh Kasus Price Floor: Upah Minimum Provinsi

Contoh konsep price floor yang diberlakukan di Indonesia adalah Upah


Minimun Regional (UMR) atau yang sekarang dikenal dengan Upah Minimum
Provinsi (UMP). Konsep UMP merupakan peraturan pemerintah yang mengatur
gaji minimum para pegawai atau buruh di Indonesia. UMP sendiri ditetapkan
melalui proses yang panjang dengan melakukan >urvey rata-rata harga kebutuhan
pokok yang dibutuhkan masyarakat atau angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Seperti namanya, nilai UMP berbeda-beda di sejumlah daerah di Indonesia karena
angka KHL juga berbeda di setiap daerah. Contohnya, UMP di Jakarta dan
Yogyakarta berbeda karena angka KHL di kedua tempat tersebut juga relatif
berbeda.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 20 tahun 2015 tentang UMP DKI
Jakarta 2016 menetapkan UMP di angka Rp. 3.100.000,-. Sementara, perkiraan
angka rata-rata KHL di Jakarta tahun 2016 adalah sebagai berikut
Tabel 1. Contoh perhitungan KHL di Jakarta
Kebutuhan pokok Harga minimum /hari Pengeluaran /bulan (30 hari)
Pangan Rp. 50.000,- Rp. 1.500.000,-
Papan Rp. 1.300.000,-
Sandang Rp. 200.000,-

Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, UMP ditetapkan di angka Rp


1.300.000,-. UMP di Yogyakarta memang tergolong rendah, namun hal itu
didukung angka KHL yang masih cukup terjangkau, contohnya sebagai berikut:

5
Tabel 2. Contoh perhitungan KHL di Yogyakarta
Kebutuhan pokok Harga minimum /hari Pengeluaran /bulan (30 hari)
Pangan Rp 30.000,- Rp. 900.000,-
Papan Rp. 500.000,-
Sandang Rp. 100.000,-

Dari kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa UMP ditentukan


berdasarkan harga kebutuhan pokok di suatu daerah. Jika angka KHL di daerah
tersebut memang tinggi, otomatis upah buruh juga harus menyesuaikan supaya
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila pendapatan mereka
kurang dari total harga kebutuhan pokok, biasanya akan menimbulkan konflik
antara pemerintah dan masyarakat untuk menuntut keadilan UMP. Contoh yang
biasa terjadi yaitu demo kenaikan UMP atau demo mogok kerja terhadap
produsen.
Ditetapkannya UMP juga tidak menjamin semua perusahaan mematuhi
kebijakan tersebut. Masih ada beberapa perusahaan yang menggaji karyawannya
di bawah angka UMP dengan berbagai alasan, salah satunya adalah
ketidakmampuan perusahaan membayar upah sesuai UMP. Hal ini menyebabkan
terjadinya PHK dan surplus tenaga kerja. Tetapi sebaliknya, apabila perusahaan
yang tidak punya kemampuan untuk menggaji karyawan di atas UMP, maka
perusahaan terancam bangkrut.
Dalam kasus ini, pemerintah sebagai pihak yang menetapkan kebijakan
diharapkan mampu mendisiplinkan usaha yang berjalan tentang angka UMP yang
seharusnya. Pemerintah bisa mengadakan penertiban usaha atau sidak dan
mengetahui perusahaan mana saja yang tidak memberi upah buruh sesuai
kebijakan yang berlaku.

5. Kesimpulan

Kebijakan price control baik price ceiling dan price floor sudah bisa dan
mampu diterapkan di Indonesia. Pada penerapannya, price control tidak membuat
salah satu pihak lebih dirugikan atau diuntungkan. Dampak negatif adalah price
control adalah adanya shortage (kekurangan stok obat) atau surplus (PHK dan
pengangguran). Kenyataannya, kebijakan ini belum berjalan secara efektif

6
misalnya penjualan obat generik di atas HET dan pembayaran upah di bawah
UMP. Maka dari itu, perlu ada pengawasan pemerintah untuk mengawasi
kebijakan tersebut agar tetap diikuti oleh produsen maupun konsumen dan
memberikan sanksi tegas bagi pihak pelanggar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aldila, N. 2017. Harga Obat Rendah, Pertumbuhan Industri Farmasi Terhambat.


[Online]
Available at: http://industri.bisnis.com/read/20170127/257/623269/harga-obat-
rendah-pertumbuhan-industri-farmasi-terhambat (diakses April 2017)

Baye, M.R., Prince, J.T., 2013. Managerial Economics and Business Strategy
Eighth Edition, McGraw-Hill Education: Glasgow

Belarminus, R., 2016. Buruh Juluki Ahok Bapak Upah Murah karena Jakarta
Kalah dari Bekasi dan Karawang. [Online]
Available at:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/29/12163021/buruh.juluki.ahok.bap
ak.upah.murah.karena.jakarta.kalah.dari.bekasi.dan.karawang (diakses April
2017)

Donald, S. 2014. Harga Obat di Siak Dijual Melebihi HET, Kadiskes: Bikin
Laporan Tertulis, Nanti Saya Tindaklanjuti. [Online]
Available at: https://www.goriau.com/berita/pemerintahan/harga-obat-di-siak-
dijual-melebihi-het-kadiskes-bikin-laporan-tertulis-nanti-saya-tindaklanjuti.html
(diakses April 2017)

Jukardi, A. 2017. RSUD Sumedang Kekurangan Stok Obat. [Online]


Available at: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/02/13/rsud-
sumedang-kekurangan-stok-obat-393396 (diakses Maret 2017)

Kartika, D. 2017. Rincian Biaya Hidup Terbaru di Jakarta Berdasarkan KHL


Tahun 2017. [Online]
Available at: http://harga.web.id/biaya-hidup-terakurat-di-jakarta-menurut-
khl.info (diakses Maret 2017)

8
Larasanty, A. 2017. Biaya Hidup di Jogja yang Perlu Kamu Tahu. [Online]
Available at: http://trivia.id/post/biaya-hidup-di-jogja-yang-perlu-kamu-tahu-buat-
kamu (diakses Maret 2017)

Widiarini, A., Sahputri, D.L. 2017. Menkes Dorong Harga Obat Lebih
Transparan. [Online]
Available at: http://life.viva.co.id/news/read/881394-menkes-dorong-harga-obat-
lebih-transparan (diakses April 2017)

Yanuar. 2015. Yogyakarta Raih Upah Minimum Tertinggi. [Online]


Available at: http://bisnis.liputan6.com/read/2355854/yogyakarta-raih-upah-
minimum-tertinggi (diakses April 2017)

9
DAFTAR REFERENSI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 436/MENKES/SK/XI/2013. Jakarta: Departemen
Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/525/2015. Jakarta: Departemen
Kesehatan

10

Anda mungkin juga menyukai