Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Dengan keterbatasan waktu, dalam proses pencarian data dan

informasi demi terselesainya skripsi, maka:

1. Dalam penelitian ini tidak semua peneliti dapat meneliti variabel-

variabel yang menyangkut tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal

care). Salah satu contohnya variabel yang tidak dapat di teliti oleh

peneliti seperti sosial ekonomi, dukungan atau dorongan moril dari

keluarga ataupun suami dan hanya meneliti kuantitas atau jumlah

kunjungan antenatal care saja

2. Peneliti hanya meneliti variabel-variabel tertentu saja yang menyangkut

tentang pengetahuan, sikap ibu hamil dan pemeriksan kehamilan

(antenatal care) dan sampel juga terbatas yaitu hanya 136 responden.

5.2. Karakteristik Responden

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 di dapatkan sebanyak

136 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tertinggi

yaitu berumur 20-35 tahun sebanyak 107 responden (78,69%), sedangkan

proporsi terendah yaitu berumur <20 tahun sebanyak 4 responden (2,94%).

Menurut (Surayin,2010) Umur adalah lamanya waktu hidup

seseorang dalam tahun yang di hitung sejak dilahirkan saat ini dalam
satuan tahun. Menurut Badan Litbang kesehatan Indonesia tahun 2010,

klasifikasi Umur yaitu berisiko umur 20 tahun, tidak berisiko umur 20-35

tahun.

Menurut maulany (2004), usia 20-35 tahun merupakan umur yang

ideal bagi wanita untuk hamil karena merupakan masa reproduksi yang

sehat. Komplikasi selama kehamilan lebih sering terjadi ketika wanita

mencapai umur 35 tahun.

Hasil dari observasi peneliti berpendapat bahwa umur 20-35 tahun

merupakan umur yang ideal bagi wanita untuk hamil karena merupakan

masa reproduksi yang sehat. Pada umur ini di harapkan wanita harus

memiliki kesiapan fisik maupun mental dalm menghadapi kehamilannya

dan harus memiliki pemahaman mengenai pengetahuan gizi seimbang

pada masa kehamilan. Walaupun sebagian besar ibu hamil memiliki umur

yang ideal, namun ada juga ibu hamil yang memiliki risiko tinggi yaitu ibu

hamil yang berumur <20 tahun dan > 35 tahu karena umur yang terlalu

muda atau terlalu tua dapat berpengaruh terhadap timbulnya hal yang tidak

di inginkan pada saat pesalinan seperti perdarahan dan pada umur tersebut

dapat menimbulkan kurangnya pemahaman tentang informasi atau

pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal care) pada masa

kehamilan. Menurut Notoadmodjo (2001), bahwa umur mempengaruhi

tingkat penerimaan informasi yakni semakin tua umur seseorang

ingatannya semakin berkurang, sehingga sulit menerima informasi yang

diberikan, sebaliknya semakin muda umur akan lebih mudah menerima

informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk mengetahui suatu hal.
2. Paritas

Berdasarkan hasil dari tabel 4.4 di dapatkan bahwa hasil penelitian

berdasarkan Paritas menunjukkan bahwa proporsi tertinggi yaitu

multigravida sebanyak 97 responden (71,3%), sedangkan proporsi

terendah yaitu Primipara sebanyak 39 responden (28,68%).

Menurut winkjosastro (2011), paritas 2-4 merupakan paritas yang

paling aman di tinjau dari sudut keatian maternal. Paritas 1 dan paritas

tinggi (lebih dari 4) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Paritas 1 dianggap berisiko karena keadaan endometrium pertama kali di

buahi sehingga berada dalam proses adaptasi, sedangkan paritas

grandemulti lebih berisiko karena otot uterus ibu hamil lemah dan

cenderung mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.

Menurut Green dan lawrence (2005) ibu yang melakukan

pemeriksaan kehamilan pada respon dan primigravida dan atau kehamilan

pertama dimana tempat kecenderungan pada primigravida untuk mencari

informasi lebih banyak yang berkaitan dengan kehamilannya salah satu di

antaranya tentang betapa pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan,

di bandingkan dengan ibu multipara dan ibu grande multi para. Pada ibu

multipara dan ibu grandemultipara yang memiliki pengetahuan hamil dan

melahirkan, sehingga terbentuk pola pikir yang menempatkan pentingnya

pemeriksaan kehamilan pada saat kehamilan.

Menurut Salmah (2006) semakin banyak paritas ibu maka

pengalaman semakin bertambah. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002) paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan


jumlah anak yang pernah di lahirkan, semakin banyak paritas semakin

banyak pula pengalaman dan pengetahuannya sehingga mampu

memberikan hasil yang lebih baik dan suatu pengalaman dan

pengetahuannya sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik dan

suatu pengalaman masa lalu mempengaruhi belajar.

Hasil observasi jadi peneliti berpendapat bahwa paritas (hamil dan

lahir hidup) dengan interval kurang dari 2 tahun, jumlah kehamilan di atas

4 kali, umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sudah tua

(di atas 35 tahun) adalah risiko tinggi bagi ibu. Usia 20-30 tahun adalah

periode paling baik untuk melahirkan, pencegahan risiko pada kehamilan

dapat di hindari dengan 4T (terlalu banyak anak, terlalu dini, terlalu

lambat dan terlalu rapat).

3. Tingkat Pendidikan

Berdasrkan hasil penelitian pada tabel 4.2 di dapatkan bahwa

proposi tertinggi yang menjadi responden berpendidikan SMP sebanyak

97 orang (71,32%). ,dan proporsi terendah berpendidikan SD 4 responden

(2,95%). Dan yang Menurut azwar (2009), makin tinggi tingkat

pendidikan iu hamil yang lebih tinggi kesadaran akan pentingnya

kesehatan. Bahkan seorang ibu hamil, yang menyelesaikan pendidikan

dasar 6 tahun akan menurunkan angka kematian ibu secara signifikan di

bandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka

kematian ibu ini akan semakin rendah bila para iu menyelesaikan

menengah tingkat pertama.


Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan secara umum adalah

upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, dan masyarakat. Sehingga wanita yang mempunyai pendidikan

yang baik , mereka mampu mengupayakan rencana untk mendapatkan

pengetahuan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,

terutama dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Sedangkan ibu-ibu

yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi pada umumnya terbuka

menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatannya.

Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu

mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi

pengetahuan.

Menurut Hidayat (2005) bahwa pendidikan merupakan penuntun

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat di gunakan

untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) sebagaimana umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan

informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

Hasil observasi menjadi peneliti berpendapat bahwa pendidikan

ibu hamil yang masih kurang di sebabkan karena kurangnya tingkat

kesadaran masyarakat di tangerang, semakin tinggi pendidikan seseorang,

akan semakin menambah pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal

contohnya pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Hal ini di

mungkinkan karena meskipun sebagian besar responden berpendidikan


SMP bukan berarti responden juga mempunyai pengetahuan yang kurang

baik, karena pengetahuan yang di maksud dalam penelitian ini adalah

pengetahuan yang spesifik yaitu pengetahuan tentang pemeriksaan

kehamilan (antenatal care), bukan pengetahuan secara umum. Sehingga

belum tentu responden dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan

baik juga tentang pengetahuan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan berasal dari kata tahu

dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Dengan pendidikan yang

cukup tinggi terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa akan lebih baik dan matang pada diri individu.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu selain pendidikan

formal juga ada pendidikan non formal misalnya dengan mengikuti

penyuluhan, konseling. Ibu multigravida lebih banyak mendapat

penyuluhan atau konseling misal di posyandu, bidan yang memberi

konseling waktu pertama kali hamil dahulu, informasi dari majalah, TV,

radio, buku kesehatan, dan sebagainya

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan bahwa

proporsi tertinggi yang menjadi responden bekerja sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 96 responden (70,6%) dan proporsi terendah

padaPegawai Negeri Sipil sebanyak 4 responden (2,9%). Menurut


Anoraga (2009), batasan ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan

aktifitas ekonomi mencari penghasilan ekonomi baik di sektor formal

maupun informal, yang di lakukan secara regular di luar rumah.

Menurut Roesli (2005) bahwa bekerja bukan satu alasan untuk

tidak melakukan pemeriksaan kehamilan ketenaga kesehatan, pemeriksaan

kehamilan merupakan hal yang terbaik untuk mengetahui perkembangan

janin dan kesehatan ibunya sendiri.

Hasil observasi menjadi peneliti berpendapat bahwa ibu hamil

yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada ibu hamil yang

tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai

informasi yang terbaru.

5. Kunjungan pemeriksaan kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 didapatkan bahwa

proporsi tertinggi kunjungan antenatal care adalah kunjungan tidak sesuai

standar 76 responden (55,9%).

Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care

dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan

meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan

antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan

antenatal care. Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga

kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap

perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, 2005).


Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara

berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat

meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah

persalinan sehingga perlu kesadaran pemeriksaan kehamilan

(WHO,2012).

5.2. Pengetahuan Ibu Hamil dan Pemeriksaan Kehamilan (antenatal

care)

Berdasarkan analisis hubungan pengetahuan terhadap pemeriksaan

kehamilan terhadap pemeriksaan kehamilan di dapatkan proporsi responden

yang berpengetahuan rendah dengan kunjungan yang tidak sesuai standar

sebanyak 57 responden (89,1%), dan proporsi pengetahuan tinggi dengan

kunjungan sesuai standar sebanyak 53 responden (73,6,%). Hasil uji statistik

diperoleh ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu hamil terhadap

pemeriksaan kehamilan.

Dan nilai Odds Ratio (OR) 22,714 (95% Cl : 8,839-58,372) yang

berarti responden yang berpengetahuan rendah berpeluang 22,839 kali tidak

melakukan kunjungan antenatal care yang sesuai dengan standar di

bandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan tinggi. Dalam

hal ini baik pendidikan tinggi maupun pendidikan rendah jika pengetahuan

rendah kunjungan antenatal care tidak sesuai standar.

Dari hasil penelitian setelah di lakukan stratifikasi dengan pendidikan didapatkan

proporsi pendidikan rendah dengan pengetahuan rendah sebanyak 48 responden (92,3%)

dengan kunjungan tidak sesuai standar, dan proporsi pendidikan rendah dengan

pengetahuan tinggi sebanyak 36 responden (73,5%) dengan kunjungan sesuai standar.


Pendidikan tinggi dan pengetahuan rendah proporsi kunjungan tidak sesuai standar

sebanyak 9 responden (75%), dan proporsi pendidikan tinggi dan pengetahuan tinggi

dengan kunjungan sesuai standar sebanyak 17 (73,9%). Hal ini menyatakan

kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai standar bukan di

pengaruhi pendidikan tetapi pengetahuan.

Pendidikan responden dalam hal ini mayoritas SMP, Sementara

rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan

tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang

diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak

diinginkan. dari ketidak tahuan ibu hamil akan pengertian pemeriksaan dalam

kehamilan maka ibu hamil tidak dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan dalam

kehamilan ini sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi yg muncul.

Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan

ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Akibat dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang

kehamilan banyak menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun

pada bayi yang dilahirkan atau bahkan kedua-duanya. Penyebab kematian

maternal dapat di bagi dalam beberapa masalah, yang antara lain adalah

masalah reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial

ekonomi. Tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat menyebabkan

kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Manuaba, 2002).

Meskipun sebagian besar responden berpendidikan SMP bukan

berarti responden juga mempunyai pengetahuan yang kurang baik, karena


pengetahuan yang di maksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang

spesifik yaitu pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal care),

bukan pengetahuan secara umum. Sehingga belum tentu responden dengan

pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan baik juga tentang pengetahuan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Faktor resiko dan adanya penyakit

tertentu sebaiknya dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal

untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan serta keselamatan ibu maupun

bayi yang di kandungnya.

Menurut Notoadmodjo (2010) tingkat pendidikan sangat

mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan mencari penyebab solusi

dalam hidupnya. Dimana Pendidikan yang rendah merupakan salah satu

masalah yang berpengruh terhadap kunjungan antenatal care pada ibu

hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan

memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan

kesehatan dirinya dan bayi dalam kandungannya. Salah satu faktor yang

banyak memberi pengetahuan pada manusia adalah pendidikan, baik formal

maupun non formal.

5.3 Sikap ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

Berdasarkan tabel 4.11 analisis hubungan sikap terhadap

pemeriksaan kehamilan di dapatkan responden yang mempunyai sikap

negatif terhadap kunjungan yang tidak sesuai standar 62 responden

(84,9%). Hasil uji statistik di dapatkan ada hubungan yang signifikan

antara sikap ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan

(antenatal care).
Dan nilai Odd Ratio (OR) 19,727(95% Cl : 8,231-47,278) yang

berarti responden yang mempunyai sikap negatif berpeluang 19,727 kali

untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care yang sesuai standar di

bandingkan dengan responden yang mempunyai sikap positif.

Dari hasil penelitian setelah di lakukan stratifikasi dengan paritas didapatkan

proporsi primigravida dengan sikap negatif sebanyak 15 responden (75,0%) dengan

kunjungan tidak sesuai standar, dan proporsi primigravida dengan sikap positif

sebanyak 12 responden (63,2%) dengan kunjungan sesuai standar. Multi gravida dan

sikap negatif proporsi kunjungan tidak sesuai standar sebanyak 47 responden (88,7%),

dan proporsi multi gravida dan sikap positif dengan kunjungan sesuai standar sebanyak

37 (84,1%). Hal ini menyatakan kunjungan pemeriksaan kehamilan yang

tidak sesuai standar bukan di pengaruhi paritas tetapi sikap ibu itu sendiri.

Dari hasil analisa paritas responden di dapatkan hasil

bahwa responden yang multigravida, kunjungan antenatal care

tidak sesuai standar karena telah mendapatkan informasi dari bidan

praktek atau dokter dan lain sebagainya dari pengalaman melahirkan

yang lalu.begitu juga primigravida banyak mendapat informasi

dari media masa atau televisi.

Pengetahuan dapat di peroleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Pengalaman seseorang individu tentang

berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

pengembangannya misalnya sering mengikuti organisasi. Ibu dengan

jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 3 kali, risiko maternal dari
golongan ibu dengan permasalahan tersebut lebih tinggi dari lainnya

(mochtar, 1998).

Anda mungkin juga menyukai