Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin (Dorland, 1996). Diuretika ialah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air (Sunaryo, 1995).
Fungsi utama diuretika adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
diuretic. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan
reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain
Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering
mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.

Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2
diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema
pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik
modern semakin berkembangsejak ditemukannya efek samping dari obat-obat anti
mikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali
spironolakton, diuretic kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui
mekanisme system transport spesifik di nephron.

1.2 Maksud Percobaan


1.2.1 Memahami efek berbagai dosis diuretika

1.2.2 Memahami kerja farmakologi berbagai kelompok diuretik

1.2.3 Memehami pengevaluasian efek diuretik

1.3 Tujuan Percobaan

1.3.1 Mengetahui efek berbagai dosis diuretika

1.3.2 Mengetahui kerja farmakologi berbagai kelompok diuretik

1.3.3 Memehami pengevaluasian efek diuretik

1.4 Prinsip Percobaan

Membandingkan daya diuretika NaCl fisiogi dan Furosemid dengan


menggunakan metode stimulasi kimia. Dengan perlakuan pertama yaitu
pemberian air hangat sebanyak 50 ml/kg BB secara oral pada hewan uji tikus,
kemudian dilakukan penyuntikan NaCl fisiologi dan Furosemid secara
interperitonial maka akan meningkatkan produksi dan ereksi urin.

II.4 Prosedur Kerja ( Tim Dosen 2017)

Metode yang digunakan adalah metode induksi dengan pepton


1. Sebanyak 16 ekor hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok (masing-masing
kelompok terdiri dari 4 ekor tikus putih).

2. Dilakukan pengukuran suhu rectal (thermometer dimasukan 2 cm kedalam


rectal) untuk mengetahui suhu awal sebelum induksi.

3. Semua hewan uji di induksi demam dengan pepton 15% dosis 125 mg/kg
BB secara subkutan.

4. Setiap 30 menit setelah induksi di lakukan pengukuran suhu rectal.


Apabila terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 0.60c dari suhu awal
maka di berikan perlakuan pada masing-masing kelompok .

a. Kelompok 1 di beri suspensi Na CMC 0.5%

b. Kelompok 2 di beri suspensi paracetamol

c. Kelompok 2 di beri suspensi ibuprofen

d. Kelompok 2 di berik suspensi asetosal

5. 30 menit setelah perlakuan, suhu rectal diukur kembali sampai percobaan


pada menit 180.

6. Data berupa suhu awal (T0), suhu telah di induksi pepton dan suhuselang
setiap 30 menit setelah pelakuan di analisi secara static menegetahui
pengaruh obar antipiretik terhadap penurunan suhu rectal hewan uji yang
di induksi dengan pepto.

Anda mungkin juga menyukai