1. Pengertian Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani
RusiaMichael Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna
dalam tanaman dengan cara perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom
gelas yangberisi kalsium karbonat (CaCo3). Saat ini kromatografi merupakan
teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam
bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik
analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam bidang farmasi,
lingkungan, industri, dan sebagainya. Kromatografi suatu teknik pemisahan
yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile
phase)(Rohman, 2007).
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang
didasarkan pada adanya perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary
phase) dan fasa gerak (mobile phase). Kromatografi juga adalah suatu teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada
pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom
yang merupakan fase diam..
Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik.Tujuan
kromatografi preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam
campuran (biasanya digunakan untuk pemurnian).Kromatografi analitik
digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam campuran.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
a. Analit adalah zat yang dipisahkan.
b. Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
Adanya puncak karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa
yang berbeda.
c. Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
d. Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
e. Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
f. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
g. Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk
mengelusi komponen analit.
3. Prinsip Kerja
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi
lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan
campuran dilakukan antara stasionary fasa cair dan gas fasa gerak dan pada
oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya
pada tahap fasa cair dan temperatur tidak dimiliki. Secara rinci prinsip
kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen
flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi
terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan
ion.
Prinsip kerja Kromatografi Gas yaitu gas pembawa (biasanya
digunakan Helium, Argon atauNitrogen) dengan tekanan tertentu dialirkan
secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel
diinjeksikan ke dalam injektor (injection port) yang suhunya dapat
diatur.Komponen-komponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan
akan dibawa oleh aliran gaspembawa menuju kolom. Komponen-
komponen akan teradsorpsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan
merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing-
masing komponen sehingga terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah
kemudian akan menuju ke detektor dan akan menghasilkan sinyal listrikyang
besarnya proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal tersebut lalu
diperkuat oleh ampliferdan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan
sebagai kromatogram berupa puncak (peak).
c. KolomFungsi
1. Kolom Partisi, berisi bahan padat inert menyangga lapisan tipis cairan,
disebut Chromatography Gas Cair (GLC)
2. Kolom Adsorbsi, berisi partikel penyerap yang umumnya digunakan
untukanalisa gas permanen dan hydrokarbon rendah, biasa disebut
ChromatographyGas Padat (GSC)
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar,
polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan
adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-
metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar
adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),
sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M;
DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M)
d. Detektor
a. Volatile
b. Tahan panas
c. Molekul / senyawa dapat berubah menjadi fase gas atau uap
d. Tidak terdekomposisi pada suhu tinggi ( 450)
5. Analisis Senyawa dengan Kromatografi Gas
Kromatografi gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-
senyawa dalam berbagai bidang. Dalam senyawa organic dan anorganik,
senyawa logam, karena persyaratan yang digunakan adalah tekanan uap yang
cocok pada suhu saat analisis dilakukan. Berikut beberapa kegunaan
kromatografi gas pada bidang bidang adalah :
a. Polusi Udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan
yang digabungkan dengan daya sensitiviitas dan pemilihan detector GLC
menjadi alat yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat
dalam udara yang kotor, KGC dipakai untuk menentukan alkil alkil
timbal, hodrokarbon, aldehid, keton SO, H S, dan beberapa oksida dan
nitrogen dll.
b. Klinik
Diklinik kromatigrafi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-
senyawa dalam klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO, dan O,
dalam darah, asam-asam lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida,
plasma steroid, barbiture, dan vitamin,
c. Bahan-bahan Pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa,karet
dan resin-resin sintetis.
d. Minyak Atsiri
Digunakan untuk pengujian kualitas terhadap minyak permen, jeruk
sitrat, dll
e. Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive dapat menentukan atau
pengontrolan sisa-sisa peptisida yang diantaranya senyawa yang
mengandung halogen, belerang, nitrogen, dan fosfor.
f. Peminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi hasil-hasil dari gas-gas hidrokarbon yang ringan
g. Bidang farmasi dan Obat obatan
Kromatografi gas digunakan dalam pengontrolan kualitas, analisa
hasil-hasil baru dalam pengamatan metabolisme dalam zat-zat alir biologi.
h. Bidang kimia/ penelitian
Digunakan untuk menentukan lama reaksi pada pengujian kemurnian
hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Gritter, R.J. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB Press