Hizkia Willhem
10 MIPA 2/ 15
SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT
PEMBAYARAN
A. Sistem Pembayaran
A. REGULATOR
BI Berperan dalam membuat peraturan peraturan yang mendukung
kelancaran sistem pembayaran. contoh Surat Edaran BI Nomor
7/26/DASP tanggal 22 juli 2005 perihal Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia.
B. PERIZINAN
Bank Indonesia berperan dalam memberikari izin terhadap pihak-
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sistem pembayaran. Seperti izin
terhadap lembaga yang akan menjadi penyelenggara transfer dana,
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), dan uang elektronik.
C. PENGAWASAN
Agar kegiatan pembayaran berjalan dengan baik, maka Bank Indonesia perlu
melakukan pengawasan. Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap proses
pembayaran maupun terhadap aktivitas para pelaku yang terlibat dalam sistem
pembayaran. Dalam menjalankan fungsi pengawasan sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem
pembayaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.
D. OPERATOR
Bank Indonesia menyediakan layanan sistem pembayaran yakni Real Time
Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia, mulai 31 Mei 2013 batas nilai nominal transfer
kredit yang dapat dikliringkan melalui kliring kredit dalam penyelenggaraan
SKNBI mengalami peningkatan menjadi maksimal Rp500.000.000,00. Adapun
untuk BI-SSSS, BI menyediakan layanan sarana penatausahaan dan setelmen surat
berharga.
E. FASILITATOR
Agar penyelenggaraan sistem pembayaran semakin aman dan efisien, maka
Bank Indonesia memfasilitasi pengembangan sistem pembayaran oleh industri
yang bergerak dalam bidang jasa keuangan.
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi. Sistem BI-RTGS
pertama kali digunakan pada 17 November 2000. Sistem RTGS mampu menjadi sumber
informasi yang sangat bermanfaat, baik dalam rangka pengawasan bank maupun pelaksanaan
kebijakan moneter.
BI-RTGS dapat membantu untuk melakukan cek saldo kecukupan pengirim. Jika cukup, dana
langsung dipindahkan dari rekening bank pengirim ke rekening bank penerima. Jika tidak
cukup, transaksi akan ditempatkan pada antrian dan tidak diproses sampai dananya
mencukupi.
1. Bank Indonesia
2. Kementrian Keuangan
3. Bank
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
5. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing
6. Perusahaan Efek
7. Pialang Pasar Modal
8. Lembaga lain yanng disetujui oleh Bank Indonesia
1. Transfer debit (menggunakan cek, bilyet giro atau warkat debet lainnya).
2. Transfer kredit (mengisi formulir isian yang disedialcan oleh bank) yang kemudian
akan dikirim oleh bank melalui data keuangan elektronik yang disediakan dalam SKNBI.
Untuk transfer kredit, batas nilai nominal yang dapat dikliringkan melalui ldiring kredit
dalam penyelenggaraan SKNBI maksimal adalah Rp500.000.000,-. Adapun manfaat layanan
SKNBI, di antaranya sebagai berikut.
1. Mendapatkan pelayanan yang cepat, rasa aman dalam bertransaksi, dan biaya relatif
murah.
2. Mendapat alternatif pelayanan jasa transfer dana yang kompetitif.
Adapun penyelenggara SKNBI dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu Unit Kerja di Kantor Pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional.
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank
yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan
SICNBI di suatu wilayah ldiring tertentu.
Setiap bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring,
kecuali Bank Perkreditan Rakyat. Kantor bank yang akan menjadi peserta wajib menyediakan
perangkat kliring, antara lain meliputi perangkat terminal pusat kliring dan jaringan
komunikasi data untuk menjamin kelancaran kepada nasabah dalam bertransaksi.
Dalam pelaksanaannya, bank wajib mencantumkan biaya kliring, baik biaya yang dikenakan
BI kepada bank maupun biaya yang dikenakan bank kepada nasabah pada lokasi yang dapat
dibaca dengan jelas oleh nasabah/masyarakat. Besarnya biaya kliring yang dikenakan bank
kepada nasabah/ masyarakat sesuai ketentuan masing-masing bank.
B.UANG
1. Sejarah Uang
Masyarakat yang masih primitif, kehidupannya masih sangat sederhana. Hal ini pernah
dialami oleh nenek moyang kita. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara mengambil dan memanfaatkan barang yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Perkembangan peradaban manusia juga menggeser tujuan kegiatan produksi masyarakat.
Semula, masyarakat memproduksi barang hanya untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, lalu berkembang menjadi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan orang lain (untuk dijual).
Selanjutnya, terjadilah perdagangan dengan cara tukar-menukar antara barang dengan
barang lain yang dinamakan barter (pertukaran innatura).
Pertukaran barang dengan barang dapat terjadi jika syarat-syarat dapat dipenuhi. Syarat-
syarat itu sebagai berikut.
a. Orang-orang yang akan melakukan pertukaran harus memiliki barang yang akan
ditukarkan.
b. Orang-orang yang akan melakukan pada waktu yang sama.
c. Barang-barang yang akan dipertukarkan hams mempunyai nilai yang sama.
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka pertukaran dengan cara barter
menjadi semakin sulit dilakukan. Bahkan, karena kebutuhan setiap orang semakin banyak
dan beragam, maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin lagi ditempuh
dengan cara barter.
Pada umumnya benda-benda yang digunakan sebagai uang barang oleh masyarakat
setempat memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a.Digemari oleh masyarakat setempat.
b. Jumlahnya terbatas.
c. Mempunyai nilai tinggi.
2. PENGERTIAN UANG
Pengertian uang dibagi menjadi dua, yaitu: Pengertian uang dalam ilmu ekonomi tradisional
dan modern.
Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar
yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang
dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan
jasa. Uang seperti ini disebut Uang Barang.
Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang
tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-
barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran
hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda
pembayaran
3. Fungsi Uang
Selain sebagai alat tukar menukar, uang juga memiliki fungsi yang lain. Secara garis
besarnya, fungsi uang dibagi menjadi dua, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.
4. Jenis-Jenis Uang
a. Jenis-Jenis Uang Berdasarkan Bahan Yang Digunakan Untuk Membuat Uang
1.uang logam, yaitu uang yang dibuat dan logam, contohnya uang Rp25,00, Rp50,00,
Rpl00,00. Uang tersebut dapat dibuat dan emas, perak, tembaga, atau nikel dengan bentuk
dan kadar berat tertentu serta dengan ciri-ciri tertentu pula untuk menghindari pemalsuan.
Ciri-ciri tersebut diumumkan oleh pemerintah agar diketahui masyarakat.
loading...
2. uang kertas, yaitu uang yang dibuat dan kertas, contohnya uang Rp500,00, Rpl.000,00,
Rp5.000,00Rpl0.000,00, Rp20.000,00 Rp50.000,00, Rpl00.000,00. Uang tersebut dibuat
dengan kertas khusus supaya sulit dipalsukan.
.
b. Jenis-Jenis Uang Berdasarkan Lembaga Yang Mnegeluarkannya
1.uang kartal (kepercayaan) yaitu uang yang dikeluarkan oleh negara berdasarkan undang-
undang dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Uang kartal di negara kita terdiri atas
uang logam dan uang kertas.
2. Uang giral (simpanan di bank) yaitu dana yang disimpan pada rekening koran di bank-
bank umum yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk melakukan pembayaran dengan
perantara cek, bilyet giro, atau perintah membayar. Uang giral dikeluarkan oleh bank umum
dan merupakan uang yang tidak berujud karena hanya berupa saldo tagihan di bank.
Istilah-Istilah
Cek adalah surat perintah dan seseorang yang memiliki rekening giro pada sebuah
bank, agar pihak bank membayar sejumlah uang kepada seseorang yang namanya
tercantum dalam cek.
Giro adalah surat perintah dan seseorang yang mempunyai rekening giro pada sebuah
bank, agar bank melakukan pembayaran dengan cara memindahkan sebagian atau
seluruh nilai rekening gironya kep ada rekening giro pihak lain
Perintah membayar adalah perintah dan orang yang meiniliki rekening, kepada bank
secara langsung untuk membayar kepada seseorang dengan uang tunai.
Dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PP No. 39 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah ditegaskan bahwa pengelolaan uang oleh Bank
Indonesia (BI) dilakukan untuk memanfaatkan uang negara di Bank Indonesia secara
optimal.
Ditegaskan juga dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank
Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah,
meliputi tahap perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan
penarikan, serta pemusnahan uang rupiah.
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dan penentuan jumlah uang rupiah yang akan
dicetak, perlu diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, rencana
macam dan pecahan uang rupiah, serta perkiraan jumlah uang rupiah yang
dimusnahkan.
Perencanaan tersebut dilakukan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas
baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang
dilakukan BI meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan
mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik uang, serta masa edar
uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi
pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun mendatang. Berdasarkan
perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk
pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi
lama yang telah dikeluarkan.
b. Tahap Pencetakan
Pada tahap pencetakan rupiah, BI melakukannya di dalam negeri dengan
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan
uang rupiah. BUMN yang melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut
adalah PERUM PERURI (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia).
Penunjukan BUMN sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah dilakukan
sesuai dengan ketentuan BI mengenai pengadaan jasa pencetakan uang rupiah.
Jika BUMN yang ditunjuk menyatakan tidak sanggup melaksanakan
pencetakan uang rupiah, maka BUMN tersebut dapat menunjuk lembaga lain
untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pencetakan uang rupiah dengan
memenuhi persyaratan pencetakan uang rupiah yang disepakati sebelumnya
dengan BI. Penunjukan lembaga lain dilakukan oleh BUMN melalui proses
yang terbuka, dapat dipertanggungjawabkan, serta menguntungkan negara.
Selain itu, harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan BI. Bila BUMN tak
dapat memenuhi persyaratan pencetakan rupiah yang disepakati sebelumnya,
maka BI berwenang menetapkan kebijakan lain demi memastikan ketersediaan
rupiah.
Dalam tahap pencetakan uang, semua pihak yang terlibat wajib menjaga mutu,
keamanan, dan harga yang bersaing.
c. Tahap Pengeluaran dan Pengedaran.
Terkait dengan peran mengeluarkan dan mengedarkan uang, BI senantiasa
berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik
dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam
kondisi layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan kondisi layak
edar tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang,
pencabutan dan penarikan uang, hingga pemusnahan uang.
Uang rupiah yang telah dikeluarkan BI selanjutnya diedarkan ke seluruh
wilayah Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang rupiah di
setiap wilayah tentunya berbeda, didasarkan pada jumlah persediaan,
keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu
tertentu.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank
umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan
melalui penerimaan setoran dari nasabah dan pembayaran uang rupiah.
Sedangkan kepada masyarakat, dilakukan melalui penukaran secara langsung
pada loket-loket penukaran di seluruh kantor BI atau melalui kerjasama
dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
d. Tahap Pencabutan dan Penarikan
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang rupiah yang dilakukan BI adalah
pencabutan terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak
lagi berlaku sebagai alat pembayaran sah. Pencabutan uang dari peredaran
dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta
menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang rupiah yang dicabut
tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak
lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
e. Tahap Pemusnahan
Untuk menjaga menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar
di masyarakat, BI melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang
dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari
peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang sudah tidak
layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan
dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga, dengan pengawasan dari BI.
Secara umum, Bank Indonesia membagi unsur pengaman uang rupiah dalam tiga
tingkatan sebagai berikut.
a.
Terbuka (overt) adalah unsur pengaman yang dapat dideteksi tanpa bantuan
Alat pembayaran non tunai ini memiliki tiga bentuk atau tiga jenis, yaitu paper based, card
based, dan electronic based. Berikut adalah beberapa macam atau jenis alat pembayaran non
tunai
1. Kartu Kredit
Alat pembayaran non tunai yang pertama adalah kartu kredit. Kartu kredit ini termasuk jenis
atau bentuk card based yang dikeluarkan oleh pihak bank untuk pembayaran jasa ataupun
barang yang pembayarannya bisa dibayar atau dilunasi di bulan berikutnya
2. Kartu ATM
Alat pembayaran non tunai yang kedua adalah kartu ATM. Kartu ATM ini termasuk bentuk
alat pembayaran tunai card based, kartu ATM ini akan anda dapatkan saat membuka rekening
atau tabungan dan menyimpan uang di sebuah bank. Kartu ATM ini bisa membantu anda
bertransaksi tanpa harus meminta bantuan atau berurusan dengan teller bank. Kartu ATM ini
bisa anda gunakan untuk mentransfer uang atau mengambil uang dari mesin ATM tanpa harus
ke bank.
3. Alat pembayaran non tunai yang selanjutnya adalah berupa cek. Cek ini merupakan
bentuk alat pembayaran non tunai dengan bentuk paper based. Cek ini termasuk alat
pembayaran non tunai yang bisa anda gunakan untuk melakukan pembayaran dengan jumlah
yang besar. Cek sendiri memiliki 3 jenis yaitu cek silang, cek atas nama dan cek atas unjuk.
4. Bilyet Giro
Alat pembayaran non tunai yang berikutnya adalah bilyet giro. Bilyet giro ini merupakan
surat perintah dari seorang nasabah bank untuk memindahbukukan sejumlah dana dari
pemilik rekening atau rekening yang bersangkutan ke rekening penerima.
5. E-Money
Alat pembayaran non tunai yang kelima adalah E-money. E-money adalah sebuah kartu
elektronik yang dapat di gunakan untuk alat pembayaran atas dasar nilai uang atau dana yang
sudah disetorkan terlebih dahulu. Jumlah setoran ini berkisar antara satu juta sampai lima
juta. Dana atau uang ini disimpan secara elektronik untuk digunakan sebagai pembayaranya
yang dilakukan secara elektronik atau non tunai.memilih menggunakan alat pembayaran non
tunai ini untuk melakukan transaksi apalagi untuk orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu
untuk melakukan pembayaran cash atau tunai.