Ada berbagai macam bentuk pestisida yang beredar atau diperdagangkan. Untuk
memudahkan mengetahui bentuk pestisida yang ada di pasaran, biasanya
dicantumkan tanda/kode di belakang nama formulasinya. Bentuk pestisida ini
berkaitan erat dengan cara penggunaan atau penyebaran pestisida di lapangan.
2. Butiran (Granule=G)
Granule atau bahasa Indonesianya Granula adalah bentuk formulasi pestisida
berupa butiran padat menyerupai pupuk urea atau TSP, sehingga cara
penggunaannya cukup disebarkan/ditaburkan di atas tanah menggunakan
tangan. Pestisida ini akan larut oleh air di dalam tanah, baru kemudian
diserap oleh akar tanaman. Dengan masuknya zat racun ke dalam jaringan
tanaman melalui akar, maka tanaman mempunyai daya penolak terhadap
jasad pengganggu (hama tanaman). Bila ada jasad pengganggu (hama) yang
memakan bagian tanaman, maka hewan hama akan mati. Pestisida yang
berbentuk butiran harus mempunyai sifat mudah larut di dalam air. Untuk
memudahkan mengenalnya di pasaran, pestisida yang berbentuk butiran
diberi kode huruf G, dituliskan di belakang nama formulasi pestisida.
Contoh: Insektisida Basudin 10 G, Furadan 3 G, Herbisida Difenex 7 G,
Fungisida Ridomil 2 G.
1
Pestisida bentuk ini dalam penggunaannya harus dibasahi dulu dengan air
sebelum disemprotkan . Tanpa adanya air pestisida tidak akan bisa
disemprotkan. Pestisida berbentuk WP umumnya mengandung bahan
pembasah (Wetting Agent). Walaupun demikian, bahan perata dan perekat
kadang-kadang masih diperlukan pula, terutama bila kita akan menyemprot
tanaman yang mempunyai permukaan lilin atau berbulu. Jenis tanaman
demikian biasanya susah untuk ditempeli atau dilekati oleh cairan semprot,
sehingga tepung yang ada di dalam larutan semprot lama kelamaan bisa
mengendap. Untuk menghindari terjadinya endapan, diperlukan pengadukan
dengan cara menggoncangkan tangki penyemprot. Contoh: Insektisida
Applaud 10 WP, Dharmacin 50 WP, Sevidan 70 WP, Herbisida Difenex 60 WP,
Fungisida Antracol 70 WP.
2
pasaran biasanya dengan tanda huruf F, tapi kadang-kadang langsung
dengan tanda Flowable di belakang nama formulasinya. Contoh jenis
pestisida fumigant adalah Difolatan 4 F.
1. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung racun untuk mematikan atau
memusnahkan serangga. Dalam memusnahkan atau mematikan serangga ini
bisa melalui beberapa cara, yaitu:
3
berbentuk butiran atau granula, karena pestisida ini akan larut dalam air
yang ada di dalam tanah.
d. Fumigan (Fumigant)
Pestisida jenis ini mematikan serangga setelah zat fumigant terserap ke
dalam tubuh serangga melalui pernapasannya. Jadi pestisida harus
difumigasikan atau diuapkan dalam bentuk gas. Cara demikian sangat
efektif jika digunakan dalam ruangan tertutup, misalnya untuk
memberantas hama-hama gudang.
e. Antraktan (Anttractant)
Pestisida dapat mengeluarkan bau-bauan yang bisa menarik jenis
serangga tertentu. Setelah serangga mendekat dan terkumpul, maka kita
bisa dengan mudah memusnahkannya. Jadi jenis pestisida demikian
hanya berfungsi sebagai penarik dan tidak bisa langsung mematikan
serangga.
f. Repelen (Repellent)
Cara kerja pestisida ini merupakan kebalikan dari cara antraktan. Pestisida
ini dapat mengeluarkan bau-bauan yang bisa menolak atau mengusir
serangga. Jadi bau yang dikeluarkan adalah bau yang tidak disenangi oleh
serangga-serangga pengganggu. Dengan terusirnya serangga
pengganggu, maka tanaman menjadi aman dari serangan serangga.
Seperti halnya cara antraktan, cara repelen juga tidak bisa mematikan
serangga secara langsung.
2. Fungisida
Proses kematian sel-sel jamur karena bahan beracun (Fungisida) dapat
melalui cara-cara sebagai berikut:
4
unsur perak bisa mempengaruhi permiabilitas dari sel cendawan,
sehingga bisa menyebabkan keluarnya isi sel.
c. Mempengaruhi enzim
Banyak jenis fungisida yang bekerja menghambat enzim pada cendawan.
Toksisitas dari fungisida kebanyakan merupakan hasil dari enzim dan
koenzim, terutama yang mengandung gugus sulfhidril. Logam seperti
merkuri (Hg) atau tembaga (Cu) bisa membentuk ikatan kovalen dengan
gugus Sulfhidril yang bisa menghambat enzim.Beberapa jenis fungisida
seperti Ziram dan Maneb diperkirakan bisa menghambat terbentuknya
enzim akonitase yang akhirnya bisa menghambat metabolisme, tapi tidak
berpengaruh terhadap pembentukan Sitrat. Sedangkan jenis Fungisida
seperti Thiram, Belerang, dan Febam bisa menghambat sintesis Sitrat.
Ada jenis Fungisida lainnya yang dapat merangsang terbentuknya enzim
tertentu di dalam cendawan secara berlebihan, sehingga cendawan
terganggu proses metaboliknya.
3. Herbisida
Apabila dilihat dari saat penggunaannya, herbisida bisa digolongkan menjadi
2, yaitu herbisida pratumbuh dan herbisida purnatumbuh. Herbisida
pratumbuh umumnya digunakan untuk memberantas rerumputan yang
tumbuh di antara tanaman padi atau palawija atau tanaman musiman
lainnya. Untuk padi sawah yang lahannya mengandung banyak air, herbisida
cukup disebarkan/disemprotkan pada petak-petak sawah yang tergenang air
sebelum penanaman dimulai. Bagi tanah yang tidak banyak mengandung air,
misalnya tanah tegalan yang akan ditanami palawija atau padi gogo,
herbisida harus dilarutkan dulu dalam air kemudian disemprotkan di atas
permukaan tanah yang telah diolah. Perlu diingat bahwa tanah harus dalam
keadaan lembab sehingga herbisida bisa bereaksi dengan tanah.Jika tanah
dalam keadaan kering daya kerja herbisida kurang memuaskan. Cara kerja
herbisida pratumbuh ini adalah melapisi permukaan tanah dengan bahan
aktif yang dikandungnya, sehingga biji-biji rerumputan terhalangi, bahkan
tidak mampu untuk tumbuh dan akhirnya bisa mati. Oleh sebab itu,
pemberian secara teratur harus dilakukan sesuai dengan dosis dan aturan
penggunaannya.Sedangkan jenis herbisida purnatumbuh umumnya
digunakan untuk memberantas gulma atau rerumputan yang tumbuh di
sekitar tanaman perkebunan, misalnya karet, kelapa sawit dan tanaman
tahunan lainnya. Herbisida purnatumbuh bisa juga digunakan untuk
memberantas rerumputan yang tumbuh di antara tanaman musiman dengan
syarat harus hati-hati dalam pemakaian dosisnya. Bila kelebihan dosis bisa
berakibat fatal, bukan gulma saja yang mati melainkan tanaman pokokpun
ikut mati. Cara kerja herbisida bisa secara
Kontak langsung dengan menyemprotkan ke rerumputan/gulma, atau bisa
juga secara sistemik yang disebarkan di permukaan tanah sehingga diisap
oleh tanaman melalui perakarannya. Dengan masuknya bahan aktif ke dalam
5
gulma, maka jaringan gulma akan menjadi rusak dan akhirnya gulma bisa
mati seperti kekeringan.
4. Rodentisida
Rodentisida sebagai bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dapat
digunakan untuk memberantas binatang pengerat seperti tikus. Ada berbagai
jenis rodentisida yang beredar di pasaran. Supaya rodentisida bisa
membasmi tikus secara efektif, maka harus memenuhi syarat: tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, bereaksi di dalam tubuh secara perlahan-lahan, dan
bisa mematikan tikus serta tidak membahayakan ternak dan manusia. Dalam
memberantas tikus, rodentisida bekerja di dalam perut, sehingga dalam
pemakaiannya biasanya harus dicampur dulu dengan umpan (makanan yang
disenangi tikus). Tapi ada jenis rodentisida yang bisa langsung diumpankan
tanpa dicampur dulu dengan umpan. Sekarang ini, rodentisida umumnya
bersifat antikoagulan, artinya racun yang bekerja dengan cara menghambat
pembekuan darah dan akan menimbulkan kerusakan pada jaringan-jaringan
pembuluh darah. Dengan rusaknya jaringan pembuluh darah, maka bagian
dalam tubuh tikus akan mengalami pendarahan dan akibatnya tikus bisa
mati. Kematian tikus akibat racun yang bersifat antikoagulan ini terjadi
secara perlahan-lahan/tidak mendadak sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan terhadap tikus yang lainnya. Zat antikoagulan ini ada yang bisa
mengakibatkan tikus menjadi reisisten. Rodentisida jenis lain ada yang
bersifat akut. Namun kelemahan dari rodentisida ini ialah tikus kadang-
kadang hanya pingsan saja atau jera umpan.