DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. BUSTOMI
2. EKANA MITASARI
3. MILA AFRIANA
4. M . HABIBI
5. NADZROTUL UYUN
6. WARTINI
DAFTAR ISI
Daftar isi..1
Bab I ........2
Pendahuluan .. 2
A. Latar belakang............2
B. Tujuan penulisan..............3
Bab II ...4
Tinjauan teori..4
Definisi4
Klasifikasi tuberculosis4
Etiologi6
Anatomi dan patofisiologi.....7
Tanda dan gejala....12
Data penunjang..13
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul......15
Penatalaksanaan....23
A. Pencegahan...........23
B. Pengobatan tuberculosis............23
Bab III.....27
Penutup.27
A.Kesimpulan....27
B. Saran....27
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Tubuh kita membutuhkan asupan oksigen yang konstan untuk menyokong
pernafasan.Sistem pernafasan / respirasi membawa oksigen melalui jalan nafas paru ke
alveoli,yang kemudian oksigen akan mengalami difusi ke darah untuk ditranportasikan ke
seluruh tubuh.Proses ini sangat penting sehingga kesulitan dalam bernafas dirasakan sebagai
kondisi yang mengancam jiwa.Apakah kematian mungkin terjadi atau tidak,orang orang
dengan gangguan sistem pernafasan sering cemas dan takut bahwa mereka mungkin akan
mati.
Sistem pernafasan juga memiliki fungsi esensial:
Mengeluarkan karbon dioksida (CO2) suatu produk sampah metabolisme yang
ditranportasikan dari jaringan ke paru untuk dibuang.
Menyaring dan melembabkan udara yang masuk ke paru.
Menangkap partikel dalam mukus jalan nafas dan mengeluarkanya melalui mulut untuk
dibuang dengan cara batuk atau ditelan.
Mencegah masuknya patogen secara inhalasi dengan mengaktifkan sistem imun.
Pengendalian pernafasan berhubungan erat dengan darah arteri dan kadar CO2 darah
dan juga kadar oksigen darah arterial.Respirasi juga dikendalikan oleh pusat korteks yang
lebih tinggi.Sebagai contoh,peningkatan ventilasi yang terjadi pada olahraga yang menjaga
gas darah arteri dalam nilai normal.
Masalah pernafasan sangat luas.Gangguan akut berkisar dari rasa tidak nyaman ringan
(flu atau pilek) sampai masalah yang mengancam jiwa (asma,beberapa tipe pneumonia,dan
trauma dada).Kondisi yang menimbulkan disabilitas seperti pembatasan aliran udara kronis
(juga disebut sebagai penyakit paru obstruktif) dan beberapa penyakit paru restriktif.Masalah
pernafasan kronis dialami oleh banyak orang,sering menyebabkan mereka mengubah gaya
hidup secara radikal seperti berhenti kerja lebih awal.
Masalah pernafasan berhubungan dengan banyak penyebab: alergi,faktor
pekerjaan,faktor genetik,gangguan tembakaudan kebiasaan merokok,infeksi,gangguan
neuromuskuler,abnormalitas dada trauma kondisi pleura dan abnormalitas vaskular
pulmonal.Faktor yang paling signifikan pada penyakit pernafasan kronis dan kanker paru.
B . Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan TB Paru.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar TB paru
2. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dewasa dengan TB paru, meliputi :
a) pengkajian TB paru
b) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dewasa dengan TB paru
c) Melakukan perencanaan pada klien dewasa dengan TB paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A . Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah
paru-paru.Nurarif.Amin huda.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda,Yogyakarta.2013
B . Klasifikasi tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama:
1. Pembagian secarao patologis
Tuberculosis primer (childhood tuberculosis )
Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif,non aktif dan
guescent ( bentuk aktif yang menyenbuh)
3. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
Tuberculosis minimal
Moderately advanced tuberculosis
Far advanced tuberculosis
Klasifikasi menurut American thoracic society:
1. Kategori 0 :tidak pernah terpajan,dan tidak terinfeksi ,riwayat kontak negativ, tes tuberculin
negativ.
2. Krpajan kategori 1 : terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.Disini riwayat
riwayat kontak positif, tes tuberculin negativ.
3. Kategori 2: terimfeksi tuberkulosis,tetapi tidak sakit.tes tuberculin positif ,radioligi dan
sputum negatif.
4. Kategori 3: terinfeksi tuberculisis dan sakit.
Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
Tuberkulosis tersangka yang diobati ;BTA negativ, tetapi tanda tanda lain positif
Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati;sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1,ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan sputum positif
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3,ditujukan terhadap:
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas.
Kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1
4. Kategori 4,ditujukan terhadap ;TB kronik.
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas
1 Berdasarkan organ yang terinvasi
1 a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu :
1.TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai
pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.
C . Etiologi (Penyebab)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin
berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus .Basil tipe human
bisa berada dibercak ludah ( droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka
dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC
setelah infeksi melalui udara.Nanda.2013
D . Anatomi dan patofisiologi
Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran
pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi
saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Saluran nafas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas trakea,bronki primer
dextra dan sinestra,bronki segmentalis,bronki subsegmentalis,dan bronkiolus terminalis(Figur
A&P 14-2)Otot polos yang mengelilingi secara spiral,bertumpuk searah jarum jam dan
berlawanan dengan arah jarum jam ditemukan pada semua struktur ini.Susunan ini
memungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi diameter saluran
nafas,meningkatkantahanan pada aliran udara.Otot ini mengalami spasme pada berbagai
gangguan saluran nafas.Saluran nafas bawah juga berperan untuk
menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara saat mengalir ke paru-paru.
Trakea
Trakea (pipa udara)memanjang dari laring ke bawah setinggivertebra torakalis 7,yang
kemudian bercabang menjadi bronkus primer (utama).Tempat percabangan ini disebut sebgai
karina.Trakea adalah suatu jalan nafas muskular dan fleksible dengan panjang 12 cmdengan
cicin kartilago berbentuk huruf C.Bersama dengan daerah saluran nafasbawah yang lain
,trakea dilapisi epitel kolumnar berlapis semu yang mengandung sel goblet (sel yang
menghasilkan mukus)dan silia (figu A&P14-3) oleh karena silia bergetar ke atas ,silia
cenderung mengeluarkan partikel asing dan mukus yang berlebihan menjauh dariparu menuju
faring .Pada alveoli tidak terdapat silia.
Bronkus dan bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,berjalan lebih vertikal kebawah
dibandingkan bronkus utma kiri.Dengan demikian ,benda asing lebih mudah masuk ke
bronkus kanan dibandingkan bronkus kiri.bronkisegmental dan subsegmental adalahsubdivisi
dari bronki utama dan menyebar menyerupai pohonterbalik menuju kemasing-masing
paru.Kartilago menyelubungi jalan nafas dibronki tetapi pada bronkioli (jalan nafas terahir
sebelum sampai kealveoli)Kartilago menghilang sehingga bronkioli dapat mengalami kolaps
dang mengandung udara selama ekshalasi aktif.
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terahir pada sistem konduksi.Area pada
hidung sampai ke bronkiolus tidak mengalami pertukaran gas dan berfungsi sebagai ruang
rugi anatomik ( anatomic dead space).Kekurangan pertukaran gas berarti bahwa udara yang
pertama keluar dari mulutselama ekshalasi mencerminkan udara ruangan,tetapi udara terahir
yang keluar ( udara tidal ahir)mencerminkanudara alveolar.
Paru dan alveoli
Paru
Paru terletak didalam rongga toraks pada kedua sisi jantung .Paru berbentuk kerucut ,dengan
apeks terletak diatas rusuk pertama dan dasar /basal paru terletak pada diafragma .Tapi paru
terbagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fisura oblik.Paru kanan dibagi lagi oleh
fisura horisontal sehingga parukanan terbagi dalam tiga lobus ,lobus posterior,medius,dan
inferior dan inferior,sedangkan paru kiri hanya terdiri atas dua lobus.Selain pembagian paru
menjadi lima lobus ini tampak dari luar,paru juga juga terbagi menjadi 10 unit yang lebih
kecil(segmenbronkopulmonal).Tiap segmen mencerminkanbagian paru yang disuplaioleh
bronkus tersierspesifik.Segmenini penting secara bedah karena segmen yang mengalami
kerusakan dapat dilakukan reseksi tanpa harus mengangkat keseluruhan lobus atau
keseluruhan paru.Kedua paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum)dimana terletak
organ organ seperti jantung,aorta,venacava,pembuluh darah pulmonal,esofagus,bagian dari
trakea dan bronki serta kelenjar timus.
Paru-paru mengandung gas,darah,dinding alveolus yang tipis dan struktur
pendukung.Dinding alveolus mengandung serabut kolagen dan elastis,yang membentuk
struktur tiga dimensi menyerupai keranjang yang memungkinkan paru berkembang kesemua
arah .Serabut ini dapat meregang ketika terdapat gaya tarikan pada paru dari luar tubuh atau
ketika paru-paru mengembang dari dalam.Rekoil(pentalan)elastis membantu mengembalikan
paru kevolume saat istirahat.
Cabang arteri pumonal memperdarahi sebagian besar paru-paru.Darah pada arteri ini
miskin oksigen tetapi oksigen disuplai oleh udara inspirasi.Trakea dan bronkiolus yang bukan
merupakan bagian dari permukaan yang berperan pada pertukaran gas menerima darah kaya
oksigen dari cabang aorta.
Volume paru
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki kapasitas total sebesar 5900ml.Akan
tetapi ,seorang tidak dapat menghembuskan semua udara dari paru-paru,sekitar 1200 ml
udara tetap berada diparu-paru seberapa pun kuatnya ekspirasi.Volume yang tertinggal ini
(volume residual)mencegah struktur parumengalami kolaps selama ekspirasi.Volume udara
yang bergerak masuk dan keluar setiap pernafasan disebut sebagai volume tidal.Selama
pernafasan biasa,volume tidal sekitar 500 ml.Jika seorang menarik nafas dalam,paru menjadi
lebih mengembang .Jumlah udara tambahan dihirup melebihi volume tidal dan disebut
sebagai volume cadangan inspirasi,udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah
pernafasan paksa disebut sebagai volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas paru sering dikombinasikan menjadi kapasitas :
Kapasitas total paru:keempat volume paru
Kapasitas vital:semua volume kecuali volume residual,yang merupakan jumlah yang dapat
diventilasi seseorang
Kapasitas cadangan fungsional:volume residual ditambah cadangan ekspirasi
Kapasitas inspirasi:volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi
Laju udara yang dapat dikeluarkan dari paru juga memberikan informasi diagnostik.Volume
ekspirasi paksa dalamwaktutertentu didapatkan dari pemeriksaan dengan meminta klien
melakukan inspirasi maksimal(sampai kapasitas paru total)diikuti dengan ekshalasi
maksimal(sampai volume residual).Jumlah total udara yang diekshalasi adalah kapasitas
vital.FEV1 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan melalui detik pertama
,biasanya mencapai 80%kapasitas vital dan FEV3 mengindikasikan volume udara yang
dihembuskan selama 3 detik,biasanya sekitar 95% kapasitas vital.
Volume dan kapasitas ini sering berubah pada beberapa penyakit.Pola dan derajat
perubahan berkolerasi dengan derajat proses penyakit.Volume paru yang terukur dengan
spirometri.
Alveolus
Parenkim paru,yang terdiri atas jutaan unit alveolus,adalah area yang bekerja pada
jaringan peru.Pada saat kelahiran seseorang memiliki sekitar 24 juta alveoli,pada usia 8
tahun,seseorang memiliki 300 juta alveoli.Total area permukaan alveolus yang bekerja sekitar
750 sampai 860 kaki persegi.Supali darah yang mengalir kealveoli datang dari ventrikel
kanan jantung.
Keseluruhan unit alveolar(zona respirasi)tersusun atas bronkiolus respiratorius,duktus
alveolaris,dan sakus alveolaris.Dinding alveolus sangat tipis dengan jariangan kapiler yang
saling berhubungan membentuk anyaman yang solid/padat.Oleh karena rumitnya sistem
kapiler,aliran darah pada dinding alveolus sering dideskripsikan sebagai suatu lembaran dari
darah yang bos memengalir.
Oksigen dan CO2 ditukar melalui suatu membran respirasi,dengan tebal sekitar 0,2
mm.Rerata diameter kapiler paru hanya sekitar 5um,tetapi sel darah merah(ukuran diameter
7um)harus menerobos melewati struktur ini ,atau menyentuh dinding kapiler.Oleh karena itu
jarak difusi oksigen dan CO2 harus dikurangi .Penebalan membran respirasi (misalkan pada
edema paru atau fibrosis)dapat mengganggu pertukaran gas ini.
Alveolus terdiri atas dua macam sel:pneumosit tipe 1 yang melapisi alveolus,merupakan sel
tipis dan tidak mampu mereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran gas .Pneumosit tipe II adalah sel
kulosit dan tidak dapat melakukan pertukaran oksien dan CO2 dengan baik.Sel ini menghasilkan
surfaktandan penting pada jejas paru dan reparasi jaringan karena se ini dapat berdiferensiasi
menjadi makrofag alveolar.Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel tipe I.oksigenasi
dapatterganggu selama masa transisi dari tipe II ke tipe I.
Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara
yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang
ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi
bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-borne infection. Bakteri yang
terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik
lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada
jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam
waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau
tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan,
yaitu:
1) Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),
maupun ke saluran pencernaan.
2) Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan
penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang
mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah,
yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri
tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat
kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan
tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut
reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah
infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis
yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ
paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik
terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier
bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus
paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan
tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.
Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas
atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh
sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO
1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity),
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat
pula.
Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening
TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%.
Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun
sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan
uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan
pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus
mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus.
Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya
bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang
jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih
jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat
antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang
lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada
penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit
akut yang relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.
Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan
tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan
secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks
biasa.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya
harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang
percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
A Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada
6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti
terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
o Vaksinasi BCG
o Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di bawah lima
tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis
TB, anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat
dengan penderita TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin
dari negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
o Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonsia PPTI).
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:
1. 1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat
seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral,
spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi
kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan
minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4
bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
1. 2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal terapi
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat
4. 3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di
luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan
keberhasilan rendah sekali.