Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUBERCULOSIS PADA ANAK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ILMU KEPERAWATAN


DASAR I

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. BUSTOMI
2. EKANA MITASARI
3. MILA AFRIANA
4. M . HABIBI
5. NADZROTUL UYUN
6. WARTINI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN TAHUN 2014

DAFTAR ISI
Daftar isi..1
Bab I ........2
Pendahuluan .. 2
A. Latar belakang............2
B. Tujuan penulisan..............3
Bab II ...4
Tinjauan teori..4
Definisi4
Klasifikasi tuberculosis4
Etiologi6
Anatomi dan patofisiologi.....7
Tanda dan gejala....12
Data penunjang..13
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul......15
Penatalaksanaan....23
A. Pencegahan...........23
B. Pengobatan tuberculosis............23
Bab III.....27
Penutup.27
A.Kesimpulan....27
B. Saran....27

BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Tubuh kita membutuhkan asupan oksigen yang konstan untuk menyokong
pernafasan.Sistem pernafasan / respirasi membawa oksigen melalui jalan nafas paru ke
alveoli,yang kemudian oksigen akan mengalami difusi ke darah untuk ditranportasikan ke
seluruh tubuh.Proses ini sangat penting sehingga kesulitan dalam bernafas dirasakan sebagai
kondisi yang mengancam jiwa.Apakah kematian mungkin terjadi atau tidak,orang orang
dengan gangguan sistem pernafasan sering cemas dan takut bahwa mereka mungkin akan
mati.
Sistem pernafasan juga memiliki fungsi esensial:
Mengeluarkan karbon dioksida (CO2) suatu produk sampah metabolisme yang
ditranportasikan dari jaringan ke paru untuk dibuang.
Menyaring dan melembabkan udara yang masuk ke paru.
Menangkap partikel dalam mukus jalan nafas dan mengeluarkanya melalui mulut untuk
dibuang dengan cara batuk atau ditelan.
Mencegah masuknya patogen secara inhalasi dengan mengaktifkan sistem imun.
Pengendalian pernafasan berhubungan erat dengan darah arteri dan kadar CO2 darah
dan juga kadar oksigen darah arterial.Respirasi juga dikendalikan oleh pusat korteks yang
lebih tinggi.Sebagai contoh,peningkatan ventilasi yang terjadi pada olahraga yang menjaga
gas darah arteri dalam nilai normal.
Masalah pernafasan sangat luas.Gangguan akut berkisar dari rasa tidak nyaman ringan
(flu atau pilek) sampai masalah yang mengancam jiwa (asma,beberapa tipe pneumonia,dan
trauma dada).Kondisi yang menimbulkan disabilitas seperti pembatasan aliran udara kronis
(juga disebut sebagai penyakit paru obstruktif) dan beberapa penyakit paru restriktif.Masalah
pernafasan kronis dialami oleh banyak orang,sering menyebabkan mereka mengubah gaya
hidup secara radikal seperti berhenti kerja lebih awal.
Masalah pernafasan berhubungan dengan banyak penyebab: alergi,faktor
pekerjaan,faktor genetik,gangguan tembakaudan kebiasaan merokok,infeksi,gangguan
neuromuskuler,abnormalitas dada trauma kondisi pleura dan abnormalitas vaskular
pulmonal.Faktor yang paling signifikan pada penyakit pernafasan kronis dan kanker paru.

B . Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan TB Paru.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar TB paru
2. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dewasa dengan TB paru, meliputi :

a) pengkajian TB paru
b) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dewasa dengan TB paru
c) Melakukan perencanaan pada klien dewasa dengan TB paru

BAB II
TINJAUAN TEORI
A . Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah
paru-paru.Nurarif.Amin huda.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda,Yogyakarta.2013
B . Klasifikasi tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama:
1. Pembagian secarao patologis
Tuberculosis primer (childhood tuberculosis )
Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif,non aktif dan
guescent ( bentuk aktif yang menyenbuh)
3. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
Tuberculosis minimal
Moderately advanced tuberculosis
Far advanced tuberculosis
Klasifikasi menurut American thoracic society:
1. Kategori 0 :tidak pernah terpajan,dan tidak terinfeksi ,riwayat kontak negativ, tes tuberculin
negativ.
2. Krpajan kategori 1 : terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.Disini riwayat
riwayat kontak positif, tes tuberculin negativ.
3. Kategori 2: terimfeksi tuberkulosis,tetapi tidak sakit.tes tuberculin positif ,radioligi dan
sputum negatif.
4. Kategori 3: terinfeksi tuberculisis dan sakit.
Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
Tuberkulosis tersangka yang diobati ;BTA negativ, tetapi tanda tanda lain positif
Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati;sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1,ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan sputum positif
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3,ditujukan terhadap:
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas.
Kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1
4. Kategori 4,ditujukan terhadap ;TB kronik.
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas
1 Berdasarkan organ yang terinvasi
1 a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu :
1.TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai
pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.

2. TB Paru BTA Negatif


Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi
dada menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi
positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan
luas dianggap berat.
1. b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
b) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang
belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.

1. Berdasarkan tipe penderita


Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
penderita :
1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2. Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
3. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah.
4. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali
berobat.

PERBEDAAN TB ANAK DAN DEWASA


1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks
dan infra klavikuler
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
kelenjar limfe regional
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang

C . Etiologi (Penyebab)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin
berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus .Basil tipe human
bisa berada dibercak ludah ( droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka
dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC
setelah infeksi melalui udara.Nanda.2013
D . Anatomi dan patofisiologi
Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran
pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi
saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Saluran nafas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas trakea,bronki primer
dextra dan sinestra,bronki segmentalis,bronki subsegmentalis,dan bronkiolus terminalis(Figur
A&P 14-2)Otot polos yang mengelilingi secara spiral,bertumpuk searah jarum jam dan
berlawanan dengan arah jarum jam ditemukan pada semua struktur ini.Susunan ini
memungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi diameter saluran
nafas,meningkatkantahanan pada aliran udara.Otot ini mengalami spasme pada berbagai
gangguan saluran nafas.Saluran nafas bawah juga berperan untuk
menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara saat mengalir ke paru-paru.
Trakea
Trakea (pipa udara)memanjang dari laring ke bawah setinggivertebra torakalis 7,yang
kemudian bercabang menjadi bronkus primer (utama).Tempat percabangan ini disebut sebgai
karina.Trakea adalah suatu jalan nafas muskular dan fleksible dengan panjang 12 cmdengan
cicin kartilago berbentuk huruf C.Bersama dengan daerah saluran nafasbawah yang lain
,trakea dilapisi epitel kolumnar berlapis semu yang mengandung sel goblet (sel yang
menghasilkan mukus)dan silia (figu A&P14-3) oleh karena silia bergetar ke atas ,silia
cenderung mengeluarkan partikel asing dan mukus yang berlebihan menjauh dariparu menuju
faring .Pada alveoli tidak terdapat silia.
Bronkus dan bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,berjalan lebih vertikal kebawah
dibandingkan bronkus utma kiri.Dengan demikian ,benda asing lebih mudah masuk ke
bronkus kanan dibandingkan bronkus kiri.bronkisegmental dan subsegmental adalahsubdivisi
dari bronki utama dan menyebar menyerupai pohonterbalik menuju kemasing-masing
paru.Kartilago menyelubungi jalan nafas dibronki tetapi pada bronkioli (jalan nafas terahir
sebelum sampai kealveoli)Kartilago menghilang sehingga bronkioli dapat mengalami kolaps
dang mengandung udara selama ekshalasi aktif.
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terahir pada sistem konduksi.Area pada
hidung sampai ke bronkiolus tidak mengalami pertukaran gas dan berfungsi sebagai ruang
rugi anatomik ( anatomic dead space).Kekurangan pertukaran gas berarti bahwa udara yang
pertama keluar dari mulutselama ekshalasi mencerminkan udara ruangan,tetapi udara terahir
yang keluar ( udara tidal ahir)mencerminkanudara alveolar.
Paru dan alveoli
Paru
Paru terletak didalam rongga toraks pada kedua sisi jantung .Paru berbentuk kerucut ,dengan
apeks terletak diatas rusuk pertama dan dasar /basal paru terletak pada diafragma .Tapi paru
terbagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fisura oblik.Paru kanan dibagi lagi oleh
fisura horisontal sehingga parukanan terbagi dalam tiga lobus ,lobus posterior,medius,dan
inferior dan inferior,sedangkan paru kiri hanya terdiri atas dua lobus.Selain pembagian paru
menjadi lima lobus ini tampak dari luar,paru juga juga terbagi menjadi 10 unit yang lebih
kecil(segmenbronkopulmonal).Tiap segmen mencerminkanbagian paru yang disuplaioleh
bronkus tersierspesifik.Segmenini penting secara bedah karena segmen yang mengalami
kerusakan dapat dilakukan reseksi tanpa harus mengangkat keseluruhan lobus atau
keseluruhan paru.Kedua paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum)dimana terletak
organ organ seperti jantung,aorta,venacava,pembuluh darah pulmonal,esofagus,bagian dari
trakea dan bronki serta kelenjar timus.
Paru-paru mengandung gas,darah,dinding alveolus yang tipis dan struktur
pendukung.Dinding alveolus mengandung serabut kolagen dan elastis,yang membentuk
struktur tiga dimensi menyerupai keranjang yang memungkinkan paru berkembang kesemua
arah .Serabut ini dapat meregang ketika terdapat gaya tarikan pada paru dari luar tubuh atau
ketika paru-paru mengembang dari dalam.Rekoil(pentalan)elastis membantu mengembalikan
paru kevolume saat istirahat.
Cabang arteri pumonal memperdarahi sebagian besar paru-paru.Darah pada arteri ini
miskin oksigen tetapi oksigen disuplai oleh udara inspirasi.Trakea dan bronkiolus yang bukan
merupakan bagian dari permukaan yang berperan pada pertukaran gas menerima darah kaya
oksigen dari cabang aorta.
Volume paru
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki kapasitas total sebesar 5900ml.Akan
tetapi ,seorang tidak dapat menghembuskan semua udara dari paru-paru,sekitar 1200 ml
udara tetap berada diparu-paru seberapa pun kuatnya ekspirasi.Volume yang tertinggal ini
(volume residual)mencegah struktur parumengalami kolaps selama ekspirasi.Volume udara
yang bergerak masuk dan keluar setiap pernafasan disebut sebagai volume tidal.Selama
pernafasan biasa,volume tidal sekitar 500 ml.Jika seorang menarik nafas dalam,paru menjadi
lebih mengembang .Jumlah udara tambahan dihirup melebihi volume tidal dan disebut
sebagai volume cadangan inspirasi,udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah
pernafasan paksa disebut sebagai volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas paru sering dikombinasikan menjadi kapasitas :
Kapasitas total paru:keempat volume paru
Kapasitas vital:semua volume kecuali volume residual,yang merupakan jumlah yang dapat
diventilasi seseorang
Kapasitas cadangan fungsional:volume residual ditambah cadangan ekspirasi
Kapasitas inspirasi:volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi
Laju udara yang dapat dikeluarkan dari paru juga memberikan informasi diagnostik.Volume
ekspirasi paksa dalamwaktutertentu didapatkan dari pemeriksaan dengan meminta klien
melakukan inspirasi maksimal(sampai kapasitas paru total)diikuti dengan ekshalasi
maksimal(sampai volume residual).Jumlah total udara yang diekshalasi adalah kapasitas
vital.FEV1 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan melalui detik pertama
,biasanya mencapai 80%kapasitas vital dan FEV3 mengindikasikan volume udara yang
dihembuskan selama 3 detik,biasanya sekitar 95% kapasitas vital.
Volume dan kapasitas ini sering berubah pada beberapa penyakit.Pola dan derajat
perubahan berkolerasi dengan derajat proses penyakit.Volume paru yang terukur dengan
spirometri.
Alveolus
Parenkim paru,yang terdiri atas jutaan unit alveolus,adalah area yang bekerja pada
jaringan peru.Pada saat kelahiran seseorang memiliki sekitar 24 juta alveoli,pada usia 8
tahun,seseorang memiliki 300 juta alveoli.Total area permukaan alveolus yang bekerja sekitar
750 sampai 860 kaki persegi.Supali darah yang mengalir kealveoli datang dari ventrikel
kanan jantung.
Keseluruhan unit alveolar(zona respirasi)tersusun atas bronkiolus respiratorius,duktus
alveolaris,dan sakus alveolaris.Dinding alveolus sangat tipis dengan jariangan kapiler yang
saling berhubungan membentuk anyaman yang solid/padat.Oleh karena rumitnya sistem
kapiler,aliran darah pada dinding alveolus sering dideskripsikan sebagai suatu lembaran dari
darah yang bos memengalir.
Oksigen dan CO2 ditukar melalui suatu membran respirasi,dengan tebal sekitar 0,2
mm.Rerata diameter kapiler paru hanya sekitar 5um,tetapi sel darah merah(ukuran diameter
7um)harus menerobos melewati struktur ini ,atau menyentuh dinding kapiler.Oleh karena itu
jarak difusi oksigen dan CO2 harus dikurangi .Penebalan membran respirasi (misalkan pada
edema paru atau fibrosis)dapat mengganggu pertukaran gas ini.
Alveolus terdiri atas dua macam sel:pneumosit tipe 1 yang melapisi alveolus,merupakan sel
tipis dan tidak mampu mereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran gas .Pneumosit tipe II adalah sel
kulosit dan tidak dapat melakukan pertukaran oksien dan CO2 dengan baik.Sel ini menghasilkan
surfaktandan penting pada jejas paru dan reparasi jaringan karena se ini dapat berdiferensiasi
menjadi makrofag alveolar.Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel tipe I.oksigenasi
dapatterganggu selama masa transisi dari tipe II ke tipe I.
Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara
yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang
ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi
bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-borne infection. Bakteri yang
terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik
lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada
jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam
waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau
tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan,
yaitu:
1) Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),
maupun ke saluran pencernaan.
2) Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan
penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.

Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang
mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah,
yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri
tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat
kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan
tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut
reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah
infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis
yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ
paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik
terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier
bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus
paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan
tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.
Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas
atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh
sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO
1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity),
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat
pula.

E . Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari tuberkulosis antara lain:
1. Demam 40-41 derajat
2. Batu/batuk darah
3. Sesak nafas
4. N yeri dada
5. Malaise
6. Keringat malam
7. Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada
8. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
9. Pada anak
Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh
Demam tanps sebab yang jelas,terutama jika berlanjut sampai 2 minggu
Batuk kroniklebih dari 3 minggu,dengan atau tanpa whezeeng
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
Demam dan batuk tidak respons terhadap terapi sesuai baku H
Foto dada bukan alat diagnostic utama TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG(reaksi lokal timbul <7 hari setelah penyuntikan )harus
dievalusi dengan sistem scoring TB anak
Anak dengan Tbjika jumlah skor >6 (skor maksimal 13)
Pasien usia balita yang mendapat skor 5,dirujuk kerumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut
F . Data penunjang
Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut akan
ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga
dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk
mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif Dalam hal
ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak
+ 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan
obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30
menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkos kopi diambil dengan
brushing atau bronchial washing atau BAL (bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa
juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena
mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar
mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan.
Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar,
sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah ke luar.
Kriteria sputum BTA positif
adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan
kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan
asam) (+) di bawah mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan
untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan
sekitar 50 - 100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8
minggu dengan angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
1. Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative
2. Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3. Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening
TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%.
Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun
sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan
uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan
pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus
mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus.
Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya
bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang
jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih
jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat
antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang
lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada
penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit
akut yang relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.

Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan
tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan
secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks
biasa.

Radiologis TB Paru Milier


TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier
subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh
invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang
berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan
rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Nodul-nodul dapat
terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga cukup terlihat
sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk berupa granul-granul halus
atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara difus di kedua lapangan paru. Pada
saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan
masing-masing berupa garis-garis tajam.

Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya
harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang
percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.

G. Diagnosa keperawatan yang munkin muncul


1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,hipertensi pulmonal,penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspneu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
5. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi,terapi dan pencegahan berhubungan dengan
informasi kurang/tidak akurat
6. Hipertermi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif berhubungan Respiratory status : Pastikan kebutuhan oral / tracheal
dengan: Ventilation suctioning.
- Infeksi, disfungsi Respiratory status : Berikan O2 l/mnt, metode
neuromuskular, hiperplasia Airway patency Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control dalam
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Obstruksi jalan nafas : tindakan keperawatan ventilasi
spasme jalan nafas, sekresi selama ..pasien Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tertahan, banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan Keluarkan sekret dengan batuk atau
adanya jalan nafas buatan, jalan nafas dibuktikan suction
sekresi bronkus, adanya dengan kriteria hasil : Auskultasi suara nafas, catat adanya
eksudat di alveolus, adanya Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
benda asing di jalan nafas. efektif dan suara nafas Berikan bronkodilator :
DS: yang bersih, tidak ada -
- Dispneu sianosis dan dyspneu - .
DO: (mampu mengeluarkan -
- Penurunan suara nafas sputum, bernafas dengan Monitor status hemodinamik
- Orthopneu mudah, tidak ada pursed Berikan pelembab udara Kassa basah
- Cyanosis lips) NaCl Lembab
- Kelainan suara nafas (rales, Menunjukkan jalan nafas Berikan antibiotik :
wheezing) yang paten (klien tidak .
- Kesulitan berbicara merasa tercekik, irama .
- Batuk, tidak efekotif atau nafas, frekuensi Atur intake untuk cairan
tidak ada pernafasan dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan.
- Produksi sputum normal, tidak ada suara Monitor respirasi dan status O2
- Gelisah nafas abnormal) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Perubahan frekuensi dan Mampu mengencerkan sekret
irama nafas mengidentifikasikan dan Jelaskan pada pasien dan keluarga
mencegah faktor yang tentang penggunaan peralatan : O2,
penyebab. Suction, Inhalasi.
Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas
normal

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Respiratory Status : Gas Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ketidakseimbangan exchange ventilasi
perfusi ventilasi Keseimbangan asam Pasang mayo bila perlu
perubahan membran Basa, Elektrolit Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler-alveolar Respiratory Status : Keluarkan sekret dengan batuk atau
DS: ventilation suction
sakit kepala ketika Vital Sign Status Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun Setelah dilakukan suara tambahan
Dyspnoe tindakan keperawatan Berikan bronkodilator ;
Gangguan penglihatan selama . Gangguan -.
DO: pertukaran pasien teratasi -.
Penurunan CO2 dengan kriteria hasi: Barikan pelembab udara
Takikardi Mendemonstrasikan Atur intake untuk cairan
Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan
mengoptimalkan keseimbangan.
Keletihan oksigenasi yang adekuat
Monitor respirasi dan status O2
Iritabilitas Memelihara kebersihan
Catat pergerakan dada,amati
Hypoxia paru paru dan bebas dari
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
kebingungan tanda tanda distress
retraksi otot supraclavicular dan
sianosis pernafasan
intercostal
warna kulit abnormal Mendemonstrasikan batuk
Monitor suara nafas, seperti dengkur
(pucat, kehitaman) efektif dan suara nafas
Hipoksemia Monitor pola nafas : bradipena,
yang bersih, tidak ada
hiperkarbia sianosis dan dyspneu takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
AGD abnormal (mampu mengeluarkan cheyne stokes, biot
pH arteri abnormal sputum, mampu bernafas Auskultasi suara nafas, catat area
frekuensi dan kedalaman dengan mudah, tidak ada penurunan / tidak adanya ventilasi dan
nafas abnormal pursed lips) suara tambahan
Tanda tanda vital dalam Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
rentang normal mental
AGD dalam batas normal Observasi sianosis khususnya membran
Status neurologis dalam mukosa
batas normal Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC: Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencernac. Weight Control mengandung tinggi serat untuk mencegah
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan Ajarkan pasien bagaimana membuat
ekonomi. selama.nutrisi kurang catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator: Monitor adanya penurunan BB dan gula
- Nyeri abdomen Albumin serum darah
- Muntah Pre albumin serum Monitor lingkungan selama makan
- Kejang perut Hematokrit Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah Hemoglobin tidak selama jam makan
makan Total iron binding capacity Monitor turgor kulit
DO: Jumlah limfosit Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Diare total protein, Hb dan kadar Ht
- Rontok rambut yang Monitor mual dan muntah
berlebih Monitor pucat, kemerahan, dan
- Kurang nafsu makan kekeringan jaringan konjungtiva
- Bising usus berlebih Monitor intake nuntrisi
- Konjungtiva pucat Informasikan pada klien dan keluarga
- Denyut nadi lemah tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan tindakan keperawatan pelindung
- Malnutrisi selama pasien tidak Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil: Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, Menunjukkan kemampuan Berikan terapi
Leukopenia, penekanan untuk mencegah antibiotik:.................................
respon inflamasi) timbulnya infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Penyakit kronik Jumlah leukosit dalam dan lokal
- Imunosupresi batas normal Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi Menunjukkan perilaku Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Pertahan primer tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit, Status imun, Monitor adanya luka
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal, Dorong masukan cairan
peristaltik) genitourinaria dalam batas Dorong istirahat
normal Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan tindakan keperawatan pelindung
- Malnutrisi selama pasien tidak Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil: Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, Menunjukkan kemampuan Berikan terapi
Leukopenia, penekanan untuk mencegah antibiotik:.................................
respon inflamasi) timbulnya infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Penyakit kronik Jumlah leukosit dalam dan lokal
- Imunosupresi batas normal Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi Menunjukkan perilaku Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Pertahan primer tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit, Status imun, Monitor adanya luka
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal, Dorong masukan cairan
peristaltik) genitourinaria dalam batas Dorong istirahat
normal Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi Monitor suhu sesering mungkin
penyakit/ trauma Monitor warna dan suhu kulit
peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan Monitor tekanan darah, nadi dan RR
aktivitas yang berlebih keperawatan Monitor penurunan tingkat kesadaran
dehidrasi selama..pasien Monitor WBC, Hb, dan Hct
menunjukkan : Monitor intake dan output
DO/DS: Suhu tubuh dalam batas normal Berikan anti piretik:
dengan kreiteria hasil: Kelola Antibiotik:..
kenaikan suhu tubuh Suhu 36 37C
diatas rentang normal Nadi dan RR dalam rentang
Selimuti pasien
serangan atau konvulsi normal Berikan cairan intravena
Tidak ada perubahan warna kulit Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
(kejang) dan tidak ada pusing, merasa Tingkatkan sirkulasi udara
kulit kemerahan nyaman
pertambahan RR Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
takikardi
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Kulit teraba panas/ hangat
Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
A Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada
6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti
terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
o Vaksinasi BCG
o Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di bawah lima
tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis
TB, anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat
dengan penderita TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin
dari negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
o Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonsia PPTI).

B. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :
1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap
bakteri tahan asam.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu
1. 1. Fase intensif (2-3 bulan) :
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-banyaknya
dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif yang
biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis.
Pasien yang infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien
dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut The Joint
Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society,fase awal diberikan selama 2 bulan
yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15
mg/kgBB.
1. 2. Fase lanjutan (4-7 bulan).
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko
terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British
Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan pengobatan ulang
terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-
kurangnya 2 di antara obat yang diberikan haruslah yang masih efektif.

Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:
1. 1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat
seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral,
spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi
kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan
minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4
bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
1. 2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal terapi
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat
4. 3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di
luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan
keberhasilan rendah sekali.

Obat-obatan anti tuberkulostatik


1. Isoniazid (INH) : merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti
rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada
kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya
terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal
kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari
sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis
sangat jarang terjadi.
2. Rifampisin : merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan.
Sebagaimana halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra
indikasi. Pada dua bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan
sementara pada fungsi hati (peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya tidak
memerlukan penghentian pengobatan. Kadang-kadang terjadi gangguan fungsi hati yang
serius yang mengharuskan penggantian obat terutama pada pasien dengan riwayat penyakit
hati. Rifampisin menginduksi enzim-enzim hati sehingga mempercepat metabolisme obat lain
seperti estrogen, kortikosteroid, fenitoin, sulfonilurea, dan anti-koagulan. Penting : efektivitas
kontrasepsi oral akan berkurang sehingga perlu dipilih cara KB yang lain.
3. Pyrazinamid : bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif
memlah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan
pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam
cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycrobacterium bovis. Toksifitas hati yang serius kadang-
kadang terjadi.
4. Etambutol : digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika
resiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi,
etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase
lanjutan (atau 15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah
pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali
seminggu. Efek samping etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan
penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih
sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan awal penglihatan
bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera
dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti
perubahan ini sebaiknya tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian
pada anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa
melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan sebelum
pengobatan.
5. Streptomisin : saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus
resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat
badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk
pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan
diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk anak
diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk pengobatan
yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk pasien dengan gangguan
fungsi ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh
dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang
disebabkan oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang
tidak bisa ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin, sikloserin, makrolid
generasi baru (azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) dan
protionamid.

Tabel Panduan Pemberian Obat Anti-Tuberkulosis


Rekomendasi Dosis
Obat anti-TB (mg/kgBB)
Aksi Potensi
esensial Per minggu
Per hari
3x 2x
Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

Kombinasi dosis combination ( fixed dose combination )


Dosis tiap hari :
o RHZE : R (150 mg) + H (75 mg) + Z (400 mg) + E (75 mg)
o RHZ : R (150 mg) + H (75 mg) + Z (450 mg)
o RH : R (300 mg) + H (150 mg)
R (150 mg) + H (75 mg)
EH : H (150 mg) + E (400 mg)
RHZ : R (150 mg) + H (150 mg) + Z (500 mg)
RH : R (150 mg) + H (150 mg)
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah
paru-paru
Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara
lain: Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama, Klasifikasi menurut
American thoracic society, Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan
klinis,radiologis,dan makrobiologis, Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4
kategori, Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru. Anatomi dan patofisiologi
saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran pernafasan atas saluran
pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran pernafasan
bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin
berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usu
Ada beberapa gejala dari yuberkulosis yang harus dicurugai kemungkinan anak terkena
tubercukosis antara lain: Demam 40-41 derajat,Batu/batuk darah,Sesak nafas,
N yeri dada,Malaise,Keringat malam,Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada,Peningkatan
sel darah putih dengan dominasi limfosit dan Pada anak.
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendirikkan diagnose tuberculosisPemeriksaan
sputum, Pemeriksaan tuberculin, Pemeriksaan Rontgen Thoraks, Pemeriksaan CT Scan,
dan Pemeriksaan Laboratorium.
Pengobatatan atau tatalaksana untuk pasien dengan tuberculosis sesuai dengan tahapan2
yang telah dijelaskan diatas.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis harapkan antara lain
1. perawat mampu mengaplikasikan kepada orang tua bagaimana untuk merawat anak yang
menderita tuberculosis.
2. Perawat mampu menjelaskan apa penyakit tuberculosis
3. Keluarga pasien mengerti tentang penyakit tuberculosis dan mengetahui pencegahan dari
penyakit tuberculosis.

Anda mungkin juga menyukai