Anda di halaman 1dari 13

INTERVENSI PENYULUH DALAM PEMBERDAYAAN

SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG DI


KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi
Penelitian pada Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Program Studi Agibirnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Dian Puspasari Ina Ayati

Oleh
Hilma Ermila Yesi
NIM 151510601050

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam arti luas
mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Pertanian di Indonesia sebagai negara yang berada pada wilayah tropika memiliki
karakteristik tertentu sehingga membedakan dengan wilayah-wilayah lain.
Karakteristik yang dimiliki tersebut disebabkan karena pengaruh iklim yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti suhu udara, kelembapan, tekanan
udara, angin, intensitas penyinaran matahari dan lain-lain. Salah satu karakteristik
pertanian di wilayah tropika yang sangat mempengaruhi dalam keberhasilan suatu
usahatani adalah keragaman ekosistem yang dimiliki dan keragaman jenis tanah.
Budidaya pada jenis tanah yang tidak sesuai dapat menyebabkan kegagalan dalam
melakukan usahatani (Firdaus, 2012).
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di negara
berkembang. Sektor pertanian memiliki beberapa peran dalam pembangunan
ekonomi antara lain: 1) sebagai penyedia pangan, 2) sebagai sumber tenaga kerja
bagi sektor perekonomianlain, 3) sebagai sumber kapital bagi pertumbuhan
ekonomi modern khususnya dalam tahap awal pembangunan, 4) sebagai sumber
devisa dan 5) masyarakat pedesaan merupakan pasar bagi produk yang dihasilkan
dari sektor industri di perkotaan. Sektor pertanian memiliki potensi untuk terus
dikembangkan dimasa mendatang. Pengembangan sektor pertanian disebabkan
karena sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menempati urutan ketiga setelah sektor
industri dan sektor perdagangan. Peran sektor pertanian tidak hanya dilihat dari
besarnya kontribusi terhadap PDRB, namun dapat dilihat dari seberapa besar
perannya dalam menyerap tenaga kerja ataupun menciptakan kesempatan kerja
bagi sektor lain (Ninditya, 2013).
Menurut Suratiyah (2015), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
sektor pertanian di Indonesia merupakan mesin pertumbuhan yang berperan besar
bagi pembangunan desa dalam bentuk penciptaan nilai tambah bagi masyarakat di
pedesaan. Pendapatan dari usahatani yang diterima masyarakat desa adalah wujud
nyata nilai tambah yang diperoleh dari sektor pertanian. Keberadaan sektor
pertanian memiliki keterkaitan yang erat dengan sistem agribisnis yang
terintegrasi mulai dari hulu (perbenihan agrokimia), on farm, off farm dan sub
sektor pendukungnya seperti pembiayaan, riset, penyuluhan, infrastruktur dan
kebijakan pemerintah.
Sektor pertanian menjadi sektor andalan dalam menopang perekonomian
masyarakat. Sektor pertanian mempunyai 5 sub sektor di dalamnya, yaitu sub
sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor
perikanan,dan sub sektor kehutanan. Lima sub sektor pertanian tersebut memiliki
peran yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi di masa yang
akan datang sehingga perlu dikembangkan. Sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura merupakan salah satu subsektor yang hingga saat ini telah menjadi
perhatiankhusus dari pemerintah sebab dianggap mampu menopang pertumbuhan
ekonomidi Indonesia. Oleh karena itu, sektor pertanian dapat dikatakan
mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan salah satunya adalah
subsektor hortikultura ( Nindhitya, 2013).
Peternakan adalah kegiatan untuk mendapatkan manfaat dari hasil
pengembangbiakan dan pembudidayaan hewan ternak. Sub sektor peternakan
memiliki peranan yang cukup signifikan dalam pembangunan pertanian
dikarenakan permintaan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu ke
waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,
pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang bernilai
gizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk.
Prmbangunan pada sub sektor peternakan berperan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia secara berkelanjutan melalui perbaikan gizi, mewujudkan
keluarga mandiri gizi, peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat
peternak, kesempatan kerja pelestarian lingkungan hidup dan devisa negara.
(Simarmata, 2008).
Menurut Suroto (2014), peternakan merupakan kegiatan untuk
mengembangbiakkan dan membudidayan hewan ternak untuk mendapatkan
keuntungan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan
secara optimal. Kegiatan peternakan ini meliputi peternakan hewan unggas seperti
ayam, itik, burung dan lain-lain serta peternakan hewan non unggas seperti sapi,
kerbau, kuda dan kambing. Peternakan dalam era modern ini tidak hanya
berkembang dalam pemenuhan kebutuhan pangan namun juga dapat sebagai
pemenuhan dalam kebutuhan sandang dan papan manusia. Salah satu jenis hewan
yang umumnya diternakkan adalah sapi potong.
Sapi potong atau bisa juga disebut sebagai sapi pedaging merupakan jenis
sapi yang dikhususkan untuk dipelihara guna diambil manfaat dagingnya. Usaha
peternakan sapi potong yang dikelola peternak sebagian besar berorientasi pada
pembibitan dan sebagai dana cadangan rumah tangga dan tenaga kerja. Faktorr-
faktor yang diperhatikan dalam melaksanakan pengembangan sapi potong adalah
suberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya pakan ternak yan
berkesinambungan, selanjutnya proses budidaya perlu mendapat perhatian
meliputi bibit, teknologi dan lingkungan yang strategis yang secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi dalam
keberhasilan pengembanganya ( Rahmawati, 2015).
Peternakan dalam pelaksanaan program pengembangan agribisnis sapi
potong memerlukan beberapa strategi pendekatan untuk mempercepat
perkembangan sapi potong sekaligus untuk meningkatkan pendapatan kelarga tani
dari subsektor peternakan. Salah satu strategi yang dilaksanakan pemerintah
adalah pendekatan terpadu yang mencakup tiga aspek yaitu produksi, ekonomi,
dan sosial. Faktor kunci pengembanagan peternak sapi potong adalah melakukan
perbaikan pada sistem produksi yang dilakukan lembaga penyuluhan guna
memberdayakan ekonomi peternak. Penyuluhan sebagai bagian dari sistem
pendidikan non formal akan memberikan penguatan kepada para peternak sapi,
karena peternak akan memungkinkan untuk berubah perilakunya ke arah yang
diharapkan, sehingga pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih
positif terhadap perubahan dan penerimaan inovasi dan akan lebih terampil dalam
melaksanakan usaha ternaknya (Sodiq, 2014).
Kebutuhan konsumsi daging yang meningkat dari tahun ke tahun
sementara hewan ternak yang diembangkan petani sampai saat ini masih banyak
yang menggunakan cara tradisional dan perkembangan populasi ternak dinilai
melamban sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan yang semestinya harus
dicapai. Pola pikir masyarakat yang menjadikan beternak sapi hanya sebagai
pekerjaan sampingan dan tidak dirawat dengan optimum juga merupakan
hambatan dalam pengembangan sapi potong di indonesia. Pengembangan ternak
sapi potong diharapkan menjadi penyumbang daging terbesar, sehingga wajar
apabila perhatian pemerintah dalam mengejar swasembada daging tertuju pada
upaya pengembangan ternak sapi potong (Lubis, 2014).
Dibawah ini disajikan data mengenai jumlah populasi peternakan di
indonesia pada tahun 2012-2016:
1. 1 Populasi Komoditas Peternakan di Indonesia
N Tahun
Jenis Spesies
o 2012 2013 2014 2015 2016
I Ternak Besar
1 Sapi potong 15.981 12.686 14.727 15.420 16.093
2 Sapi Perah 612 444 503 519 534
3 Kerbau 1.438 1.110 1.335 1.347 1.386
4 Kuda 437 434 428 430 438
II Ternak Kecil
1 Kambing 17.906 18.500 18.640 19.013 19.608
2 Domba 13.420 14.926 16.092 17.025 18.066
3 Babi 7.900 7.599 7.694 7.808 8.114
III Ternak
Unggas
1 Ayam Buras 274.564 276.777 275.116 285.304 298.673
2 Ayam 1.244.402 1.344.191 1.443.349 1.528.32 1.592.669
Pedaging 9
3 Ayam Petelur 138.718 146.622 146.660 155.007 162.051
4 Itik 44.357 43.710 45.268 45.322 47.360
5 Itik Manila 4.938 7.645 7.414 7.975 8.263
IV Aneka Ternak
1 Kelinci 1.075 1.137 1.104 1.103 1.128
2 Puyuh 12.357 12.553 12.692 13.782 13.933
3 Merpati 1.821 2.139 2.433 2.154 2.218
Sumber: Badan Pusat Statistik 2016
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor peternakan di Indonesia dibagi
menjadi 4 sektor yaitu ternak besar, ternak kecil, ternak unggas, dan aneka ternak
lainnya. Ternak besar terdiri atas sapi potong, sapi perah, kerbau dan kuda, ternak
kecil terdiri dari kambing domba dan babi, ternak unggas terdiri atas ayam buras,
ayam pedaging, ayam petelur , itik dan itik manila, yang terakhir adalah aneka
ternak. Aneka ternak ini terdiri atas kelinci, burung puyuh dan merpati. Tabel
tersebut menjelaskan bahwa ternak sapi potong di Indonesia tidak stabil jumlah
populasinya. Jumlah populasi ternak sapi potong terbesar ada di tahun 2016
dengan jumlah 16.093 ekor dan yang terendah ada di tahun 2013 dengan jumlah
12.686 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak sapi perah di Indonesia
tidak stabil jumlah populasinya. Jumlah populasi ternak sapi perah terbesar ada di
tahun 2012 dengan jumlah 612 ekor dan yang terendah ada di tahun 2013 dengan
jumlah 444 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak kerbau di Indonesia
tidak stabil jumlah populasinya. Jumlah populasi ternak kerbau terbesar ada di
tahun 2012 dengan jumlah 1.438 ekor dan yang terendah ada di tahun 2013
dengan jumlah 1110 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak kuda di
Indonesia cukup stabil jumlah populasinya. Jumlah populasi ternak kuda terbesar
ada di tahun 2016 dengan jumlah 438 ekor dan yang terendah ada di tahun 2014
dengan jumlah 428 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak kambing di
Indonesia mengalami kenaikan jumlah populasi setiap tahunnya. Jumlah populasi
ternak kambing terbesar ada di tahun 2016 dengan jumlah 19.608 ekor dan yang
terendah ada di tahun 2012 dengan jumlah 17.906 ekor. Tabel tersebut
menjelaskan bahwa ternak domba di Indonesia mengalami kenaikan jumlah
populasi setiap tahunnya. Jumlah populasi ternak kambing terbesar ada di tahun
2016 dengan jumlah 18.066 ekor dan yang terendah ada di tahun 2012 dengan
jumlah 13.420 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak babi di Indonesia
tidak stabil jumlah populasinya. Jumlah populasi ternak kuda terbesar ada di tahun
2016 dengan jumlah 8.114 ekor dan yang terendah ada di tahun 2013 dengan
jumlah 7.599 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak ayam buras di
Indonesia cukup stabil jumlah populasinya. Jumlah populasi ternak ayam buras
terbesar ada di tahun 2016 dengan jumlah 298.673 ekor dan yang terendah ada di
tahun 2012 dengan jumlah 274.564 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak
ayam pedaging di Indonesia mengalami kenaikan jumlah populasi setiap
tahunnya. Jumlah populasi ternak ayam pedaging terbesar ada di tahun 2016
dengan jumlah 1.592.669 ekor dan yang terendah ada di tahun 2012 dengan
jumlah 1.244.402 ekor. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ternak ayam petelur di
Indonesia mengalami kenaikan jumlah populasi setiap tahunnya. Jumlah populasi
ternak ayam petelur terbesar ada di tahun 2016 dengan jumlah 162.051 ekor dan
yang terendah ada di tahun 2012 dengan jumlah 138.718 ekor Tabel tersebut
menjelaskan bahwa ternak itik di Indonesia tidak stabil jumlah populasinya.
Jumlah populasi ternak itik terbesar ada di tahun 2016 dengan jumlah 47.360 ekor
dan yang terendah ada di tahun 2013 dengan jumlah 43.710 ekor. Tabel tersebut
menjelaskan bahwa ternak itik manila di Indonesia cukup mengalami kenaikan
populasi setiap tahunnya. Jumlah populasi ternak itik manila terbesar ada di tahun
2016 dengan jumlah 8.263 ekor dan yang terendah ada di tahun 2012 dengan
jumlah 4.938 ekor. Tabel tersebut menjelaskan ternak kelinmerpatici, burung
puyuh dan mengalami kenaikan populasi per tahunnya. Populasi ternak sapi
potong yang kurang stabil populasinya perlu diberikan perhatian khusus karena
hal tersebut mempengaruhi tingkat produksi daging di indonesia.
Dibawah ini disajikan data mengenai jumlah populasi sapi potong di
indonesia pada tahun 2012-2016
1. 2 Populasi Sapi Potong di seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2012-2016
N Tahun
Jenis Spesies
o 2012 2013 2014 2015 2016
1 Aceh 505.171 404.221 511.362 580.287 600.756
2 Sumatra 609.951 523.277 646.749 662.234 683.332
Utara
3 Sunatra Barat 359.233 326.674 390.493 397.548 404.271
4 Riau 189.060 175.431 217.652 229.634 238.819
5 Jambi 139534 118.985 136.638 145.760 149.127
6 Sumatra 260.124 215.953 245.175 261.852 270.660
Selatan
7 Bengkulu 105.550 106.015 109.174 115.739 122.544
8 Lampung 778.050 573.483 587.827 653.537 660.745
9 Kepulauan 8.405 106.015 10.136 10.577 11.134
Bangka
Belitung
10 Kepulauan 17.251 17.471 18.033 17.967 18.130
Riau
11 D.K.I Jakarta 1.214 2.108 1.165 893 938
12 Jawa Barat 429.637 382.949 419.077 425.826 436.845
13 Jawa Tengah 2.051.407 1.500.077 1.592.638 1.642.578 1.682.449
14 D.I 358.387 272.794 302.011 306.691 311.470
Yogyakarta
15 Jawa Timur 4.957.478 3.586.709 4.125.333 4.267.325 4.534.460
16 Banten 55.224 46.071 54.898 55.760 59.500
17 Bali 651.216 478.146 553.582 543.642 559.517
18 NTB 916.560 648.939 1.013.793 1.055.013 1.100.743
19 NTT 814.450 803.450 1.013.793 1.055.013 930.997
20 Kalimantan 169.240 140.204 151.376 160.018 166.794
Barat
21 Kalimantan 59.385 51.920 65.197 68.531 72.049
Tengah
22 Kalimantan 152.495 115.235 141.446 148.296 152.733
Selatan
23 Kalimantan 99.986 93.098 101.743 110.097 118.835
Timur
24 Kalimantan - - 19.646 21.018 23.120
Utara
25 Sulawesi 119.889 105.841 115.197 119.667 124.178
Utara
26 Sulawesi 250.921 249.980 262.854 299.485 311.328
Tengah
27 Sulawesi 1.112.893 984.036 1.200.137 1.289.442 1.353.914
Selatan
28 Sulawesi 236.511 230.363 265.370 299.240 333.184
Tenggara
29 Gorontalo 202.974 174.858 192.229 199.743 202.946
30 Sulawesi 79.905 82.058 84.710 86.953 88.692
Barat
31 Maluku 83.866 73.937 90.386 95.891 105.470
32 Maluku Utara 64.136 66.022 78.816 81.343 85.265
33 Papua Barat 52.046 48.159 61.436 67.287 68.928
34 Papua 88.347 79.574 94.865 100.311 108.688
Indonesia 15.980.69 12.686.23 14.726.87 15.419.71 16.092.561
7 9 5 8
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tabel 1.2 menunjukkan populasi sapi potong yang ada di setiap provinsi di
indonesia, dari data tersebut provinsi yang bagus dalam mengembangkan sapi
potong di indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan.
Populasi sapi potong di jawa tengah tertinggi pada tahun 2012 sebanyak
2.051.407. Populasi sapi potong di jawa timur tertinggi pada tahun 2012 sebanyak
4.957.478. Populasi sapi potong di NTB tertinggi pada tahun 2016 sebanyak
1.100.743 dan populasi sapi potong di Sulawesi Selatan tertinggi pada tahun 2016
sebanyak 1.353.914 ekor. Provinsi yang lain seharusnya juga meningkatkan
populasi sapi potongnya supaya Indonesia tidak lagi mengimpor daging sapi dan
harga daging sapi juga stabil. penelitian ini dilakukan di kecamata Sinonsayang,
kabupaten Minahasa Selatan. Dibawah ini disajikan data mengenai jumlah
populasi sapi potong di Sulawesi pada tahun 2012-2016:
1.3 Populasi Komoditas Sapi Potong di Sulawesi pada tahun 2012-2016
N Tahun
Provinsi
o 2012 2013 2014 2015 2016
1 Sulawesi Utara 119.889 105.841 115.197 119.667 124.178
2 Sulawesi 250.921 249.980 262.854 299.485 311.328
Tengah
3 Sulawesi 1.112.893 984.036 1.200.137 1.289.442 1.353.914
Selatan
4 Sulawesi 236.511 230.363 265.370 299.240 333.184
Tenggara
5 Sulawesi Barat 79.905 82.058 84.710 86.953 88.692
Sulawesi 1.800.119 1.652.278 1.928.268 2.094.787 2.211.296
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tabel 1.3 menjelaskan tentang populasi sapi potong di provinsi Sulawesi.
Populasi sapi potong di Sulawesi Utara pada tahun 2012-2016 tidak stabil.
populasi sapi potong terbanyak pada tahun 2016 dengan jumlah populasinya
124.178 ekor. Populasi sapi potong di Sulawesi Tengah pada tahun 2012-2016
cukup stabil. populasi sapi potong terbanyak pada tahun 2016 dengan jumlah
populasinya 311.328 ekor. Populasi sapi potong di Sulawesi Selatan pada tahun
2012-2016 tidak stabil. Populasi sapi potong terbanyak pada tahun 2016 dengan
jumlah populasinya 1.353.914 ekor. Populasi sapi potong di Sulawesi Tenggara
pada tahun 2012-2016 tidak stabil. populasi sapi potong terbanyak pada tahun
2016 dengan jumlah populasinya 333.184 ekor. . Populasi sapi potong di Sulawesi
Barat pada tahun 2012-2016 mengalami kenaikan per tahunnya. populasi sapi
potong terbanyak pada tahun 2016 dengan jumlah populasinya 88.692 ekor. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa provinsi yang cukup potensial untuk
mengembangkan sapi potong adalah provinsi Sulawesi Selatan, namun di provinsi
Sulawesi Utara berpotensi bagus dalam pengembangan sapi potong.
Kecamatan Sinonsayang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan provinsi
Sulawesi Utara. Kecamatan Sinonsayang mempunyai potensi yang bagus untuk
pengembangan ternak, khususnya sapi potong. Pernyataan ini di dukung dengan
adanya hasil prasurvey yang menunjukkan di daerah tersebut sudah pernah
dilakukan berbagai kegiatan penyuluhan tentang pengembangan usaha peternakan
sapi potong yang dilakukan oleh instansi pemerintah daerah maupun dari berbagai
lembaga lainnya. Pengembangan usaha peternakan sapi potong ini ditunjang
dengan dilakukanya kegiatan penyuluhan oleh Balai Penyuluhan Pertanian
Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP3K) kecamatan Sinonsayang.Tujuan
utama dilakukan kegiatan penyuluhan di kecamatan sinonsayang adalah
meningkatkan populasi ternak sapi untuk mencapai swasembada daging. Program
penyuluhan peternakan sapi yang dilakukan oleh Balai penyuluhan Pertanian,
Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sinonsayang
Kabupaten Minahasa Selatan, dilaksanakan dalam rangka menumbuhkembangkan
pemberdayaan swadaya dan peran serta pelaku atau para peternak sapi agar dapat
meningkatkan produktifitas pendapatan usaha peternakannya. Kegiatan
penyuluhan maupun perkumpulan kelompok tani merupakan salah satu saluran
untuk menyampaikan informasi pemeliharaan ternak sapi potong. Berikut ini data
populasi sapi potong di provinsi sulawesi utara. Kegiatan penyuluhan dan
kelompok tani dapat menambah pengetahuan peternak mengenai pemeliharaan
ternak sapi potong. Frekuensi penyuluhan perorangan merupakan frekuensi
peternak dalam mengakses informasi. Pemberian penyuluhan ini cara menyajikan
program-program tentang peternakan sapi secara sederhana, para peternak
menerima materi tidak menggunakan alat bantu juga alat peraga. Pengetahuan
para peternak masih sangat kurang baik dalam beternak dan pada akhirnya
mempengaruhi usaha ternak mereka. Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin
mengetahui bagaimana intervensi penyuluh dalam pemberdayaan sosial ekonomi
peternak sapi potong di kecamatan Sinonsayang kabupaten Minahasa Selatan
(Sajow, 2014).

1.2 Rumusan masalah


1 Bagaimanakah bentuk intervensi penyuluh terhadap kelompok tanidalam upaya
memberdayakan kehidupan sosial ekonomi para peternak sapi potong di
kecamatan Sinonsayang kabupaten Minahasa Selatan?
2 Bagaimana persepsi peternak sapi potong terhadap kegiatan penyuluhan di
kecamatan Sinonsayang kabupaten Minahasa Selatan ?
3 Bagaimanakah perubahan kehidupan sosial ekonomi yang terjadi setelah
penyuluhan terhadap peternak sapi potong di kecamatan sinonsayang
kabupaten minahasa selatan ?

1.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.1.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk intervensi penyuluh terhadap kelompok tanidalam
upaya memberdayakan kehidupan sosial ekonomi para peternak sapi potong
di kecamatan Sinonsayang kabupaten Minahasa Selatan
2. Untuk mengetahui persepsi peternak sapi potong terhadap kegiatan
penyuluhan di kecamatan Sinonsayang kabupaten Minahasa Selatan
3. Untuk mengetahui perubahan kehidupan sosial ekonomi yang terjadi setelah
penyuluhan terhadap peternak sapi potong di kecamatan sinonsayang
kabupaten minahasa selatan

1.1.2 Manfaat Penelitian


1 Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan
kebijakan dan melakukan pengembangan ternak sapi otong di kecamatan
sinonsayang kabupaten minahasa selatan
2 Bagi peternak, dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk terus
mengembangkan peternakan sapi potong di kecamatan sinonsayang kabupaten
minahasa selatan
3 Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan peternakan sapi potong.
DAFTAR PUSTAKA

Ilham. 2013. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Bawang Goreng Pada
Umkm Usaha Bersamadi Desa Bolupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi. Jurnal Agrotekbis, 1(3): 301-306.
Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara
Nindhitya, R. O. 2013. Pemetaan Sub-Sub Sektor Pertanian Dalam Rangka
Pengembangan Perekonomian Daerah Kabupaten Wonosobo. Jurnal EDAJ,
2(1): 1-8.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Suroto, K.S dan Nurhasan. 2014. Pengaruh Potensi Peternak dalam


Pengembangan Sapi Potong di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala.
Buana sains, 14(1): 11-20.

Sodiq A dan Nur H. 2014. Kinerja dan Perbaikan Sistim Produksi Peternakan Sapi
Potong Berbasis Kelompok di Pedesaan. Agripet, 14(1): 56-64.

Rahmawati, S. A., N. Harijani dan M. Lamid. 2015. Analisis Pendapatan Peternak


Sapi Madura dan Sapi Madrasin di Desa Taman Sareh Kecamatan Sampang.
Agroveterinter, 3(2): 107-113.

Lubis, B. A. Dan R. Supriadi. 2014. Analisis Produksi Peternakan Sapi dalam


Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang. Ekonom, 17(2): 54-67.

Sajow, N. B.F.J Sondakh. R.A.J Legrans dan J. Lainawa. 2014. Evaluasi Program
Penyuluhan Usaha Peternakan Sapi Di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten
Minahasa Selatan. Zootek, 34(2): 27-38

Anda mungkin juga menyukai