Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Liken Simpleks Kronikus atau juga dikenal Neurodermatitis Sirkumskripta


sebagai adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip dan khas ditandai
dengan tandai likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan
minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat
berupa gatal dan seringkali bersifat paroxismal1,2,3.
Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat
nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara refleks menggaruk dan
menjadi kebiasaan yang tidak disadari. Pada stadium awal kelainan kulit yang
terjadi dapat berupa eritem dan edema atau kelompok papul, selanjutnya karena
garukan berulang, bagian tengah menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya
hiperpigmentasi2,3.
Etiopatogenesis dari neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, diduga
pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau
aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin
respon terhadap stres emosional1.
Belum ada penelitian terbaru mengenai insiden Neurodermatitis
Sirkumskripta, terakhir dilakukan oleh Julius L. Danto dkk. Pada 3700 kasus
penyakit kulit, didapatkan angka kejadian neurodermatitis sirkumskripta sebesar
14,6% pada masyarakat China7. Terbilang cukup besar dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Sehingga peningkatan dan pengembangan pengetahuan
mengenai etiopatogenesis serta penelitian mengenai metode penatalaksanaan neurodermatitis
sirkumskripta menjadi sangat urgensi.
Pada referat ini akan dibahas mengenai gejala klinis, pemeriksaan, diagnosis
dan penatalaksanaan neurodermatitis sirkumskripta. Dengan demikian diharapkan
referat ini dapat membantu para dokter dan mahasiswa kedokteran mendapatkan
informasi mengenai neurodermatitis sirkumskripta dan dijadikan bahan
pembelajaran selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Liken Simpleks Kronikus atau juga dikenal Neurodermatitis Sirkumskripta
sebagai adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip dank has ditandai
dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup
lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki
karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak
berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada
daerah yang terkena sehingga tampak serperti kulit batang kayu1,2,3 .

Gambar 2.1
Gambaran Likenifikasi pada Neurodermatitis Sirkumskripta2

B. EPIDEMIOLOGI
Liken simpleks kronis biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak
insidennya antara 30 sampai 50 tahun. Wanita lebih sering menderita dari pada
pria dan penyakit ini jarang dijumpai pada anak-anak. Penyakit ini sering
muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun. 12% dari
populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek
kronik. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset
umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa
atopi (rata-rata 48 tahun). Tidak ada perbedaan insiden yang dilaporkan dalam
hubungan dengan ras, meskipun liken simpleks kronis lebih sering di Asia,
Afrika-Amerika2,3 .
Secara umum frekuensi penyakit ini tidak diketahui. Tidak ada kematian
yang disebabkan liken simpleks kronis, tapi dapat menyebabkan morbiditas
langsung. Terdapat pasien yang melaporkan mengalami kurang tidur atau
gangguan tidur yang mempengaruhi fungsi motorik dan mental akibat dari
rasa gatal yang timbul pada saat istirahat. Liken simpleks kronis dapat disertai
dengan infeksi sekunder2,3.
Liken simpleks kronis yang menyeluruh seringkali timbul selama musim
dingin pada pasien yang berusia lanjut dan mempunyai kulit yang kering dan
pruritik. Pada pasien dengan dermatitis atopik maka onset dini timbul 19
tahun, tetapi jika Prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik, maka onset lambat
48 tahun2,3.

C. ETIOLOGI
Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun
diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan
gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor
yang dapat menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif, dapat
juga dari makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan- bahan
pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat2,3.
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita
sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi
penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga
merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit3,4.
Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah dijangkau
tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk
atau menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun
patofisiologi yang mendasarinya masih belum diketahui2,3. Hipotesis mengenai
pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal
ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia,
penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan aspek psikologik
dengan tekanan emosi6.
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya kulit
yang cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi.
Terdapat hubungan antara jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel
inflamasi dan produknya dalam persepsi gatal dan perubahan yang terjadi
pada liken simpleks kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi primer,
faktor fisik, dan intensitas gatal2,3,4.
Pada sebuah studi mengenai liken simpleks kronis dengan menggunakan
P-phenylenediamine (PPD) yang terkandung dalam pewarna rambut
menunjukkan bahwa terjadi perbaikan bermakna secara klinis gejala liken
simpleks kronis setelah penghentian pajanan PPD; hal ini menunjukkan bahwa
dasar liken simpleks kronis adalah peran sensitisasi dan dermatitis kontak8.

D. PATOFISIOLOGI
Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit daerah yang mudah diakses
untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang
menghasilkan lesi klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui.
Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi seperti kulit dengan
dermatitis atopik dan diatesis atopik. Suatu hubungan antara kemungkinan
keterlibatan jaringan saraf pusat dan perifer dan keluarnya produk inflamasi
akibat adanya persepsi gatal. Ketegangan emosional pada penderita cenderung
mungkin memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus sehingga
mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi refleks dan kebiasaan.
Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus
mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronis. Faktor
psikologis memegang peranan penting dalam pengembangan atau eksaserbasi
liken simpleks kronis. Pada suatu penelitian didapatkan pasien dengan liken
simpleks kronis memiliki tingkat depresi yang tinggi. Beberapa
neurotransmitter mempengaruhi suasana hati, seperti dopamine, serotonin atau
peptide opioid yang mempengaruhi persepsi melalui spinal pathway.
Kecemasan atau obsesi juga berperan dalam proses patologis dari lesi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi
umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang
pasien secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari
4,6,8
.
Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara lain berada di
tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan
periauricle6.

Gambar 2.2 Daerah predileksi Neurodermatitis Sirkumskripta4

Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa eritem dan
edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian
tengah menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi.
Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak
beraturan. Kemudian lesi juga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi,
seringkali disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang
mengalami likenifikasi teraba menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas
dan meninggi, serta dapat pula disertai eskoriasis. Warna lesi biasanya merah
tua, kemudian menjadi coklat atau hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi
biasanya tunggal4,5 .
Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikassi dapat
diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak solid, namun
likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi ukuran
2 s.d 3mm2. Berikut ini adalah berbagai gambaran lesi pada neurodermatitis
sirkumskripta.

Gambar 2.3 Seorang wanita berusia 29 tahun, pada regio dorsum pedis
dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter, bentuk oval, ukuran 4 x 6
cm, batas tegas, ireguler, permukaan likenifikasi, bagian sentral tampak
eritem, sebagian erosi multipel, tepi permukaan ditutupi skuama sedang
selapis warna putih.
(foto koleksi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK UNSRI)

Gambar 2.4 Neurodermatitis Sirkumskripta / LSK di daerah perinealis 2


Gambar 2.5
Neurodermatitis Sirkumskripta / LSK di area skrotum pada seorang laki-
laki kulit hitam2

F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis liken simpleks kronis didasarkan dari gambaran klinis dan
biasanya tidak sulit. Namun perlu dipikirkan penyakit kulit lain yang
memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis, dan dermatitis atopik.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta
mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang
tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut
muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki.
Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien
sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal
timbul intermiten.
Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.
Gambaran histopatologis liken simpleks kronis berupa ortokeratosis,
hipergranulasis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Sebukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas,
prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih
tinggi dari permukaan, sel schwan berpoliferasi, dan terlihat hiperplasi neural.
Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk liken
simplek kronis. Tetapi, studi mengemukakan bahwa 25% pasien dengan
liken simpleks kronis positif terhadap patch test. Pada dermatitis atopik
dan mikosis fungiodes bisa terjadi likenifikasi generalisata, oleh sebab itu
merupakan indikasi dilakukannya patch test. Pada pasien dengan pruritus
generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan
metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah
harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tiroid, tes
kemampuan pengikatan zat besi, dan foto dada. Kadar immunoglobulin E
dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hidroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeliminasi tinea
cruris6.
2. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis liken
simpleks kronis menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat
membuat infiltrasi selular yang cukup besar, serta dapat ditemukan
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irreguler, hipergranulosis, dan perluasan
dari papilo dermis. Spongiosis dapar ditemukan, tetapi vesikulasi tidak
ditemukan. Eksoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi puctata karena
adanya jaringan nekrotik bagian superfisial papillary dermis8.

Gambar 2.6 Hiperkeratosis,


Hipergranulosis,
Parakeratosis stratum korneum8
B. DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan
multifaktorial yang melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis
dengan peningkatan turnover rate sel epidermal. Predileksinya adalah
pada siku, lutut, lumbosakral, intergluteal, serta glans penis. Penyebabnya
dapat berupa faktor lingkungan (trauma, infeksi, alkohol, obat-obatan),
faktor genetik, serta faktor imunologik.7
Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7
a. Eritroskuamosa kronik
b. Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat antimalaria,
trauma
c. Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik
d. Pruritus
e. Afebril
f. Distrofi kuku
g. Nyeri sendi
h. Konjungtivitis atau blefaritis

2. Dermatitis Numularis
Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk
mata uang atau agak lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi
berupa papulovesikel dan biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).
Nama lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan neurodermatitis
numular1,2.
Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya
berupa vesikel dan papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping membentuk satu lesi karaktersitik
seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta
kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan
menyerupai lesi dermatomikosis. Pada lesi yang lama berupa likenifikasi
dan skuama1,2.
Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan
simetris. Ukuran juga bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai
plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan, dan
punggung1,2.
Gambar 2.7 Dermatitis Numularis1,2

3. Dermatitis Atopic
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi1,4.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan
akan terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul,
likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi,
ekskoriasi dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada bayi (infantile),
anak, maupun remaja dan dewasa1,4.
Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis
sirkumskripta atau yang lazim disebut liken simpleks kronis1,4.
Kedua-duanya gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada
dermatitis atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada
liken simpleks kronis di siku dan punggung kaki (ekstensor); ada pula
tempat predileksi yang sama yaitu di tengkuk1,4.
Dermatitis atopik biasanya sembuh setelah usia 30 tahun, sedangkan
neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua. Pemeriksaan
pembantu yang menyokong dermatitis atopik memberikan hasil negative
pada neurodermatitis1,4.

Gambar 2.8 Dermatitis Atopik1,4

C. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi dan meminimalkan gatal yang
ada karena akibat dari menggosok dan menggaruk menyebabkan liken
simpleks kronis sehingga perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa
mungkin menghindari menggaruk lesi karena garukan akan memperburuk
penyakitnya2. Lingkaran setan dari gatal-garuk-likenifikasi harus dihentikan.
Untuk penatalaksanaan medikamentosa antara lain:
a. Steroid topikal
Steroid topikal merupakan pilihan saat ini karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal-gatal, secara bersamaan dapat mengatasi
hiperkeratosis. Pengobatan dilakukan seumur hidup karena lesi kronis.
Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla, dan
wajah). Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan tar yang
mempunyai efek anti-inflamasi. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit
yang mendasarinya, bila memang ada juga harus di obati. Tar dan ekstrak
tar mempunyai efek antiinflamasi yang poten, walaupun kerjanya lambat
dibandingkan dengan glukokortikoid. Penggunaan tar harus
dikombinasikan dengan emolien, karena apabila digunakan sendiri dapat
mengakibatkan kulit kering. Efek samping dari penggunaan tar adalah
folikulitis, fotosensitasi, dermatitis kontak. Kombinasi terapi tar, steroid,
dan dihidohydroksiquin dapat digunakan untuk pengobatan penyakit ini.
Contoh steroid topikal yang dapat digunakan adalah9:
1. Clobetasol
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%
3. Triamcinolone 0,0225%, 0,1%, 0,5%, atau ointment
4. Fluocinolone cream 0,1%

b. Antihistamin oral
Dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin secara
endogen. dengan efek sedatif, Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contohnya: hidroksizin 25-100 mg/hari,
dipenhidramin 25-50 mg 3-4x/hari, prometazin) atau tranquilizer8.

c. Antihistamin topikal
Obat topikal dapat menstabilisasi membran neuron dan mencegah inisiasi
dan transmisi impuls saraf sehingga memberi aksi anastesi lokal. Contoh
dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari). Doxepine atau amitriptilin dapat juga
digunakan dalam dosis tunggal atau dalam dosis yang terbagi6,8.

d. Immunomodulator
Berasal dari ascomycioscopicus yang merupakan suatu bahan alami yang
diproduksi oleh jamur streptomyces hygrodan yang bekerja menghambat
produksi pelepasan sitokin inflamasi dari sel T secara selektif dan
berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 126,8.

D. PROGNOSIS
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi.
Eksaserbasi dapat terjadi sebagai respon stres emosional. Prognosis
bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status
psikologik penderita.

BAB III
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AP
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Alamat : Bandar Mas No.2 Batam - Kepri
No. Hp : 081372151062
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta

B. ANAMNESIS (Autoanamnesa)
1. Keluhan Utama :
Nyeri pada telapak tangan dan telapak kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit via poliklinik penyakit paru RSUD
Embung Fatimah dengan keluhan nyeri pada telapak tangan dan telapak
kaki sejak menjalani kemoterapi siklus kedua, terkadang nyeri menjalar
kepunggung tangan, kebas (-), demam (-), sesak napas (-), batuk berdahak
sekali-sekali berwarna putih, pusing (-), lemas (-), pasien sudah menjalani
kemoterapi siklus kelima.
3. Riwayat penyakit dahulu :
a. Hipertensi (-) c. Diabetes mellitus (-)
b. Asma (-)
4. Riwayat penyakit keluarga :
a. Hipertensi (-) c. Diabetes mellitus (-)
b. Asma (-) d. Alergi (-)
5. Riwayat kebiasaan :
a. Merokok (+) b. alcohol (+) c. zat adiktif (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda-tanda vital : TD = 140/90 mmHg
HR = 88 x/menit
T = 36,6 x/menit
RR = 18 x/menit
SpO2 = 97%
Kepala / leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : I = Simetris
Pa = Vocal Fremitus ka>ki
Pe = Redup di lapang paru kiri
Sonor dilapang paru kanan
A = Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen : Soepel (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral Hangat (+), Oedem (-)

2. Status Neurologist
a. Fungsi Cortical Luhur = Dalam batas normal
b. Rangsang Meningen = kaku kuduk (-), Kernig sign (-)
c. Nervus Cranial = pupil bulat, isorkor dengan ukuran diameter 2,5
mm/2,5 mm, RCL (+/+), RTCL (+/+)
Nervus Cranial lainnya dalam batas normal
d. Motorik :
P= N N K= 5 5 T= N N
N N 5 5 N N
RF = RP = - -
- -
e. Sensorik :
f. Otonom : BAB (+), BAK (+), Keringat (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

E. DIAGNOSA BANDING
1. Liken Simplek kronik
2. Dermatitis Atopik

F. DIAGNOSA KERJA
Lichen Simplek Kronik

G. PENATALAKSANAAN
Loratadine 10 mg = 1x1 tablet
Desoksimetason cream 10 mg = 2x1
H. RESUME
Pasien seorang laki-laki usia 36 tahun datang ke poli penyakit kulit dan
kelamin RSUD Embung Fatimah pada tanggal 19 Januari 2017 dengan
keluhan gatal pada punggung kaki kiri yang dirasakan sejak kurang lebih sejak
6 bulan yang lalu dan semakin menebal. Pada awalnya mucul bentol-bentol
berisi air, pasien sudah berobat keklinik kurang lebih sebanyak 6 kali tetapi
tidak ada perubahan. Pasien merasakan bentol-bentol makin melebar dan
banyak pada saat ada masalah yang dipikirkan dan pasien juga merasakan
gatal makin parah setelah tiap kali makan seafood. Gatal tidak disertai rasa
nyeri, panas. Ketika rasa gatal mucul pasien sering menggaruk bagian yang
gatal tersebut dan dirasakan gatal berkurang ketika digaruk sehingga
kemudian timbul bercak kehitaman disertai sisik halus berwarna putih dan
menebal. Pasien memiliki riwayat alergi seafood. Dikeluarga tidak ada
merasakan hal yang seperti ini. Riwayat penyakit keluarga seperti diabetes
mellitus, hipertensi dan alergi disangkal. Memiliki riwayat kebiasaan
merokok, untuk minum alcohol dan pemakaian zat adiktif disangkal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generlisata dalam batas
normal dan status dermatologist didapatkan ruam dengan lokalisata di region
dorsum pedis sinistra, efloresensi yang didapatkan nodul berkelompok dengan
makula hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk tidak beraturan, ditutupi oleh
skuama halus, terdapat erosi, krusta dan likenifikasi. Pada pasien ini tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang.
Penegakkan diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesik
dan pemeriksaan fisik, diagnose banding dari pasien ini adalah liken simolek
kronik/ dermatitis sirkumskripta dan dermatitis atopic, sedangkan diagnose
kerjanya adalah liken simplek kronik.
Penatalaksaan pada pasien ini adalah secara umum diberikan edukasi
seperti menghindari faktor pencetus, seperti menghindari faktor stress,
mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan
perlukaan, makan obat secara teratur, kontrol ke dokter teratur. Penatalaksaan
sistemik diberikan antihistamin yaitu loratadine 10 mg dengan frekuensi
minum 1 kali sehari secara oral. Dan diberikan juga obat topical kortikosteroid
dengan potensi tinggi yaitu desoksimetason cream 10 mg dengan
penggunaannya dioleskan pada yang terkena 2 kali sehari.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang
terbentuk dari respon kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam
waktu yang cukup lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histology
memiliki karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis
tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada
daerah yang terkena sehingga tampak seperti kulit batang kayu.
Pada kasus ini pasien Tn. M usia 36 tahun mengeluh gatal pada punggung
kaki kiri yang dirasakan sejak kurang lebih sejak 6 bulan yang lalu dan semakin
menebal. Pada awalnya mucul bentol-bentol berisi air, pasien sudah berobat
keklinik kurang lebih sebanyak 6 kali tetapi tidak ada perubahan. Pasien
merasakan bentol-bentol makin melebar dan banyak pada saat ada masalah yang
dipikirkan dan pasien juga merasakan gatal makin parah. Gatal tidak disertai rasa
nyeri, panas. Ketika rasa gatal mucul pasien sering menggaruk bagian yang gatal
tersebut dan dirasakan gatal berkurang ketika digaruk sehingga kemudian timbul
bercak kehitaman disertai sisik halus berwarna putih dan menebal. Diagnosis
liken simpleks kronik pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan status
dermatologikus.

Anamnesis

Kasus Teori
- Pasien merasakan bentol-bentol - Keluhan utama yang dirasakan
makin melebar dan banyak pada pasien dapat berupa gatal dan sering
saat ada masalah yang dipikirkan kali bersifat paroxismal. Lesi kulit
dan pasien juga merasakan gatal yang mengalami likenifikasi
makin parah. umumnya akan dirasakan sangat
- Gatal pada punggung kaki kiri yang nyaman bila digaruk sehingga
dirasakan sejak kurang lebih sejak 6 terkadang pasien secara reflex
bulan yang lalu dan semakin menggaruk dan menjadi kebiasaan
menebal yang tidak disadari.
- Ketika rasa gatal mucul pasien - Etiologi pasti neurodermatitis
sering menggaruk bagian yang gatal sirkumskripta belum diketahui,
tersebut dan dirasakan gatal namun diduga pruritus memainkan
berkurang ketika digaruk sehingga peranan karena pruritus berasal dari
kemudian timbul bercak kehitaman pelepasan mediator atau aktivitas
disertai sisik halus berwarna putih enzim proteolitik. Disebutkan juga
dan menebal. bahwa garukan dan gosokan
mungkin respon terhadap stress
emosional.
- Area predileksi liken simpleks
kronik antara lain berada ditengkuk,
occiput (liken Simpleks Nuchea),
sisi leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki dan punggung
kaki, skalp, paha bagian medial,
lengan bagian ekstensor, skrotum
dan vulva, juga diatas alis atau
kelopak mata dan periauricla.

Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami
besifat terus-menerus dan dialami setelah ada faktor stres, dirasakan di daerah
punggung kaki. Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk
mendukung ke arah diagnosis liken simpleks kronik.

Status Dermatologist
Kasus Teori
- Lokalisata: Regio dorsum pedis Pada stadium awal kelainan kulit yang
sinistra terjadi dapat berupa eritem dan edema
- Efloresensi: Nodul berkelompok atau kelompok papul, selanjutnya
dengan makula hiperpigmentasi, karena garukan berulang, bagian tengah
berbatas tegas, distribusi tunggal, menebal, kering dan berskuama serta
bentuk tidak beraturan, ditutupi oleh pinggirnya hiperpigmentasi.
skuama halus, terdapat erosi, krusta Ukuran lesi lentikular sampai plakat,
dan likenifikasi. bentuk umum lonjong atau tidak
beraturan. Kemudian lesi juga dapat
berupa plak solid dengan likenifikasi,
seringkali disertai papul kecil di tepi
lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang
mengalami likenifikasi teraba menebal,
dengan garis-garis kulit yang tegas dan
meninggi, serta dapat pula disertai
ekskoriasis.
Warna lesi biasanya merah tua,
kemudian menjadi coklat atau
hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi
biasanya tunggal.
Pada status dermatologikus terdapat plak hiperpigmentasi berbatas tidak
tegas ditutupi oleh skuama sedang, dan terdapat likenifikasi. Lesi kulit terbatas
pada daerah punggung kaki kiri. Keadaan di atas sesuai dengan teori yang ada.

Diagnosa Banding
Liken Simplek Kronik Dermatitis Atopik
Definisi Peradangan kulit kronis, Peradangan kulit kronis residif
gatal, sirkumskrip, dan disertai gatal, sering berhubungan
khas ditandai dengan dengan peningkatan kadar IgE dalam
likenifikasi. serum dan riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya.
Anamnesis Keluhan dan gejala dapat Gatal- gatal, gelisah sampai tidak bisa
mucul dalam waktu tidur,sering kambuh, dan terdapat
hitungan minggu sampai riwayat atopic.
bertahun-tahun.
Keluhan utama berupa
gatal dan seringkali bersifat
paroxismal.
Lesi kulit sangat nyaman
bila digaruk.
Etiologi belum diketahui, namun ada warisan genetic dari orang tua dan
diduga pruritus memainkan dipicu factor lingkungan, cuaca,
peranan central. makanan, maupun psikologis (emosi,
stres).
Lesi Pada stadium awal Lesi bersifat kronik dengan
kelainan kulit yang terjadi likenifikasi,
dapat berupa eritem dan skuama, hipo dan hiperpigmentasi.
edema atau kelompok Akibat garukan dapat timbul erosi,
papul, selanjutnya karena ekskoriasi, krusta, dan likenifikasi
garukan berulang, bagian
tengah menebal, kering dan
berskuama serta pinggir
hiperpigmentasi.
Ukuran lesi lentikular
sampai plakat, bentuk
umum lonjong atau tidak
beraturan. Lesi juga dapat
berupa plak solid dengan
likenifikasi, disertai papul
kecil di tepi lesi, dan
berskuama tipis.
Predileksi Tungkai bawah, Pada bayi lesi kulit tampak pada
pergelangan kaki dan wajah
punggung kaki, skalp, paha dan bokong. Pada anak atau dewasa
bagian medial, lengan lesi tampak muncul di kaki, tangan,
bagian ekstensor, skrotum belakang lutut, dan lipat siku.
dan vulva, juga diatas alis
atau kelopak mata dan
periauricle.
Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi Dermatitis Atopik di lipat
siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada Liken Simpleks Kronis di siku dan
punggung kaki (Ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis Atopik
biasanya sembuh dalam usia 2 tahun sedangkan Neurodermatitis Sirkumskripta
dapat berlanjut sampai tua

Penatalaksanaan
Kasus Teori
- Umum - Umum
Menghindari faktor pencetus, bertujuan untuk memutus itch-
seperti menghindari faktor stres scratch cycle, karena pada dasarnya
Mengurangi menggaruk daerah tindakan menggaruk lesi yang terasa
gatal tersebut karena akan gatal justru akan memperberat lesi,
menimbulkan perlukaan. dan memperberat gatal yang
Makan obat secara teratur dirasakan. Penyebab sistemik dari
Kontrol ke dokter teratur gatal harus diidentifikasi.
- Khusus - Khusus
Sistemik Sistemik
Antihistamin Pemberian antihistamin oral
(loratadine 1 x 10 mg) secara luas digunakan untuk
Topikal mengurangi keluhan pruritus
Kortikosteroid dengan potensi namun peran dan keuntungannya
tinggi : dalam mengatasi pruritus lokal
Desoksimetason cream 10 mg sangat rendah.
Penggunaannya dioleskan pada Topikal
yang terkena 2 kali sehari Kortikosteroid : Yang menjadi
pilihan adalah kortikosteroid
dengan potensi tinggi seperti
Clobetassol Propionat,
Diflorasone Diasetat, atau
bethamethason dipropionat
Preparat tar : mempunyai
efek anti pruritus dan anti
inflamasi pada kulit. Sediaan
dalam bentuk salap hidrofilik
misalnya mengandung liquor
carbonat detergent 5% - 10%
atau crude coaltar 1% - 5%.
Anti histamin
Terapi liken simpleks kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle,
karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari
gatal harus diidentifikasi. Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan liken
simpleks kronik menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak
menggaruk atau menggosok lesi nya.

Anda mungkin juga menyukai