Sirosis Hepatis Fix
Sirosis Hepatis Fix
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Sirosis Hepatis ?
1.2.2 Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar sirosis hepatis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2
2.1 Konsep Dasar Sirosis Hepatis
2.1.1 Pengertian Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan
oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi
seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati (Doenges, dkk, 2000).
Sirosis Hepatis adalah penyakit progresif kronis yang
dikarakteristikkan oleh inflamasi menyebar dan fibrosis dari hepar.
Jaringan parut menggantikan sel parenkim hepar normal sebagai
upaya hepar untuk meregenerasi sel-sel nekrotik karena darah tidak
dapat mengalir dengan bebas melalui hepar sirosis, maka mengalir
kembali ke vena splanik, vena koronaria, vena esophagus, dan vena
mesentrika yang pada akhirnya menyebabkan pembesaran, hemostasis
vaskuler, dan hipoksia organ disuplai oleh pembuluh darah ini.
Selanjutnya hepar yang rusak tidak dapat melakukan fungsi metabolic
normalnya seperti metabolism eprotein, lemak dan karbohidrat,
metabolisme obat, sintesis empedu, penyimpanan vitamin, dan sintesis
faktor pembekuan. (Monica ,2001)
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan
nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal (Price&Willson2005)
2.1.2 Etiologi
3
1. Pembesaran hati
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-
selnya dipenuhi oelh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan
memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri
abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada
selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit
yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan
parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat
dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler)
2. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati
yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul
dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik
tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran
darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain,
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan
demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan
semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi
atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites.
3. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrotic yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah
kolateral dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting)
darah dan pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis
sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang
mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusa),
dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
4
4. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal
hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga
menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosterone
yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
5. Devisiensi Vitamin dan Anemia
Pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu
yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K). Gastritis
kronis dan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang
tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia
yang sering menyertai sirosis hepatis
6. Kemunduran Mental
Kemunduran fungsi mental dengan ensefalopi dan koma hepatic
yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada pasien sirosis hepatis dan mencakup perilaku
umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta
tempat, dan pola bicara. (Brunner & Suddarth, 2001)
5
6
2.1.5 Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman
keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan
hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis
juga pernah terjadi pada individu yang dietnnya normal tetapi dengan
konsumsi alkohol yang tinggi
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini
disbanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut
memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita
malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk
dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, arsen atau fosfor) atau
infeksi skistosomitis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis
adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandaioleh episode
nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di
sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan
itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut; akhirnya
jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih
berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan
7
jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang
berkontriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran
mirip paku sol sepatu berkala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan yang insidious dan
perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang
melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih. (Brunner & Suddarth,
2001)
8
Empat tujuan pedoman penatalaksanaan medical terhadap klien
sirosis hepatis:
9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis
2.1 Pengkajian
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien;
orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan
pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan
informasi tentang status jasmani dan rohani. Disamping itu, hubungan pasien
dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberika petunjuk tentang
kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat pengunaan alcohol dan
sirosis. Distensi abdomen serta meteorismus (kembung), perdarahan
gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indicator penting pada sirosis dikaji melalui
penimbanan berat yan dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan
pemantauan protein plasma, transferrin, serta kadar kreatinin.
Data pengkajian menurut Doenges ME. dkk (2000) pada pasien yang
mengalami Sirosis Hepatis adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas / Istirahat
10
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda : Penurunan massa otot
b. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen, penurunan atau tidak adanya bising usus,
fase warna tanah liat, melena, dan urine gelap.
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual /muntah
Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan , penggunaan jaringan,
edema umum pada jaringan,kulit kering, Ikterik.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadram kanan
atas; Pruritus; Neuritis perifer.
Tanda : Perilaku berhati-hati; focus pada diri sendiri.
e. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam; Ikterik; Ekimosis; Angioma Spider.
f. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Pernapasan dangkal; Ekspansi paru terbatas; Hipoksia.
2.2 DIAGNOSA
Batasan karakteristik:
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makan
11
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badang dengan asupan makan yang adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi membran mukosa pucat
Ketidak mampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan kurang dari RDA (Recommended dayly allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatorea
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot menelan
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk menelan makanan
Faktor psikologis
Batasan Karakteristik :
Ada suara saat bernapas
Perubahan elektrolit
Gangguan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernapasan
Penurunan hematocrit
Penurunan hemoglobin
Dispnea
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis
12
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
Refleks heparojugular positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Kongesti pulmonal
Gelisah
Bunyi jantung S3
Penambahan berat badan dalam waktu singkat
Batasan karakteristik:
Kerusakan lapisan kulit
Gangguan permukaan kulit
Invasi struktur tubuh
Eksternal
Zat kimia
Usian yang ekstrem
Kelembapan
Hipertermia
Hipotermia
Faktor mekanik
13
Medikasi
Lembap
Imobilisasi fisik
Radiasi
Internal
Faktor resiko:
Perubahan kedalaman pernafasan
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan vebtilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispnea
Peningkatan anterior-posterior
Penapasan caping hidung
Ortopnea
Fase ekspresi memanjang
Pernapasan bibir
Takipnea
Pengguanaan oto aksesorius untuk bernapas
14
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan muskuluskletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Obesitas
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
Cedera medula spinalis
Depresi pusat pernapasan.
Lemahnya otot pernapasan.
Turunnya ekspansi paru-paru.
Batasan karakteristik :
Prilaku mengenali tubuh individu
Prilaku menghindari tubuh individu
Prilaku memantau tubuh individu
Respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh
Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tbuh individu
Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan
Biofisik
Budaya
Kognitif
Tahap perkembangan
Penyakit
Cedera
Perseptual
Psikososial
Spiritual
Pembedahan
Trauma
Terapi penyakit
6. Intoleransi aktifitas
15
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
menyelesaikan atau menyelesikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin dilakukan
Btasan karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan Ekg yang mencerminkan Iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
7. Ansietas
Definisi : Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran
yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi bencana
(NANDA, 2012).
Batasan Karakteristik :
Menurut NANDA,2012 batasan karakteristik dari ansietas adalah
sebagai berikut
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Gerakan yang irelevan
16
c) Gelisah
d) Melihat sepintas
e) Insomnia
f) Kontak mata yang buruk
g) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
h) Agitasi
i) Mengintai
j) Tampak waspada
2) Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distress
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Peningkatan kewaspadaan
h) Iritabilitas
i) Gugup
j) Senang berlebihan
k) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
l) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
m) Bingung
n) Menyesal
o) Ragu/tidak percaya diri
p) Khawatir
3) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Tremor tangan
c) Peningkatan keringat
d) Peningkatan ketegangan
e) Gemetar
17
f) Tremor
g) Suara bergetar
4) Simpatik
a) Anoreksia
b) Eksitasi kardiovaskuler
c) Diare
d) Mulut kering
e) Wajah merah
f) Jantung berdebar-debar
g) Peningkatan tekanan darah
h) Peningkatan denyut nadi
i) Peningkatan reflex
j) Peningkatan frekuensi pernapasan
k) Pupil melebar
l) Kesulitan bernapas
m) Vasokonstriksi superficial
n) Kedutan pada otot
o) Lemah
5) Parasimpatik
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan tekanan darah
c) Penurunan denyut nadi
d) Diare
e) Vertigo
f) Letih
g) Mual
h) Gangguan tidur
i) Kesemutan pada ekstremitas
j) Sering berkemih
k) Anyang-anyangan
l) Dorongan segera berkemih
6) Kognitif
18
a) Menyadari gejala fisiologis
b) Bloking pikiran
c) Konfusi
d) Penurunan lapang persepsi
e) Kesulitan berkonsentrasi
f) Penurunan kemampuan untuk belajar
g) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
h) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i) Lupa
j) Gangguan perhatian
k) Khawatir
l) Melamun
m) Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang Berhubungan :
Menurut NANDA 2012-2014 faktor yang berhubungan dari ansietas
adalah sebagai berikut
1) Perubahan dalam :
a) Status ekonomi
b) Lingkungan
c) Status kesehatan
d) Pola interaksi
e) Fungsi peran
f) Status peran
2) Pemajanan toksin
3) Terkait keluarga
4) Herediter
5) Infeksi/kontaminan interpersonal
6) Penularan penyakit interpersonal
7) Krisis maturasi
8) Krisis situasional
9) Stress
10) Penyalahgunaan zat
19
11) Ancaman kematian
12) Ancaman pada :
a) Status ekonomi
b) Lingkungan
c) Status kesehatan
d) Pola interaksi
e) Fungsi peran
f) Status peran
g) Konsep diri
13) Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
14) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
15) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
9. Diare
Batasan karakteristik :
Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi perhari
Kram
Bising usus hiperaktif
Ada dorongan
20
a. Psikologis
Ansietas
Tingkat stres tinggi
b. Situasional
Efek samping obat
Penyalahgunaan alkohol
Kontaminan
Penyalahgunaan laksatif
Radiasi
Toksin
Melakukan perjalanan
Selang makan
c. Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorpsi
Parasit
( International, N. 2012).
Batasan Karakteristik :
Menurut Lynda Juall Carpenito-Moyet,2012 batasan karakteristik dari
ketidakmampuan koping keluarga adalah sebagai berikut
21
b) Kekerasan pasangan
c) Hubungan yang tidak acuh dengan anggota keluarga lain
2) Minor (Mungkin ada)
a) Penyimpangan realitas berkenaan dengan masalah kesehatan
klien
b) Intoleran
c) Penelantaran
d) Agitasi
e) Agresi
f) Gangguan restrukturisasi unit keluarga
g) Penolakan
h) Depresi
i) Desersi
j) Bermusuhan
Menurut Judith M.Wilkinson, 2011 batasan karakteristik dari
ketidakmampuan koping keluarga adalah sebagai berikut
1) Subjektif
a) Depresi
b) Distorsi realitas tentang masalah kesehatan pasien (termasuk
penyangkalan ekstrem mengenai keberadaan atau keparahan
masalah kesehatan)
2) Objektif
a) Pengabaian
b) Agresi dan sikap bermusuhan
c) Agitasi
d) Melakukan rutinitas yang biasanya tidak memedulikan
kebutuhan klien
e) Perkembangan ketergantungan pasien
f) Perilaku keluarga yang menggangu kesejahteraan ekonomi atau
kesejahteraan sosial
g) Meninggalkan
h) Kebutuhan yang tidak diacuhkan
22
i) Gangguan pembedaan diri dari orang lain
j) Gangguan restrukturisasi kehidupan yang berarti bagi diri
sendiri
k) Intoleransi
l) Mengabaikan perawatan terhadap pasien menyangkut
kebutuhan dasar manusia atau terapi penyakit
m) Pengabaian hubungan dengan anggota keluarga yang lain
n) Perhatian berlebih terhadap klien secara berkepanjangan
o) Gejala psikosomatis
p) Penolakan
q) Mengikuti tanda-tanda penyakit klien.
Batasan Karakteristik :
23
Indeks ankle-brakhial<0,90
Perubahan tekanan darah di ekstremitas
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Klaudikasi
Warna tidak kembali ke tungkai diturunkan
Kelambatan penyembuhan luka purifier
Penurunan nadi
Edema
Nyeri ekstremitas
Bruit femoral
Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam
menit
Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji
berjalan enam menit
Parestesia
Warna kulit pucat saat elevasi
Batasan Karakteristik :
24
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diafroesis
Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang
lain dan/atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
Sikap melindungi are nyeri
Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Faktor yang Berhubungan :
Faktor Risiko :
Aneurisme
Sirkumsisi
Defisiensi pengetahuan
Koagulopati intravaskuler diseminata
Riwayat jatuh
Gangguan gastrointestinal (mis: penyakit ulkus lambung, polip,
varises)
Gangguan fungsi hati (mis: trombositopenia)
25
Komplikasi pascapartum (mis: atoni uterus, retensi plasenta)
Komplikasi terkait kehamilan (mis: plasenta previa, kehamilan
mola, solusio plasenta)
Trauma
Efek samping terkait terapi (mis: pembedahan, pemberian obat,
pemberian produk darah defisiensi trombosit, kemoterapi)
INTERVENSI
26
Faktor yang berhubungan : dalam program badan yang
Asupan yang berlebihan latihan yang diinginkan
teratur c. Bantu pasien
dalam kaitannya dengan
5. Menahan diri menyesuaikan diet
kebutuhan metabolic
Asupan yang berlebihan untuk tidak makan dengan gaya hidup
dalam kaitannya dengan banyak dalam satu dan tingkat aktivitas
waktu tertentu d. Susun rencana yang
aktivitas fisik (konsumsi
6. Mengalami realistis dengan
kalori)
asupan kalori, pasien untuk
lemak, mengurangi asupan
karbohidrat, makanan dan
vitamin, mineral, meningkatkan
zat besi dan penggunaan energy
kalsium yang e. Anjurkan untuk
27
intoleransi aktifitas. untuk meningkatkan
2. Klien mampu aktifitas.
d. Monitor respon
berpartisipasi dalam
kardiorespirasi
aktifitas fisik tanpa
terhadap aktifitas :
disertai peningkatan
takikardi, disritmia,
TD, N, RR dan
dispnea, diaforesis,
perubahan ECG
pucat.
3. Klien
e. Monitor asupan
mengungkapkan
nutrisi untuk
secara verbal,
memastikan ke
pemahaman tentang
adekuatan sumber
kebutuhan oksigen,
energi.
pengobatan dan atau f. Monitor respon
alat yang dapat terhadap pemberian
meningkatkan oksigen : nadi, irama
toleransi terhadap jantung, frekuensi
aktifitas. Respirasi terhadap
4. Klien mampu aktifitas perawatan
berpartisipasi dalam diri.
g. Letakkan benda-
perawatan diri tanpa
benda yang sering
bantuan atau dengan
digunakan pada
bantuan minimal
tempat yang mudah
tanpa menunjukkan
dijangkau
kelelahan
h. Kelola energi pada
klien dengan
pemenuhan
kebutuhan makanan,
cairan,
kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan
yang menurunkan
28
energi.
i. Kaji pola istirahat
klien dan adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
Terapi Aktivitas
j. Bantu klien
melakukan ambulasi
yang dapat
ditoleransi.
k. Rencanakan jadwal
antara aktifitas dan
istirahat.
l. Bantu dengan
aktifitas fisik
teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
m. Minimalkan anxietas
dan stress, dan
berikan istirahat
yang adekuat
n. Kolaborasi dengan
medis untuk
pemberian terapi,
sesuai indikasi
29
selama ...x 24 diperlukan
b. Pertshsnksn cststsn
diharapkan:
intske dsn output
1. Terbebas dari
ysng akurat
edema, efusi
c. Pasang urine kateter
dan anaskara
jika diperlukan
2. Bunyi nafas
d. Monitor hasil hb
dysnpneu
yang sesuai dengan
3. Terbebas dari
retensi cairan
distensi vena
e. Monitor status
jugularis
hemodinamik
4. Memelihara
termasuk CVP PAP
tekanan vena
dan PCWP
sentral
f. Monitor vital sign
5. Terbebas dari
g. Monitor indikasi
kelelahan,
retensi / kelebihan
kecemasan
cairan
atau h. Kaji lokasi dan luas
kebingungan edema
6. Menjelaskan i. Monitor masukan
indikator makanan/ cairan dan
kelebihan hitung intake kalori
j. Monitoring status
cairan
nutrisi
k. Kolaborasi
pemberian deuretik
sesuai instruksi
l. Batasi masukan
cairan pada keadaan
hipotermi
m. Kolaborasi dengan
dokter jika tanda
cairan berlebih
memburuk
n. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
30
eleminasi
o. Tentukan
kemungkinan faktor
risiko kemungkinan
dari
ketidakseimbangan
cairan
p. Monitor berat badan
BP, HR, dan RR
q. Monitor serum dan
elektrolit urine
r. Monitor serum dan
osmolalitas urine
s. Monitor tekanan
darah dan perubahan
irama jantung
t. Catat secara akurat
intake dan
outputmonitor tanda
dan gejala dari
oedema
31
Tissue perfusion : Management
cerebral (manajemen sensai
Setelah dilakukan purifier)
tindakan keperawatan 1. Monitor adanya
selama ... x 24 jam. daerah tertentu yang
Pasien tidak mengalami hanya peka terhadap
nyeri, dengan :
panas/dingin/tajam/t
Kriteria Hasil:
umpul
Mendemontrasikan 2. Monitor adanya
status sirkulasi yang paretese
3. Instruksikan
ditandai dengan
keluarga untuk
1. Tekanan systole
mengobservasi kulit
dan diastole dalam
jika ada isi atau
rentang yang
laserasi
diharapkan
4. Gunakan sarung
2. Tidak ada
tangan untuk
ortostatik
proteksi
hipertensi
5. Batasi gerakan pada
3. Tidak ada tanda
kepala, leher dan
tanda peningkatan
punggung
tekanan
6. Monitor
intracranial (tidak
kemampuan BAB
lebih dari 15 7. Kolaborasi
mmHg) pemberian analgetik
8. Monitor adanya
Mendemontrasikan
tromboplebitis
kemampuan kognitif
9. Diskusikan
yang ditandai dengan:
mengenai penyebab
1. Berkomunikasi
perubahan sensasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
2. Menunjukan
perhatian,
konsentrasi dan
32
orientasi
3. Memproses
informasi
4. Membuat
keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadran membaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
5 Nyeri akut NOC : NIC :
Pain level 1. Lakukan pengkajian
Pain control nyeri secara
Comfort level
komprehensif
33
manajemen nyeri nyeri untuk
3. Mampu mengenali
menentukan
nyeri (skala,
intervensi
intensitas, frekuensi 7. Ajarkan tentang
dan tanda nyeri) teknik non
4. Menyatakan rasa
farmakologi : napas
nyaman setelah
dala, relaksasi,
nyeri berkurang
distraksi, kompres
5. Tanda vital dalam
hangat/dingin
rentang normal
8. Berikan informasi
6. Tidak mengalami
tentang nyeri seperti
gangguan tidur
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
9. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
6 Risiko Perdarahan NOC NIC
Blood lose severenty Bleeding Precautions
Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda
Setelah dilakukan tanda perdarahan
tindakan keperawatan 2. Catat nilai HB dan
selama ... x 24 jam. HT sebelum dan
Pasien tidak mengalami sesudah terjadinya
nyeri, dengan : perdarahan
Kriteria Hasil 3. Monitor nilai lab
1. Tidak ada (koagulasi) yang
hematuria dan meliputi PT, PTT,
hematemesis trombosit
2. Kehilangan darah 4. Monitor TTV
yang terlihat ortostatik
3. Tekanan darah 5. Pertahankan bed rest
dalam batas normal selama perdarahan
34
sistol dan diastole aktif
4. Tidak ada 6. Kolaborasi dalam
perdarahan pemberian produk
pervagina darah (platelet atau
5. Tidak ada distensi
fresh frozen plasma)
abdominal 7. Lindungi pasien dari
6. Hemoglobin dan
trauma yang dapat
hematokrit dalam
menyebabkan
batas normal
perdarahan
7. Plasma, PT, PTT
8. Hindari mengukur
dalam batas normal
suhu lewat rectal
9. Hindari pemberian
aspirin dan
anticoagulant
10. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake makanan
yang banyak
mengandung
vitamin K
11. Hindari terjadinya
konstipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan
pembalut feses
Bleeding Reduction
1. Indentifikasi
penyebab
perdarahan
2. Monitor trend
tekanan darah dan
parameter
hemodinamik (CVP,
35
pulmonary
capillary/artery
wedge preassure
3. Monitor status
cairan yang
meliputi intake dan
output
4. Monitor penentu
pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2,
SaO2 dan level Hb
dan cardiac output)
5. Pertahankan patensi
IV line bleeding
reduction:
wound/luka
6. Lakukan manual
preassure (tekanan)
pada area
perdarahan
7. Gunakan ice pack
pada area
perdarahan
8. Lakukan pressure
dressing (perban
yang menekan) pada
area luka
9. Tinggikan
ekstremitas yang
perdarahan
10. Monitor ukuran dan
karakteristik
hematoma
11. Monitor nadi distal
dari area yang
36
lukaatau perdarahan
12. Instrusikan pasien
untuk menekan area
luka pada saat bersin
atau batuk
13. Instruksikan pasien
untuk membatasi
aktivitas
Bleeding reduction:
gastrointestinal
1. Observasi adanya
darah dalm sekresi
cairan tubuh:
emesis, feses,
urine,residu
lambung dan
drainase luka
2. Monitor complete
bloodcount dan
leukosit
3. Kolaborasi dalam
pemberian terapi:
lactulose atau
vasopressin
4. Lakukan
pemasangan NGT
untuk memonitor
sekresi dan
perdarahan lambung
5. Lakukan bilas
lambung dengan
NaCl dingin
6. Dokumentasikan
warna, jumlah dan
karakteristik feses
37
7. Hindari pH lambung
yang ekstrem
dengan kolaborasi
pemberian antacids
histamine blocking
agent
8. Kurangi faktor
stress
9. Pertahankan jalan
nafas
10. Hindari penggunaan
anticoagulant
11. Monior status nutrisi
pasien
12. Berikan cairan intra
vena
13. Hindari penggunaan
aspirin dan
ibuprofen
7 Kerusakan integritas NOC NIC
kulit - Tissue Pressure Management
integrity : skin - Anjurkan pasien
mucous untuk
membranes menggunakan
- Hemodyalisis
pakaian yang
akses
longgar
Kriteria Hasil - Hindari kerutan
- Integritas kulit pada tempat
yang baik bisa tidur
- Jaga kebersihan
dipertahankan
kulit agar tetap
( sensasi
bersih dan
elastisitas,
kering
temperature,
- Mobilisasi
hidrasi,
pasien setiap
pigmentasi)
38
- Tidak ada luka dua jam sekali
- Monitor kulit
pada kulit
- Perfusi akan adanyan
jaringan baik kemerahan
- Menunjukkan - Olesakn lotion
pemahaman atau minyak
dalam proses pada daerah
oerbaikan kulit yang tertekan
- Monitor
dan mencegah
aktivitas dan
terjadinya
mobilisasi
cedera
pasuien
berulang
- Monitor status
- Mampu
nutrisi pasien
melindungi
- Memandikan
kulit dan
psien dengan
mempertahank
sabu8n dan air
an
hangat
kelembababn
Insision Site Care
kulit dan
- Membersihkan,
perawatan
memantau dan
alami
meningkatkan
proses
penyembuhan
pada luka yang
ditutup dengan
jahitan klip atau
staples
- Monitor proses
kesembu8han
area insisi
- Bersihkan area
sekitar jahitan
atau staples
39
menggunakan
lidi kapas steril
- Gunakan
preparat
antiseptic
sesuai program
- Ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka
tetap terbuka
(tidak dibalut)
sesuai program
8 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Kaji suara paru,
nafas tindakan keperawatan frekuensi napas,
selama x 24 jam kedalaman dan
pasiem mampu usaha napas, dan
mengatasi gangguan produksi sputum
pertukaran gas dengan sebagai indicator
criteria hasil: keefektifan
1. Mempunyai penggunaan alat
fungsi paru penunjang
2. Pantau adanya
dalam batas
edema perifer,
normal
2. Memiliki distensi vena
ekpansi paru jugularis, dan bunyi
yang simetris jantung
3. Tidak 3. Ajarkan pada pasien
menggunakan teknik bernapas dan
pernapasan relaksasi
4. Atur posisi
bibir mencucu
4. Tidak memaksimalkan
mengalami potensial ventilasi
40
pernapasan
dangkal atau
ortopnea
5. Tidak
menggunaka
oto aksesoris
untuk bernapas
9 Risiko Perdarahan NOC NIC
Blood lose severenty Bleeding
Blood koagulation Precautions
Setelah dilakukan tindakan 12. Monitor ketat
keperawatan selama ... x tanda tanda
24 jam. Pasien tidak
perdarahan
mengalami nyeri, 13. Catat nilai HB
dengan : dan HT sebelum dan
Kriteria Hasil sesudah terjadinya
8. Tidak ada perdarahan
hematuria dan 14. Monitor nilai
hematemesis lab (koagulasi) yang
9. Kehilangan darah meliputi PT, PTT,
yang terlihat trombosit
10. Tekanan darah 15. Monitor TTV
dalam batas normal ortostatik
sistol dan diastole 16. Pertahankan bed
11. Tidak ada rest selama
perdarahan perdarahan aktif
pervagina 17. Kolaborasi
12. Tidak ada dalam pemberian
distensi abdominal produk darah
13. Hemoglobin
(platelet atau fresh
dan hematokrit
frozen plasma)
dalam batas normal 18. Lindungi pasien
14. Plasma, PT,
dari trauma yang
PTT dalam batas
dapat menyebabkan
normal
perdarahan
41
19. Hindari
mengukur suhu lewat
rectal
20. Hindari
pemberian aspirin
dan anticoagulant
21. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake makanan
yang banyak
mengandung
vitamin K
22. Hindari terjadinya
konstipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan
pembalut feses
Bleeding Reduction
14. Indentifikasi
penyebab
perdarahan
15. Monitor trend
tekanan darah dan
parameter
hemodinamik (CVP,
pulmonary
capillary/artery
wedge preassure
16. Monitor status
cairan yang
meliputi intake dan
output
42
17. Monitor penentu
pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2,
SaO2 dan level Hb
dan cardiac output)
18. Pertahankan patensi
IV line bleeding
reduction:
wound/luka
19. Lakukan manual
preassure (tekanan)
pada area
perdarahan
20. Gunakan ice pack
pada area
perdarahan
21. Lakukan pressure
dressing (perban
yang menekan) pada
area luka
22. Tinggikan
ekstremitas yang
perdarahan
23. Monitor ukuran dan
karakteristik
hematoma
24. Monitor nadi distal
dari area yang
lukaatau perdarahan
25. Instrusikan pasien
untuk menekan area
luka pada saat bersin
atau batuk
26. Instruksikan pasien
untuk membatasi
43
aktivitas
Bleeding reduction:
gastrointestinal
14. Observasi adanya
darah dalm sekresi
cairan tubuh:
emesis, feses,
urine,residu
lambung dan
drainase luka
15. Monitor complete
bloodcount dan
leukosit
16. Kolaborasi dalam
pemberian terapi:
lactulose atau
vasopressin
17. Lakukan
pemasangan NGT
untuk memonitor
sekresi dan
perdarahan lambung
18. Lakukan bilas
lambung dengan
NaCl dingin
19. Dokumentasikan
warna, jumlah dan
karakteristik feses
20. Hindari pH lambung
yang ekstrem
dengan kolaborasi
pemberian antacids
histamine blocking
agent
21. Kurangi faktor stress
44
22. Pertahankan jalan
nafas
23. Hindari penggunaan
anticoagulant
24. Monior status nutrisi
pasien
25. Berikan cairan intra
vena
26. Hindari penggunaan
aspirin dan
ibuprofen
10 Ansietas NOC NIC
a. Anxiety self- Anxiety Reduction
control (penurunan kecemasan)
b. Anxiety level a. Gunakan
c. Coping pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
a. Klien mampu b. Nyatakan dengan
mengidentifikasi jelas harapan
dan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien
gejala cemas c. Jelaskan semua
b. Mengidentifikasi, prosedur dan apa
mengungkapkan yang dirasakan
dan menunjukkan selama prosedur
tehnik untuk d. Pahami prespektif
mengontrol cemas pasien terhadap
c. Vital sign dalam situasi stress
batas normal e. Temani pasien
d. Postur tubuh, untuk memberikan
ekspresi wajah, keamanan dan
bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas f. Dorong keluarga
menunjukkan untuk menemani
45
berkurangnya anak
kecemasan g. Lakukan back/
neck rub
h. Dengarkan dengan
penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
46
Tekanan darah, hitung intake kalori
nadi, suhu dalam harian
Kolaborasikan
batas normal
Tidak ada tanda- pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
tanda dehidrasi
Berikan cairan IV
Elastisitas turgor kulit
pada suhu ruangan
baik, membran Dorong masukan oral
Dorong keluarga
mukosa lembab, tidak
untuk membantu
ada rasa haus yang
pasien makan
berlebihan Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
Kolaborasi dengan
dokter
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
47
volume cairan
48
serat, tinggi protein
dan tinggi kalori
jika memungkinkan
11. Instruksikan untuk
menghindari laksatif
12. Monitor persiapan
makanan yang aman
13 Ketidakmampuan NOC NIC
koping keluarga a. Family Coping, Coping Enhanchement
Disable a. Bantu keluarga
b. Parenting, dalam mengenal
Impaired masalah (misalnya
c. Therapeutic penatalaksanaan
Regimen konflik kekerasan,
Management, kekerasan seksual)
Ineffective b. Dorong partisipasi
d. Violence : Other keluarga dalam
Directed, Risk for semua pertemuan
Kriteria hasil : kelompok
a. Hubungan c. Dorong keluarga
pemberi Asuhan untuk
pasien : interaksi memperlihatkan
dan hubungan kekhawatiran dan
yang positif untuk membantu
antara pemberi merencanakan
dan penerima perawatan
asuhan pascahospitalisas
b. Performa pemberi d. Bantu memotivasi
asuhan perawatan keluarga untuk
langsung berubah membantu
:penyediaan pasien beradaptasi
perawatan dengan persepsi
kesehatan dan stressor,perubahan,
49
perawatan atau ancaman yang
personal yang mengganggu
tepat kepada pemenuhan
anggota keluarga tuntutan dan peran
oleh pemberi hidup
perawatan e. Dukungan emosi :
keluarga memberikan
c. Kesejahteraan penenangan,
pemberi asuhan : penerimaan, dan
derajat persepsi dorongan selama
positif mengenai periode stress
status kesehatan b. Memfasilitasi
dan kondisi partisipasi keluarga
kehidupan dalam perawatan
pemberi emosi dan fisik
perawatan primer pasien
d. Potensial c. Dukungan keluarga
ketahanan : meningkatkan
Pemberi Asuhan : nilai, minat dan
faktor yang tujuan keluarga
meningkatkan d. Panduan Sistem
kontinuitas Kesehatan :
perawatan oleh memfasilitasi lokal
pemberi pasien dan
perawatan penggunaan
keluaarga dalam pelayanan
periode waktu kesehatan yang
yang lama sesuai
e. Koping keluarga : e. Mendorong pasien
tindakan keluarga ikut dalam aktivitas
untuk mengelola social dan
stressor yang komunitas
50
membebani f. Mendorong pasien
sumber-sumber mencari dorongan
keluarga spiritual, jika
f. Normalisasi diperlukan
keluarga : g. Bantu anggota
kapasitas system keluarga dalam
keluarga dalam mengklarifikasi apa
mempertahankan yang mereka
rutinitas dan harapkan dan
mengembangkan butuhkan satu sama
strategi untuk lain
mengoptimalkan Caregiver Support
fungsi jika ada h. Menyediakan
anggota keluarga informasi penting,
yang sakit kronis advokasi, dan
atau mengalami dukungan yang
ketunandayaan dibutuhkan untuk
g. Mampu mengatasi memfasilitasi
masalah keluarga perawatan primer
h. Mencari bantuan pasien selain dari
keluarga jika professional
perlu kesehatan
i. Mencapai Family Support
stabilitas finansial
untuk memenuhi
kebutuhan
anggota keluarga
j. Mampu
menyelesaikan
konflik tanpa
kekerasan
k. Memperlihatkan
51
fleksibilitas peran
l. Mengungkapkan
peningkatan
kemampuan untuk
melakukan koping
terhadap
perubahan dalam
struktur dan
dinamika keluarga
m. Mengungkapkan
perasaan yang
tidak terselesaikan
n. Identifikasi gaya
koping yang
bertentangan
o. Partisipasi dalam
pengembangan
dan implementasi
rencana
perawatan.
NOC
a. Caregiver
Stressors
b. Family Coping,
Disable
c. Parenting,
Impaired
d. Parental Role,
Conflict
e. Therapeutic
Regimen
Management,
Ineffective
52
Kriteria Hasil :
a. Keluarga tidak
mengalami
penurunan koping
keluarga
b. Hubungan pasien
pemberi
kesehatan adekuat
c. Kesejahteraan
emosi pemberi
asuhan kesehatan
keluarga
d. Koping keluarga
meningkat
e. Normalisasi
keluarga yang
meningkat
f. Performa yang
baik pemberi
asuhan langsung
dan tidak
langsung
53
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Penyebab
dari sirosis hepatis yang sering adalah Malnutrisi, Alkoholisme, Kegagalan
jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica, Virus hepatitis,
penyakit Wilson, Zat toksik. Tanda dan Gejala dari Sirosis Hepatis terdiri dari
Pembesaran hati, Obstruksi Portal dan Asites, Varises Gastrointestinal ,
Edema, Devisiensi Vitamin dan Anemia, dan Kemunduran mental, Diagnosis
54
kanker hati dibuat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinik, riwayat
penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Mengkaji
komplikasi penurunan: asites, pendarahan, varises esophagus, ensefalopati
hepatik. Penatalaksanaan Medis penyakit Sirosis Hepatis adalah
Memaksimalkan fungsi hepar. Pada sirosis pascanekrotik atau pasca sirosis
hepatik, dokter memberikan kortikosteroid, untuk menurunkan manifestasi
sirosis dan memperbaiki fungsi hepar. Pencegahan infeksi. Tujuan ini dicapai
dengan tirah baring, diet, dan kontrol lingkungan
3.2 Saran
Sebagai penulis makalah ini kami menyarankan kepada pembaca maupun
kepada mahasiswa/tenaga kesehatan yang lain untuk mempelajari dengan
baik dan benar mengenai penyakit sirosis hepatis ini, karena penyakit ini
tidak jarang ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Jakarta: EGC
55
56