Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu
secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja
diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar
jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di
mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di
saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di
makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali
per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare
yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,
terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup
tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang
diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak
36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa.
(yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada
beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang
masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat,
alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah
penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi
infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi


pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang
banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

2. Diagnosa yang Mungkin Muncul


a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

3. Intervensi dan Rasional


Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.


Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.

Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif


Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.


Menurunkan kebutuhan metabolic

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien

Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja


gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan
koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi

Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi


Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.


Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang


penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi


Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan

Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn
yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan

Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin


Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan
tercapai.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Tanggal Masuk: 23 oktober 2010
Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan Endang


Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah : Bu Novi


Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu.
BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya
Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi
yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps
tidak ada teman sebaya. karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak
diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah,
ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan
pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas,
jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB
selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak
terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk
kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps
tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5
jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak
bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut
halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera
putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung
tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada
peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris,
ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada
suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba,
batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1
dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak
ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen
tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda
peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan
nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan
sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah
merah.

10. Pemeriksaan Neurologis


Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic


- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan


02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab Masalah
.
1. DO: Alergi susu Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah sapi
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari,
jumlah sedikit.

2. DO: ekskresi/BA Kerusakan


Warna anus kemerahan B sering integritas
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari kulit
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya reflek tidak efektif
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari menyusui
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:
Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur

C. Diagnosa Keperawatan

Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi
N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o (NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu Setelah dilakukan tidakan Fluid management
sapi keperawatan dalam 5 x 24 Timbang popok/pembalut
Ditandai dengan : jam eliminasi BAB dan jika diperlukan
Keluaga mengatakan status hidrasi efektif. Pertahankan catatan intake
BAB encer sudah 4 dan output yang akurat
hari, jumlah sedikit. Kriteria hasil: Monitor status hidrasi
BAB encer, berlendir Tidak ada diare (kelembaban membran
serta berdarah Konsistensi tidak cair mukosa, nadi adekuat,
KU ps. Lemah Ada ampas tekanan darah ortostatik), jika
Bising usus 38x/menit Tidak ada tanda-tanda diperlukan
BAB 7-8 Perhari dehidrasi Monitor vital sign
TTV: Suhu: 36,6 C, TTV dalam batas normal Monitor masukan makanan /
Nadi 140 x/menit, RR Bising usus dalam batas cairan dan hitung intake
46 x/menit normal kalori harian
Kolaborasikan pemberian
cairan intravena IV
Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral
Kontrol bising usus
Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum
susu
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
Berikan oralit sesuai indikasi
2 kerusakan integritas Setelah dilakukan tidakan Skin care
kulit b/d ekskresi/BAB keperawatan dalam 5 x 24 Hindari kerutan padaa tempat
sering jam membrane mukosa dan tidur
DO: kulit kembali efektif Jaga kebersihan kulit agar
Warna anus kemerahan tetap bersih dan kering
Terdapat lesi disekitar Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien (ubah posisi
anus Integritas kulit yang baik pasien) setiap dua jam sekali
Frekuensi diare 7-8 x/ bisa dipertahankan Monitor kulit akan adanya
hari (sensasi, elastisitas, kemerahan
Daerah sekitar anus
temperatur,
hidrasi, Oleskan lotion atau
pigmentasi) minyak/baby oil pada derah
lembab
Tidak ada luka/lesi pada yang tertekan
DS:
kulit Monitor status nutrisi pasien
Keluarga mengatakan
Perfusi jaringan baik Memandikan pasien dengan
lesi dibagian anus sudah
Menunjukkan pemahaman sabun dan air hangat
2 hari.
dalam proses perbaikan Jaga kulit tetap kering
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

3 Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management


b.d Kelemahan reflek keperawatan dalam 7 x 24 Kaji BB setiap hari
menyusui d.d: jam status nutrisi dan Kaji adanya kelemahan dan
Do: menyusui efektif. kelasan bayi dalam menyusui
Bayi tampak malas Kriteria Hasil : Kaji kadar Hb
menyusu kepada ibunya Adanya peningkatan berat Ajarkan ibu pentingnya
Reflek menyusu lemah badan sesuai dengan tujuan memberi susu secara teratur
BB turun = 6,5 kg 6 malnutrisi Kaji adanya pucat
kg dalam 3 hari Tidak terjadi penurunan Beritahu ibu pentingnya ASI
KU lemah berat badan yang berarti bagi bayi
Ps. Hanya minum susu Ibu mau menyusui
ASI anaknya dengan teratur
Hb: 9,8 gr% Reflek menyusui anak
Wajah bayi agak pucat baik
Hb dalam batas normal
DS: Bayi tidak lagi malas
Ibunya mengatakan mengisap putting susu
bahwa jarang menyusui Bayi tidak lagi pucat
anaknya
Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya tidak
teratur

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
/ hari Dx
04 09.0 I Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 0 Mengkaji keadaan umum O:
2010 09.1 ps berat popok 500 gr
0 TTV: S: 36,6 C
Memberikan cairan lewat
Kamis 10.0 infus N: 140x/menit
0 RR:46 X/menit
Mengukur balance cairan
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
12.0 Mengkaji BAB - Balance cairan +150 ml
0 Menimbang popok - KU ps lemah
12.3 Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah
0 - Bisisng usus = 38 x / menit
12.4 A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
5 teratasi
13.0 P: Intervensi dilanjutkan
0
04 09.0 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 0 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan ada lesi
2010 09.1 setiap 24 jam dibagian anus
0 Mengobservasi tanda O:
Kamis tanda kerusakan integritas frekuensi diare 7-8 x/ hari
19.1 kulit terdapat kemerahan disekitar anus
5 verbeden setiap hari
Memandikan ps
ps. Tamapk tenag setelah
Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion
10.0 A: kerusakan integritas kulit b/d
0 ekskresi/BAB sering belum teratasi
12.0 P: Intervensi dilanjutkan
0
04 10.0 III mengkaji kekuatan S:- TTD
Nov. 0 menusui pada bayi O:
2010 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi
12.0 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
Kamis 0 Mengkaji adanya alergi gizi
12.1 Mengkaji tingkat- BB: 6 kg
0 kerajinan ibu dalam- Turgor kulit jelek
12.1 menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama
5 Memberiakn diit sesuai pemberian diit
12.3 indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit
0 Mengukur Hb - Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
12.4 teratasi
5 P : intervensi dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
06 09.0 I Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 0 Mengkaji keadaan umum O:
2010 09.1 ps berat popok 400 gr
0 TTV: S: 36,8 C
Memberikan cairan lewat
Sabtu 10.0 infus N: 148 x /menit
0 RR:50 x /menit
Mengukur balance cairan
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
12.0 Mengkaji BAB - Balance cairan +170 ml
0 Menimbang popok - KU ps lemah
12.3 Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah
0 - Bisisng usus = 36 x / menit
12.4 A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
5 teratasi
13.0 P=Intervensi dilanjutkan
0
06 09.0 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 0 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan masih ada lesi
2010 09.1 setiap 24 jam dibagian anus
0 Mengobservasi tanda O:
Sabtu tanda kerusakan integritas frekuensi diare 6-7 x / hari
19.1 kulit terdapat kemerahan disekitar anus
5 verbeden setiap hari
Memandikan ps
ps. Tampak tenag setelah
Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion
10.0 A: kerusakan integritas kulit b/d
0 ekskresi/BAB sering belum teratasi
12.0 P: Intervensi dilanjutkan
0
06 10.0 III mengkaji kekuatan S:- TTD
Nov. 0 menusui pada bayi O:
2010 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi
12.0 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
Sabtu 0 Mengkaji adanya alergi gizi
12.1 Mengkaji tingkat- BB: 6,1 kg
0 kerajinan ibu dalam- Turgor kulit jelek
12.1 menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama
5 Memberiakn diit sesuai pemberian diit
12.3 indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit
0 Mengukur Hb - Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
12.4 teratasi
5 P : intervensi dilanjutkan

13.0
0

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
05 09.0 I Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 0 Mengkaji keadaan umum O:
2010 09.1 ps berat popok 350 gr
0 TTV: S: 36,5 C
Memberikan cairan lewat
Jumat 10.0 infus N: 140 x /menit
0 RR: 46 x /menit
Mengukur balance cairan
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
12.0 Mengkaji BAB - Balance cairan +170 ml
0 Menimbang popok - KU ps lemah
12.3 Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah
0 - Bising usus = 32 x / menit
12.4 A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
5 teratasi
13.0 P=Intervensi dilanjutkan
0
05 09.0 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 0 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan masih ada lesi
2010 09.1 setiap 24 jam dibagian anus
0 Mengobservasi tanda O:
Jumat tanda kerusakan integritas frekuensi diare 5 x / hari
19.1 kulit terdapat kemerahan disekitar anus
5 verbeden setiap hari
Memandikan ps
ps. Tampak tenag setelah
Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion
10.0 A: kerusakan integritas kulit b/d
0 ekskresi/BAB sering belum teratasi
12.0 P: Intervensi dilanjutkan
0
05 10.0 III mengkaji kekuatan S:- TTD
Nov. 0 menusui pada bayi O:
2010 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi
12.0 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
Jumat 0 Mengkaji adanya alergi gizi
12.1 Mengkaji tingkat- BB: 6,3 kg
0 kerajinan ibu dalam- Turgor kulit jelek
12.1 menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama
5 Memberiakn diit sesuai pemberian diit
12.3 indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit
0 Mengukur Hb - Hb 10,7 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
12.4 teratasi
5 P : intervensi dilanjutkan

13.0
0

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No Data Senjang Penyebab Masalah
.
1. DO: Alergi susu Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah sapi
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari,
jumlah sedikit.

2. DO: ekskresi/BA Kerusakan


Warna anus kemerahan B sering integritas
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari kulit
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya reflek tidak efektif
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari menyusui
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:
Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.
Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.
Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:

1. Diare b.d Alergi susu sapi


Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui


Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias
efektif

2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif

3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.

4. Implementasi

a. Diare b.d Alergi susu sapi


1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus

b. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1. Mengkaji adnya lesi


2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden

c. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi


2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi
yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan,


kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan
perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi
dan fasilitas ruangan perawatan klien.

B. Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam
pembuatan tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
Askep BPH aplikasi Nanda-NIC-NOC

Ana Nurkhasanah Monday, September 21, 2015 Askep KMB


Askep BPH aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah BPH ata kanker
prostat. Pada konsep askep BPH pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC
NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan
menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering timbul pada pasien BPH biasanya adalah nyeri saat
BAAK hingga tidak bisa BAK.

Riwayat penyakit masa lalu

Seperti penyakit hpertensi, riwayat keluarga dengan kanker atau tumor, DM dan lain-
lain ada atau tidak.
DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP BPH MENGGUNAKAN 13 DOMAIN NANDA

PROMOSI KESEHATAN

Data Subjektif:

Penyakit yang lalu lalu seperti tumor dan lain-lain

Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang

DO:

KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat

TTV: TD biasanya naik, RR juga dapat naik, nadi cepat dan suhu dapat naik atau
normal.

ELIMINASI

Sistem Urinarius

DS:

Penyakit kandung kemih atau riwayat penyakit kandung kemih

BAK biasanya sedikit bahkan tidak bisa BAK

Nyeri saat BAK dan hanya menetes

DO:

Jumlah urin sedikit

Kateter urin biasanya sudah terpasang

Distensi VU
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Tidur dan istirahat

DS:

Susah tidur karena nyeri

DO:

Tampak gelisah

PERSEPSI ATAU KOGNISI

Persepsi atau sensasi

DS:
nyeri saat BAK

DO:

Tampak kesakitan

KENYAMANAN

DS:

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ada atau tidak

Nyeri pada vesika urinaria

Rasa tidak nyaman lainnya : lingkungan, social


DO:

Tampak gelisah

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA BPH

Pemeriksaan USG transabdominal atau transrektal (transrectal ultrasonography),


untuk mengetahui pembesaran prostat, menentukan volume buli-buli, mengukur sisa
urine dan keadaan patologi lain.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


BPH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

2. Retensi Urin berhubungan dengan penyumbatan uretra oleh prostat

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4. Risiko infeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan & Kriteria Hasil NOC

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri

Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5

Ekspresi nyeri pada wajah

Gelisah atau ketegangan otot

Durasi episode nyeri

Merintih dan menangis

gelisah

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan

Mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)

Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi


factor tersebut

Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

Melaporkan pola tidur yang baik


Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian

Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya

Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap


nyeri dan respon pasien

Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya

Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang


tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.

Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan


nyeri tidak dapat dicapai

Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri


dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan

Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko


ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan


dalam pemberian obat

Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai


sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.

Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh


indicator sibagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5

Merencanakan strategi koping untuk situasi


penuh tekanan

Mempertahankan performa peran

Memantau distorsi persepsi

Memantau manifestasi perilaku ansietas

Menggunakan teknik relaksasi untuk


meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap..

kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas

gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu

reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan


pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi

informasikan tentang gejala ansietas

ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic


dan gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis

instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi

jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama


prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman

beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas

bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas

sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi


untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus

coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif

dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan


pasien untuk menangis

yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain

sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima


oleh pasien

singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien

damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu

jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan

bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Risiko infeksi

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko
komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, keparahan
infeksi bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka
primer dan sekunder.

Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh


indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Memantau perilaku seksual
terhadap resiko pajanan PMS

Mengikuti strategi pengendalian


pemajanan

Menggunakan metode
pengendalian penularan PMS

Contoh lain: pasien dan keluarga akan:


Terbatas dari tanda dan gejala infeksi

Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat

Mengindikasikan status gi, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas


normal

Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi

Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan
pemantauan

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan
luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)

Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,


hitung jenis, protein serum, albumin)

Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap


infeksi
Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi

Instruksikan untuk menjaga personal hygiene

Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi

Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi

Pengendalian infeksi (NIC):

Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar

Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan


meninggalkan ruang pasien

Aktivitas kolaboratif

Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif

Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

Aktivitas lain

Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan


perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi

Pengendalian infeksi (NIC):

Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing


pasien

Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan

Terapkan kewaspadaan universal

Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan


Perawatan dirumah

Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi


handuk, gelas , dll

Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang


aman

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka,


gaya hidup atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi

Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah
biologis lainnya

Jangan melakukan kunjungan rumah jika saudara sedang sakit

Rujuk pasien dan keluarga kelembaga sosial untuk membantu menjaga


kebersihan rumah dan nutrisi

Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan


gejala infeksi serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai