Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Pelayanan Antenatal dan Faktor Faktor yang


Berkaitan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal oleh Bidan
Desa Di Kabupaten Jember

Anastasia Wulandari*), Putri Asmita Wigati**), Ayun Sriatmi**)

*) Mahasiswa Bagian Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

**) Staff Pengajar Bagian Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Antenatal care merupakan pelayanan kesehatan dasar untuk ibu hamil yang
harus dilakukan sesuai standar, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan.
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan dan data PWS KIA di Kabupaten Jember
tahun 2014, cakupan pelayanan antenatal di Kabupaten Jember masih rendah,
kunjungan ibu hamil ke 4 belum mencapai target SPM yaitu 75% dari target 94%
pada tahun 2014. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cakupan
antenatal, yaitu SDM, sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan
masyarakat itu sendiri, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis
pelayanan antenatal dan faktor faktor yang berkaitan dengan cakupan
pelayanan antenatal oleh Bidan Desa di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini
adalah kualitatif yang dilakukan dengan wawancara kepada 8 informan utama
dan 4 informan triangulasi. Terdapat 2 puskesmas yang dipilih dengan metode
purposive sampling, yaitu Puskesmas Arjasa dan Puskesmas Kencong. Variabel
pada penelitian ini yaitu SDM, dana, sarana dan prasarana, metode,
perencanaan, penggerakan, dan penilaian. Cakupan pelayanan antenatal di
Kabupaten Jember masih rendah karena beberapa faktor yang berkaitan yaitu,
Jumlah SDM yang masih kurang serta dana yang tersedia belum mencakup
kebutuhan yang ada, sehingga bIdan Desa menggunakan uang pribadi untuk
menutupi kekurangganya. Sarana dan prasarana masih perlu dikembangkan
karena beberapa kondisi alat yang kurang layak. Perlu adanya perencanaan
untuk mengatur penggerakan dan penilaian yang dilakukan oleh Bidan Desa.
Guna meningkatkan cakupan pelayanan antenatal dan kualitas pelayanan
antenatal.

Kata kunci : Antenatal Care, Faktor Pengaruh, Bidan Desa


Kepustakaan : 41, 1985 2015

PENDAHULUAN minimal 4 kali selama masa


Pelayanan antenatal care kehamilan. Setiap kehamilan dapat
merupakan pelayanan kesehatan berkembang menjadi masalah atau
dasar untuk ibu hamil yang harus komplikasi, sehingga diperlukan
dilakukan sesuai standar, yaitu pemantauan selama masa

14
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kehamilan. Ibu hamil juga harus atau keseluruhan hanya melakukan


mengetahui tentang bahaya pemeriksaan berat badan, tinggi
kehamilan. Jika ibu hamil badan, pengukuran tensi, dan
mengetahui tentang bahaya deteksi jantung janin. Kunjungan 1
kehamilan, maka ibu hamil akan dan kunjungan ke 4 di Kabupaten
lebih waspada dan hati hati Jember umumnya mengalami
dengan cara rutin melakukan penurunan, serta cakupan
pemeriksaan selama masa pertolongan oleh tenaga profesional
kehamilannya. Kemungkinan dibeberapa wilayah juga menurun.
terburuk adanya komplikasi Sasaran pelayanan K4 di Kabupaten
kehamilan dapat menyebabkan Jember pada tahun 2014 sebanyak
kematian pada ibu hamil. 44,022 ibu hamil, yang melakukan
Angka Kematian Ibu kunjungan ke 4 sebanyak 33,221
seharusnya dapat dicegah dengan orang. Namun, dari jumlah ibu
mendeteksi secara dini adanya bersalin 42,021 hanya terdapat
resiko tinggi ataupun komplikasi 35,124 yang persalinannya ditolong
pada masa kehamilan, dengan oleh tenaga kesehatan.
melakukan kunjungan atau Hal ini menunjukkan adaya
pemeriksaan kehamilan ke peran tenaga kesehatan yang ahli
pelayanan kesehatan yang tersedia.1 seperti Bidan, Dokter, dan Perawat
Adanya kematian ibu yang masih dalam memberikan pelayanan setiap
tinggi menunjukkan kualitas kunjungan yang pada umumnya
pelayanan kesehatan maternal yang kualitas pelayanan merujuk pada
masih rendah termasuk pelayanan kinerja pelayanan menurut standar
antenatal care (ANC) pada ibu tertentu. Rendahnya kualitas dan
hamil.2 kinerja pelayanan yang diberikan
Kasus kematian maternal di dapat mempengaruhi jumlah
Kabupaten Jember pada tahun 2014 kunjungan ibu hamil.
tercatat sebanyak 31 kasus
kematian dengan rincian 7 kematian METODE
ibu hamil, 13 kematian ibu bersalin,
dan 11 kasus kematian ibu nifas.3 Jenis penelitian ini merupakan
Upaya pendekatan pelayanan penelitian observasional dengan
kesehatan kepada masyarakat rancangan kualitatif. Sampel pada
dengan penempatan Bidan di desa. penelitian ini adalah beberapa Bidan
Namun, demikian antenatal care Desa di puskesmas Kabupaten
pada ibu hamil di Kabupaten Jember Jember. Pemilihan sampel dilakukan
masih rendah terutama pada dengan teknin purposive yaitu
cakupan pelayanan Kunjungan ke 4 didasarkan atas pertimbangan
(K4), yaitu dengan target SPM peneliti itu sendiri sesuai jangkauan
(Standar Pelayanan Minimal) 94% dan kedalaman masalah yang akan
hanya tercapai sebanyak 75,5% dan diteliti. Diperoleh 8 Bidan Desa
terdapat kesenjangan 18,5% pada sebagai informan utama yang
2014. ditentukan berdasarkan :
Melalui wawancara dengan 3 1. Lokasi penelitian yaitu
orang bidan di salah satu puskesmas dengan cakupan
puskesmas Kabupaten Jember K4 terendah dan mendekati
diketahui bahwa ada 2 bidan yang target SPM 2014
tidak dapat menyebutkan standar 7T
secara lengkap. Pada umumnya

15
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Bidan Desa yang bertugas di kesehatan dalam rangka


lokasi terjauh dan terdekat menurunkan angka kematian ibu
dengan puskesmas dan angka kelahiran, yang didukung
3. Jumlah Bidan Desa dipilih 2 oleh meningkatnya kesadaran
orang dengan acak pada masyarakat untuk berperilaku hidup
masing masing polindes sehat.4 Seharusnya dengan jumlah
tersebut. bidan desa yang sesuai dapat
Kemudian terdapat 4 informan mengoptimalkan kinerja bidan untuk
triangulasi yaitu, bidan koordinator membangun kesadaran masyarakat
dan kepala puskesmas pada masing di wilayahnya.
masing puskesmas yang menjadi Untuk mengatasi kekurangan
lokasi penelitian. pada jumlah SDM yang ada, Bidan
Objek pada penelitian ini Desa bekerja sama dengan BPS,
adalah pelayanan ANC di serta memberdayakan kader dan
Kabupaten Jember, sedangkan bidan magang. Adanya kerjasama
variabel yang digunakan adalah dari berbagai pihak diharapkan
SDM, dana, sarana dan prasarana, dapat membantu dan memudahkan
metode, perencanaan, penggerakan, tugas Bidan Desa karena
serta penilaian teradap pelayanan keterbatsan jumlah SDM yang
antenatal care oleh Bidan Desa di tersedia dalam upaya peningkatan
Kabupaten Jember. dan pengembangan derajat
kesehatan di wilayahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan antenatal care yaitu
terdiri dari pengumpulan data,
1. SDM konseling, perumusan diagnosa,
Jumlah SDM yang tersedia proses asuhan antenatal,
diharapkan mampu mengatasi implementasi asuhan antenatal, dan
masalah pelayanan antenatal care standar antenatal. Dalam hal ini
di wilayah. Dalam hal ini SDMK pelatihan terkait antenatal care,
yang berperan langsung terhadap seluruh informan menyatakan
pelayanan antenatal care di wilayah belum ada tekait pelatihan tersebut.
adalah Bidan Desa. Bidan Desa Pelatihan yang diberikan oleh Dinas
yang tersedia pada Puskesmas Kesehatan Kabupaten Jember
Kencong dan Puskesmas Arjasa terakit Kesehatan Ibu dan Anak
sama sama berjumlah 8 bidan. terdiri berbagai macam pelatihan.
Luas wilayah pada Puskesmas Beberapa diantaranya, APN, CTU,
Kencong lebih luas daripada PPGDON, Asfiksi, BBLR, Kelas Ibu
Pukesmas Arjasa. Namun, jumlah Hamil, dan bebera lainnya. Setiap
SDM yang masih kurang bidan dapat mengikuti pelatihan
disampaikan oleh hampir semua tersebut dengan gratis dan
informan. Berdasarkan hasil berdasarkan rekomendasi Bidan
penelitian ternyata Bidan Desa yang Koordinator masig masing
seharusnya hanya bertugas di wilayahnya.
Polindes merangkap tugas di
Puskesmas. Padahal sesuai 2. Dana
dengan Buku Panduan Bidan di Dana merupakan aspek penting
Tingkat Desa tujuan penempatan dalam setiap penyelenggaran
Bidan di desa adalah untuk kegiatan. Uang merupakan unsur
meningkatkan mutu dan yang tidak dapat diabaikan. Besar
pemerataan jangkauan pelayanan kecilnya kegiatan dapat diukur dari

16
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

jumlah uang yang beredar dalam dilakukan oleh Bidan Desa.


perusahaan, oleh karena itu uang Perencanaan anggaran dana dapat
merupakan alat yang penting untuk digunakan sebagai acuan oleh
mencapai tujuan karena segala Bendahara Puskesmas pada saat
sesuatu harus diperhitungkan secara pengajuan permohonan dana
rasional.5 Ketersediaan dana yang supaya kegiatan dapat tercover
diperlukan dalam kegiatan antenatal dengan baik. Hal ini sesuai dengan
di Kabupaten Jember merupakan penelitian oleh Saifudin (2007), yang
alokasi dari dana BOK. Selain untuk menyatakan bahwa anggaran dana
kegiatan dalam Puskesmas, BOK salah satu penyebab keberhasilan
juga dapat dimanfaatkan untuk program. Tetapi dengan anggaran
kegiatan luar gedung, seperti yang cukup dapat pula kegagalan
penyuluhan, kelas ibu hamil, pencapaian target disebabkan oleh
sweeping kasus, dan kunjungan manajemen pengelolaan keuangan
rumah. yang kurang tepat sehingga
Di Puskesmas Arjasa dana yang anggaran tidak berpengaruh
diberikan dimanfaatkan oleh Bidan signifikan pada kinerja petugas dan
Desa dan kader untuk kunjungan terget program yang tidak tercapai. 8
rumah untuk mengidentifikasi ibu Terkait dana dari desa, tidak ada
hamil dan pemeriksaan ibu hamil alokasi sumber dana dari desa,
resiko tinggi. Namun, seringkali dana sehingga program yang terlaksana
yang tersedia tidak dapat mencakup di desa tidak dibiayai oleh desa baik
keseluruhan, karena target transport kunjungan atau kegiatan
kunjungan yang akan dilakukan ke 5 Posyandu.
rumah hanya cukup untuk 2 rumah.
Bidan Desa Puskesmas Kencong 3. Sarana dan Prasaran
memberikan pernyataan yang sama Mengenai sarana dan prasarana
terkait ketersedian dana untuk yang mendukung dalam pelayanan
pelayanan antenatal dari BOK, antenatal yaitu gedung atau
namun jumlahnya tidak dapat bangunan yang terdiri dari tempat
mencakup seluruh kegiatan. pemeriksaan dan ruang tunggu,
Kendala dalam ketersediaan dana serta sarana berupa alat alat yang
adalah proses pencairan yang lama digunakan untuk pemeriksaan ibu
serta jumlah dana yang tersedia hamil. Berdasarkan hasil wawancara
tidak dapat mencakup seluruh sebagian besar menyatakan bahwa
kebuatan yang ada, sehingga sarana dan prasarana yang tersedia
beberapa bidan harus menggunakan sangat kurang. Sarana dan
dana pribadi. Hal ini di ungapkan prasarana yang dimaksud tidak
oleh beberapa informan utama, hanya terakait ketersedian alat alat
bahwa seringkali Bidan Desa dan fasilitas lainnya seperti gedung,
menggunakan dana pribadi untuk ruang pemeriksaan, dan ruang
menutupi kekurangan dana yang tunggu. Namun, dari segi kecukupan
ada, karena Bidan Desa khawatir dan kelayakan saranan dan prasara
cakupan pelayanan antenatal tidak tersebut.
sesuai target dan takut mendapat Melalui observasi lembar check
teguran dari atasannya. list di Puskesmas Arjasa dan
Hal lain yang menyebabkan Puskesmas Kencong sama sama
kurangnya jumlah dana yang tidak disediakan jangka panggul
tersedia adalah tidak adanya yang fungsinya untuk mengukur
perencanaan anggaran dana yang lingkar panggul ibu hamil pada awal

17
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kehamilan hingga menjelang 4. Metode


persalinan. Namun, fungsinya bisa Dalam memberikan pelayanan
digantikan dengan menggunakan antenatal Bidan Desa harus
metlin. Terkait gedung Polindes, mengikuti standar operasional yang
ruang pemeriksan, dan ruang tunggu ada. standar yang digunakan sesuai
yang merupakan prasarana untuk dengan standar minimal pelayanan
melakukan pelayanan antenatal antenatal yang lebih dikenal dengan
ketersediaanya berbeda antara sebutan 7T. Hasil wawancara
Puskesmas Arjasa dan Puskesmas dengan informan utama, semua
Kencong. Salah satu wilayah di meyampaikan bahwa pemerikasaan
Arjasa belum memiliki Polindes, kehamilan yang diberikan
sehingga pelayanan pemeriksaan berdasarkan standar minimal 7T.
antenatal dilakukan di rumah Bidan Terkait standar 7T masing masing
Desa tersebut yang dimanfaatkan dilakukan sesuai dengan jadwal
sebagai Polindes. pemeriksaan usia kehamilan,
Di Puskesmas Kencong gedung beberapa pemeriksaan seperti tinggi
Polindes, ruang pemeriksaan, dan badan, lingkar lengan atas, dan Hb
ruang tunggu sudah tersedia dengan hanya dilakukan sekali selama masa
baik serta berada dilokasi yang kehamilan.
mudah diakses oleh masyarakat. Pemeriksaan yang jarang
Pada masing masing puskesmas diberikan oleh Bidan Desa
kendala terakit prasarana adalah Puskesmas Arjasa adalah Hb,
adanya alat untuk pemeriksaan karena terkendala alat yang
kehamilan yang mudak rusak, yaitu kondisinya kurang layak. Hal ini
tensi meter dan Hb sahli. dibuktikan oleh pernyataan 2
Keterlambatan pengadaan alat baru informan utama dari 4 informan
yang dibutuhkan dalam pelayan utama di Puskesmas Arjasa.
antenatal care. Namun, terkait pemeriksaan Hb
Adanya fasilitas yang memadai Bidan Koordinator Puksesmas
tentu akan memberi motivasi Arjasa menyampaikan bahwa
tersendiri bagi Bidan Desa yang seharusnya pasien dapat dirujuk ke
melakukan pemeriksaan dan bagi puskesmas, tetapi 1 kali
pasien yang mendapat pemeriksaan pemeriksaan pun sebenarnya cukup.
dengan fasilitas tersebut hal ini Puskesmas Kencong telah
sesuai dengan penelitian Hamida H menetapkan bahwa pemeriksaan Hb
Siregar, bahwa fasilitas yang semua pasien dirujuk ke puskesmas.
lengkap dan sesuai dengan standar Karena ketersediaan alat yang
yang ditetapkan diharapkan dapat terbatas.
meningkatkan kualitas mutu Puskesmas Kencong telah
pelayanan. Sumber daya merupakan melakukan pemeriksaan sesuai
faktor yang perlu untuk dengan SOP yang ada. Setiap pos
terlaksananya suatu perilaku. pelayanan seperti Puskesmas,
Fasilitas yang tersedia hendaknya Pustu, dan Polindes tersedia SOP
selalu dalam keadaan siap pakai. yang dapat dilihat oleh pasien yang
Untuk melakukan tindakan harus berkunjung. Di Puskesmas Arjasa
ditunjang fasilitas yang lengkap dan belum tersedia SOP pelayanan
sebelumnya harus sudah antenatal. Menurut Bidan
disediakan. 4 Koordinator Puskesmas Arjasa SOP
telah dibuat tetapi kondisi
puskesmas sedang dalam

18
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

renovasi/perbaikan jadi berkas yang bersangkutan. Saifudin


berkas penting tidak dapat mengatakan bahwa proses itegrasi
ditunjukkan sebagaimana mestinya. kegiatan program yang tersusun
Secara umum di Puskesmas dengan baik dan penyusunan
Kencong juga memiliki kesamaan kegiatan secara lengkap, maka
terkait proses pemeriksaan yang kegiatan intervensi tersbut sesuai
dilakukan oleh Bidan Desa. Namun, dengan data dan permasalahan
Bidan Desa selalu mengacu dengan yang ada. 7 Setiap perencanaan
SOP yang tersedia. yang dibuat oleh Bidan Desa
Kendala bagi Bidan Desa sebagai acuan pelaksanaan
adalah apabila terdapat ibu hamil program tersebut sesuai jadwal yang
yang telah dirujuk, namun tetap tidak telah ditentukan. Namun terdapat
melakukan pemeriksaan lanjutan ke beberapa Bidan Desa yang tidak
Puskesmas atau Rumah Sakit. melakukan perencanaan karena
Padahal menurut Manuaba (2007), terkendala waktu. Tugas pokok
melalui antenatal care dapat Bidan Desa selain memberikan
ditetapkan kesehatan ibu hamil, pelayanan harus membuat laporan
kesehatan janin, dan hubungan kegiatan program, hal ini dirasa
keduanya sehingga dapat menambah tugas bagi bidan
direncanakan pertolongan tersebut untuk melakukan
persalinan yang tepat. Seharusnya pekerjaanya secara optimal.
Bidan Desa bisa berupaya lebih Pada Puskesmas Kencong
dengan melakukan pendekatan perencanaan yang dibuat oleh Bidan
kepada masyarakat untuk dapat Desa setiap bulan dilaporkan pada
mensosialisasikan pentingnya Bidan Koordinator. Namun,
pemeriksaan kehamilan, pelaporannya tidak rutin setiap bulan
Menurut penelitian Kartika melainkan terkadang dilaporkan 3
dalam Hamida H, Siregar pentingnya bulan sekali oleh Bidan Desa. Hasil
mengetahui tujuan standar penelitian terkait perencanaan
operasional dan melaksanakan adalah ada perbedaan pada
pelayanan sesuai standar pelayanan Puskesmas Arjasa dan Puskesmas
yang tersedia bagi Bidan Desa, kencong terkait proses perencanaan
untuk meningkatkan mutu dan yang dilakukan. Puskesmas
kualitas pelayanan yang ada. SOP kencong lebih terstruktur dengan
yang tersedia sebaiknya juga pembuatan perencanaan perbulan
diketauhi oleh pasien atau ibu hamil yang dilakukan oleh Bidan Desa dan
supaya dapat memberikan penilaian dilaporkan ke Bidan Koordinator.
terhadap pemeriksaan yang Pada Puskesmas Arjasa melakukan
diberikan oleh Bidan Desa tersebut. perencanaan hanya dalam tahunan
Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam kegiatan kelas bidan yang
Azrul Azwar bahwa mematuhi dihadiri dan dibahas bersama oleh
pedoman atau prosedur tetap seluruh Bidan Desa yang di wilayah
semakin baik dalam pencapaian Arjasa. Perencanaan harus
standar pelayanan. 6 mempertimbangkan kebutuhan
fleksibiltas, agar dapat disesuaikan
5. Perencanaan dengan situasi dan kondisi yang
Setiap kegiatan yang dilakukan berbeda, karena tujuan perencanaan
oleh Bidan Desa memerlukan itu sendiri untuk membantu sumber
perencanaan yang harus ditetapkan daya yang ada dalam meberikan
dan diketahui oleh pihak pihak lain

19
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kontribusi secara positif terhadap dengan pelayanan antenatal adalah


pencapaian tujuan.5 kunjungan rumah oleh Bidan Desa
6. Penggerakan dan kader untuk mengidentifikasi
Sesuai pernyataan informan ibu hamil dan ibu hamil resiko tinggi.
utama di Puskesmas Arjasa bahwa Pelaksanaan program Posyandu
beberapa Bidan Desa tidak yang rutin dilakukan setiap bulan. Di
membuat perencanaan, sehingga Puskesmas Kencong penjaringan
penggerakan pada setiap kegiatan ibu hamil di lakukan bersama kader
dilakukan berdasarkan kondisional dan dukun bayi untuk melakukan
dan melihat pengalaman identifikasi kehamilan yang
sebelumnya. Hal ini disampaikan dibuktikan dengan taspack.
oleh informan utama terkait Kegiatan lain berupa kelas ibu
bagaimana penggerakan yang hamil, penyuluhan bersama PKK,
dilakukan tanpa perencanaan. dan Posyandu.
Pada pelaksanaan Posyandu Berdasarkan hasil penelitian
dukun bayi dapat ikut terlibat penggerakan yang dilakukan untuk
mendampingi ibu hamil saat identifikasi kehamilan pada masing
melakukan pemeriksaan oleh Bidan masing Puskesmas berbeda.
Desa. Hal ini telah terlaksana di Bidan Desa di Puskesmas Arjasa
beberapa Posyandu yang ada di melakukan identifikasi ibu hamil
desa Wonorejo Kecamatan melalui laporan kader yang
Kencong. Dari pernyataan semua kemudian Bidan melakukan
informan menyatakan bahwa kunjungan rumah untuk
keaktifan kader tidak hanya dalam pemeriksaan. Berbeda dengan cara
kegiatan Posyandu, tetapi ikut yang diterapkan oleh Puskesmas
terlibat dalam penjaringan PUS Kencong, yaitu identifikasi
WUS dan pemantauan ibu hamil kehamilan dibantu oleh kader dan
risiko tinggi. Dukun bayi berperan dukun bayi melalui bukti taspack
sebagai pendamping selama masa yang diserahkan kepada Bidan
kehamilan hingga persalinan dan Desa. Menurut Bidan Desa di
memberikan saran untuk melakukan Puskesmas Kencong program ini
pemeriksaan ke Bidan. lebih efektif dan efisien karena
Peran Bidan swasta turut sumber dana yang terbatas serta
membantu dalam pencatatan dan jumlah sumber daya manusia yang
pelaporan serta indentifikasi ibu terbatas pula. Selain itu Puskesmas
hamil. Peran lintas sektor lain Kencong juga menerapkan kerja
seperti PKK dan Perangkat desa sama dengan bidan swasta untuk
turut membantu memberikan pengumpulan data K1 murni.
arahan kepada masyarakat untuk Karena beberapa pasien memilih
melakukan pemeriksaan kesehatan melakukan pemeriksaan ke bidan
ke bidan atau puskesmas. swasta.
Kegiatan yang dilakukan untuk
mengimplementasikan program 7. Penilaian
pelayanan antenatal pada setiap Penialaian merupakan salah
Puskesmas berbeda. Seringkali satu cara proses evaluasi untuk
adanya kendala di lapangan memberikan tindak lanjut terkait
sehingga kegiatan yang berjalan program yang tidak berjalan atau
tidak sesuai dengan rencana yang tidak efektif. Evaluasi yang
telah ditetapkan. Pada Puskesmas dilaksanakan pada masing masing
Arjasa kegaiatan yang berkaitan puskesmas berbeda, namun

20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki tujuan yang sama yaitu sesuatu yang sia sia yang dalam
melakukan penilaian terhadap bidang administrasi, terjadi
program pelayanan antenatal care. penghamburan sumber (tenaga,
Penilaian program yang diterapkan dana, sarana) yang keadaannya
di Puskesmas Arjasa melalui memang selalu terbatas.5 Agar
evaluasi program yang dilaksanakan kesalahan yang terjadi tidak
dalam kegiatan Kelas Bidan. terulang, maka seharusnya proses
Evaluasi dilakukan setiap akhir bulan evaluasi dapat diikuti seluruh pihak
bersama seluruh Bidan desa dan yang bersangkutan serta dapat
Bidan Koordinator. Berdasarkan berjalan dengan baik sesuai
hasil penelitian Bidan Desa di Arjasa ketentuan yang berlaku.
menyatakan bahwa kader tidak
terlibat dalam penilaian, seharusnya KESIMPULAN
dengan keterlibatan kader terdapat 1. Cakupan pelayanan antenatal di
evaluasi yang dapat disampaikan Kabupaten Jember secara umum
sebagai perwakilan masyarakat masih rendah. Pada puskesmas
yang tururt menjadi sasaran Arjasa karena ibu hamil hanya
pelayanan. memiliki akses pelayanan
Bidan Desa di Arjasa kesehatan ke Polindes saja,
menyebutkan bahwa adanya tindak sedangkan di Puskesmas
lanjut merupakan hasil diskusi bidan Kencong ibu hamil bisa
di wilayah yang bersangutan tanpa mendapatkan pelayanan
melibatkan masyarakat, karena tidak kesehatan atau memilih
ada fasilitas pertemuan antara Bidan mendapatkan pelayanan
Desa dan Masyarakat atau yang kesehatan ke klinik lain selain di
mewakili. Pada Puskesmas Kencong polindes. Lokasi geografis di
evaluasi yang dijalankan melalui Puskesmas Arjasa yang
kegiatan Mini Loka Karya setiap umumnya daerah pedesaan,
bulan untuk mengevaluasi program serta susah dijangkau dan belum
keseluruhan bersama PKK dan ada kendaraan umum yang
kader. Bidan Desa di Puskesmas tersedia, sehingga masih banyak
Kencong menyebutkan bahwa ibu hamilyang memilih melakukan
laporan yang disamapaikan pada pemeriksaan ke dukun karena
saat kegiatan Mini Loka Karya lebih dekat.
merupakan hasil evaluasi dan 2. Sumber Daya Manusia yang
penilaian yang telah dilakukan oleh tersedia masih dirasa kurang,
Bidan Desa tersebut bersama kader karena beberapa Bidan Desa
dan PKK di wilayahnya. harus merangkap tugas di
Kendala pelaksanan penilaian Puskesmas, sehingga tugas di
pelayanan antenatal pada Polindes terbengkalai. Alternatif
Puskesmas Arjasa dan Puskesmas yang dilakukan oleh Bidan Desa
Kencong adalah apabila terdapat di Puskesmas Kencong yaitu
Bidan Desa yang tidak dapat hadir, dengan melakukan kerja sama
sehingga informasi yang lintas sektor dengan perangkat
disampaikan tidak dapat desa dan Bidan Mandiri. Pada
tersampaikan dengan baik sebagai Puskesmas Arjasa kerja sama
acuan perencanaan periode lintas sektor belum berjalan
selanjutnya. Menurut Azrur Azwar, dengan baik.
dengan dilaksanakannya penilaian 3. Dana yang tersedia untuk
akan dapat dihindari terjadinya pelayanan antenatal baik di

21
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas Kencong maupun di Puskesmas Kencong Bidan


Puskesmas Arjasa dirasa masih Magang hanya terlibat atau
kurang, dan belum mencakup menjalankan tugas tugas
kebutuhan yang ada. Pada tertentu dalam pelayanan
Puskesmas Arjasa alokasi dana antenatal, misal menguur berat
digunakan oleh Bidan Desa untuk badan ibu hamil dan lingkar
melakukan kunjungan rumah, lengan selebihnya pemeriksaan
untuk menutupi kekurangan yang dilakukan oleh Bidan Desa.
ada Bidan Desa menggunakan 6. Pembuatan perencanaan oleh
dana pribadi agar cakupan beberapa Bidan Desa di
pelayanan antenatal tetap sesuai Puskesmas Arjasa tidak berjalan,
dengan target. Pada Puskesmas sehingga penggerakannya tidak
Kencong dana yang ada selain terencana. Perencanaan oleh
untuk melakukan kunjungan Bidan Desa di Puskesmas
rumah, dimanfaatkan sebagai Kencong telah berjalan dengan
reward yang diberikan kepada baik. Beberapa hal yang menjadi
Kader yang aktif dalam alasan tidak terlaksananya
melakukan tugasnya memantau perencanaan oleh Bidan Desa di
ibu hamil, serta memberikan Arjasa yaitu, karena Bidan Desa
arahan agar ibu hamil berkunjung merasa tugas tugas yang
ke pelayanan kesehatan. dibebankan terlalu banyak.
4. Ketersediaan alat pemeriksaan 7. Di Puskesmas Kencong Bidan
untuk pelayanan antnatal di swasta turut membantu dalam
Puskesmas Arjasa dan pencatatan dan pelaporan serta
Puskesmas Kencong memiliki indentifikasi ibu hamil karena
kesamaan, yaitu tidak tersedia beberapa ibu hamil memilih
jangka panggul. Namun, pada melakukan pemeriksaan ke bidan
fasilitas ruang pemeriksaan swasta. Pada Puskesas Arjasa
kelayakannya berbeda. Pada penggerakan yang dilakukan
Puskesmas Arjasa irasa masih yaitu kunjungan ke umah rumah
kurang layak karena kondisi dengan melibatkan kader.
bangunan yang lembab. Di 8. Evaluasi yang dilakukan oleh
Puskesmas Kencong bangunan Bidan Desa di Puskesmas Arjasa
yang tersdia sudah layak untuk selama ini hanya untuk
pemeriksaan antenatal. menyampaikan informasi terkait
5. Metode yang digunakan oleh capaian yang telah dilakukan,
bidan desa sesuai dengan SOP terkait tindak lanjut dan usulan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten program tidak pernah dilakukan.
Jember. Namun, dalam proses Puskesmas Kencong melakukan
implementasinya Puskesmas evaluasi kegiatan dimulai pada
Kencong telah menerapkan tahap evaluasi tingkat dusun
proses pemeriksaan sesuai bersama kader, kemudian
dengan SOP, sedangkan pembahsan selanjutnya dilakukan
Puskesmas Arjasa belum tingkat desa bersama perangkat
melakukan pemeriksaan sesuai desa dan PKK. Hasil evaluasi
SOP. Selain Bidan Desa, Bidan yang telah dilakukan disampaikan
Magang di Puskesmas Arjasa pada kegiatan evaluasi mini loka
biasanya melakukan pemeriksaan karya yang dilakukan bersama
kepada ibu hamil terutama saat bidan koordintator dan kepala
pelayanan posyandu. Pada puskesmas.

22
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

SARAN b. Melakukan koreksi


1. Dinas Kesehatan Kabupaten pelaksanaan bila ada yang
Jember tidak sesuai.
a. Menyusun anggaran setiap c. Melakukan evaluasi setelah
tahunnya untuk kelengkapan melakukan pelayanan
sarana dan prasarana antenatal.
b. Membuat SOP untuk tugas
tugas Bidan Magang yang DAFTAR PUSTAKA
berkaitan dengan batasan apa 1. Wiknjosastro H. Ilmu
saja yang dilakukan oleh Bidan Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Magang. Bina Pustaka Sarwono
c. Melengkapi sarana medis dan Prawiroharjo, 2005
non medis terutama yang 2. Manuaba. Ilmu Kebidanan.
berkaitan dengan pelayanan Penyakit kandungan dan KB
antenatal dalam rangka untuk Pendidikan Bidan.
meningkatkan derajat Jakarta:EGC, 1998
kesehatan ibu dan anak 3. Dinas Kesehatan Kabupaten
2. Bagi Puskesmas Jember. Dokumen
a. Memantau penerapan SOP Perencanaan Kebutuhan
pelayanan antenatal tersebut SDM Kesehatan Kabupaten
dengan melakukan supervisi. Jember 2014. Jember: DKK,
b. Memberikan arahan kepada 2015
Bidan Magang dan Bidan tetap 4. Kementrian Kesehatan RI.
terutama Bidan di Desa terkait Buku Panduan Bidan di
dengan batasan dalam Tingkat Desa. Jakarta:
melakukan tugasnya. Kemenkes, 1995
c. Melengkapi alat yang 5. Anwar, Azrul. Pengantar
mendukung pelayanan Administrasi Kesehatan Edisi
antenatal seperti jangka Dua. Jakarta: Binarupa
panggul dan alat yang lain Aksara, 1996
d. Puskesmas dapat menyiapkan 6. Siregar, Hamida H. Evaluasi
dan meningkatkan SDM untuk Program Inisiasi Menyusui
pelaksanaan perencanaan dan Dini Oleh Bidan Di Rumah
penganggaran secara Sakit Panti Wilasa Citarum
terperinci dan terkonsep dalam Semarang. Semarang: FKM
pelayanan antenatal. Undip 2014
e. Meningkatkan program 7. A.W. Widjaja. Perencanaan
pembinaan dan penyuluhan Sebagai Fungsi Manajemen.
kepada ibu hamil mengenaii Jakarta: Bina Aksara, 1987
pentingnya pemeriksaan 8. Saifudin, Abdul. Buku Acuan
kehamilan. Nasional Pelayanan
f. Memantau dan membina Kesehatan Maternal Dan
dalam rangka penyusunan Neonatal. Jakarta: Yayasan
rencana kegiatan. Bina Pustaka Sarwono
3. Bidan Prawiroharjo, 2007
a. Dalam memberikan pelayanan
antenatal harus sesuai SOP
dan standar pelayanan 7T
yang ditetapkan.

23
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume
5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Anda mungkin juga menyukai