Anda di halaman 1dari 10

APORAN PENDAHULUAN

MORBILI
DISUSUN GUNA MELENGKAPI TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PENGAMPU: NOVI SUPRIHATIN, Skep.Ns

DISUSUN OLEH:
1. Dita Aprilia
2. M. Ragil Setyo H
3. Riya efendi

AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI PATI


TAHUN AKADEMI 2011/2012

TINJAUAN TEORI
MORBILI
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga
campak,measles,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997:
90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno,
2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 1997:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95)
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai
oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)
Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus
respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153).
Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 :
47).

B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara
penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin,
dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta
propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu
aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi
nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu
singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif
selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

C. Manesfestasi Klinik
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
Panas
Malaise
Batuk
Fotofobia
Konjungtivitis
Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang
dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
Koriza dan Batuk bertambah
Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
Kadang terlehat bercak koplik
Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Splenomegali
Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai pendarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,1985).
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah:
1) Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2) Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal.
Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit,
rasa gatal, muka bengkak.
3) Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada
komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala
seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan
mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2
minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)

D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan,
saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan
ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan
netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam
eliminasi virus.
Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam
waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang
serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler.
Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva
(Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi
sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat
pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).

E. pahway

http://www.ziddu.com/download/20555258/Pathwaymoebili.docx.html

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gambaran klinis yang khas
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
d. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant
cells yang khas
e. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen
fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya
rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)
f. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant
sel yang khas.
g. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah
timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.

G. Komplikasi
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus
influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis
tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi.
(Rampengan, 1998 : 95)

H. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi
yang timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau
lainnya yang anak sukai.
c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu
ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit
tapi sering.
e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau
eksantem (campaknya keluar).
b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga
diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.
e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air
hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine.
4) Risiko terjadi komplikasi
a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala.
Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah
selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan
tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)

I. Fokus Pengkajian
1) Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2) Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 4
hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahuluAnamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di
Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
(Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak.
(Suriadi, 2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)

3) Pemeriksaan Fisik
a) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
b) Kepala : sakit kepala
c) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad
eripsi ).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
e) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,muka,
lengan dan, evitema, panas (demam).
f) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
g) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
h) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i) Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan

(Potter, 1996 : 16).

J. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus

K. Intervensi
1) Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut,
atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah
perkusi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
b) Infeksi tidak menyebar
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi.
Intervensi :
a) Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
b) Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
c) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
d) Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi.
e) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus
atau lunak.
f) Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat
- Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
4) Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
Hasil yang diharapkan :
a) Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
b) Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.
Intervensi :
a) Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab.
b) Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
c) Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal.
e) Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal.
5) gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
b) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
a. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus. Rasional : untuk
meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
b. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c. Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
d. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
e. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.
6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
a) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
b) Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
c) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
e) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
f) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam (Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575).
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan
III. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com


Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info.
Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakarta.
Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. EGC:
Jakarta.
Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu
Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat,
EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai