Customer Value
Setiap orang selalu berpikir untuk bagaimana sebuah produk yang diperoleh dapat
memberikan implikasi atas pengeluaran yang dialami. Pada posisi ini, maka yang terpenting
adalah upaya untuk mempertahankan produk sebagiamana keinginan dan minat dari
konsumen itu sendiri. Nilai pelanggan ini dapatlah diartikan sebagai dampak atas apa yang
dikeluarkan oleh konsumen terhadap produk. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini lebih detail
Lovelock (2005: 21) mengatakan bahwa value adalah suatu nilai yang diperoleh dari
benda atau jasa tergantung dari keperluan seseorang pada suatu wkatu tertentu. Sedangkan
Schiffman dan Kanuk (2004:14) mendefinisikan customer value sebagai rasio antara
manfaat yang didapat oleh konsumen baik secara ekonomi, fungsional maupun psikologis
terhadap sumber-sumber (uang, waktu, tenaga, maupun psikologis) yang digunakan untuk
Manfaat produk berhubungan dengan keandalan, daya tahan, kinerja dan nilai jual
kembali dari produk atau jasa yang ditawarkan. Manfaat pelayanan adalah sejauh mana
produk atau jasa tertentu yang ditawarkan berhubungan dengan hal penyampaian, pelatihan,
serta daya tangkap dalam melayani pelanggan termasuk ke dalam menfaat karyawan,
sedangkan manfaat citra berhubungan dengan kesan atau opini yang selama ini konsumen
Menurutu Naumann (1995: 15) the most important success factor for a firm is the
ability to deliver better customer value than the competition. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa dalam persaingan yang semakin ketat saat ini, suatu badan usaha harus
dapat memberikan suatu nilai yang lebih baik kepada konsumen daripada pesaing-
pesaingnya. Oleh karena itu customer value penting bagi setiap badan usaha.
Sedangkan menurut Treacy dan Wiersema (1995:19-20) customer value is the sum of
benefit received minus the cost incurred by the customer in acquiring a product or service.
Benefit build value to the extent that the product or service improves the customers
performance, and the time spent on delays, errors, and effort. Both tangible and intangible
costs reduce value. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa customer value merupakan
jumlah dari manfaat yang diterima oleh konsumen dikurangi dengan biaya-biaya yagn
dikeluarkan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Manfaat-manfaat tersebut akan
menciptakan customer value bagi konsumen, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Jadi dapat disimpulkan bahwa customer value ini pada dasarnya adalah persepsi dari
konsumen mengenai manfaat yang diterima oleh konsumen dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk suatu produk atau pelayanan sehingga dapat memberikan nilai yang
Menurut Naumann (1995:17) the customer value triad consists of only three things:
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa customer value terdiri dari 3 hal yaitu:
1) Mutu produk
2) Mutu layanan
3) Harga
Customer value yang baik dapat tercapai apabila mutu produk, mutu layanan dan
harga yang berjalan secara harmoni. Dan untuk lebih jelasnya memahami tiga hal pokok
Mutu produk adalah persepesi konsumen atas keseluruhan cirri atau sifat produk yang
(Lockwood, 1996:4). West, Wood dan Harger (1965:54) menyatakan bahwa standar kualitas
makanan, meskipun sulit untuk didefinisikan dan tidak dapat diukur secara mekanik, masih
dapat dievaluasi lewat nilai nutrisinya, tingkat bahan yang digunakan, rasa, dan penampilan
criteria-kriteria tersebut pada setiap makanan. Beberapa factor yang mempengaruhi pendapat
masing-masing orang tentang criteria-kriteria tersebut antara lain: usia, latarbelakang dan
social ekonomi, pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan makanan, pendidikan dan
2. Mutu Pelayanan
sebagai persepsi konsumen terhadap keunggulan dari suatu pelayanan, maka untuk
mengevaluasi kualitas pelayanan salah satu kriterianya adalah apakah kualitas pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan persepsi konsumen maka dapat dikatakan
bahwa pelayanan tersebut berkualitas, demikian pula sebaliknya. Selain itu, Parasuraman
dan Berry menemukan bahwa tingkat kualitas layanan yang baik, tercapai bila penyedia jasa
mampu memenuhi bahkan melebihi apa yang menjadi harapan dari konsumen. Maka
dirasakan oleh konsumen adalah seberapa besar perbedaan antara harapan atau keinginan
tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Ada dua factor utama yang mempengaruhi
3. Harga
Menurut Swastha (2002:211) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya. Penentuan harga ini merupakan salah satu keputusan yang penting bagi
menajamen. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau bahkan lebih
dari itu yaitu untuk mendapatkan jasa. Tetapi jika harga ditentukan terlalu tinggi akan
berakibat kurang menguntungkan. Dalam hal ini pembeli akan berkurang, volume penjualan
berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhirnya perusahaan bisa menderita
rugi. Salah satu prinsip bagi manajemen dalam penentuan harga ini adalah menitikberatkan
pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk
Dalam kenyataan menurut Swastha dan Sukotjo (2002:211-215), tingkat harga yang
1. Keadaan perekonomian
Keadaan perekonomian akan sangat berpengaruh pada tingkat harga yang berlaku,
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga
tertentu. Penawaran adalah kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang
4. Persaingan
telah ditetapkan. Selain itu, untuk beberapa kasus, penjual dapat menaikan atau
5. Biaya
6. Tujuan perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan
dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan
- Laba maksimum
- Penguasaan pasar
7. Pengawasan pemerintah
dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas
barang dan jasa. Adapun menurut Basu Swasta (2005:8): penjualan didefinisikan sebagai
ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain
Berdasarkan definisi diatas, bahwa penjualan hanyalah pemindahan barang atas jasa
dari penjual kepada pembeli untuk sejumlah uang yang disebut harga dan pembeli, penjualan
ini tidak terlibat dalam pembuatan produk. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan,
besar penjualan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Menurut oleh Freddy Rangkuti (2009 : 207) volume penjualan adalah: pencapaian
yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume
penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan
adalah jumlah unit yang terjual dari unit produksi suatu pemindahan dari pihak produsen ke
hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan utama yaitu mendapatkan laba
untuk jangka waktu yang lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat
dilaksanakan seperti yang telah direncanakan oleh perusahaan. Terdapat beberapa indikator
dari volume penjualan yang dikutip dari Philip Kotler oleh Basu Swastha (2005 : 404) yaitu :
2. Mendapatkan laba
Pada umumnya dalam kegiatan penjualan suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh
adalah:
- kondisi perekonomian
4. Komunikasi regulasi
5. Packaging
6. Pengiriman (ekspedisi)
Tata cara pengiriman harus baik, kondisi barang harus tetap utuh dan tepat waktu
Perusahaan secara rutin harus melakukan evaluasi untuk melihat kembali apakah
pelaksanaan kegiatan penjualan telah sesuai dengan rencana, sebagai tolak ukur
personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan
kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kedua, kinerja
gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik yang menyangkut
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal dan likuiditas perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yang tergambar
dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi para pemakai laporan keuangan
tersebut.
Menurut Jumingan (2006:242) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat
analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu:
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan Kinerja keuangan sebagai prestasi
organisasi atau perusahaan yang dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat,
baik dari segi pengelolaan, pergerakan maupun tujuannya. Kinerja keuangan perusahaan yang
tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi para pemakai laporan
keuangan tersebut.
Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada ruang lingkup yang
dijalankannya. Perusahaan yang bergerak pada sektor bisnis berbeda dengan perusahaan pada
sektor pertanian dan perikanan. Begitu juga pada perusahaan sektor keuangan seperti
perbankan memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan bisnis yang lainya. karena
perbankan adalah mediasi yang menghubungan mereka yang memiliki kelebihan dana
dengan yang memiliki kekurangan dana dan bank bertugas untuk menjembatani keduanya.
Menurut Irham Fahmi (2011:238) Secara umum ada lima 5 tahap dalam menganalisis
a Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review ini dilakukan dengan tujuan agar
laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang
berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
b Melakukan perhitungan . Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan
kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
c Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil
perhitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil
perhitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan
untuk melakukan perbandingan ini ada 2 yaitu:
1 Time series Analysis yaitu membandingkan antar waktu atau antar periode, dengan
tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.
2 Cross sectional approach yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-
rasio yang telah dilakukan antar satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang
lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan.
d. Melakukan penafsiran (Interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahan adalah setelah dilakukan ketiga
tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan
dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan tersebut
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang di
hadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang
menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.
Menurut Indra Bastian (2006:275) bahwa tujuan atau manfaat dari pengukuran
kinerja adalah bahwa: Manfaat atau tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian
kinerja.
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan
skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah
dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki
kinerja organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi perusahaan.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
9. Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan.
10. Menungkap masalah yang terjadi.
nagi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai
kegiatan yang telah dilakukan perusahaan, untuk menentukan atau mengukur tingkat efisiensi
tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan yang dicapai
perusahaan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap tiap bagian individu yang
telah diberikan wewenang dan tangung jawab, serta untuk menentukan perlu atau tidaknya
digunakan atau diberlakukan prosedur baru untk mencapai hasil yang lebih baik .
suatu tenik analisis rasio menurut Kasmir (2008:195) yaitu: Suatu metode analisis untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return
On Asset (ROA) merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelolah
seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin rendah
(kecil) rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan
Menurut Kasmir (2008, hal 204) bahwa hasil pengembalian ekuitas atau return on
equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri .. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik
yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi
bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena
mana kebutuhan keungan perusahaan dibelanjai dengan dan pinjaman. rasio ini
membandingkan seberapa besar total hutangnya yang akan dijamin oleh total aktivanya.
Dimana hal ini akan dijadikan acuan oleh investor maupun kreditor dalam menanamkan
modalnya di dalam sebuah perusahaan yang mereka anggap memiliki kinerja keuangan yang
baik
perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
04/MBU/2011 tentang Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara
disebutkan bahwa perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin
terbuka perlu dilandasi dengan sarana dan sistem penilaian kerja yang dapat mendorong
perusahaan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing. Dan adapun indikator yang
digunakan dalam mengukur tingkat kesehatan badan usaha milik negara yaitu :
1Return On Assets
Laba Sebelum Pajak
ROA = X 100%
Total Aset
2 Return On Equity
Laba Setelah Pajak
ROE = X 100%
Ekuitas
3 Solvabilitas
Total Asset
= X 100%
Total Kewajiban
4 Likuiditas
Aset Lancar
= X 100%
Hutang Lancar
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu menganalisis
laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai metode yang sama yaitu untuk
membuat agar data lebih mudah dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pembuat
Alat
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Analisis
Customer The most important 1. Mutu Produk Ordinal Kuisioner
Value success factor for a 2. Mutu Layanan
(Variabel X1) firm is the ability to 3. Harga
Naumann deliver better
(1995:17) customer value than
the competition. The
customer value triad
consists of only three
things: product
quality, service
quality and value-
based prices
Volume Volume penjualan Unit suatu produk yang terjual Rasio Laporan
Penjualan adalah pencapaian pada periode tertentu Penjualan
(Variabel X2) yang dinyatakan
Freddy secara kuantitatif dari
Rangkuti segi fisik atau volume
(2009 : 207) atau unit suatu
produk.