Document 1
Document 1
PENDAHULUAN
1
Paparan-paparan di atas menunjukkan pentingnya perawatan payudara
selama masa kehamilan dan menyusui. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Aik Darek didapatkan jumlah cakupan ASI eksklusif sebanyak 35,96 % di
wilayah kerja Puskesmas Aik Darek. Dari kenyataan tersebut, penulis akan
menyusun laporan dengan judul Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn. M
dengan Ibu Menyusui yang Tidak Pernah Melakukan Perawatan Payudara di Dusun
Cempaka Putih Kecamatan Batukliang( SESUAIKAN DENGAN JUDUL) untuk
mengetahui pengaruh perawatan payudara terhadap keberhasilan menyusui dengan
memberikan asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif.
2
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian terhadap kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan komunitas dan mengetahui
bagaimana kemampuan mahasiswa dalam bermasyarakat dan bersosialisasi dengan
lingkungan.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat setempat dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersih dan
sehat sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mahasiswa dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan komunitas yang telah diberikan dan diterapkan di
masyarakat. Mahasiswa dapat dengan mudah menilai kekuragannya dan dijadikan
sarana untuk menambah keterampilan praktek.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas di dasarkan pada 4 konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan, kesehatan dan
pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma
sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani
dkk, 2009).
Bidan di komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada
keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu. (Yulifa, 2011).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala
aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan
kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang
dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di
dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Syafrudin, 2009)
5
Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga sedarah
istri
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan
Keluaarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Karwati (2011), ciri-ciri keluarga antara lain yaitu:
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah/atap
Menurut Karwati (2011), ciri-ciri keluarga Indonesia antara lain yaitu:
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan keluarga sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
4. Bentuk-bentuk keluarga
Menurut Karwati (2011), bentuk keluarga antara lain:
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
b. Keluarga besar (exstended family)
6
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya: nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya
c. Keluarga berantai (serial family)
Keluarga berantai adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
d. Keluarga duda/ janda (single family)
Keluarga duda/janda adalah keluaga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
5. Fungsi-fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut friedmen (2010) sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi
6. Tugas Keluarga
Menurut Karwati (2011), tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai
berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannyamasing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyrakat yang lebih luas
7
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
(TAMBAHKAN TEORI TERKAIT TIPE KELUARGA DAN TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGA)
2.2 KONSEP DASAR TEHNIK MENYUSUI
1. Teknik Menyusui yang Benar
a. Pengertian
Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan
ibu dan bayi (Anggraini, 2010).
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi,
mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat
terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (Varney, 2004).
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Handayani, 2011)
Kebanyakan putting nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai kalangan payudara. Bila bayi
menyusu hanya pada putting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit
karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada
ibunya akan terjadi nyeri pada putting susunya (Handayani, dkk, 2011)
b. Pembentukan Air Susu
Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu (Anggraini, 2009), antara lain :
1) Reflek Prolaktin
Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi
korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun
berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola akan
merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan
ini dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut
merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
8
prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat susu.
2) Reflek Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise
anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses
involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang
kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
c. Mekanisme Menyusui
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui dibutuhkan 3
reflek intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain:
a) Reflek mencari (Rooting Reflek)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi
sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu dan
kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.
b) Reflek Menghisap
Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara
sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal
ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola
yang besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya
menekan puting susu saja karena dapat menimbulkan puting susu
lecet.
c) Reflek Menelan
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran
air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke
lambung.
d. Posisi yang Benar dalam menyusui
9
Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi menyusui
(Sulistyowati, 2009), antara lain:
1) Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada
ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus
diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak
tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi
oleh orang lain ketika menyusui.
2) Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (90 0) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas
tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
10
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satu di depan
d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya
saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
b) Menyentuh sisi mulut bayi
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi
a) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi,
susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak dibawah areola
b) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi.
6) Melepas isapan bayi
Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi:
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau,
b) Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir)
11
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya
9) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
Gambar 3. Langkah menyusui
12
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan, atau
sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi
akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola
tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Suradi, 2011).
13
kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin
dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi
ibu.Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui:
1) Putting susu lecet
Penyebabnya:
a) Kesalahan dalam tehnik menyusui
b) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk
mencuci puting susu.
c) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati.
2) Payudara bengkak
Penyebabnya:
Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan. Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga
dan keempat.
3) Saluran susu tersumbat ( obstuvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus lakteferus,
dengan penyebabnya adalah:
a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
b) Pemakaian BH yang terlalu ketat
c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan
4) Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh :
a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
b) Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak.
c) BH yang terlalu ketat.
d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah
terinfeksi.
5) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini
dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak
merah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.
6) Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar)
Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan
perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika hanya
14
salah satu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di
putting yang lainnya. Jika putting masih tidak biasa diatasi maka
untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa
kemudian dapat diberikan dengan sendok atau pipet. Laktasi
terjadi di bawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama
hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini
dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu.
c. Tujuan Perawatan Payudara
a) Memelihara hygene payudara
b) Melenturkan dan menguatkan puting susu
c) Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk
kebutuhan bayi
d) Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir
bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik
e) Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan
lecet
sewaktu dihisap oleh bayi
f) Melancarkan aliran ASI
g) Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat
dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya (Depkes
RI, 2005).
15
hasil obserfasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan
lingkungannya.
Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data ini adalah
pengumplan data tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data
keluarga sebagai sasaran pemeriksaan.
1) Data Desa
Data desa meliputi:
a. Wilayah desa (Luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas
kesehatan pemeriksaan).
b. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga, mata
pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).
c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan ibu, anak
dan balita).
d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban
keluarga, pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan
kondisi tinja).
e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari
lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang
dimiliki masyarakat).
2) Data keluarga
a. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan balita.
b. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan, pembuangan
sampah dan kotoran).
2. Analisa dan Perumusan Masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan ditetapkan
masalah kesehatan lingkungan di komuniti.
a. Analisis
Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari
kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah,
melalui proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan antara
penyakit atau kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial
budaya (perilaku). Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang
berpengaruh terhadap kesehatan
b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisi.
Dalam rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya
serta masalah potensial.
16
3. Perencanaan
Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta
penyebannya, maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan. Tindakan
dilakukan berdasarkan rencana yang disusun:
Rencana untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan di komunitas
dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk
pencapaian tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran, maka disusun rencana
pelaksanaan.
4. Pelaksanaa
Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor perkembangan
dan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan kemungkinan penetapan
tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan modifikasi
dan juga menyebabkan perubahan dalam melaksanakan tindakan dan evaluasi.
Di dalam pelaksanaan mencakup:
1) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
2) Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang diberikan pada
keluarga.
Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan kriteria
keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana evaluasi tercakup:
1) Tingkat kesehatan lingkungan
2) Frekuensi penyuluhan
3) Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian
dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Bila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji
kembali penyebabnya. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka
identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah
lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
17
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn.M DENGAN
IBU MENYUSUI YANG KURANGMENGETAHUI TEHNIK MENYUSUI
YANG BENAR DI DUSUN CEMPAKA PUTIH, KEC.BATUKLIANG
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
(LIHAT DI COVER )
I. PENGKAJIAN
A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA
1) Struktur Keluarga
Nama kepala keluarga : Mawardi
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak/Indonesia
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Pedagang
Pendapatan : Rp. 900.000/bulan
Alamat : Cempaka Putih
Daftar anggota keluarga :
18
Tipe keluarga : Keluarga Inti
Genogram :
Pasien
19
keluarga
1. Mawardi Tidur malam 7 jam sehari, tidak tidur siang
2. Fatimah Tidur malam 6 jam sehari, tidur siang 1 jam
3. M. Ramdani Tidur malam 8 jam sehari, tidur siang 1 jam
4. Ardi Saputra Tidur malam 9 jam sehari, tidur siang 2 jam
b) BAB
No Nama Tempat Frekuensi waktu Ket
20
pakaian 3x sehari
TOILET
3. Pengaturan perabotan rumah tangga teratur : Teratur
4. Perabot rumah : Ibu memasak dengan
kompor, tempat penyimpanan peralatan dapur di rak piring dan dapur dalam
keadaan bersih.
5. Sampah : Ada, disimpan di plastic
(APAKAH TIDAK ADA TEMPAT SAMPAH SELAIN PLASTIK ? DAN
KAPAN SAMPAH DI PLASTIK AKAN DIBUANG? KEMANA? DAN
JARAK DARI RUMAH BERAPA METER ? )
6. Sumber air minum : Air sumur
7. Penampungan air minum : Ember
8. Tempat penampungan tinja : Sapit tank
9. Pembuangan air limbah : Sawah
10. Kandang ternak : Tidak ada
11. Halaman : Ada
12. Kamar mandi : Ada, milik sendiri
21
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. DATA SUBYEKTIF
a) Riwayat kesehatan keluarga
b) Kebiasaan memeriksakan diri :
Waktu : Waktu sakit
Tempat : Puskesmas
Alasan : Percaya dan murah
c) Riwayat Kesehatan Psikososial dan Spiritual
1) Memenuhi kebutuhan jiwa : Ada pemenuhan kebutuhan rasa
aman
2) Pemenuhan status sosial : keluarga memiliki perasaan dikasihi
dan tidak ada perasaan ingin dibenci atau diasingkan
3) Riwayat kesehatan mental keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang
pernah dirawat di rumah sakit jiwa
4) Gangguan mental pada anggota keluarga : tidak ada anggota keluarga
yang merasa gagal, kecewa, tertekan, maupun sering bertengkar
5) Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol : Tidak ada
anggota keluarga yang agresif, ekstrim, peminum alkohol, suka
menyendiri, mencuri ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang
6) Riwayat Spiritual
No Nama Kegiatan menjalankan ibadah Keterangan
.
22
Teratur/tidak : Teratur
Dismenorhoe : Tidak ada
Jumlah : 25 cc
Konsistensi : Lembek
Flour albus : Tidak ada
b) Usaha sehat atau JPKM : Tidak ada
c) Usaha pemeliharaan kesehatan : Baik
d) Keadaan kesehatan keluarga saat kunjungan
No. Nama Umur JK Keadaan saat Perawatan
kunjungan
23
i G
1 2 3 1 2 3 1 2 3 4
1.
4. KMS
a) Kepemilikan KMS : Memiliki
b) Penimbangan bayi : 2 kali
c) Tempat penimbangan : Posyandu
5. Makanan yang diberikan kepada bayi
a) Status pemberian ASI : ASI murni
b) Waktu pemberian PASI : Setiap 2 jam sekali/rutin
c) Jenis makanan PASI : Tidak ada
6. Kesan terhadap bayi pada saat pendataan
Status gizi : Baik
DATA OBJEKTIF
a) Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg S : 36,6 0C
N : 82 x/menit Rr : 21 x/menit
Kepala :Rambut hitam, panjang, dan tidak rontok.
Muka : Bersih, tidak pucat, tidak ada nyeri tekan
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih bersih.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembap, tidak stomatitis
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limpe, dan
vena jugularis
Dada (mammae): Membesar, keluar ASI, areola hiperpigmentasi, putting
menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada striae
Genetalia : Tidak dilakukan
Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedema, gerakan normal
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedema, gerakan normal
II. ANALSA DATA
24
a. Menentukan masalah keluarga
No Data Dasar Masalah yang muncul
.
1. Ds :
1. Ibu mengatakan tidak tahu 1. Bayi menyusu dalam posisi yang
manfaat tehnik menyusui salah
2. yang benar
2. Payudara ibu tidak terawat
2. Ibu mengatakan tidak pernah
melakukan perawatan
payudara
III. PERENCANAAN
Tanggal 25, November2016
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Lakukan konseling pada ibu manfaat tehnik menyusui yang benar
3. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
4. Ajarkan ibu cara merawat payudara
IV. PELAKSANAAN
Tanggal 25, November 2016
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, TD: 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu
36,6 0C, respirasi21 x/menit, ada pengeluaran ASI, putting susu menonjol keluar,
hiperpigmentasi pada areola.
2. Melakukan konseling pada ibu manfaat tehnik menyusui yang benar yaitu bayi
tampak tenang dan bayi bisa menyusu dengan kuat, putting susu ibu tidak lecet.
3. Mengjarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu ibu harus berada dalam posisi
yang nyaman, lengan ibu memegang kepala dan badan bayi yang berada dalam
satu garis lurus, ibu jari memegang payudara dari atas sedangkan jari yang lain
menyangga payudara dari bawah. Antara perut ibu dan perut bayi menempel.
Semua bagian yang hitam (areola) masuk ke dalam mulut bayi. Kemudian untuk
melepas hisapan bayi ibu bias menarik dagu bayi ke bawah, lalu sendawakan
bayi dengan menepuk punggung bayi secara perlahan.
25
4. Mengajarkan ibu cara merawat payudara yaitu dengan melakukan pemijatan
ringan dan gerakan melingkar pada payudara ibu, dengan menggunakan minyak
baby oil dan air hangat serta air dingin.
V. EVALUASI
Tanggal 25,November 2016
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksannya
2. Ibu mengetahui manfaat tehnik menyusui yang benar
3. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar
4. Ibu mengerti cara melakukan perawatan payudara
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan mengenai isi laporan asuhan
kebidanan komunitas pada keluarga Tn. M dengan ibu menyusui yang kurang
mengetahui tehnik menyusui yang benar di dusun Cempaka Putih, kecamatan
Batukliang kabupaten Lombok Tengah pada tanggal 17 November 2016. Keluarga
Tn.M jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang, dengan jenis rumah permanen dan
terdapat tempat pembuangan sampah dan pembuangan air limbah. Pekerjaan Tn. M
adalah sebagai pedagang dengan penghasilan sebanyak Rp. 900.000 per bulan. Pada
pembahasan ini akan dinilai ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek yang
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus ini telah
didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan sedang menyusui anak keduanaya yang
sampai saat ini ibu kurang mengetahui tehnik menyusui yang benar dan tidak
mengetahui manfaatnya, ibu juga mengatakan tidak pernah melakukan perawatan
payudara selama ini.. Data objektif yaitu kedaan umum ibu baik, tekanan darah 110/70
mmHg, suhu: 36,6 C, nadi 82x/menit, pernafasan 21 x/menit. Menurut teori
Pada langkah kedua yaitu analisa data, pada langkah ini telah ditentukan masalah
keluarga yang ada yaitu ibu tidak mengetahui tehnik menyusui yang benar dan ibu tidak
pernah melakukan perawatan payudara selama ini. Sehingga masalah yang muncul yaitu
ibu menyusui bayi dalam posisi yang salah dan payudara ibu tidak terawat.
26
Perencanaan asuhan yang akan diberikan pada ibu yaitu menjelaskan pada ibu
hasil pemeriksaannya, lakukan konseling manfaat tehnik menyusui yang benar, ajarkan
pada ibu tehnik menyusui yang benar dan ajarkan ibu cara melakukan perawatan
payudara.Semua perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah pada keluarga Tn. M sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktek.
Pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya telah
terlaksana dengan baik dari pelaksanaan asuhan yang pertama hingga terakhir. Dalam
pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena pelaksanaan
telah sesuai dengan teori yang ada.
Langkah terakhir yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan yang telah
dilakukan yaitu semua rencana telah terlaksana dengan baik dan efisien. Ibu telah
mengetahui hasil pemeriksaannya, ibu mengerti tentang manfaat tehnik menyusui yang
benar, ibu mengerti dan bisa mempraktekkan tehnik menyusui yang benar, ibu mengerti
cara merawat payudara. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktek karena hasil evaluasi telah sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan
pada keluarga Tn. M.
27
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, yang merupakan
rangkuman dari keseluruhan kegiatan Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga
Tn. M dengan ibu menyusui yang kurang pengetahuan tentang tehnik menyusui di
dusun Cempaka Putih Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah tanggal
17 November 2016 didapatkan :
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subyektif dan data
obyektif pada keluarga Tn. M dengan ibu menyusui yang kurang mengetahui
tentang tehnik menyusui di dusun Cempaka Putih.
2. Mahasiswa telah mampu melakukan analisa masalah pada keluarga Tn. M
dengan ibu menyusui yang kurang mengetahui tentang tehnik menyusui di
dusun Cempaka Putih.
3. Mahasiswa telah mampu menetapkan perencanaan pada keluarga Tn. M
dengan ibu menyusui yang kurang mengetahui tentang tehnik menyusui di
dusun Cempaka Putih.
4. Mahasiswa telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah ditetapkan pada
keluarga Tn. M dengan ibu menyusui yang kurang mengetahui tentang tehnik
menyusui di dusun Cempaka Putih.
5. Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi pada keluarga Tn. M dengan
ibu menyusui yang kurang mengetahui tentang tehnik menyusui di dusun
Cempaka Putih.
V.2 Saran
1. Bagi Pendidikan
Semoga hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mahasiswa dalam
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan dijadikan sebagai acuan untuk
mahasiswa praktek beikutnya.
2. Bagi Masyarakat
28
Semoga hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup yang sehat
dan jauh lebih baik.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa diharapkan agar hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk praktek berikutnya agar lebih baik khususnya dalam lingkungan
komunitas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Karwati, Dewi, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Trans Info Media
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Yulifa, Rita. (2010). Komunikasi Dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
30