Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibadah yang paling sesuai adalah shalat. Karena shalat adalah tiang
agama dan merupakan perbuatan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT
kelak. Secara maquli (pandangan akal). Statemen itu dapat dibenarkan, sebab
aktifitas shalat mencerminkan kepribadian secara kafah.1
Shalat merupakan salah satu sendi ajaran Islam yang sering disebut
dalam Al-Quran dan Al Hadist. Hal ini menunjukkan bahwa betapa penting arti
ibadah shalat sebagai media untuk mewujudkan hubungan yang selaras antara
manusia dengan Allah dan manusia dengan mahlaq yang lainnya.
Shalat berjamaah merupakan suatu tindakan ibadah shalat yang
dikerjakan bersama-sama, dimana salah seorang di antaranya sebagai imam dan
yang lainnya sebagai makmum.2 Orang yang berupaya melaksanakan shalat
secara berjamaah biasanya terdorong beberapa hal : Pertama, adanya unsur
kesamaan, yakni kesamaan sebagai hamba Allah yang beribadah kepada sang
Kholiq, kesamaan keinginan seperti ingin mendapatkan pahala yang lebih banyak,
keinginan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan sebagainya.
Kedua, adanya unsur kebersamaan, yakni dalam pelaksanaan shalat berjamaah
mempunyai nilai sosial atau kebersamaan.3 Ketiga, adanya unsur persaudaraan,
yakni persaudaraan antara sesama muslim yang beriman. Disebutkan dalam
firman Allah :

1
Muhaimin, dkk, Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 261.
2
M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 318.
3
Sentot Haryanto, Psikologis Shalat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002), hlm. 132.

1
Artinya :
Sesungguhnya oramg-orang mukmin adalah bersaudara . (QS. Al
Hujarat : 10).4

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sesungguhnya orang-


orang mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-
orang seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama yang
kekal dalam surga.

Oleh karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka


Allah menganjurkan agar terus diusahakan perdamaian diantara saudara-saudara
seagama seperti perdamaian diantara saudara-saudara yang seketurunan, dan
supaya mereka tetap memelihara ketaqwaan kepada Allah dengan cara saling
mengenanl, kerjasama, gotong-royong, saling membantu, dan tolong menolong
dalam hal kebaikan demi kepentingan umum.

Dalam uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk mengadakan


penelitian dengan judul Pengaruh intensitas shalat berjamaah terhadap perilaku
sosial keagamaan siswa MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal tahun
pelajaran 2004 2005.

B. Alasan Pemilihan Judul


Alasan yang mendukung penulis memilih judul tersebut di atas adalah
sebagai berikut :

1. Penulis mengetahui bahwa siswa MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal


memiliki potensi sosial keagamaan yang cukup tinggi sehingga perlu
pembiasaan terhadap potensi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

4
H.A. Soenarjo, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
PEntafsir Al Quran, 1971), hlm. 846

2
2. Untuk mengetahui pengaruh intensitas shalat berjamaah terhadap perilaku
keagamaan siswa MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal.

3. Shalat berjamaah merupakan suatu tindakan ibadah dimana tersirat


didalamnya nilai-nilai keimanan dan sosial. Demikian pula shalat dapat
membentuk kepribadian seorang muslim untuk menjadi lebih baik serta dapat
menghindarkannya dari tindakan-tindakan yang dilarang agama. Maka dari itu
apakah intensitas shalat berjamaah berpengaruh terhadap perilaku sosial
keagamaan siswa MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal.

C. Pembatasan Istilah dan Masalah


Untuk menghindari adanya kesalahpahaman pengertian dari judul di atas,
maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Kata pengaruh menurut WJS. Purwadarminta berarti daya yang ada
atau yang timbul dari sesuatu baik orang, benda dan sebagainya.5 Pengertian
lain tentang pengaruh yakni daya yang ada atau timbul dari sesuatu baik orang
atau benda yang membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.6

2. Intensitas shalat berjamaah


Kata intensitas adalah kekuatan, kehebatan.7 Berarti pula kebuloatan
tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha.8
Kata shalat secara lughat berarti doa, sedangkan menurut istilah
syara ialah ibadah yang terdiri dari beberapa perbuatan dan perkataan tertentu
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut cara-cara yang
telah ditentukan oleh syara.9

5
WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm. 731.
6
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdikbud, Balai Pustaka, 1997), hlm. 747.
7
Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia, Kontemporer,(Jakarta: Inglish Press, 1991), hlm. 573.
8
MK. Abdul Qohar, Kamus Istilah Populer, (Surabaya: Bintang Pelajar, 1982).
9
M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 313.

3
Berjamaah berasal dari kata dasar jama yang berarti kata yang
menyatakan lebih dari satu.10 Berjamaah artinya bertindak atau berupaya
untuk menjadi lebih dari satu.
Shalat jamaah ialah shalat yang dikerjakan bersama-sama, salah
seorang di antaranya menjadi imam dan yang lainnya sebagai makmum.11
Dengan demikian shalat berjamaah artinya shalat yang dilakukan oleh imam
dan makmum secara bersama-sama.
Tetapi yang dimaksud pelaksanaan sholat berjamaah disini adalah salah
satu usaha pihak sekolah dalam membimbing siswa agar mereka dapat
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan shalat berjamaah
tersebut dalam kehidupan sehari-hari terutama di sekolah.

3. Perilaku sosial keagamaan


Perilaku biasanya disamakan dengan istilah sikap (attitude) yang artinya
perbuatan yang berdasar pendirian.12 Sedangkan sosial artinya suka
memperhatikan kepentingan umum.13 Dan keagamaan berarti sifat-sifat yang
terdapat dalam agama.14

4. Siswa madrasah ibtidaiyah


Adalah sekelompok anak yang berusia kurang lebih antara 7 sampai 12
tahun yang mengikuti proses pembelajaran pada jenjang pendidikan tingkat
dasar di bawah naungan Departemen Agama.
Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan judul di muka ialah suatu
penelitian sejauh mana pengaruh pelaksanaan shalat berjamaah terhadap
perilaku sosial keagamaan MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal tahun
pelajaran 2004 2005.

10
MB. Ali dan T. Deli, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung : Citra Umbara, 1997), hlm. 289.
11
M. Abdul Mujib, Op. Cit, hlm. 318.
12
WJS. Porwadarminta, Loc. Cit, hlm. 994.
13
Ibid, hlm. 96.
14
Ibid, hlm. 19.

4
D. Permasalahan
Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah tingkat intensitas shalat berjamaah yang dilakukan siswa?
2. Bagaimanakah perilaku sosial keagamaan siswa?
3. Apakah intensitas shalat berjamaah berpengaruh terhadap perilaku sosial
keagamaan siswa MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab. Kendal?

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang ada tidaknya pengaruh intensitas shalat berjamaah terhadap perilaku
sosial keagamaan siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan
manfaat secara praktis maupun secara teoritis, yakni :

1. Secara praktis, apabila ada pengaruh, hal ini berarti bagi guru agama
khususnya dapat memperoleh pemahaman tentang intensitas shalat berjamaah,
yang ternyata memiliki pengaruh positif terhadap perilaku sosial keagamaan
siswa.
2. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya hasanah dunia
pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.

F. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, bahwa dalam pembahasan skripsi ini
banyak orang yang meneliti tentang pelaksanaan shalat berjamaah yang berkaitan
dengan kedisiplinan dan prestasi. Tetapi dalam skripsi ini penulis meneliti
intensitas shalat berjamaah pengaruhnya terhadap perilaku sosial keagamaan, di
antara kajian yang membahas tentang hal ini, sebagai berikut :
Menurut Hasbi Ash Shiddiqy dalam bukunya Pedoman Shalat
menyatakan bahwa hakikat shalat ialah melahirkan hajat dan kepercayaan kita

5
kepada Allah yang kita sembah, dengan perkataan dan pekerjaan, atau dengan
kedua-duanya. Lantaran demikian dikatakanlah bahwa shalat itu adalah doa.15
Sayyid Sabiq mengatakan dalam bukunya Fiqih Sunnah Jilid I bahwa
shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh
ibadat manapun, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali
dengan itu.16
Dalam buku Islam suatu Kepastian, Mahmudah Abdalati mengatakan
shalat berfungsi sebagai suatu pelajaran untuk meningkatkan disiplin dan
penguasaan diri, dan untuk memantapkan ingatan secara terus menerus kepada
Allah dan kepada rahmat serta karunia yang dilimpahkan-Nya.17
Ashadi Falih dan Cahyo Yusuf dalam bukunya yang berjudul Ahlak
Membentuk Pribadi Muslim, mengatakan bahwa shalat merupakan sumber
tumbuhnya unsur-unsur pembentuk ahlak yang mulia.18
Sedangkan Sontot Haryanto dalam bukunya Psikologi Shalat,
mengatakan bahwa di samping mempunyai pahala yang besar, shalat berjamaah
ternyata mempunyai dimensi psikologis tersendiri, antara lain aspek demokratis,
rasa diperhatikan dan berarti, kebersamaan, tidak adanya jarak personal, dan
terapi lingkungan.19
Pada bahasan pembentukan perilaku menurut W.A. Gerungan dalam
bukunya yang berjudul Psikologis Sosial, dikatakan bahwa dalam upaya
pembentukan dan perubahan perilaku itu terdapat faktor-faktor intern dan faktor
ekstern pribadi individu yang memegang peranannya. Faktor intern adalah faktor
yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri, seperti selektifitas dalam
pengamatan senantiasa berlangsung karena tidak dapat individu manusia

15
Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1951), hlm. 63.
16
Sayyid Sabic, Fiqih Sunnah Jilid I,Terjemahan Mahyuddin Syaf, (Bandung : Al Maarif, 1973), hlm.
205.
17
Mahmudah Abdalati, Islam suatu Kepastian, (Media Dakwah), hlm. 129
18
Ashadi Falih dan Cahyo Yusuf, Ahlak Membentuk Pribadi Muslim, (Semarang : Aneka Ilmu), hlm.
27.
19
Sentot Haryanto, Psikologis Shalat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002), hlm. 116.

6
memperhatikan semua rangsangan yang datang dari lingkungannya dengan taraf
perhatian yang sama. Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat di luar pribadi
manusia yang bersangkutan.20
Hal senada juga dikatakan oleh Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologis
Sosial, yakni faktor intern dapat berupa selectivity atau daya pilih seseorang
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan
terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di
dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Sedangkan faktor
ekstern berupa interaksi sosial di luar kelompok.21
Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan dalam buku Pengantar Umum
Psikologi, bahwa proses pembentukan perilaku melalui empat macam cara yakni
Adopsi, Diferensial, Integrasi, Trauma. Adopsi merupakan peristiwa yang terjadi
secara berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap
ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Diferensial berkaitan
erat dengan intelegensi terjadi secara bertahap bermula dari pengalaman yang
tiba-tiba mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam jiwa seseorang
yang bersangkutan.22
Sedangkan menurut Bimo Walgito dalam Psikologi Sosial Suatu
Pengantar di kemukakan bahwa membentuk perilaku dapat dilakukan melalui
tiga cara yakni; pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku dengan pengertian atau insight, pembentukan perilaku
dengan menggunakan model.23

20
W.A. Gerungan, Psikologis Sosia, (Bandung : Eresco, 1986), hlm. 153.
21
Abu Ahmadi, Psikologis Sosial, (Jakarta : Rhineka Cipta, 1999), hlm. 171.
22
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologis, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), hlm. 105.
23
Bimo Walgito, Psikologi Sosial suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi, 2001), hlm. 18.

7
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penyusunan skripsi ini penulis kelompokkan menjadi lima bab,
yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan. Pada bab ini berisi latar belakang masalah,
alasan pemilihan judul, pembatasan istilah dan masalah, permasalahan, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, sistem penulisan skripsi.
Bab kedua, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis. Pada bab ini berisi
teori kajian penelitian dan pengajuan hipotesis.
Bab ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tujuan penelitian,
waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisi
deskripsi data hasil penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian.
Bab kelima, Penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan, saran, penutup.

Anda mungkin juga menyukai