Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KOASISTENSI BEDAH KASUS

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

GELOMBANG IX KELOMPOK P

HERNIA UMBILIKALIS PADA ANJING RAS CAMPURAN

Oleh :

Nyoman Anandiya Ramaditya

1209006004

KOASISTENSI KLINIK BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
Lembar Persetujuan Kasus

HERNIA UMBILIKALIS PADA ANJING RAS CAMPURAN

Dosen Pembimbing Kelompok Dosen Pembimbing Kasus

Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si drh. A.A. Gde Jayawarditha, M.Kes
NIP. 19661001 199403 1 001 NIP. 1960201 198702 1 002

Dosen Penguji Kasus

drh. I Gusti Agung Gde Putra Pemayun, M.P


NIP. 19570630 198710 1 001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan karunianya, sehingga laporan koasistensi bedah kasus yang berjudul Hernia
Umbilikalis Pada Anjing Ras Campuran ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas koasistensi bedah program
pendidikan profesi dokter hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
sampaikan kepada dosen pengajar yang telah memberikan banyak bimbingan dan
arahan kepada saya dalam penyusunan laporan ini. Tidak lupa saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan pada saya.
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari segi
materi, ilustrasi, contoh, maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan
kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Besar
harapan saya karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya
terutama bagi dunia kedokteran hewan di Indonesia.

Denpasar, 26 Januari 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman Muka .i
Lembar Persetujuan Kasus.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1. 3 Manfaat penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Hernia Umbilikalis...........................................................................3
2.2 Etiologi Hernia Umbilikalis...........................................................................4
2.3 Tanda Klinis...................................................................................................4
2.4 Diagnosis........................................................................................................4
2.5 Prognosis........................................................................................................5
2.6 Treatmen.........................................................................................................5
BAB III MATERI DAN METODE.........................................................................6
3.1 Materi.............................................................................................................6
3.2 Metode...........................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................9
4.1 Hasil...............................................................................................................9
4.2 Pembahasan..................................................................................................10
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................12
5.1 Simpulan......................................................................................................12
5.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................14

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang dijadikan hewan


peliharaan, hal ini dikarenakan anjing memiliki indra penciuman, pendengaran
dan pengelihatan yang sensitif serta merupakan hewan yang setia. Anjing
adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala
sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang
lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA.
Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa
dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, diajak bersosialiasi dengan
manusia dan anjing yang lain (Budiana, 2007).
Anjing juga rentan terkena penyakit dan gangguan abnormalitas pada
berbagai sistem yang ada ditubuhnya. Seperti sistem pencernaan, sistem
urogenital, sistem syaraf, sistem sirkulasi, sistem muskoloskeletal, dan sistem
repirasi, serta sistem integumentum. Salah satu contoh gangguan abnormalitas
pada sistem integumentum anjing yang memerlukan tindakan pembedahan
adalah hernia.
Hernia adalah suatu penonjolan organ visceral abdominal melalui suatu
lubang (gerbang) yang masuk ke dalam suatu kantong yang terdiri dari
peritoneum, tunica flava dan kulit. Penyebab hernia adalah kongenital dan
perolehan. Penyebab kongenital yaitu hernia yang terjadi sejak lahir.
Contohnya hernia umbilikalis yang disebabkan karena umbilikalis tidak
menutup sejak lahir. (Sudisma et al., 2006). Isi hernia yang mengalami kontak
langsung dengan kulit merangsang pembentukan adesi yang dapat mengganggu
pencernaan jika tidak diperbaiki pada waktu yang tepat (Monsang et al., 2014).

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari hernia umbilikalis.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa, penanganan pra
operasi, teknik operasi, dan pengobatan pascaoperasi pada kasus hernia
umbilikalis.

1. 3 Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan dan sebagai refrensi atau rujukan dalam


penulisan makalah tentang hernia umbilikalis.
2. Menambah keterampilan dalam penanganan kasus hernia umbilikalis
pada anjing.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hernia Umbilikalis


Hernia umbilikalis adalah suatu penonjolan organ visceral abdominal
pada daerah umbilical melalui suatu lubang (gerbang) yang masuk ke dalam
suatu kantong yang terdiri dari peritoneum, tunica flava dan kulit (Sudisma et
al., 2006). Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Jahromi et al.,
2009). Menurut kemungkinan reposisinya hernia dibagi menjadi dua yaitu
hernia reducible dan hernia irreducible. Hernia irreducible bias disebabkan
oleh beberapa faktor seperti, isi hernia besar sedangkan lubangnya kecil
(hernia incarcerate), isi hernia terjepit oleh lubang hernia (hernia
strangulata), dan hernia mengalami adesi dengan lubang hernia (hernia
adhesi) yang umumnya terjadi pada hernia umbilikalis. Sedangkan menurut
isinya hernia dibagi menjadi enam yaitu, hernia intercele (berisi usus), hernia
epiploicele (berisi omentum), hernia histerocele (berisi uterus), hernia

2
gastrocele (berisi lambung), hernia cystocele (berisi VU), dan hernia
mesenterocele (berisi mesentrium) (Sudisma et al., 2006).

Gambar 1. Hernia umbilikalis


(Sumber : Nath et al., 2016)

2.2 Etiologi Hernia Umbilikalis


Penyebab hernia adalah kongenital dan perolehan. Penyebab kongenital
yaitu hernia yang terjadi sejak lahir. Contohnya hernia umbilikalis yang
disebabkan karena umbilikalis tidak menutup sejak lahir. Penyebab perolehan
yaitu karena traumatik, berbagai penyakit infeksi dan proses peradangan otot
di perut (Sudisma et al., 2006). Sedangkan menurut Straw et al (2009)
menyatakan bahwa hernia umbilikalis adalah cacat anatomis di mana otot
otot di sekitar umbilikus terpisah sehingga bagian dari usus menonjol dari
rongga perut. Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa dinding perut
gagal menutup saat kelahiran, antara lain akibat cacat genetik, infeksi bakteri
dan kondisi lingkungan saat neonatal.

2.3 Tanda Klinis


Tanda atau gejala klinis yang dapat diamati jika anjing mengalami hernia
umbilikalis adalah pembengkakan pada daerah umbilikus (ukurannya kadang
berbeda dan tidak menyakitkan). Jika dipalpasi konsistensi terasa lunak, dan
dapat diketahui hernia tersebut dapat direposisi atau tidak. Isi hernia dapat

4
berupa omentum, usus, dan lain sebagainya. Biasanya tidak ada gejala klinis
umum yang ditemukan pada kasus hernia umbilikalis.

2.4 Diagnosis
Diagnosis pada kasus hernia umbilikalis didasarkan pada anamesis,
pemeriksaan klinis serta pemeriksaan penunjang seperti radiografi.
Pemeriksaan hewan dilakukan pada posisi rebah dorsal untuk mempalpasi
cincin hernia. Hewan dengan hernia akibat cacat bawaan, hernia reducible,
atau tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan strangulasi atau obstruksi
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan radiografi dengan bantuan
bahan kontras seperti BaSO4 (Karen dan Spencer, 2011).

2.5 Prognosis
Progonosis pada kasus hernia umbilikalis umumnya bersifat fausta.
Prognosis juga bergantung dengan kondisi pasien pasca operasi dan tingkat
keparahan dari hernia itu sendiri.

2.6 Treatmen
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus hernia umbilikalis adalah
dengan melakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan
menggunakan induksi anastesi umum (ketamin dan xilasin) yang
dikombinasikan dengan anastesi inhalasi sebagai pemeliharaan anastesi.
Tindakan pembedahan bertujuan untuk mengembalikan atau mereposisi isi
hernia kembali ke rongga abdomen.
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan
Hewan yang digunakan adalah anjing betina bernama Sarang
dengan jenis ras campuran. Anjing memiliki rambut berwarna coklat

5
dan hitam. Anjing (Sarang) berusia satu tahun empat bulan dengan
bobot badan 5,6 kg. Anjing didiagnosa mengalami hernia umbilikalis.
Pada bagian abdomen anjing tersebut terlihat penonjolan pada bagian
umbilikusnya. Anjing Sarang mengalami hernia umbilikalis akibat cacat
sejak lahir.
3.1.2 Alat
Alat yang digunakan adalah pisau bedah, , pinset anatomis, pinset
sirgurgis, needle holder, jarum bedah, towel clamp, allis forceps,
gunting (lurus tumpul dan lurus tajam), urine catheter, iv catheter,
endotracheal tube, stomach tube, infuse set, thermometer, stetoskop,
dan alat pecukur rambut.
3.1.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah benang assucryl 2.0, benang catgut
chromic 2.0, benang silk, tampon, alkohol 70%, NaCl 0,9%, cairan
antiseptik (iodine), plester, gloves, masker, dan penutup kepala.
Sedangkan obat-obatan yang digunakan adalah, atropin sulfat sebagai
premedikasi, ketamin HCl dan xilasin sebagai anastesi umum, isofluran
sebagai anastesi inhalasi, kombinasi penisilin-streptomisin dan
cefotaxim, ciprofloksasin, dan amoksisilin sebagai antibiotika.

7
3.2 Metode
3.2.1 Preoperasi
Persiapan yang dilakukan sebelum operasi meliputi perisapan alat
dan bahan dengan alat sterilisasi, serta obat-obatan yang akan
digunakan dalam operasi hernia umbilikalis. Persiapan ruang operasi
dipersiapkan agar bersih dan steril. Selanjutnya adalah persiapan pasien
yang akan dioperasi dengan pemeriksaan status fisik pasien.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu denyut jantung
132 kali per menit, pulsus 117 kali per menit, capillary refill time (CRT)
kurang dari dua detik, frekuensi respirasi 64 kali per menit, dan suhu
38,9 oC. Apabila diperlukan dapat melakukan pemeriksaan secara
radiografi sebagai penunjang diagnosa dari hernia umbilikalis.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, pasien yang akan di operasi
harus dipuasakan 8-12 jam sebelum operasi, selanjutnya rambut
disekitar daerah yang akan dioperasi dicukur terlebih dahulu. Setelah
persiapan selesai dilanjutkan dengan pemberian premedikasi dan
anastesi. Persiapan operator adalah persiapan terakhir dalam rangkaian
operasi hernia umbilikalis.

3.2.2 Operasi
Anjing ditidurkan dengan posisi rebah dorsal, selanjutnya
dilakukan insisi pada kulit searah dengan garis tubuh (horizontal), insisi
subkutan dan peritoneum (kantong hernia) sehingga terlihat isi hernia. Bila
hernia reducible, isi hernia langsung direposisi ke dalam rongga abdomen.
Bila hernia irreducible cincin hernia diperlebar dengan melakukan insisi
sampai hernia dapat direposisi. Pada hernia yang disertai adhesi, maka isi
harus dilepaskan adhesinya dengan preparasi. Setelah isi hernia direposisi,
selanjutnya dibuat luka baru (debridement) di pinggir lubang (cincin)
hernia (Sudisma et.al., 2006). Penjahitan luka dilakukan mulai dari
peritoneum dan muskulus dengan benang assucryl 2.0 secara terputus dan

8
subkutan dijahit dengan chromic catgut 2.0 secara menerus, serta kulit
dijahit dengan benang silk secara terputus.

3.2.3 Pascaoperasi
Perawatan pascaoperasi adalah dengan pemberian obat antibiotika
seperti cefotaxim, ciprofloksasin dan amoksisilin untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder setelah pelaksanaan operasi. Pemberian
ibuprofen sebagai obat anti inflamasi (anti peradangan) dan analgesik,
dapat membantu proses kesembuhan pasca operasi hernia umbilikalis
untuk anjing tersebut. Langkah selanjutnya adalah membatasi
pergerakan anjing tersebut dengan cara dikandangkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pascaoperasi Hernia Umbilikalis.

Hari
Hasil pengamatan Terapi Gambar
ke-
Anjing masih
Inj. Cefotaxime
lemas akibat
100mg 1,5 ml
pengaruh
Ibuprofen Syr 2x
1 anastesi
sehari 1,4 ml
Luka masih
Livron 1x sehari 1
merah dan
Tab
bengkak.
Nafsu makan
normal Ibuprofen Syr 2x
Anjing masih sehari 1,4 ml
merasakan sakit di Cipro 2x sehari
2-3
sekitar luka Tab
Luka sudah Livron 1x sehari 1
mengering dan Tab
sedikit bengkak

9
Anjing sudah aktif
Luka sudah mulai Amox Syr 3x
meyatu, tidak sehari 5 ml
4 bengkak, dan
Livron 1x sehari 1
mulai timbul rasa
Tab
gatal di sekitar
luka
Anjing masih
merasakan gatal di
Amox Syr 3x
sekitar luka
sehari 5 ml
5-6 Luka sudah
Livron 1x sehari 1
menyatu, benang
Tab
silk sudah lepas
dengan sendirinya
Luka sudah
menyatu dan
benang silk
sudah dapat Livron 1x sehari 1
7
dilepas Tab
semuanya
Rasa gatal
sudah hilang

Luka sudah Terapi sudah


8
menyatu dihentikan

4.2 Pembahasan
Menurut anamnesa dari pemilik, pada bagian umbilikal anjing (sarang)
terdapat benjolan atau penonjolan kecil sejak anjing masih kecil. Setelah
dilakukan pemeriksaan klinis dengan cara mempalpasi pada bagian benjolan,
benjolan terasa lunak. Pada saat benjolan dipalpasi juga dapat dirasakan
adanya lubang kecil seperti cincin pada bagian umbilikal anjing tersebut.
Berdasarkan anamnesa pemilik tersebut dapat didiagnosa bahwa anjing
bernama sarang mengalami hernia umbilikalis. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Jahromi et al., (2009) yang menyatakan bahwa hernia adalah

10
suatu penonjolan organ visceral abdominal melalui suatu lubang (gerbang)
yang masuk ke dalam suatu kantong yang terdiri dari peritoneum, tunica
flava dan kulit. Hernia terdiri atas cincin atau lubang, kantong dan isi hernia.
Straw et al., (2009) juga menyatakan bahwa hernia umbilikalis dapat terjadi
akibat dinding perut gagal menutup saat kelahiran, cacat genetik, infeksi
bakteri dan kondisi lingkungan saat neonatal.
Tindakan atau treatmen yang dilakukan adalah dengan melakukan
pembedahan pada daerah hernia umbilikalis. Pembedahan dilakukan dengan
menggunakan induksi anastesi umum (xilasin dan ketamin) dilanjutkan
dengan anastesi inhalasi (isofluran) sebagai pemeliharaan anastesi. Pada
kasus ini isi hernia adalah omentum (hernia epiploicele), dan isi hernia telah
mengalami perlekatan atau adesi dengan cincin hernia (hernia adhesi),
sehingga perlu dipreparasi agar isi hernia dapat direposisi kembali. Setelah
hernia direposisi dibuat luka baru pada cincin hernia. Selanjutnya peritoneum
dan muskulus dijahit dengan benang assucryl 2.0 secara terputus dan subkutan
dijahit dengan chromic catgut 2.0 secara menerus, serta kulit dijahit dengan
benang silk secara terputus.
Perawatan pasca operasi adalah dengan pemberian obat-obatan. Obat-
obat yang diberikan antara lain cefotaxim injeksi, ciprofloksasin tablet,
amoksisilin sirup, ibuprofen sirup, dan vitamin B komplek. Pemberian
antibiotika yang berspektrum luas seperti cefotaxim, ciprofloksasin dan
amoksisilin pasca operasi hernia, umumnya digunakan untuk menekan infeksi
bakteri sehingga tidak terjadinya infeksi sekunder (Daniel, 2015). Fungsi
pemberian ibuprofen adalah untuk mengurangi rasa sakit pasca operasi dan
mengurangi reaksi peradangan pada daerah luka sehingga tidak terjadi
pembengkakkan. Fajriani, (2008) menyatakan bahwa obat-obatan yang
termasuk golongan anti inflamasi non-sterid yang dikenal dengan AINS
seperti ibuprofen memiliki efek analgetika, anti piretika dan anti inflamasi.
Sedangkan pemberian vitamin B komplek sebagi terapi supportif berfungsi
untuk menambah nafsu makan, menambah daya tahan tubuh terhadap
penyakit, serta menambah kekuatan tubuh anjing tersebut pasca operasi

11
(Ganiswara, 2003). Perawatan terakhir adalah membatasi pergerakan anjing
tersebut dengan cara dikandangkan, sehingga proses kesembuhan luka dapat
berlangsung dengan baik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesimpulan dari penulisan ini adalah anjing bernama Sarang didiagnosa


mengalami hernia umbilikalis. Penanganan yang dilakukan adalah dengan
cara pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk mengembalikan atau
mereposisi isi hernia kembali ke rongga abdomen. Pada pengamatan hari ke-
delapan pasca operasi hernia umbilikalis, secara fisik dan klinis anjing
dinyatakan sehat.

5.2 Saran

Pemasangan gurita pada daerah umbilikal pascaoperasi dapat


membantu dalam proses kesembuhan luka.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiana, N.S. 2007. Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya

Daniel, D. S. 2015. Acute Incisional Hernias. Colorado State University. United


States

Fajriani. 2008. Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non Steroid ( Ains ) Pada
Anak. Indonesian Journal of Dentistry. Vol 15, No. 3: Hal 200-204.

Ganiswara, S G., 2003, Farmakologi dan Terapi Edisi keempat Bagian


Farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Jahromi, A. R., Nazhvani S. D., Gandmani, M. J., Mershad, S. 2009. Concurrent


bilateral inguinal and umbilical hernias in a bitch - a case report.
Veterinarski Arhiv. Vol 79, No. 5: Hal 517-552

Karen MT. and Spencer AJ. 2011. Veterinary Surgery: Small Animal. Saunders.
Canada.

Monsang SW, Saumen KP, Kumar M, Roy J. 2014. Surgical Management of Concurrent
Umbilical Hernia and Intestinal Fecolith in a white Yorkshire Piglet; Case Report.
Research Journal for Veterinary Practitioners 2(4): 67 69

Nath, S. K., Baran, A., Rahman, M. M., Alam, M. D. Umbilical Hernia in Calves
in Sylhet Region, Bangladesh. International Journal of Advanced
Multidisciplinary Research (IJAMR). Vol 3, No. 7: Hal 19-25

Straw B, Bates R, May G. 2009. Anatomical abnormalities in a group of finishing


pigs: prevalence and pig performance. J Swine Health Prod.17(1):2831.

Sudisma, I G. N., Putra Pemayun, I G. A. G., Jaya Wardhita, A. A. G. dan Gorda I


W. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Palawa
Sari. Denpasar

13
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Obat

Perhitungan Jumlah Pemberian Obat : dosis anjuran X Berat badan


Sediaan

A. Pre Operasi

Atropin sulfat:

Dosis Anjuran : 0,02-0,04 mg/Kg BB


Sediaan : 0,25 mg/ml
Jumlah pemberian Atropin :

mg
0.020.04 BB x 5,6 Kg
Kg
=0,440,89 ml(0,5 ml)
0.25

Xilasin :

Dosis Anjuran : 1-3 mg/ Kg BB


Sediaan : 20 mg/ml
mg
13 BB x 5,6 Kg
Jumlah pemberian Xilasin : Kg
=0,280,84 ml(0,4 ml)
20 mg/ml

Ketamin HCL :

Dosis Anjuran : 10- 15 mg/ KgBB


Sediaan : 100mg/ml
mg
1015 BB x 5,6 Kg
Jumlah pemberian Ketamin : Kg
=0,560,84 ml (0,6 ml)
100 mg/ml

14
15
B. Pasca Operasi
Cefotaxim Injeksi :

Dosis Anjuran : 20 - 40 mg/ KgBB


Sediaan : 100 mg/ml
Jumlah pemberian cefotaxim
mg
2040 BB x 5,6 Kg
: Kg
=1,122,24 ml (1,5 ml)
100 mg/ml

Ciprofloksasin Tablet :

Dosis Anjuran : 10 15 mg/ KgBB


Sediaan : 250 mg
Jumlah pemberian ciprofloksasin
:
mg
1015 BB x 5,6 Kg
Kg
=0,220,33tab(1/ 4 tab)
250 mg

Amoksisilin Syrup

Dosis Anjuran : 40-80 mg/ KgBB/ hari


Sediaan : 25 mg/ml
Jumlah pemberian Amoksisilin
:
mg
4080 BB x 5,6 Kg
Kg
=8,9617,92 ml (15 ml)
25 mg/ml

Ibuprofen Syrup

Dosis Anjuran : 5 mg/ KgBB


Sediaan : 20 mg/ml
mg
5 BB x 5,6 Kg
Jumlah pemberian Ibuprofen : Kg
=1,4 ml
20 mg/ml

Lampiran 2. Penulisan Resep Obat

R/ Ciprofloksasin 250 mg Tab No I


S. 2. d.d. Tab . p.c
#

16
R/ Yusimox Syr fl No I
S. 3. d.d. Cth I. p.c
#
R/ Ibuprofen Syr fl No I
S. 2. d.d. 1 cc. p.c
#
R/ Livron B Komplek Tab No V
S. 1. d.d. Tab 1. p.c
#
Lampiran 3. Dokumentasi

Hernia umbilikalis sebelum dioperasi Isi hernia yang berupa omentum

Proses preparasi akibat hernia adesi Cincin hernia

17
Kondisi luka setelah operasi Kondisi luka hari ke-8 pasca operasi

18

Anda mungkin juga menyukai