Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL

BLOK NEFROUROPOUTIKA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Ketua : Andika Nur Wijaya (1413010039)


Sekretaris : Yuanita Hasna Rahmadhani (1413010009)
Anggota : Bagus Susetio Wicaksono (1413010014)
Mufida Rizqiyani Husna (1413010016)
Alevia Miranti Purnomo (1413010022)
Githa Septaliani Suryana P (1413010026)
Ade Govinda Perdana (1413010035)
Arumita Puspa Hapsari (1413010038)
Ririn Pratiwi Nunsi (1413010040)
Dewandaru Istighfaris AB (1413010044)
Tutor : dr. Maria Ulfa.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

1
DAFTAR ISI

Halaman
KASUS SKENARIO ................................................................................ 3
BAB I. KLARIFIKASI ISTILAH ............................................................ 4
BAB II. IDENTIFIKASI MASALAH ..................................................... 5
BAB III. ANALISIS MASALAH ............................................................ 6
BAB IV. KERANGKA KONSEP ........................................................... 17
BAB V. SASARAN PEMBELAJARAN ................................................ 18
BAB VI. BERBAGI INFORMASI .......................................................... 19
BAB VII. PENUTUP .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 34

Kasus Skenario

2
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

BAB III
ANALISA MASALAH

3.1 Anatomi organ terkait

4
Sistem urinaria terdiri atas dua bagian yaitu upper tract (renal dan
ureter) dan lowe tract (vesica urinaria dan urethrae). Ginjal. Renal terdapat
pada rongga peritoneal, sebelah kanan dan kiri kolumna vertebralis di
kelilingi lemak dan jaringan ikat. Pada bagian atas terdapat kelenjar
suprarenal. Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri
karena ada terdesak oleh lobus hepar. Skeletopi dari renal yaitu dextra pada
vertebrae L2 - L4 dan sinistra pada vertebrae T12 L3.

(Casciato, 2004) (Shier, 2016).

5
Struktur dari renal antara lain : Hilus renalis, tingkat kecekungan tepi
medial ginjal sbg tempat struktur2 pembuluh darah, sistem limfatik, saraf,
ureter menuju & meninggalkan ginjal. Sinus renalis, rongga berisi lemak yg
membuka pd hilus, sebagai jalan masuk & keluar ureter, vena, dan arteri
renalis, saraf & limfatik. Pelvis renalis, perluasan ujung proksimal ureter.
Parenkim renalis, jaringan ginjal yg menyelubungi struktur ginjal. Terbagi
atas medula & korteks. Medula : terdiri dr massa trianguler yg disebut
piramida ginjal. Dan korteks : tersusun dr tubulus & pembuluh darah nefron
yg merupakan unit structural & fungsional ginjal (Drake, 2010).
Inervasi dari renal yaitu plexus renalis dan Nervus spinalis segmen
T10 T12. Vaskularisasi renal berasal dari aorta ascendence pars abdominalis
dan muara akhirnya yaitu vena cava inferior (Richard, 2014).
Ureter merupakan rrgan berbentuk tabung kecil untuk mengalirkan
urine dari ginjal ke dalam vesika urinaria. Pada ureter terdapat gerakan
peristaltic yang dapat mempermudah aliran urin dari renalis ke vesica urinaria
(Shier, 2016).
Vesica urinaria merupakan wadah penampungan sementara untuk urin
sebelum dikeluarkan melewati urethrae.pada kapasita 150 cc mulai terhadi
renggangan VU yang mencapai saraf dan menimbukan sensasi ingij buang air
kecil. Volume maksimal VU yaitu 400 cc (Richard, 2014)
.

6
Pada pria, uretra membawa cairan semen dan urine. Panjang sekitar
18- 20 cm, melalui kelenjar prostat dan penis.
Uretra prostatik, dikelilingi oleh kel prostat. Menerima 2 duktus
ejakulator yang terbentuk dari penyatuan duktus deferens dan
duktus kel vesikel seminal.
Uretra membranosa, bag terpendek (1 cm-2cm). Dikelilingi
sfingter uretra eksterna.
Uretra kavernosa (berspons), bag terpanjang. Menerima duktus
kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra
eksterna pd ujung penis.
Pada wanita, ukuran pendek (3,75 cm), membuka keluar tubuh mll
orifisium uretra eksterna yg terletak antara klitoris dan mulut vagina. Wanita
lebih berisiko terjadinya infeksi kandung kemih (sistitis) dan infeksi saluran
kemih (ISK) (Basuki, 2012).

FISIOLOGI PEMBENTUKAN URIN

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan


komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan
zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi
plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan
air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat
terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).

Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:

1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.


2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal


kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan

7
dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan
keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan
di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).

Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin,


yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.

a. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi adalah penyaringan plasma darah dari kapiler
glomerulus ke capsula bowman. Pembentukan urin dimulai dengan
filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler
glomerulus ke kapsula Bowman. Filtrasi darah dibantu oleh membran
glomerulus, dari dalam keluar yaitu lapisan endotel, membran basalis,
dan celah podosit. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di
filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus
dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Hasil dari proses
filtrasi ini adalah cairan bebas protein yang mengandung kristaloid.
Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi
tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan
kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).
b. Reabsorpsi Tubulus
Reabsorpsi adalah penyerapan kembali atau perpindahan zat
dari lumen ke kapiler peritubuler. Reabsorpsi terjadi di tubulus
kontortus proximal dan tubulus kontortus distal. Zat yang di reabsorpsi
yaitu Natrium lewat kanal ion dengan transport aktif, Glukosa lewat
transport aktif sekunder, urea dengan difusi pasif, dan transitosis
protein melalui endositosis dan exsositosis (Tortora, 2011).
c. Sekresi Tubulus
Sekresi yaitu perpindahan zat dari plasma kapiler ke tubulus
atau lumen. Sekresi zat tersebut melalui transport aktof sekunder. Zat
yang di sekresi berupa zat yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh
dan obat-obatan (Tortora, 2011).

3.2. Mengapa pasien tersebut mengalami menggigil, nyeri perut sebelah kiri,
dan kencing terasa sakit sejak 2 hari yang lalu?

8
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang
berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya (Sherwood,
2011).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimiayang dikenal dengan pirogen endogen(IL-1, IL-6,
TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Sherwood, 2011).
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap
suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu
mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.
Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik
ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

9
Ada beberapa teori mengapa seseorang bisa menggigil ketika demam.
Yang pertama adalah melalui TRP (transient receptor potential) channel
thermosensation. Ketika zat-zat tertentu masuk melewati TRP ini, misalnya
agen inflamasi, TRP akan mentransfer informasi pada otak bahwa tubuh
membutuhkan lebih banyak panas dan lebih banyak hasil metabolisme.
Dengan demikian sel otot akan di rangsang untuk bergerak cepat agar
menghasilkan lebih banyak panas (Guyton and Hall ,2007).
Teori kedua adalah bahwa menggigil adalah manuver termoregulator
di otak ketika set point dinaikkan karena dikacaukan oleh mikroorganisme.
Sehingga tubuh mengira bahwa suhunya sedang turun, padahal sesungguhnya
termostat lah yang naik. Tujuan termostat membuat tubuh lebih panas adalah
karena banyak sistem imun yang berkerja dengan baik pada suhu tinggi
(Guyton and Hall ,2007)

10
Mekanisme menggigil (Sherwood, 2011)

Selain itu, keluhan pasien juga disertai rasa nyeri pada perut kiri atas.
Seperti yang telah diketahui, pada kuadran tersebut terdapat beberapa organ
yaitu lobus hepatis sinistra, spleen, ren sinistra, gaster, dan intestinum.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik abdomen, didapatnya nyeri tekan pada
perut kiri atas dan bagian sudut kostovertebral, sedangkan pada pemeriksaan
abdomen lainnya tidak ditemukan kelainan. Nyeri pada sudut kostovertebral
merupakan salah satu manifestasi khas dari nyeri ginjal (Purnomo, 2012).

11
Lokasi Costovertebral Angel

Nyeri sudut costovertebrae dapat diklasifikasikan menjadi lokal


yaitu nyeri dirasakan pada sekitar organ itu sendiri dan reffered : nyeri
dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit, misalkan nyeri kolik ureter yang
menjalar hingga ke inguinal (Shier, 2016).
Macam-macam keluhan nyeri pada sistem urinarius antara lain:
a. Nyeri ginjal
Nyeri ginjal ditandai dengan adanya rasa nyeri yang
konstan dan dirasakan pada sudut kostovertebral. Adanya nyeri
ginjal disebabkan oleh regangan dari capsula renalis (Purnomo,
2012).
b. Nyeri kolik ureter dan ginjal
Nyeri kolik ureter dan ginjal merupakan rasa nyeri yang
hilang-timbul dan umumnya dirasakan sangat nyeri. Awalnya
nyeri dirasakan pada sudut kostovertebral namun dapat juga
menjalar ke bagian abdomen diatasnya, inguinal dan
suprapubik. Nyeri kolik ini dikarenakan spasme otot polos atau
sistem kalister ginjal (Purnomo, 2012).

c. Nyeri vesika

12
Nyeri vesika umumnya dirasakan pada daerah
suprasimfisis. Nyeri ini disebabkan oleh overdistensi dari
kandung kemih yang mengalami retensi urin atau mengalami
inflamasi (Purnomo, 2012).
Pada skenario pasien mengeluhkan nyeri pada saat
kencing. Nyeri pada saat kencing (disuria) merupakan gejala
adanya gangguan pada penyimpanan urin. Apabila disuria
dirasakan di awal miksi, maka terdapat inflamasi pada urethra.
Dan apabila disuria dirasakan di akhir miksi, maka terdapat
inflamasi pada vesica urinaria (Purnomo, 2012).

3.3. Hubungan Usia, jenis kelamin dan riwayat DM dengan keluhan


a. Usia
Ren memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi dari
kerusakan maupun dari infeksi salah satunya yaitu dengan adanya
Tamm Horsfoil Protein atau THP. Pada usia lanjut, kadar THP
produksinya menurun. Normalnya, mukosa di Tubulus Kontortus
Distal dan Ansa Henle akan mensekresikan THP yang mempunyai efek
bakterisidal yaitu mencegah penempelan bakteri di mukosa. Akibatnya,
pada usia lanjut rentan untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih
salah satunya di ginjal (Basuki, 2012).
b. Diabetes Melitus
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat menurunkan fungsi
dari fagosit PMN
c. Penyakit immunosupresif
Dapat menurunkan kekebalan tubuh atau sistem imun sehingga
rentan terjadi infeksi.

3.4. Apa hubungan riwayat DM dengan keluhan ?


Insulin dependent diabetic (+) atau biasa disebut dengan IDDM yaitu
tipe dari diabetes dimana terjadi kekurangan insulin secara total. Diabetes
mellitus merupakan resiko tinggi terjadinya infeksi saluran kemih yang
menyebabkan kelainan fungsi leukosit sebagai pertahanan tubuh & kelainan
fungsional sistem urinaria, sehingga terjadi penurunan sensitifitas buli-buli

13
yang dapat memudahkan distensi buli-buli akibatnya terjadi penurunan
kontraktilitas detrusor dan peningkatan residu urine sehingga mudah terjadi
infeksi (Purnomo, Basuki B. 2012).
Penderita diabetes dengan kadar gula yang tinggi mengakibatkan
glukosa yang lolos dalam filtrasi hanya dapat direabsorbsi sebesar nilai
maksimal reabsorbsi glukosa yaitu 220, sisa glukosa yang tidak dapat
direabsorbsi lagi akan terbawa dan terkandung dalam urine, hal tersebut
mengakibatkan bakteri dapat berkembang biak secara cepat dalam saluran
kemih dan menginfeksi saluran kemih. Kehamilan, pada saat kehamilan
hormone estrogen meningkat sehingga akan mengakibatkan vasodilatasi pada
pembuluh darah, vasodilatasi mengakibatkan peningkatan permeabilitas
kapiler yang akhirnya akan mengakibatkan kebocoran protein plasma ke
dalam interstitial dan menarik cairan plasma ikut bersamanya, hal tersebut
akan mengakibatkan tingginya tekanan onkotik plasma pada filtrasi
glomelurus yang akan mengakibatkan cairan berpindah dari kapsula bowment
ke kapiler glomelurus melawan gaya filtrasi, disamping itu pada kehamilan
terjadi penekanan pada vesika dan saluran kemih yang akan menghambat
aliran urine dan mengakibatkan penurunan eleminasi bakteri bersama urine
(Price, S & Wilson, L ,2005)..

3.5. Intepretasi pemeriksaan


Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :Tampak sakit berat, sadar, GCS = 15


Tanda vital

a. Tekanan darah : 100/80 mmHg (Normal)

b Suhu tubuh : 39o C (Meningkat)

c. Nadi : 110 kali/menit (Meningkat)

d. Kecepatan respirasi : 24 kali/menit (Meningkat)

Pemeriksaan fisik kardiovaskular dalam batas normal


Pemeriksaan fisik pulmonal dalam batas normal

14
Pemeriksaan fisik abdomen : Nyeri palpasi pada regio kiri atas
abdomen dan sudut kostovertebral kiri (khas pada nyeri ginjal)

BAB IV
KERANGKA KONSEP

15
BAB V
LEARNING OBJECT

16
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
5.1. Mahasiswa mencari learning object berdasarkan sumber yang valid dan
terbaru.
5.2. Mahasiswa memahami learning object yang telah diberikan oleh tutor.

BAB VII
BERBAGI INFORMASI
7.1Diagnosis Banding
A.Pyelonephritis
a.Definisi
Inflamasi pada parenkim ginjal (Sukandar, 2014)
b.Klasifikasi
Akut
Kronis

17
(Sukandar, 2014)
c.Etilogi
Bakteri : E.coli, klebsiela, prokus
Jamur
Virus
Parasit
(Sukandar, 2014)
d.Faktor predisposisi
Usia tua
Wanita > pria
Genetik
Riwayat sebelumnya
Hamil
Anatomi : striktur, batu saluran kemih
Kebiasaan : frekuensi sexual tinggi, pengguna KB
Diabetes Melitus
Immunodepresan
Pengobatan antibiotik
(Sukandar, 2014)
e.Manifestasi
Demam menggigil
Nyeri sudut costovertebrae
Disuria
Hematouria
(Sukandar, 2014)

18
f.Patogenesis patofisiologi

19
g.Penegakan diagnosis
1.Anamnesis
2.Peeemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
Pemeriksaan urin
Mikroskopis urin
Kultur urin dan darah
Radiologi : foto polos ABD
(Sukandar, 2014)
h.Penatalaksanaan
1.Non farmakologi
Edukasi
Hindari faktor predisposisi
Tirah baring
Banyak minum
Jangan menahan buang air kecil
Hindari alkohol
2.Farmakologi
Antibiotik
a.Parenteral
Ampisilin 100mg/ kgBB tiap12 jam ( bayi < 1
minggu)

20
Ampisilin 100mg/ kgBB tiap 8 jam ( bayi > 1
minggu)
Sefotaksim 150mg/ kgBB tiap 6 jam
b.Oral
Amoksisilin 20- 40 mg/ kgBB tiap 8 jam
Ampisilin 50- 100 mg/kgBB tiap 6 jam
(Sukandar, 2014)

B. Cystitis

21
Merupakan peradangan akibar infeksi pada buli-buli atau
vesica urinaria yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen
( E.colli, enterococci, proteus, sthaphylococcus aureus). Insidensi
sistitis ini sering terjadi pada wanita disbanding pria. Hal ini
disebabkan letak anatomis urethrae wanita lebih dekat dengan anus
dan lebih pendek disbanding pria. Dan pria memiliki glandulla prostat
yang memiliki cairan baktesidal yang dapat meningkatkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Selain itu keadaan diabetes meliitus juga
menjadi faktor resiko, pada keadaan DM kemampuan fagositosis
terhadap pathogen akan menurun sehingga infeksi akan sangat
mudah.Sistitis sering juga terjadi dengan istilah cystitis honeymoon
yang sering terjadi pada pengantin baru setelah koitus (Mansjoer,
2014).
Tanda dan gejala dari sistitis antara lain nyeri buang air kecil
setelah miksi ( dysuria), keinginan buang air kecil yang berlebih
akibart iritasi vesica urinaria (urgensi) dan adanya peningkatan
frekuensi BAK, nyeri area suprapubik atau dapat bermanifestasi
menjadi nyeri pinggang bawa, nokturia (Mansjoer, 2014).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

a. Urinalisis
Makroskopik : urin keruh dan berbau, Mikroskopik : piuria,
hematuria
b. Kultur urin
Untuk menentukan jenis dari pathogen yang menginfeksi
c. Sistografi
Spesifik untuk melihat keadaan vesica urinaria, sering dilakukan
untuk kasus rekuren/relapse
d. Rontgen
Untuk melihat keterlibatan abnormalitas organ lain seperti
ginjal, ureter. Ataupun os.
e. Sistouretrografi
Untuk melihat ada tidaknya komplikasi refluks urin dari vesica
urinaria dan penyempitan urethrae.
f. Uretrogram retrograde
Untuk melihat ada tidaknya penyempitan diverticula/ fistula.

(Mansjoer, 2014). (Basuki, 2012)

22
Tatalaksana :
Tujuan dari pengobatan ISK adalah mencegah atau mengobati
infeksi sistemik, membasmi organisme penyerang dan mencegah
terulangnya infeksi (Coyle and Prince, 2005). Berikut adalah beberapa
agen antimikroba yang biasa digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih :
1) Kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol)
Trimetropim dan sulfametoksazol menghambat reaksi
enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba
sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi.
Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoxazol yang
sangat berguna untuk pengobatan infeksi saluran kemih.
Trimetoprim pada umumnya 20-100 kali lebih poten daripada
sulfametoksazol sehingga sediaan kombinasi diformulasikan
untuk mendapatkan sulfametoksazol in vivo 20 kali lebih besar
daripada trimetoprim (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik., 2007).
2) Fluoroquinolon
Fluoroquinolon efektif untuk infeksi saluran kemih
dengan atau tanpa penyulit termasuk yang disebabkan oleh
kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Fluoroquinolon merupakan agen yang efektif untuk infeksi
saluran kemih walaupun infeksiinfeksi itu disebabkan oleh
bakteri yang resisten terhadap banyak obat seperti pseudomonas
(Katzung., 2004).
Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin dan ofloxacin
merupakan kelompok fluoroquinolon lama yang mempunyai
daya antibakteri jauh lebih kuat dibandingkan kelompok
quinolon lama. Kelompok fluoroquinolon lama ini mempunyai
daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, H. influenzae. Providencia, Serratia,
Salmonella, N. meningitidis, N. gonorrhoeae, B. catarrhalis dan
Yersinia enterocolitica (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik., 2007).

23
Pencegahan sistitis akut pasca koitus dapat diebrikan 1
gram sulfonamide. Tatalaksana non-farmako yang dapat
dilakukan antara lain : edukasi terkait penyakit, meningkatkan
higenitas genital, tidak menahan buang air kecil, perbanyak
minum air putih. Prognosis dari penyakit ini tergantung dari
tatalaksananya yang diberikan.

C. Ureteritis
Berdasarkan dari letak anatominya, ureteritis merupakan
infeksi saluran kencing atas. Infeksi saluran kencing adalah keadaan
dimana ditemukannya mikroorganisme dalam urin (Sudoyo Aru,
2014).
a. Epidemiologi
Pada umumnya, ureteritis lebih sering terjadi pada
wanita. Hal ini dikarenakan secara anatomi, urethra wanita lebih
pendek daripada laki-laki. Selain itu ureteritis juga sering terjadi
pada usia tua karena penurunan sistem pertahanan tubuh dan
penurunan tonus otot dasar panggul (Sudoyo Aru, 2014).
b. Faktor Predisposisi
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papillar
Diabetes mellitus
Nefropati analgesik

24
Penyakit sickle cells
Senggama
Kehamilan dan pengguna KB progesteron
Kateterisasi (Sudoyo Aru, 2014).
c. Etiologi
1. Escherichia coli, merupakan mikroorganisme yang paling
sering menyebabkan infeksi saluran kemih
2. Proteus spp.
3. Klebsiella spp.
4. Pseudomonas spp. dan Staphylococcus merupakan
mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi salurah
kemih pada pasca kateterisasi (Sudoyo Aru, 2014).
d. Manifestasi Klinis
Nyeri kolik ureter
Nyeri tekan sepanjang ureter
Demam ringan
e. Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis
Peningkatan laju endap darah
Pemeriksaan urin
Piuria ditemukan neutrofil > 10 per lapang pandang
Bakteuria pertumbuhan mikroorganisme murni >

colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin


Pemeriksaan radiologis
Pyelography Intravenous dilatasi sedang pada ureter dan
iregularitas ureter (Sudoyo Aru, 2014).

D. Glomerulonefritis
a. Definisi
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan suatu reaksi
imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang
dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang
mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang

25
disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan
istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya
korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis (Sudoyo Aru,
2009).
b. Etiologi
Berbagai kemungkinan penyebab GN antara lain adanya
zat yang berasal dari luar yang bertindak sebagai antigen (Ag),
rangsangan autoimun, dan induksi pelepasan sitokin/ aktifasi
komplemen lokal yang menyebabkan kerusakan glomerular.
Pada umumnya kerusakan glomerular (glomerular injury) tidak
diakibatkan secara langsung oleh endapan kompleks imun di
glomerulus, akan tetapi hasil interaksi dari sistem komplemen,
mediator humoral dan selular.
c. Klasifikasi
Menurut kejadiannya GN dibedakan atas GN primer dan
GN sekunder. Dikatakan GN primer jika penyakit dasarnya
berasal dari ginjal sendiri dan GN sekunder jika kelainan ginjal
terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti penyakit autoimun
tertentu, infeksi, keganasan atau penyakit metabolic (Sudoyo
Aru, 2009).
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska
streptokokus timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian
atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2,
49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari
setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis. Infeksi
kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko
terjadinya glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar
10-15% (Sudoyo Aru, 2009).
Glomerulonefritis pada umumnya dibagi atas dasar
gambaran histopatologik dan atas dasar gambaran
klinisnya.Berdasarkan gambaran histopatologisnya dapat
dibedakan atas;
GN lesi minimal = nefrosis lipoid

26
GN membranosa= ekstramembranosa = epimembranosa
GN proliferative = endokapiler = post streptococcal
GN kresentik = progresif cepat
GN membranoproliferatif = mesangiokapiler : tipe 1 dan
2
GN proloferatif fokal segmental=proliferative mesangial
Glomerulosklerosis fokal segmental
d. Penegakan diagnosis
Diagnosis GN dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain.
Pemeriksaan sederhana pada umunya dapat membantu
menegakkan diagnosis klinik. Pemeriksaan penunjang berupa
biopsy ginjal dapat diperiksa dengan mikroskop electron, kadar
immunoglobulin, dan kadar komplemen (Sudoyo Aru, 2009).

2. Pandangan islam

Keislaman tentang buang air kecil

Kebanyakan yang disiksa di dalam kubur karena kencing yang tidak


bersih dan tidak beres. Hal ini pun menunujukkan keyakinan seorang muslim
akan adanya siksa kubur. Hadits berikut disebutkan oleh Ibnu Hajar Al
Asqolani dalam Bulughul Marom saat membahas bab Buang Hajat.

:
,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Bersihkanlah diri dari kencing.
Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas kencing tersebut.
Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni.

Diriwayatkan pula oleh Al Hakim, Kebanyakan siksa kubur gara-


gara (bekas) kencing. Sanad hadits ini shahih. Sedangkan lafazh kedua
dikeluarkan oleh Ahmad, Ad Daruquthni, dan Al Hakim dari jalur Abu
Awanah, dari Al Amasy, dari Abu Sholih, dari Abu Hurairah, ia berkata

27
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kebanyakan
siksa kubur karena kencing. At Tirmidzi dan Bukhari ditanya mengenai
hadits ini, mereka katakan bahwa hadits ini shahih. Begitu pula Ad
Daruquthni mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1. Wajibnya membersihkan diri dari bekas kencing. Hendaknya kencing


tersebut benar-benar dibersihkan dari badan, pakaian atau tempat
shalat. Tidak boleh gampang-gampang dalam hal pembersihan ini.
Karena terlalu bergampang-gampangan sebab datangnya siksa kubur.
Jadi, jika ingin kencing hendaklah mencari tempat yang membuat kita
tidak mudah kena cipratan kencing.
2. Tidak membersihkan diri dari kencing ketika buang hajat termasuk
dosa besar, termasuk pula orang yang tidak menutupi diri saat buang
hajat sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya. Baca di
Rumaysho.Com: 10 Adab Ketika Buang Hajat.
3. Dalil ini menunjukkan adanya siksa kubur. Akidah ini didasari pada
dalil Al Quran, hadits dan ijma (kesepakatan para ulama).

3. Cara menghitung GFR

GFR (Glomerular Filtration Rate) merupakan laju rata-rata penyaringan


darah yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah
jantung/menit. Normalnya = 90-120 ml/menit/1.73m2

Rumus Kockcroft-Gault untuk menghitung GFR adalah

Laki-laki = (140-umur) x berat badan : 72 x kreatinin plasma (mg/dl)


Perempuan = (140-umur)x berat badan x 0,85 : 72 x kreatinin plasma
(mg/dl)

Pada skenario, jika dimasukkan dalam rusmus tersebut adalah Seorang


wanita, maka (140-45) x 50 x 0,85 : 72 x 0,22 = 254,89 ml/menit/1,73m2

Dapat disimpulkan bahwa GFR pada skenario tersebut mengalami


peningkatan.

28
(Suryaatmadja M, Sosro R. 1983)

BAB VIII
PENUTUP

29
DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai