Anda di halaman 1dari 5

2.3.9.

PENATALAKSANAAN

Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-
faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada
waktu pengobatan harus dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan
serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila
didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat
-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip
pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas : 1. Konservatif 2. Operasi

OMSK BENIGNA TENANG Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan


dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi
saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.

OMSK BENIGNA AKTIF Prinsip pengobatan OMSK adalah : 1.Membersihkan liang


telinga dan kavum timpani. 2.Pemberian antibiotika : - topikal antibiotik
( antimikroba) - sistemik. ad 1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan
( toilet telinga) tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak
sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan
media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981). Cara
pembersihan liang telinga ( toilet telinga) : 1. Toilet telinga secara kering ( dry
mopping). Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat
di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau
dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat
dilakukan setiap hari sampai telinga kering. 2. Toilet telinga secara basah
( syringing). Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan
nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun
cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles,
1979). Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan
reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk
antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine. 3. Toilet telinga dengan
pengisapan ( suction toilet) Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan
bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini.
Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid
sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik
dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa
anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan
H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan displacement
methode seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann. Ad 2. Pemberian
antibiotik topikal Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan
antibiotik topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga
dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret
berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik
dan kortikosteroid. Rif menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan
bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
Selain itu dikatakannya, bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh
antibiotika topikal. Djaafar dan 2003 Digitized by USU digital library 24
Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan
hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap
pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal
dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan
antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1
minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistesni. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk
atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.
Bubuk telinga yang digunakan seperti : a. Acidum boricum dengan atau tanpa
iodine b. Terramycin. c . Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan
khloromicetin 250 mg Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas
untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak
maupun dewasa. Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus
aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja
yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya resistensi.
Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif
tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Seperti
aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil
gram negatif dan gentamisin kerjanya sedang dalam melawan Streptokokus.
Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid
tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga
akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan
gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan
kuman anaerob, khususnya B. fragilis ( Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka
panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak
foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik. Antibiotika topikal yang
dapat dipakai pada otitis media kronik adalah : 1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf. 2. Neomisin Obat bakterisid pada kuma
gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten
pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga. 3.
Kloramfenikol Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus, koagulase
positif, 99% Stafilokokus, koagulase positif, 95% Stafilokokus group A, 100% E.
Koli, 96% Proteus sp, 60% Proteus mirabilis, 90% Klebsiella, 92% 2003
Digitized by USU digital library 25 Enterobakter, 93% Pseudomonas, 5% Dari
penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan
ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada
perbaikan 4,53% Ad. 3. Pemberian antibiotik sistemik Pemilihan antibiotik
sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab.
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan
sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor
penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Dalam pengunaan
antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap masing- masing
jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman
penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh, toksisitas obat
terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat dan daya
bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.
Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar
obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan
kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu
daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh
antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. Terapi antibiotik
sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah. Kuman aerob
Antibiotik sistemik Pseudomonas Aminoglikosida karbenisilin P. Mirabilis
Ampisilin atau sefalosforin P. Morganii Aminoglikosida Karbenisilin P. Vulgaris
Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida E. Koli Ampisilin atau sefalosforin S.
Aureus Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin Eritromisin,aminoglikosida
Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin Aminoglikosida B. fragilis
Klindamisin Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu
dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan
dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur
dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm
dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara
parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti
cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek
bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat
diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada
OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam
selama 2-4 minggu1. 2003 Digitized by USU digital library 26 OMSK MALIGNA
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna,
antara lain : 1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal 3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4.Miringoplasti 5.Timpanoplasti 6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined
approach tympanoplasty) Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
pendengaran. Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma
berikut : 2003 Digitized by USU digital library 27 MT Perforasi / OMSK OMSK
Benigna OMSK Maligna Aktif Tenang Aktif Tenang Mikroresistensi Operasi AB Lini I
(oral) 1- 2 minggu H2O2 3% (3-5 hari) Nasehat Observasi 2-3 bulan Idealnya
operasi ( >10th) Terapi sementara AB H2O2 3% Tenang Tetap Aktif Operasi
Nasehat Observasi Ganti AB ~ Kultur atau Ganti AB lini 2 ( 1-2 minggu) Tenang
Tetap Aktif Idealnya Tympt (> 10 th) Nasehat Idealnya Tympl (>10 th) Rawat AB
intra vena ( AB dosis tinggi / AB lini 3) atau Mastoidektomi dengan atau tanpa
Tympl 2003 Digitized by USU digital library 28 2.3.10. KOMPLIKASI Otitis media
supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang
sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tendensi
otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. pemberian antibiotika telah menurunkan insiden
komplikasi. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya
pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan
pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering
terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut : A. Komplikasi ditelinga
tengah : 1. Perforasi persisten 2. Erosi tulang pendengaran 3. Paralisis nervus
fasial B. Komplikasi telinga dalam 1. Fistel labirin 2. Labirinitis supuratif 3. Tuli
saraf ( sensorineural) C. Komplikasi ekstradural 1. Abses ekstradural 2. Trombosis
sinus lateralis 3. Petrositis D. Komplikasi ke susunan saraf pusat 1. Meningitis 2.
Abses otak 3. Hindrosefalus otitis Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam
: A. Komplikasi otologik 1. Mastoiditis koalesen 2. Petrositis 3. Paresis fasialis 4.
Labirinitis B. Komplikasi Intrakranial 1. Abses ekstradural 2. Trombosis sinus
lateralis 3. Abses subdural 4. Meningitis 5. Abses otak 6. Hidrosefalus otitis
Shambough (1980) membagi atas komplikasi meninggal dan non meninggal : A.
Komplikasi meninggal 1. Abses ekstradural dan abses perisinus 2. Meningitis. 3.
Tromboflebitis sinus lateral 4. Hidrosefalus otitis 5. Otore likuor serebrospinal
2003 Digitized by USU digital library 29 B. Komplikasi non meningeal. 1. Abses
otak. 2. Labirinitis. 3. Petrositis. 4. Paresis fasial. Cara penyebaran infeksi : 1.
Penyebaran Hemotogen 2. Penyebaran melalui erosi tulang 3. Penyebaran
melalui jalan yang sudah ada. Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke
intra kranial harus melewati 3 macam lintasan : 1. Dari rongga telinga tengah ke
selaput otak 2. Menembus selaput otak. 3. Masuk kejaringan otak. Ad. 1 .
Penyebaran ke selaput otak dapat terjadi akibat dari beberapa faktor; - Melalui
jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang
lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.
Labirin juga dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang sudah ada begitu
telah terinfeksi, menyebabkan mudahnya infeksi ke fosa kranii media. Jalan lain
penyebaran ialah melalui tromboflebitis vena emisaria menembus dinding
mastoid ke dura dan sinus durameter. Tromboflebitis pada susunan kanal
haversian merupakan osteitis atau osteomielitis dan merupakan faktor utama
penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga tengah. Ad 2.
Penyebaran menembus selaput otak. Dimulai begitu penyakit mencapai dura,
menyebabkan pakimeningitis. Dura sangat resisten terhadap penyebaran infeksi,
akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ketulang. Jaringan granulasi
terbentuk pada dura yang terbuka, dan ruang subdura yang berdekatan
terobliterasi. Ad 3. Penyebaran ke jaringan otak. Pembentukan abses biasanya
terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan korteks atau tengah lobus
serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat
tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang berakhir
didaerah vaskular subkortek

1. Komplikasi ditelinga tengah :


a. Perforasi persisten
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
1. Komplikasi telinga dalam :
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf ( sensorineural)
2. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
3. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis

Anda mungkin juga menyukai