Disusun Oleh :
Devy Salmawati Siahaan
Nim :
PO7120316012
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit terminal?
2. Jelaskan satu penyakit terminal!
3. Apa penyebab penyakit terminal meningitis?
4. Bagaiaman patofisiologi penyakit terminal meningitis?
5. Apa saja tanda dan gejala penyakit terminal meningitis ?
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit terminal meningitis?
7. Bagaiaman pemeriksaan penunjang penyakit terminal meningitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit terminal meningitis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari penyakit terminal?
2. Mendeskripsikan contoh penyakit terminal (meningitis)
3. Mengetahui penyebab penyakit terminal meningitis
4. Mengetahui patofisiologi penyakit terminal meningitis
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit terminal meningitis
6. Mengetahui komplikasi dari penyakit terminal meningitis?
7. Mendekripsikan pemeriksaan penunjang penyakit terminal meningitis
8. Mendeskripsikan asuhan keperawatan penyakit terminal meningitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa,
1969).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi obat-obatan ,tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian (White,2002)
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya , kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi ( Stuard& Sundeen , 1995)
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapatr diobati, bersifat progresif ,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas
hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996)
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
C. Etiologi
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
Faktor predisposisi : Trauma kepala, Infeksi post pembedahan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
D. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.
E. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering terjadi)
2. Mual dan muntah
3. Kejang umum.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
4. Fotofobia
5. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
6. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
1) Kaku kuduk (nuchal rigidity), Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
2) Tanda kernig positif: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
3) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
5. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
F. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hidrosefalus obstruktif
3. Infark serebral
4. Ensepalitis
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH)
6. Abses otak
7. Kejang
8. Endokarditis
9. Pnemonia
10. Syok sepsis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra
kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari
nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun
dari nilai normal.
2. Pemeriksaan Radiografi
1) CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah
2) Rontgen dada untuk menentukan adanya penyakit paru,seperti TBC Paru,
pneumonia, abses paru,
3. Lumbal pungsi
Untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis. Seperti :
1) Cairannya diukur dan diambil sample untuk mendapatkan culture, gram stain,
jumlah sel darah merah dan untuk mengetahui adanya glukosa dan protein.
2) Culture dan stain untuk mengidentifikasi organisme penyebab
3) Warna cairan keruh/purulen pada infeksi bakteri dan bening pada infeksi virus.
4) Jumlah sel darah merah meningkat
5) Glukosa menurun CSF ( <45-47/100 ml ) pada meningitis bakteri. Normal pada
virus
6) Kensentrasi protein meningkat dalam CSF (>100 mg/dl )
7) Culture hidung dan tenggorokan
8) Culture darah
a. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
b. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan tipe sel neutrofil
( infeksi bakteri ) dan limfosit ( infeksi virus ) ( 500-10.000mmk pada
infeksi bakteri ) 100-500/mmk pada infeksi virus )
c. Elektrolit darah : Abnormal .
d. ESR/LED : meningkat pada meningitis
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
a. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
b. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor regitrasi, status pekawinan, agama, tanggal MR
2. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang
pada laki-laki.
7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bberhubungan dengan agen cidera biologis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromoskular
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatanIntervensi
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan termolegulasi berhubungan dengan proses infeksi
D. Implementasi
Nomor
Hari/Tgl Implementasi
Diagnosa
1 1) Mengkaji nyeri
2) Memposisikan pasien senyaman
mungkin, misal: semi fowler
3) Menggunakan komunikasi teraupetik
agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
4) Mengajarkan teknik nafas dalam atau
distraksi relaksasi
5) Memberikan analgetik sesuai anjuran
6) Memonitor TTV
2 1) Melakukan oksigenasi
2) Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3) Memonitor respirasi dan status O2
3 1) Memberikan obat penurun panas
2) Mengompres dengan air biasa
3) Memonitor TTV
4 1) Menggunakan pendekatan yang
menenangkan
2) Mengajak pasien untuk berdiskusi
tentang penyebab cemasnya
3) Memberikan motivasi agar pasien tidak
merasa cemas
E. Evaluasi
Nomor
Hari/Tgl SOAP
Diagnosa
1 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
O: TTV dalam rentang normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
2 S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
O: Pasien tampak bernafas normal dan tidak
terdengar wheezing
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Hentikan intervensi
3 S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa
panas lagi tubuhnya
O: suhu badan pasien normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
4 S: pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
O: pasien terlihat gembira
A: masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan
medulla spinalis (Black, 2009)
Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium tuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia
Faktor predisposisi antara lain trauma kepala, infeksi post pembedahan. Faktor imunologi
seperti defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.Kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan
sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA