Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ASKEP KLIEN TERMINAL


INFEKSI MENINGITIS

Disusun Oleh :
Devy Salmawati Siahaan

Nim :
PO7120316012

KEPERAWATAN DIV TINGKAT 1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat
dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,
pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak.
Daerah Sabuk Meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat Ethiopia di timur.
Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis
dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis
bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di negara-negara barat.
Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar
10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.
Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis semakin hari
semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut mengenai penyakit
Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan serta asuhan keperawatan teori.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit terminal?
2. Jelaskan satu penyakit terminal!
3. Apa penyebab penyakit terminal meningitis?
4. Bagaiaman patofisiologi penyakit terminal meningitis?
5. Apa saja tanda dan gejala penyakit terminal meningitis ?
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit terminal meningitis?
7. Bagaiaman pemeriksaan penunjang penyakit terminal meningitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit terminal meningitis?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari penyakit terminal?
2. Mendeskripsikan contoh penyakit terminal (meningitis)
3. Mengetahui penyebab penyakit terminal meningitis
4. Mengetahui patofisiologi penyakit terminal meningitis
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit terminal meningitis
6. Mengetahui komplikasi dari penyakit terminal meningitis?
7. Mendekripsikan pemeriksaan penunjang penyakit terminal meningitis
8. Mendeskripsikan asuhan keperawatan penyakit terminal meningitis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa,
1969).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi obat-obatan ,tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian (White,2002)
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya , kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi ( Stuard& Sundeen , 1995)
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapatr diobati, bersifat progresif ,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas
hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996)
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.

B. Macam-Macam Penyakit Terminal


1. Meningitis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piameter
(leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan pada bagian durameter disebut
pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita,
2001).
Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak
dan medulla spinalis (Black, 2009)

C. Etiologi
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
Faktor predisposisi : Trauma kepala, Infeksi post pembedahan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan

D. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

E. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering terjadi)
2. Mual dan muntah
3. Kejang umum.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
4. Fotofobia
5. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
6. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
1) Kaku kuduk (nuchal rigidity), Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
2) Tanda kernig positif: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
3) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
5. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

F. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hidrosefalus obstruktif
3. Infark serebral
4. Ensepalitis
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH)
6. Abses otak
7. Kejang
8. Endokarditis
9. Pnemonia
10. Syok sepsis

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra
kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari
nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun
dari nilai normal.
2. Pemeriksaan Radiografi
1) CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah
2) Rontgen dada untuk menentukan adanya penyakit paru,seperti TBC Paru,
pneumonia, abses paru,

3. Lumbal pungsi
Untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis. Seperti :
1) Cairannya diukur dan diambil sample untuk mendapatkan culture, gram stain,
jumlah sel darah merah dan untuk mengetahui adanya glukosa dan protein.
2) Culture dan stain untuk mengidentifikasi organisme penyebab
3) Warna cairan keruh/purulen pada infeksi bakteri dan bening pada infeksi virus.
4) Jumlah sel darah merah meningkat
5) Glukosa menurun CSF ( <45-47/100 ml ) pada meningitis bakteri. Normal pada
virus
6) Kensentrasi protein meningkat dalam CSF (>100 mg/dl )
7) Culture hidung dan tenggorokan
8) Culture darah
a. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
b. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan tipe sel neutrofil
( infeksi bakteri ) dan limfosit ( infeksi virus ) ( 500-10.000mmk pada
infeksi bakteri ) 100-500/mmk pada infeksi virus )
c. Elektrolit darah : Abnormal .
d. ESR/LED : meningkat pada meningitis
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
a. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
b. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor regitrasi, status pekawinan, agama, tanggal MR
2. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang
pada laki-laki.
7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bberhubungan dengan agen cidera biologis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromoskular
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatanIntervensi

C. Intervensi
1. Ketidakefektifan termolegulasi berhubungan dengan proses infeksi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri
2) Posisikan pasie
berhubungan keperawatan selama 5x24 jam
senyaman mungkin,
dengan agen diharapkan pasien:
misal: semi fowler
cidera biologis 1) Mengontrol nyeri (tau
3) Gunakan komunikasi
penyebab nyeri, mampu
teraupetik agar
menggunakan teknik non
pasien dapat
farmakologi untuk mengurangi
mengekspresikan
nyeri, mencari bantuan)
nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri
4) Ajarkan teknik nafas
berkurang dengan
dalam atau distraksi
menggunakan menejemen
relaksasi
nyeri 5) Berikan analgetik
3) Mampu mengenal nyeri (skala,
sesuai anjuran
intensitas, frekuensi dan tanda 6) Monitor TTV
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5) TTV dalam rentang normal
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan oksigenasi
nafas tidak keperawatan 5x24 jam diharapakan 2) Posisikan pasien
efektif
pasien: untuk
berhubungan
dengan 1) Pasien tidak sesak nafas lagi memaksimalkan
disfungsi 2) Pasien dapat bernafas dengan
ventilasi
neuromoskular normal 3) Monitor respirasi dan
3) Pasien mampu
status O2
mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1) Berikan obat penurun
berhubungan
keperawatan 5x24 jam diharapakan panas
dengan proses
2) Kompres dengan air
penyakit pasien:
biasa
1) Suhu tubuh pasien dalam
3) Monitor TTV
rentang normal
2) Nadi dan RR normal
3) Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak pusing
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan 1) Gunakan pendekatan
berhubungan
keperawatan 5x24 jam diharapakan yang menenangkan
dengan
2) Ajak pasien untuk
perubahan pasien:
status berdiskusi tentang
1) Pasien tidak merasa cemas lagi
kesehatanInter 2) Pasien merasa nyaman penyebab cemasnya
vensi 3) Berikan motivasi
agar pasien tidak
merasa cemas

D. Implementasi
Nomor
Hari/Tgl Implementasi
Diagnosa
1 1) Mengkaji nyeri
2) Memposisikan pasien senyaman
mungkin, misal: semi fowler
3) Menggunakan komunikasi teraupetik
agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
4) Mengajarkan teknik nafas dalam atau
distraksi relaksasi
5) Memberikan analgetik sesuai anjuran
6) Memonitor TTV
2 1) Melakukan oksigenasi
2) Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3) Memonitor respirasi dan status O2
3 1) Memberikan obat penurun panas
2) Mengompres dengan air biasa
3) Memonitor TTV
4 1) Menggunakan pendekatan yang
menenangkan
2) Mengajak pasien untuk berdiskusi
tentang penyebab cemasnya
3) Memberikan motivasi agar pasien tidak
merasa cemas

E. Evaluasi
Nomor
Hari/Tgl SOAP
Diagnosa
1 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
O: TTV dalam rentang normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
2 S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
O: Pasien tampak bernafas normal dan tidak
terdengar wheezing
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Hentikan intervensi
3 S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa
panas lagi tubuhnya
O: suhu badan pasien normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
4 S: pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
O: pasien terlihat gembira
A: masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan
medulla spinalis (Black, 2009)
Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium tuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia
Faktor predisposisi antara lain trauma kepala, infeksi post pembedahan. Faktor imunologi
seperti defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.Kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan
sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta, CV Sagung Seto.


husnunnisaabbas. (2015, 26 Maret).Askep Meningitis. Diperoleh 28 Maret 2017, dari
https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/26/askep-meningitis/

Anda mungkin juga menyukai