Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS HORIZONTAL TAHUN 2013 (Neraca)

Total Aset pada tahun 2013 50,770,251 atau memiiki tren naik sebanyak
22.31% dari total aset pada tahun 2012.
Total Aset Lancar naik sebesar 15.53% dati tahun sebelumnya. Kenaikan
ini disebabkan karena pembelian bahan baku (persediaan) naik sebesar
13.48%. Saldo kas dan piutang tercatat lebih besar, karena sejalan dengan
peningkatan kegiatan usaha dan penjualan.
Penambahan aset tetap (mesin produksi, infrastruktur, bangunan, dll)
meningkat sebesar 42.35%. Hal ini menyebabkan meningkatnya pula total
aset tidak lancar sebesar 39.90% dari tahun sebelumnya.
Saldo pinjaman jangka pendek pada penutupan tahun naik 58.97%
dibanding tahun sebelumnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan Perseroan seperti pembelian bahan baku, pembayaran cukai
maupun pengadaan aset tetap.
Utang usaha, terutama kepada pihak ketiga, pada akhir tahun naik
80.16% timbul dari pembelian bahan baku. Kewajiban pembayaran cukai
dan PPN rokok naik 19.96% seiring dengan kenaikan tarif cukai.
Ekuitas perseroan naik sebesar 10.56% yang berasal dari kenaikan saldo
laba ditahan setelah dikurangi dividen. Modal yang berasal dari saham
mengalami tren tetap dari tahun sebelumnya.

ANALISIS HORIZONTAL TAHUN 2013 (Laporan L/R)

Penjualan naik 13,07% menjadi Rp 55,4 triliun (2012: 17,06% menjadi Rp


49,0 triliun) didorong oleh pertumbuhan volume penjualan.
Biaya pokok penjualan naik 11,84% menjadi 44,6 triliun hasil dari kenaikan
volume dan peningkatan harga jual.
Walaupun penjualan dan BPP sama-sama mengalami kenaikan, laba kotor
meningkat tetap meningkat sebesar 18,39% dari tahun sebelumnya. Ini
dikarenakan karena kenaikan penjualan lebih besar dari kenaikan biaya
pokok penjualan.
Kenaikan beban usaha juga terjadi seiring dengan kenaikan penjualan.
Beban usaha meningkat 32,94% dari periode sebelumnya. Sedangkan
untuk beban lainnya, perusahaan dapat melakukan efisiensi sehingga
turun sebesar 80,93%. Hal ini menyebabkan laba usaha meningkat
11,05%.
Beban bunga pada tahun 2013 meningkat sebesar 52,62%. Hal ini
mungkin dikarenakan karena kenaikan pinjaman atau kenaikan suku
bunga pinjaman.
Laba bersih naik 7,75% dari Rp 4,1 triliun menjadi Rp 4,4 triliun Laba per
saham untuk tahun 2013 adalah sebesar Rp 2.250 (2012: Rp 2.086).
ANALISIS HORIZONTAL TAHUN 2013 (Neraca)

1. ASET
a. Total aset tidak lancar meningkat sebesar 32,71% dikarenakan adanya
penambahan aset tetap (mesin, bangunan, dll).
b. Penurunan aset lancar di akhir tahun 2012 sebesar Rp 427 miliar
(1,41%) disebabkan oleh kombinasi naiknya kas dan piutang seiring
dengan peningkatan penjualan sepanjang tahun 2012 dan turunnya
persediaan dari Rp 28 triliun menjadi Rp 26,6 triliun (4,89%).
c. Saldo kas sepanjang tahun 2012 disesuaikan dengan kebutuhan
likuiditas normal Perseroan.
2. LIABILITAS
a. Saldo pinjaman jangka pendek pada tahun 2012 naik sebesar 32,45%
untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, antara lain pembelian bahan
baku, pembelian pita cukai dan aset tetap.
b. Pada akhir tahun 2012, utang usaha Perseroan kepada pihak ketiga turun
sebesar Rp 1 triliun (70,32%)
c. Kewajiban pembayaran cukai dan PPN rokok turun dari Rp 5,4 triliun
menjadi Rp 4,8 triliun (12,62%).
3. EKUITAS
Ekuitas Perseroan naik 8,37% menjadi Rp 26,6 triliun (2011: 15% menjadi
Rp 24,5 triliun), yang berasal dari laba yang ditahan setelah dikurangi
dengan pembayaran dividen kepada pemegang saham atau pemilik.

ANALISIS HORIZONTAL TAHUN 2013 (L/R)

Penjualan naik 17,06% menjadi Rp 49,0 triliun (2011: 11% menjadi Rp


41,8 triliun) dikarenakan
pertumbuhan volume penjualan keseluruhan.
Beban pokok penjualan naik 25,47% menjadi Rp 39,8 triliun, dan laba
kotor turun 9,33% menjadi Rp 9,2 triliun (2011: Rp 10,1 triliun). Beban ini
meningkat seiring dengan meningkatnya volume penjualan dan mungkin
adanya kenaikan biaya produksi.
Beban cukai dan PPN rokok meningkat 16,8% menjadi Rp 26,0 triliun
seiring dengan kenaikan volume penjualan domestik dan adanya kenaikan
tarif cukai di tahun 2012.
Perseroan berhasil menekan beban usaha yang mencakup beban
penjualan, beban umum dan administrasi sebesar 3,44%. Namun, beban
lain-lain justru meningkat drastis sebesar 723,9% sehingga membuat laba
usaha tahun 2012 turun sebesar 12,26%.
Beban bunga meningkat dari Rp 253 miliar menjadi Rp 495 miliar
(95,66%) seiring dengan adanya peningkatan penggunaan fasilitas kredit
jangka pendek untuk membiayai pembelian bahan baku, sarana produksi
dan kebutuhan lainnya.
Adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tahun 2012
mengakibatkan kerugian selisih kurs yang meningkat sebesar 41,49% dari
tahun 2011
Laba sebelum pajak penghasilan turun 16,39% menjadi Rp 5,5 triliun. Hal
ini jelas terjadi karena adanya kenaikan beban lain-lain dan beban bunga
yang lbih tinggi dari kenaikan penjualan keseluruhan.
Dikarenakan karena laba sebelum pajak yang menurun, beban PPh pada
tahun 2012 juga menurun sebesar 194 miliar atau 11,77% dari tahun
2011
Laba bersih mengalami penurunan dari Rp 4,96 triliun menjadi Rp 4,07
triliun karena beberapa faktor seperti kenaikan beban bahan baku dan
kenaikan beban cukai & PPN rokok. Laba per saham Perseroan untuk tahun
2012 mencapai Rp 2.086 (2011: Rp 2.544).

Anda mungkin juga menyukai