Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PROBLEM BASED LEARNING MELALUI METODE EKSPERIMEN


DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN
METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Pembelajaran Materi Listrik Dinamis Kelas X Semester Genap SMA


Negeri 1 Karangrayung Tahun Pelajaran 2015/2016)

Farra Ardilla Prastyaninda1, Sukarmin2, Suparmi3


1
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
farrafadhilla@gmail.com
2
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sukarmin67@staff.uns.ac.id
3
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
soeparmi@staff.uns.ac.id

Abstrak

Pembelajaran berbasis masalah masih sulit dilakukan oleh guru maupun siswa. Oleh karena itu tujuan penelitian
ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar: antara siswa yang diberi pembelajaran fisika berbasis problem
based learning dengan menggunakan metode eksperimen dan inkuiri terbimbing, antara siswa yang memiliki
keterampilan metakognitif tinggi dan rendah, antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan
rendah, serta mengetahui hasil belajar antara: pembelajaran fisika berbasis problem based learning dengan
keterampilan metakognitif siswa, pembelajaran fisika berbasis problem based learning dengan kemampuan
berpikir kritis, keterampilan metakognitif dengan kemampuan berpikir kritis siswa, pembelajaran fisika berbasis
problem based learning, keterampilan metakognitif, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X
SMAN 1 Karangrayung tahun pelajaran 2015/ 2016. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling
terdiri dari 2 kelas X4 dan X5. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar,
keterampilan metakognitif, dan kemampuan berpikir kritis serta teknik dokumentasi untuk mendapatkan data
kemampuan awal siswa. Analisis data menggunakan anava univariat. Hasil penelitian ini adalah: (1)
pembelajaran fisika berbasis PBL menggunakan inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa; (2)
tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi maupun
rendah; (3) siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik
dibanding dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah; (4) tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran fisika berbasis PBL dengan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar siswa; (5) tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran fisika berbasis PBL dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
belajar siswa; (6) tidak ada interaksi antara kemampuan metakognitif dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
hasil belajar; (7) ada interaksi antara pembelajaran fisika berbasis PBL, keterampilan metakognitif, dan
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa.
.
Kata kunci: inkuiri terbimbing, keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis.

1
Pendahuluan penelitian yang dilakukan oleh Herman (2007)
bahwa guru-guru serta siswa SMP di Bandung
Fisika merupakan salah satu cabang dari masih kesulitan dalam menerapkan
ilmu pengetahuan alam (IPA) yang memiliki pembelajaran berbasis masalah
peranan besar dalam kemajuan ilmu Peraturan Menteri Pendidikan dan
pengetahuan dan teknologi (iptek). Kemajuan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013, tentang
iptek juga harus didukung dengan Sumber Daya standar proses dicanangkan untuk mencapai
Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh
hal yang dapat dilakukan supaya dapat BSNP. Salah satu dari standar proses tersebut
mencetak SDM yang berkualitas adalah dimulai adalah proses pembelajaran pada satuan
dari perbaikan sektor pendidikan. Langkah pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
perbaikan tersebut telah dilakukan oleh inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
pemerintah Indonesia, salah satunya dengan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
menerapkan pembelajaran fisika di sekolah aktif serta memberi ruang yang cukup bagi
yang bertujuan untuk mencetak generasi fisika prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
yang mampu berfikir logis, kritis, kreatif, dan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
inisiatif terhadap segala perubahan yang terjadi. psikologis peserta didik. Upaya perbaikan
Berdasarkan hasil wawancara secara dalam proses pembelajaran fisika. Tugas guru
tidak terstruktur terhadap siswa dan guru fisika termasuk guru fisika SMA adalah membantu
SMAN 1 Karangrayung, pelajaran fisika siswa sebagai anak didik untuk mendapatkan
merupakan salah pelajaran yang dianggap sulit berbagai macam informasi, ide, keterampilan,
bagi siswa. Hasil observasi yang dilakukan di nilai-nilai, dan cara-cara berfikir serta
SMAN 1 Karangrayung juga diperoleh hasil mengemukakan pendapatnya tanpa
ulangan harian materi fisika selama tiga tahun mengabaikan karakteristik yang dimiliki oleh
terakhir yang dirata-dirata kurang dari KKM fisika.
seperti yang terdapat pada Tabel 1, sehingga Fisika memiliki karakteristik berupa
materi fisika belum maksimal dikuasai siswa. produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk di
Berikut ini adalah data nilai rerata hasil ulangan dalam mata pelajaran fisika berupa teori,
harian siswa SMAN 1 Karangrayung pada konsep, hukum dan prinsip yang dicetuskan
semester genap selama tiga tahun terakhir pada oleh para ilmuwan terdahulu. Proses dalam
Tabel 1. fisika meliputi keterampilan untuk mendapat
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Fisika pengetahuan tersebut. Sikap ilmiah adalah sikap
kelas X yang melandasi seseorang untuk memperoleh
Tahun Rata-Rata produk tersebut. Materi listrik dinamis
No KKM
Ajaran Nilai merupakan salah satu materi pada mata
1 2013/2014 69,30 75 pelajaran fisika, yang didalamnya terdapat
2 2014/2015 72,20 75 karakteristik yang dimiliki oleh fisika.
3 2015/2016 70,00 75 Proses dalam membelajarkan fisika yang
(Sumber: Buku daftar nilai guru fisika kelas X kurang tepat cenderung membuat siswa sulit
SMAN 1 Karangrayung) dalam memahami materi fisika. Selain itu
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa nilai terdapat banyak hal yang di pelajari dalam
rata-rata siswa berada di bawah KKM. materi listrik dinamis, sehingga materi ini
Prosentase ketuntasan siswa untuk tahun dianggap memiliki kompleksitas yang tinggi.
2013/2014 yang tuntas hanya 45%. Pada tahun Kuat arus listrik, hambatan serta rangkaian
ajaran 2014/2015 dan 2015/2016 siswa yang hambatan listrik, rangkaian sumber tegangan
tuntas sudah lebih dari 50 % meskipun sedikit listrik hukum Ohm, hukum Kirchoff, loop,
lebih turun di tahun ajaran 2015/2016 adalah beberapa contoh sub materi dalam
dibanding 2014/2016. Rendahnya pencapaian materi listrik dinamis. Materi tentang
hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena kelistrikan selalu ditemukan dalam kehidupan
meskipun proses pembelajaran telah memakai sehari hari, namun banyak yang belum
PBL namun PBL masih sulit dilakukan oleh memahami tentang listrik itu sendiri.
guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan

2
Salah satu hal yang paling penting dalam dihadapkan pada permasalahan yang menuntut
memahamkan siswa terkait materi fisika adalah siswa memiliki kemampuan berfikir tingkat
dengan memperhatikan proses dalam tinggi, menentukan masalah dengan tingkat
pembelajaran fisika itu sendiri. Jika proses yang kesulitan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa,
dijalani oleh siswa berdasarkan pada proses serta waktu yang diperlukan lebih panjang.
saintifik, maka produk-produk fisika akan Namun apabila guru mampu mendesain
sangat mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena pembelajaran sedemikian rupa, siswa dapat
itu perlu disampaikan banyak hal terkait listrik melakukan proses belajar dengan baik sehingga
dinamis demi meningkatkan pemahaman pembelajaran akan benar-benar bermakna bagi
tentang kelistrikan, serta penerapannya dalam siswa.
kehidupan. Materi pembelajaran yang Berdasarkan pengamatan yang terdapat
disampaikan seperti penggunaan alat-alat ukur di lapangan, baik siswa tingkat SMP maupun
listrik, perhitungan dalam persamaan, serta SMA lebih menyukai apabila fisika
pemahaman tentang berbagai istilah dalam disampaikan dengan disertai percobaan, dan
listrik dinamis. Kenyataan di lapangan dikaitkan pula dengan permasalahan yang
dihadapkan juga pada faktor-faktor yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor- Dewey dalam Suranto (2010) proses belajar
faktor tersebut meliputi faktor eksternal seperti hanya akan terjadi kalau siswa dihadapkan
pemilihan model dan metode yang tepat dipakai kepada masalah dari kehidupan nyata untuk
oleh guru ketika mengajar serta fasilitas sekolah dipecahkan. Dalam membahas dan menjawab
yang mendukung dari pemerintah. Faktor kedua masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan
adalah faktor internal yang bersumber dari nyata, seperti mengobservasi, mengumpulkan
guru, yaitu kemampuan guru dalam menguasai data dan menganalisisnya. Oleh karena itu
materi yang diajarkan dan kemampuan yang dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat di
dimiliki oleh siswa seperti: kemampuan dalam dalam kelas.
menyerap materi pembelajaran, kemampuan Metode mengajar juga perlu ditentukan
berpikir kritis dan juga keterampilan serta dirancang agar ketika diterapkan di kelas
metakognitif pembelajaran menjadi lebih efektif. Apabila
Upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran berjalan secara efektif maka
tersebut adalah dengan menerapkan kegiatan belajar di dalam kelas dapat
pembelajaran yang menekankan pada proses memberikan hasil yang baik. Metode yang
sains, keaktifan peserta didik dalam dikembangkan dalam proses belajar mengajar
menggunakan semua indera. Hal ini dapat fisika antara lain adalah metode eksperimen dan
dilakukan dengan memahami dan menyerap inkuiri terbimbing. Dewey cit Chen (2008)
konsep fisika melalui kegiatan pemecahan mengungkapkan students cannot have their
masalah dengan kegiatan ilmiah atau praktikum intelligence and personality developed in their
dan mengkonstruksi pemahaman konsep. learning activities if they are only required to
Menurut Dahar (1996: 79) konsep-konsep listen to the textbook and their teachers.
merupakan batu-batu pembangun berpikir. Actually, only when they get opportunities to
Konsep-konsep merupakan dasar dari proses- do something successful in their own
proses mental yang lebih tinggi untuk experience do they really get educated no
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi. matter how poor their experience once was.
Problem based learning (PBL) Pembelajaran dengan praktikum atau
merupakan pendekatan pembelajaran yang eksperimen adalah salah satu metode
memiliki langkah antara lain: menyelidiki pembelajaran yang menekankan siswa untuk
permasalahan yang timbul, menjabarkan aspek melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
fisikanya, rencana pemecahan, menjalankan mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
rencana, mengevaluasi jawabannya. Hal ini percobaannya. Kemudian hasil pengamatan
sesuai dengan tingkat berpikir yang seharusnya tersebut disampaikan ke dalam kelas dan
dimiliki oleh siswa SMA seperti yang telah dievaluasi oleh guru. Eksperimen dan inkuiri
diuraikan sebelumnya. Implementasi terbimbing merupakan metode pembelajaran
pelaksanaan PBL dalam mata pelajaran fisika yang sejalan dengan teori belajar penemuan

3
yaitu belajar melalui masalah baru. me-review, memantau dan memonitor proses
Perbedaannya adalah dalam penerapannya, pada solusi di dalam pemecahan masalah. Menurut
metode inkuiri terbimbing siswa akan Foong (2002: 135) mengajar melalui
dibimbing oleh guru pada tahapan tertentu pemberian masalah memberikan kesempatan
sedangkan eksperimen siswa akan lebih untuk siswa membangun konsep mata pelajaran
dibebaskan dalam bereksplorasi. Rangkaian yang diikuti. Supaya dapat menyelesaikan
kegiatan belajar menggunakan metode inkuiri masalah dalam fisika siswa harus melalui proses
terbimbing melibatkan secara maksimal seluruh berpikir saintifik dan erat kaitannya proses
kemampuan siswa untuk mencari dan berpikir tersebut dengan kemampuan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, metakognitif siswa. Selain kemampuan
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan metakognitif siswa, salah satu yang berpengaruh
sendiri penemuannya. terhadap proses berpikir siswa adalah
Metode yang digunakan dan kemampuan berpikir kritis.
dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan Kemampuan berpikir kritis sesuai dengan
perseorangan ataupun berkelompok dan Halpern dan Riggio (2013) adalah
dikerjakan dalam waktu tertentu dan secara menggunakan kemampuan atau strategi kognisi
berkolaboratif. Pada proses inkuiri terbimbing yang mampu meningkatkan hal yang ingin
tersebut siswa akan mengalami proses belajar didapatkan, proses ini juga meliputi
dan menemukan pengetahuannya sendiri. Dari memecahkan masalah, merumuskan faktor-
sini jelas bahwa dunia nyata (contextual) dan faktor yang berpengaruh, mengkalkulasi
segala permasalahan perlu mendapat jawaban- berbagai macam kemungkinan, dan membuat
jawaban yang tepat, untuk itulah metode ini keputusan. Menurut Page (2006: 50) berpikir
sangat diperlukan. kritis berhubungan dengan berpikir kognisi
Pada penerapan pembelajaran eksperimen tingkat tinggi seperti menganalisis, mensintesa
peserta didik dapat langsung terlibat dalam dan mengevaluasi.
memperagakan, menunjukkan, mengamati, Kemampuan berpikir kritis merupakan
mencatat segala sesuatu yang terjadi pada salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi.
kegiatan tersebut dan peserta didik akan Kemampuan ini melibatkan operasi-operasi
terkesan dari apa yang dilihat dan dialaminya mental seperti klasifikasi, induksi, deduksi, dan
sehingga diharapkan peserta didik dapat penalaran. Pada prosesnya seringkali
menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses dihadapkan dengan banyak ketidakpastian dan
kegiatan tersebut dengan baik. Dari proses juga menuntut beragam aplikasi yang
tersebut, konsep akan lebih cepat dipahami oleh bertentangan dengan kriteria yang telah
siswa. ditemukan dalam proses evaluasi. Namun hal
Hasil pengamatan Harel & Sowder yang paling penting dalam proses berpikir ini
(2000) dalam Nindiasari (2011) menyatakan adalah membangun pemahaman tentang
bahwa guru dalam mengajar seringkali konsep. Kesimpulannya metakognisi yaitu
memfokuskan pada cara-cara memahami tetapi berpikir tentang seseorang berpikir dan self
tidak membantu siswa untuk membangun cara- regulation dari proses berpikir seseorang
cara efektif untuk berpikir dari cara-cara merupakan sentral dalam berpikir tingkat tinggi.
memahami. Berkaitan dengan hal tersebut Apabila pembelajaran berbasis masalah
faktor internal berperan penting dalam diimbangi dengan memperhatikan kemampuan
kemampuan problem based learning siswa, metakognitif dan kemampuan berpikir kritis
salah satunya yaitu kemampuan metakognitif. siswa, maka akan memeberikan pengaruh
Hasil penelitian Tosun dan Senocak, (2013) positif terhadap hasil belajar siswa pada materi
menunjukkan bahwa problem based learning fisika.
sangat efektif dalam membangun tingkat Berdasarkan uraian-uraian pada
kesadaran kemampuan metakognitif siswa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah
dengan latar belakang pengetahuan IPA yang dan kajian teroi maka dilakukan penelitian ini
lemah. dengan tujuan antara lain untuk mengetahui: (1)
Kemampuan metakognitif atau berpikir perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi
reflektif adalah kemampuan seseorang untuk pembelajaran fisika berbasis problem based

4
learning dengan menggunakan metode menggunakan metode eksperimen dan kelas X5
eksperimen dan inkuiri terbimbing; (2) sebagai eksperimen II dengan menggunakan
perbedaan hasil belajar antara siswa yang metode inkuiri terbimbing. Sampel kemudian
memiliki keterampilan metakognitif tinggi diuji kesamaan kemampuan awalnya.
rendah; (3) perbedaan hasil belajar antara siswa Teknik pengumpulan data dalam
yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi penelitian ini menggunakan: (1) teknik tes
dan rendah; (4) interaksi antara pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar, keterampilan
fisika berbasis problem based learning dengan metakognitif dan kemampuan berpikir kritis, (2)
keterampilan metakognitif siswa terhadap hasil teknik dokumentasi untuk mengetahui
belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran kemampuan awal siswa. Data kemampuan
fisika berbasis problem based learning dengan awal yang diperoleh adalah nilai ulangan fisika
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil materi dinamika gerak. Instrumen pelaksanaan
belajar siswa; (6) interaksi antara keterampilan dalam penelitian ini berupa silabus, Rencana
metakognitif dengan kemampuan berpikir kritis Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
terhadap hasil belajar siswa; (7) interaksi antara Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan
pembelajaran fisika berbasis problem based data berupa tes keterampilan metakognitif, tes
learning, keterampilan metakognitif, dan kemampuan berpikir kritis dan tes hasil belajar
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil siswa.
belajar siswa. Uji normalitas data menggunakan
Kolmogrov-Smirnov berbantuan program SPSS
Metode Penelitian 20. Uji homogenitas menggunakan uji Barlett.
Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan uji
Penelitian ini dilaksanakan di SMA anava univariat berbantuan software SPSS 20.
Negeri 1 Karangrayung yang beralamat di
Jumlah Nilai Nilai
Kelas Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data Tertinggi Terendah
Eksperimen 34 84 60 Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa
Inkuiri
34 95 58 Pada Tabel 2 terlihat nilai rerata tertinggi
Terbimbing
diraih oleh kelas inkuiri terbimbing, namun niai
Jalan Karangrayung-Godong km 5, Kecamatan
terndah juga diraih oleh kelas ini. Selisih nilai
Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Provinsi
tertinggi antara kelas eksperimen dengan kelas
Jawa Tengah. Adapun waktu pelaksanaan
inkuiri terbimbing adalah 11. Sedangkan selisih
penelitian dimulai dari penyusunan proposal
nilai terendahnya adalah 18 poin. Jika dirata-
hingga pembuatan laporan penelitian d
rata, total nilai rerata masing-masing kelas
dimulai bulan September 2015 sampai
adalah 72 untuk kelas eksperimen dan 76,5
dengan Agustus 2016.
untuk kelas inkuiri terbimbing. Dari hasil
Penelitian ini menggunakan metode
deskripsi data tersebut ternyata siswa yang
kuasi eksperimen dengan desain faktorial
belajar dengan PBL melalui metode inkuiri
2x2x2. Rancangan penelitian ini digunakan
terbimbing memperoleh hasil belajar yang lebih
untuk meneliti perbedaan hasil belajar pada dua
baik dibanding siswa yang belajar dengan PBL
kelas yang menggunaan metode pembelajaran
melalui metode eksperimen.
yang berbeda yaitu metode pembelajaran
Sebelum dilakukan uji anava dilakukan
eksperimen dan inkuiri terbimbing yang
dulu uji normalitas dan homogenitas
dihubungkan dengan tinggi rendahnya
kemampuan awal siswa. Berdasarkan hasil uji
keterampilan metakogntif serta kemampuan
normalitas dan homogenitas didapatkan
berpikir kritis siswa.
kesimpulan bahwa data yang diperoleh
Pengambilan sampel dilakukan secara
terdistribusi normal dan varian datanya
cluster random sampling kemudian didapat dua
homogen. Karena uji normalitas dan
kelas sebagai sampel yang diberi perlakuan
homogenitas telah dipenuhi kemudian
berbeda. Sampel penelitian sejumlah dua
dilakukan uji anava. Hasil uji hipotesis seperti
kelas. Masing-masing satu kelas sebagai
pada Tabel 3 dibawah ini.
kelas eksperimen I yaitu kelas X4 dengan
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

5
Uji Hipotesis F Sig. telah dilakukan. Siswa terlihat sangat antusias
Metode 14,772 0,000 ketika diberi pertanyaan-pertanyaan stimulan.
Keterampilan Metakogntif 0,934 0,338 Masing-masing kelas dibagi atas kelompok-
Kemampuan Berpikir Kritis 12,391 0,001 kelompok siswa. Setiap kelompok siswa
Metode* Keterampilan 1,252 0,268 bekerja sama untuk mencari jawaban atas
Metakognitif pertanyaan yang disampaikan oleh pengajar.
Metode* kemampuan 2,318 0,133 Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong
Berpikir Kritis
siswa untuk lebih banyak belajar serta mencari
Keterampilan 0,540 0,540
Metakognititf*Kemampuan tahu.
Berpikir Kritis Berbeda halnya pada pelaksanaan
Metode*Keterampilan 0,005 0,005 pembelajaran PBL menggunakan metode
Metakognititf*Kemampuan ekperimen. Terlebih dahulu siswa diberi
Berpikir Kritis serangkaian materi kemudian siswa
membuktikan melalui serangkaian percobaan.
1. Hipotesis 1 Tidak terdapat pertanyaan stimulan untuk
Hipotesis pertama berkaitan dengan siswa. Rasa keingintahuan siswa terhadap
pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil materi yang diajarkan tidak sebesar pada kelas
belajar siswa. Pengujian hipotesis ini bertujuan inkuiri terbimbing. Hal ini terlihat dari
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar sejumlah siswa yang aktif selama proses
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pembelajaran berlangsung. Pada penjelasan
berbasis PBL menggunakan metode eksperimen keterlaksanaan kedua metode tersebut tersirat
dan inkuiri terbimbing. Hasil analisis data bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar terarah jika dibanding dengan metode
antara siswa yang menggunakan metode eksperimen, serta PBL menggunakan metode
eksperimen dan inkuiri terbimbing. Hal ini inkuiri lebih sesuai apabila diterapkan di dalam
sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan di kelas.
awal. 2. Hipotesis 2
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hipotesis kedua berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sunarno (2010) pengaruh keterampilan metakognitif siswa
yaitu terdapat pengaruh pembelajaran dengan terhadap hasil belajar yang didapatkan.
metode eksperimen dan metode inkuiri Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk
terbimbing terhadap prestasi belajar siswa. mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa
Siswa yang mendapat pembelajaran melalui yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi
inkuiri terbimbing memperoleh prestasi belajar dengan siswa yang memiliki keterampilan
pada aspek kognitif yang lebih tinggi dibanding metakognitif rendah. Hasil analisis data
siswa yang memperoleh pembelajaran melalui diperoleh tidak terdapat perbedaan hasil belajar
eksperimen. Rerata hasil belajar kelas antara siswa yang memiliki keterampilan
eksperimen adalah 74,56 sedangkan rerata hasil metakognitif tinggi maupun rendah. Hal ini
belajar kelas inkuiri terbimbing adalah 78,79. tidak seperti yang diharapkan yaitu ada
Pada pembelajaran baik yang pengaruh keterampilan metakognitif terhadap
menggunakan PBL dengan metode eksperimen hasil belajar siswa.
maupun PBL dengan metode inkuiri terbimbing Hasil yang didapatkan ini tidak sesuai
semuanya dilaksanakan di kelas masing-masing dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
untuk pertemuan pertama. Pada pertemuan Veenman, Wilhelm, dan Beishuzen (2004) yang
selanjutnya pembelajaran dilaksankan di menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
laboratorium fisika sekolah. Perbedaannya signifikan antara keterampilan metakognitif
adalah terletak pada proses pembelajaran itu dengan kepandaian siswa. Menurut Eggen dan
sendiri. Kelas inkuiri terbimbing siswa Kauchak (1996) dalam Corebima (2006), salah
distimulasi dengan pertanyaan-pertanyaan satu manfaat keterampilan metakognitif yaitu
untuk masuk ke materi inti dengan bimbingan dapat membantu siswa menjadi self regulated
dari guru, kemudian memberikan kesimpulan learner yang bertanggung jawab terhadap
terhadap hasil kegiatan belajar mengajar yang kemajuan belajarnya sendiri dan mengadaptasi

6
strategi belajarnya untuk mencapai tujuan berbagai informasi yang dia kumpulkan atau
tugas. yang diambil dari pengambil, pengamatan,
Tidak terdapatnya pengaruh antara refleksi yang dilakukan yang dilakukannya, jika
keterampilan metakogmitif terhadap hasil kognitif anak baik maka kemampuan berpikir
belajar ini kemungkinan dikarenakan oleh kritis berkembang baik pula.
beberapa sebab yaitu kurang kondusifnya saat 4. Hipotesis 4
pembelajaran berlangsung karena kegiatan Hipotesis keempat berkaitan dengan
percobaan sehingga siswa kurang interaksi antara pembelajaran fisika berbasis
berkonsentrasi saat kegiatan pembelajaran. PBL dengan kemampuan metakognitif terhadap
Padahal metakognitif berkaitan dengan proses hasil belajar siswa. Pengujian hipotesis ini
mengetahui dan memonitor proses berpikir atau bertujuan untuk mengetahui interaksi antara
proses kognitif itu sendiri. Kurang pembelajaran fisika berbasis PBL dengan
konsentrasinya siswa akan mempengaruhi cara keterampilan metakognitif terhadap hasil
berpikir siswa, sehingga secara tidak langsung belajar siswa. Hasil analisis data diperoleh
akan mempengaruhi hasil belajar dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran
kemampuan siswa untuk menyimpan memori fisika berbasis PBL dengan keterampilan
tentang hal yang dipelajari. metakognitif siswa terhadap hasil belajar siswa.
3. Hipotesis 3 Hasil uji hipotesis keempat tidak sesuai dengan
Hipotesis ketiga berkaitan dengan hipotesis yang telah dajukan di awal.
pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
terhadap hasil belajar yang didapatkan. hasil penelitian tesis yang dilakukan oleh
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk Anggraini (2011). Dalam penelitiannya
mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa ditunjukkan bahwa keterampilan metakognitif
yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
dengan siswa yang memiliki kemampuan hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi
berpikir kritis rendah. Hasil analisis data berbasis PBL.
diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar Tidak adanya interaksi antara metode
antara siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan metakognitif terhadap hasil
berpikir kritis tinggi dengan siswa yang belajar siswa dikarenakan pada saat
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. pembelajaran siswa yang memiliki
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah keterampilan metakognitif tinggi maupun
diajukan di awal. rendah baik dalam kelas eksperimen maupun
Berdasarkan uji lanjut compare means dalam kelas inkuiri terbimbing sama-sama
rerata hasil belajar siswa yang memiliki melaksanakan proses pembelajaran secara aktif.
kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 79,14 Meskipun dalam keterlaksanaannya ada
sedangkan hasil belajar siswa yang memiliki beberapa siswa yang tidak terlihat aktif, namun
kemampuan berpikir kritis rendah sebesar 74,06 sebagian besar siswa berperan aktif.
sehingga beda reratanya adalah 5,082. Hal ini 5. Hipotesis 5
menunjukkan siswa yang memiliki kemampuan Hipotesis kelima mengasumsikan tentang
berpikir kreatif tinggi hasil belajar kognitifnya adanya interaksi antara pembelajaran fisika
lebih baik dari pada siswa yang mamiliki berbasis PBL dengan kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kreatif rendah. terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis data
Hasil penelitian yang telah didapat diperoleh tidak terdapat hasil belajar siswa.
relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk
oleh McMullen dan Maureen. A, (2009) mengetahui interaksi antara pembelajaran fisika
menjelaskan bahwa kemampuan kritis siswa berbasis PBL dengan kemampuan berpikir kritis
berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Paul terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis data
(2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis diperoleh tidak terdapat interaksi hasil belajar
merupakan suatu proses disiplin secara antara pembelajaran fisika berbasis PBL dengan
intelektual dimana seseorang secara aktif dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil
terampil memahami, mengaplikasikan, keputusan uji hipotesis kelima tidak sesuai
menganalisis, mesintesiskan dan mengevaluasi dengan yang diharapkan yaitu terdapat interaksi

7
hasil belajar antara pembelajaran fisika berbasis Wicaksono (2015), yang menunjukkan bahwa
PBL dengan kemampuan berpikir kritis siswa. terdapat hubungan antara keterampilan
Hal ini bertentangan dengan penelitian metakognitif dan berpikir kritis terhadap hasil
yang pernah dilakukan oleh Afandi (2012). belajar kognitif siswa dalam strategi reciprocal
Hasil penelitiannya menunjukkan pembelajaran teaching. Pada penelitiaannya, Danial (2010)
dengan pendekatan metakognitif model PBL juga mengungkapkan bahwa strategi PBL
secara signifikan lebih baik dibandingkan memberikan pengaruh positif kepada
model reciprocal teaching. Kemampuan keterampilan metakognisi mahasiswa. Hal ini
berpikir kritis tinggi secara signifikan lebih baik menunjukkan bahwa dalam penelitian Danial,
dibandingkan kemampuan berpikir kritis terdapat interaksi antara keterampilan
rendah. Serta terdapat interaksi antara model metakognisi dengan pembelajaran PBL.
pembelajaran dengan kemampuan berpikir Tidak adanya interaksi hasil belajar
kritis siswa. Selain itu penelitian yang antara keterampilan metakognitif dan
dilakukan oleh Nurlaila (2013) yang kemampuan berpikir kritispada penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
PBL dan keterampilan berpikir kritis terhadap tersebut meliputi pendekatan pembelajaran,
prestasi belajar siswa pada aspek kognitif. metode pembelajaran, kemampuan berpikir
Tidak adanya interaksi antara kritis dan keterampilan metakognitif siswa,
pembelajaran fisika berbasis PBL dengan serta masih banyak keterbatasan dalam
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil penelitian sehingga tidak dapat mengontrol
belajar disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor-faktor diluar kegiatan pembelajaran.
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis 7. Hipotesis 7
tinggi lebih mendominasi saat kegiatan belajar Hipotesis ketujuh berkaitan dengan
baik pada kelas eksperimen maupun inkuiri interaksi pengaruh antara pembelajaran fisika
terbimbing. Siswa yang memiliki kemampuan berbasis PBL, kemampuan metakognitif, dan
berpikir kritis tinggi cenderung lebih banyak kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
bertanya tentang sesuatu hal yang belum belajar siswa. Pengujian hipotesis ini bertujuan
dimengerti, lebih aktif dalam kegiatan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi
percobaan. Sehingga baik pada kelas pengaruh antara pembelajaran fisika berbasis
eksperimen maupun inkuiri terbimbing, siswa PBL, kemampuan metakognitif, dan
berkemampuan berpikir kritis tinggi kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi belajar siswa. Hasil analisis data diperoleh
pula dibandingkan dengan siswa terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran
berkemampuan berpikir kritis rendah. fisika berbasis PBL, ketermpilan metakognitif,
6. Hipotesis 6 dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
Hipotesis keenam mengasumsikan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hipotesis
tentang adanya interaksi pengaruh antara yang telah diajukan di awal.
kemampuan metakognitif dengan kemampuan Menurut Ennis (1993) Berpikir kritis
berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa. merupakan proses terorganisasi yang
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melibatkan aktivitas mental seperti
mengetahui interaksi antara kemampuan menganalisa, mengamati dan mengambil
metakognitif dengan kemampuan berpikir kritis keputusan. Pengambilan keputusan ini juga
terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis data merupakan salah satu strategi metakognitif.
diperoleh tidak terdapat interaksi antara Meningkatkan kemampuan berpikir kritis
kemampuan metakognitif dengan kemampuan berarti juga meningkatkan strategi metakognitif
berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa. Hal yang baik. Hal ini juga didukung dengan
ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah pembelajaran yang berbasis PBL menggunakan
diajukan di awal yaitu ada interaksi pengaruh metode eksperimen dan inkuiri terbimbing.
antara kemampuan metakognitif dengan Berdasarkan deskripsi data hasil belajar
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil siswa, dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai
belajar. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai keterampilan metakognitif tinggi dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh kemampuan berpikir kritis tinggi jika diberi

8
pembelajaran berbasis PBL menggunakan menjalani proses pembelajaran dengan baik. 3).
metode inkuiri terbimbing memiliki hasil Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
belajar yang lebih besar jika dibandingkan lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar,
dengan yang diajar mrnggunakan pembelajaran sehingga dapat menambah pengetahuan guru
berbasis PBL melalui metode eksperimen. dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang relevan dari Trnov dan Trna 5). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
(2011), menunjukkan ada perubahan yang acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya
signifikan mengenai hasil belajar siswa setelah yang sejenis dan hasil penelitian ini diharapkan
diterapkannya inkuiri terbimbing. dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
Kesimpulan dan Rekomendasi mata pelajaran fisika.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian


hipotesis yang telah dipaparkan, dapat Daftar Pustaka
disimpulkan (1) Pembelajaran Fisika berbasis Afandi. (2011). Pembelajaran Biologi
PBL menggunakan inkuiri terbimbing Menggunakan Pendekatan Metakognisi
berpengaruh terhadap hasil belajardengan nilai Melalui Model Reciprocal Teaching dan
sig. 0,000<0,05. (2) Tidak terdapat perbedaan Problem Based Learning ditinjau Dari
hasil belajar antara siswa yang memiliki Kemandirian Belajar dan Kemampuan
keterampilan metakognitif tinggi maupun Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal
rendah karena sig.0,338>0,05. (3) Siswa yang Pendidikan Matematika dan IPA. 2(2): 1-7.
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
memiliki hasil belajar yang lebih baik Anggraini, V. D. (2011). Pengaruh
dibanding dengan Siswa yang memiliki Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil
kemampuan berpikir kritis rendah karena Belajar Siswa Melalui Model Problem
sig.0,001. (4) Tidak terdapat interaksi hasil Based Learning (PBL). Tesis: Universitas
belajar antara pembelajaran fisika berbasis PBL Muhammadiyah Malang.
dengan keterampilan metakognitif siswa karena
sig. 0,268>0,05. (5) Tidak terdapat interaksi Chen, X. (2008). On Design Experiment
hasil belajar antara pembelajaran fisika berbasis Teaching in Engineering Quality
PBL dengan kemampuan berpikir kritis siswa Cultivation. International Education
karena sig 0,133>0,05. (6) Tidak ada interaksi Studies. 1 (3), 49-51.
hasil belajar antara kemampuan metakognitif
dengan kemampuan berpikir kritis (0,540 > Corebima, A. D. (2006). Pembelajaran Biologi
0,05). (7) Ada interaksi pengaruh antara
yang Memberdayakan Kemampuan
pembelajaran fisika berbasis PBL, keterampilan
metakognitif, dan kemampuan berpikir kritis Berpikir Siswa. Makalah disajikan dalam
terhadap hasil belajar siswa (sig. 0,005<0,05). Pelatihan Strategi Metakognitif pada
Berdasarkan simpulan dan implikasi Pembelajaran Biologi untuk Guru guru
hasil penelitian, sebagai perbaikan dan Biologi SMA. Palangkaraya: Lembaga
peningkatan dalam pembelajaran fisika saran Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM)
dari peneliti adalah: 1). Manajemen waktu yang UNPAR, 23.
baik dan persiapan menggunakan praktikum
dalam pembelajaran pada penerapan metode Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar.
pembelajaran yang digunakan dalam
Bandung: Erlangga
pembelajaran, khususnya metode eksperimen
dan inkuiri terbimbing akan memberikan
Danial, M. (2010). Pengaruh Strategi PBL
dampak positif terhadap hasil belajar. 2).
terhadap Keterampilan Metakognisi dan
Perumusan masalah dan langkah kerja pada
Respon Mahasiswa.
PBL melalui metode eksperimen dan inkuiri
terbimbing harus diinformasikan kepada siswa
Ennis, R. H. (1993). Critical thinking
secara jelas dan terarah, agar siswa dapat
assessment. Theory into practice, 32(3):

9
179-186. Jurnal Chemical. 11(2), 1-10
Suranto. (2005). Focused Based Education
Foong, P. Y. (2002). Using Short Opend- sebagai Solusi Peningkatan Mutu Sistem
Ended Mathematics Questions to Promote Pendidikan di Indonesia. Makalah
Thinking and Undestanding. National Seminar Mahasiswa Teknik Industri UNS,
Institute of Education, Singapore. Surakarta.
Diperoleh 3 Januari 2016, dari
http:/www.math.unipa.it Tosun, C & Senocak, E. (2013). he Efects of
Problem-Based Learning on
Halpern, D. F., & Riggio, H. R. (2013). Metacognitive Awareness and Atitudes
Thinking Critically About Critical toward Chemistry of Prospective Teachers
Thinking: A Workbook to Accompany with Diferent Academic Backgrounds.
Halpern's Thought & Knowledge. Australian Journal of Teacher
Routledge. Education,38(3), 68-73

Herman, T. (2007). Pembelajaran berbasis Trnov, E., & Trna, J. (2011). Hands-on
masalah untuk meningkatkan experimental activities in inquiry-based
kemampuan berpikir matematis tingkat science education. In Proceedings book of
tinggi siswa sekolah menengah pertama. the joint international conference MPTL,
16: 293-298.
Educationist, 1(1), pp-47.
Veenman, M. V., Wilhelm, P., & Beishuizen, J.
Mullen, M., & Maureen, A. (2009). Examining
J. (2004). The relation between intellectual
Patterns of Change in the Critical Thinking
and metacognitive skills from a
Skills of Graduate Nursing Student. The
developmental perspective. Learning and
Journal of Nursing Education, 48 (6), 310-
instruction, 14(1), 89-109.
318.
Wicaksono, C. (2015). Hubungan
Nindiasari, H. (2011). Pengembangan Bahan Keterampilan Metakognitif dan Berpikir
Ajar dan Instrumen untuk Meningkatkan Kritis terhadap Hasil Belajar Kognitif
Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi
Pendekatan Metakognitif pada Siswa dengan Reciprocal Teaching. Tesis:
Sekolah Mengah Atas (SMA). Prosiding Universitas Negeri Malang
Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, 251-263.
Yogyakarta: FKIP Universitas Negeri
Yogyakarta.

Nurlaila, N. (2013). Pembelajaran Fisika


dengan PBL Menggunakan Problem
Solving dan Problem Posing Ditinjau dari
Kreativitas dan Keterampilan BErikir Kritis
Siswa. Jurnal Inkuiri, 2(2), 114-123

Paul, R. (2005). The state of critical thinking


today. New directions for community
colleges, 2005(130), 27-38.

Sunarno. (2010). Pembelajaran Metode


Eksperimen dan Inkuiri Terbimbing
Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemmpuan
dalam Menggunakan Alat Ukur. Tesis.
Universitas Sebelas Maret

10
Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dra.Suparmi, M.A.,Ph.D


Sukarmin, S.Pd.,M.Si.,Ph.D
NIP 195209151976032001
NIP 196708022000121001

Reviewer

Dr. Sarwanto, M.Si


NIP. 19690901199403002

11
12
Pembimbing II

Prof. Dra.Suparmi, M.A.,Ph.D


NIP. 19520915 197603 2 001

13

Anda mungkin juga menyukai