Anda di halaman 1dari 14

28

Muhammadiyah Journal of Nursing

Fatin Lailatul Badriyah1, Sri Kadarsih2, Latihan Fisik Terarah Penderita


Yuni Permatasari I3
1). Universitas Muhammadiyah Surabaya
Post Sindrom Koroner Akut
2). Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam Memperbaiki Otot Jantung
3). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kajian terhadap rehabilitasi jantung/latihan fisik terarah
E-mail : fatin_lb@yahoo.co.id dalam menormalkan hemodinamik (Tensi,Nadi) dan
gambaran konduksi EKG di lokasi inferior, anterior, antero
septal dan lateral tinggi

ABSTRACT PENDAHULUAN
Background: One of cardiovascular disease and Sindrom Koroner Akut (SKA) atau penyakit
very scary is acute coronary syndrome (ACS).
It is currently one of the leading causes of kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab
death in developed and developing countries, utama dan pertama kematian di negara maju dan
including Indonesia. SKA can be either acute
myocardial infarction, including ST-segment berkembang, termasuk Indonesia. SKA merupakan
elevation MI (STEMI) and non- segment elevation
MI (NSTEMI), and unstable angina. Globally penumpukan plaque baik total maupun sebagian
become the rst cause of death in developing yang disebabkan oleh terbentuknya bekuan darah yang
countries, replace mortality due to infection.
Systematic eort is needed and intensively to menutupi dinding pembuluh darah yang sudah pecah,
prevent the increasing cases of illness, among plaque ini mengurangi ruang gerak dari aliran darah.
others with cardiac rehabilitation. One of
cardiac rehabilitation can be done is directed Hal ini tidak lepas dari aktivitas otot jantung lapisan
physical exercise. tengah dari jaringan otot yang tebal, dan bertanggung
Objectives: To determine the eect of derected
physical exercise on the function of cardiac jawab untuk kegiatan utama pemompaan ventrikel,
muscle, assessed based on the results of indikator yang terlihat meliputi tekanan darah, frekuensi
blood pressure, pulse and ECG.
Methods: The study uses a quasi-experiment nadi dan gambaran EKG.
design, the research subjects totaling 64 Menurut laporan badan kesehatan sedunia
people divided into intervention group as
32 peoples and control group of 32 peoples, PBB (WHO), hasil revisi laporan 2008-2010 estimasi
carried out in hospital cardiac clinic Siti penyebab kematian penduduk dunia yang terbit tahun
Khodijah Surabaya.
Results: Wilcoxon test and Mann Whitney test, 2010 menyebutkan bahwa distribusi penyebab kematian
obtained results there is a signicant inuence untuk masing-masing wilayah di dunia meliputi Afrika
on tension with p-value of 0.001 (p <0.05),
there is no signicant eect on the change of penyumbang kematian terbesar Pneumonia, sedangkan
the pulse with the p-value of 1.000> (p <0.05), Oceania, Asia, Eropa dan Amerika penyumbang
and signicantly inuence changes in EKG with
P-value 0.000 <(P <0.05). The results of the kematian terbesar adalah penyakit jantung. Lebih lanjut
Nagelkerke test and Chi-square, obtained results dijelaskan setiap tahun sekitar 50% penduduk dunia
physical exercise directed has contributed to
the tension of 16.4%, OR = 9.552, while the ECG meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh
changes of 47.0%, OR = 27.617. darah yang diperkirakan angka ini akan meningkat
Conclusions: Physical exercise directed has a
signicant eect on blood pressure and EKG, terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia.
where the directional physical exercise has a Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan
more signicant eect on blood pressure than
the ECG. Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart
Federation) memprediksi penyakit jantung menjadi
Key word: Physical exercise directed and
Coronary acute syndrome (ACS) penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada
tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global
29
Muhammadiyah Journal of Nursing

akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan bertujuan untuk : (1) mengoptimalkan kapasitas
masyarakat miskin dan menengah. Di negara fisik tubuh, (2) memberi penyuluhan pada pasien
berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka dan keluarga dalam mencegah perburukan
kematian akibat penyakit jantung koroner akan dan (3) membantu pasien untuk kembali dapat
meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami
pada perempuan, sedangkan di negara maju gangguan jantung6.
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada Penderita post sindrom koroner akut perlu
laki-laki dan 29% pada perempuan. Oleh karena direhabilitasi jantung, sehingga dapat kembali
itu sindrom koroner akut menjadi penyebab kepada suatu kondisi yang optimal secara fisik,
kematian dan kecacatan nomor satu di dunia4. medik, psikologik, sosial, emosional, seksual, dan
Penyakit jantung koroner di Indonesia vokasional, rehabilitasi jantung juga berguna
pada tahun 2006 sampai dengan 2011 mengalami untuk melatih mobilitasi dan kerja jantung dan
peningkatan, dari data Riset Kesehatan Dasar memulihkan kondisi dalam memenuhi kebutuhan
(RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007 hidup sehari-hari. Bila tidak dilakukan rehabilitasi
diketahui bahwa, 31,9% kematian di Indonesia jantung maka otot-otot jantung penurunan
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. aktifitas secara periodik, memperluas iskemia/
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat infark serta memicu terjadinya serangan berulang,
penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. hal ini bisa berlanjut kematian. Program latihan
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional fisik didasarkan pada tingkat kesadaran pasien
(SKRTN), menunjukkan bahwa dalam 18 tahun dan kebutuhan individual. Hal yang penting
terakhir angka tersebut cenderung mengalami untuk diperhatikan adalah bahwa program
peningkatan. Pada tahun latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target
1991, angka kematian akibat SKA adalah frekuensi denyut nadi, perceived exertion maupun
16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut prediksi METs. Apabila terjadi gejala gangguan
melonjak menjadi 26,4 %, dan pada tahun 2009 jantung, ortopedik maupun neuromuskular,
meskipun terjadi penurunan menjadi 23,8%, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap
angka ini masih sangat tinggi. Diperkirakan angka program latihan7.
ini akan terus meningkat dan bisa mencapai 53,5 Penderita penyakit jantung dapat
per 100.000 penduduk5. kembali menjadi orang-orang yang produktif di
Prevalensi kunjungan di poli jantung rumah lingkungannya sehingga di-perlukan pendekatan
sakit siti khodijah sepanjang sidoarjo dari bulan baru sebagai metode tambahan yang dapat
April sampai Juni 2013 jumlah pasien jantung memperbaiki perawatan penderita coronary
sebanyak 600 orang yang kontrol pada dokter ahli prone, penderita pasca infark miokard, dan
kardiologi, sebanyak 100 orang merupakan pasien penderita pasca bedah pintas koroner. Program
SKA, sehingga tiap bulan sekitar 33 orang. pengobatan tambahan ini dikenal dengan
Program rehabilitatif yang kompre-hensif Cardiac Rehabilitation. Hal ini tentu sangat
diperlukan untuk mengembalikan kemampuan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
fisik paska serangan serta mencegah terjadinya yang menyatakan bahwa upaya kesehatan harus
serangan ulang. Program rehabilitasi tersebut mencakup aspek- aspek promotif, preventif,
meliputi perubahan gaya hidup yang antara lain kuratif, dan rehabilitative.
meliputi pengaturan pola makan, manajemen Program rehabilitasi jantung merupakan
stress, latihan fisik. Pada dasarnya,program salah satu penatalaksanaan non farmakologis
rehabilitasi pada penderita gangguan jantung pasien SKA. Pasien SKA merupakan indikasi
30
Muhammadiyah Journal of Nursing

utama dianjurkan melaksanakan program selama 2- 6 minggu. Rehabilitasi lanjutan (out


8
rehabilitasi jantung . Lebih lanjut Deaner patient) selama hidup. Program rehabilitasi
menjelaskan program rehabilitasi jantung terdiri jantung di Indonesia sudah berjalan dengan
dari empat fase, yaitu fase I selama pasien di rumah baik dengan adanya pusat- pusat rehabilitasi
sakit, fase II segera setelah pasien keluar rumah jantung seperti di Rumah Sakit Jantung dan
sakit, fase III segera setelah fase II masih dalam Pembuluh Darah Harapan Kita, RSUPN Cipto
pengawasan tim rehabilitasi jantung, dan fase IV Mangunkusumo Jakarta. Secara kualitas dan
merupakan fase pemeliharaan jangka panjang. kuantitas perlu terus dikembangkan, karena
Program rehabilitasi pada pasien SKA bertujuan rehabilitasi jantung mempunyai peranan penting
untuk memulihkan kondisi fisik, mental, sosial untuk pemulihan fisik dan psikologis pasien SKA
serta vokasional seoptimal mungkin. dengan mengikutsertakan keluarga10.
Tujuan program rehabilitasi akan tercapai Sebuah penelitian menemukan bahwa
bila terdapat tiga komponen penting dalam meskipun program rehabilitasi jantung terbukti
perencanaan dan atau menjalankan program. membantu pasien SKA setelah pulang dari
Komponen tersebut adalah penerapan konsep rumah sakit, hampir separuh pasien SKA tidak
rehabilitasi dini, pendidikan kesehatan bagi dirujuk untuk mengikuti program rehabilitasi
pasien beserta keluarganya, dan kesiapan staf jantung11. Hal ini didukung dengan data 13 %
pelaksana dalam penanganan pasien SKA9. angka kekambuhan pasien gagal jantung sebagai
Dengan demikian program rehabilitasi manifestasi SKA di RSJPD-HK tahun 2005-2006,
kardiovaskuler ini dapat dibagi menjadi: Program salah satu penyebabnya adalah tidak efektifnya
yang membantu mengurangi kejadian infark penatalaksanaan regimen terapeutik termasuk
miokard pada kelompok penderita risiko tinggi latihan aktifitas yang harus dilaksanakan oleh
cardiac prone. pasien dan keluarga dalam perawatan di
Program rehabilitasi jantung untuk orang- rumah (Pusdalit RSJPD-HK, 2006)11. Dengan
orang yang baru mengalami serangan jantung. demikian perlu dilakukan penelitian terkait
Program penderita yang sudah berobat jalan topik rehabilitasi jantung untuk meyakinkan
(out patient) yang sudah mengalami physical pentingnya program rehabilitasi jantung.
conditioning dapat mengurangi kejadian infark Dari studi pendahuluan yang penulis
miokard berulang, dan mengurangi angka lakukan di, didapatkan bahwa belum
kematian bila terjadi serangan jantung kedua. dilaksanakannya rehabilitasi jantung (latihan
Melalui program rehabilitasi yang terencana fisik) secara benar dan kontinu sehingga penulis
maka secara fisik dan mental akan menjadi ingin melakukan penelitian tentang latihan fisik
lebih kuat. Hal ini mengurangi kemungkinan terarah penderita post sindrom koroner akut
serangan infark kedua dan memperbaiki dalam memperbaiki otot jantung di poli jantung
kesempatan hidup (survival). rumah sakit siti khodijah sepanjang sidoarjo.
Pada penderita yang sedang dalam
perawatan sebaiknya diputuskan oleh dokter METODE PENELITIAN
yang merawatnya, yang mengenal kondisi Jenis penelitian ini adalah penelitian
penderita. Secara garis besar terdapat 3 fase bagi eksperimental yaitu penelitian yang dikenakan
penderita yang sedang dalam perawatan yaitu: pada masyarakat sebagai kesatuan himpunan
Rehabilitasi dini di rumah sakit selama 1-2 subjek12. Penelitian ini memberikan perlakukan
minggu. Rehabilitasi di rumah, mempersiapkan dengan pendekatan subyek secara individual di
penderita untuk kembali bekerja (return to work) klinik, Perlakuan diberikan dalam latihan fisik
31
Muhammadiyah Journal of Nursing

terarah pada subyek. Efek perlakuan diamati khodijah Sidoarjo dan herart clinic Surabaya.
dengan menggunakan satuan anlisis keaktifan
otot jantung individu dengan indikator Hasil Penelitian dan Pembahasan
hemodinamik ukuran tekanan darah, frekuensi 1. Analisis Bivariat
nadi dan gambaran EKG. Pada analisis bivariat peneliti menggunakan
Rancangan penelitian ini menggu-nakan dua pendekatan uji statistik, pendekatan
rancangan Non- Equivalent Control Group dengan pertama dengan uji Wilcoxon test, bertujuan
ada kelompok pembanding (kontrol), kelompok untuk mengetahui pengaruh latihan fisik terarah
ini tidak diberikan latihan fisik terarah, tetapi sebelum dilakukan latihan fisik terarah dan setelah
pada kelompok perlakuan diberi latihan fisik diberikan latihan fisik terarah (pre dan post test),
terarah sesuai modul. Pada tahap awal semua terhadap tensi, nadi dan gambaran EKG pasien
sample dilakukan pemeriksaan (Tensi, Nadi dan post SKA, baik kelompok intervensi maupun
rekam EKG) (01) kemudian kelompok intervensi kelompok kontrol. Pada pendekatan kedua
diberikan latihan fisik terarah sesuai modul (X). adalah dengan menggunakan uji Mann Whitney
Pada kelompok kontrol hanya diberikan obat. Test, bertujuan untuk mengetahui intervensi
Setelah diberi perlakuan, semua sample dilakukan latihan fisik terarah terhadap tensi, nadi dan
lagi pemeriksaan (Tensi,Nadi, dan rekam EKG) gambaran EKG pasien post SKA pada kelompok
(02). Responden kelompok perlakuan diteliti intervensi dan kelompok kontrol secara bersama-
pada waktu dirumah dan kelompok pembanding/ sama. Hasil uji statistik dapat dilihat pada table
kontrol diteliti di poli jantung rumah sakit siti 4.1 dan 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil uji pengaruh latihan fisik terarah terhadap tekanan darah, nadi dan gambaran
EKG pada pasien Sindrom Koroner Akut pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RS
Siti Kodijah dan Klinik Jantung Surabaya dengan uji Wilcoxon test
PRE POST
Variable Abnormal Normal Total Abnormal Normal Total Wilc.
F % F % F % F % F % F %
Tensi
Intervensi 12 37,5 20 62,5 32 100 1 3,1 31 96,9 32 100
0,001
Kontrol 15 46,9 17 53,1 32 100 15 46,9 17 53,1 32 100
27 37 64 16 48 64

Nadi
Intervensi 0 0 32 100 32 100 0 0 32 100 32 100
1
Kontrol 2 6,3 30 93,7 32 100 3 9,4 29 90,6 32 100
2 62 64 3 61 64

Ekg
Intervensi 29 90,6 3 9,4 32 100 1 3,4 31 96,6 32 100
0
Kontrol 30 93,7 2 6,3 32 100 22 68,8 10 31,1 32 100
59 5 64 23 41 64

Sumber : Data primer 2013.* Uji wilcoxon test


32
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 4.1 uji statistik dengan wilcoxon tets, kontrol), jumlah responden dengan nadi
menggambarkan hasil analisis bivariat pengaruh abnormal sebanyak 2 orang (6,3%) dan responden
latihan fisik terarah terhadap tensi pasien post dengan nadi normal sebanyak 30 orang (93,7%).
SKA, dengan penjelasan sebagai berikut; sebelum Setelah dilakukan intervensi latihan fisik terarah
dilakukan latihan fisik terarah, jumlah responden pada kelompok intervensi (post test kelompok
dengan tensi abnormal pada kelompok intervensi intervensi), jumlah responden dengan nadi
(pre test kelompok intervensi) sebanyak 12 abnormal 0 (0,00%) dan responden dengan nadi
orang (37,5%) dan jumlah responden dengan normal berjumlah 32 orang (100%), lain halnya
tensi normal sebanyak 20 orang (62,5%). Pada pada kelompok kontrol, setelah empat minggu
kelompok kontrol (pre test kelompok kontrol), dievaluasi (post test kelompok kontrol), jumlah
jumlah responden dengan tensi abnormal responden dengan nadi abnormal sebanyak 3
sebanyak 15 orang (46,9%) dan responden orang (9,4%) dan responden dengan nadi normal
dengan tensi normal sebanyak 17 orang (53,1%). berjumlah 29 orang (90,6%). Dari uraian tersebut
Setelah dilakukan intervensi latihan fisik terarah menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi
pada kelompok intervensi (post test kelompok tidak terdapat perubahan (pre ke post intervensi)
intervensi), jumlah responden dengan tensi dari jumlah responen dengan nadi abnormal
abnormal 1 orang (3,1%) dan responden dengan menjadi normal, sedangkan pada kelompok
tensi normal berjumlah 31 orang (96,9%). kontrol dijumpai adanya perubahan (pre dan
Sedangkan pada kelompok kontrol, setelah empat post) dari responden dengan nadi abnormal
minggu dievaluasi (post test kelompok kontrol), sebanyak 2 orang (6,3%) menjadi 3 orang (6,4%),
jumlah responden dengan tensi abnormal dan responden dengan nadi normal sebelumnya
sebanyak 15 orang (46,9%) dan responden dengan sebanyak 30 orang (93,7%) menjadi 29 orang
tensi abnormal berjumlah 17 orang (53,1%). Dari (90,6%). Hasil uji statistik menggunakan
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pada chi square test diperoleh nilai P-Value 1,000 > (p-
kelompok intervensi terdapat perubahan (pre ke <0,05), artinya latihan fisik terarah tidak merubah
post intervensi) dari jumlah responden dengan frekuensi nadi pasien post sindrom koroner akut.
tensi abnormal menjadi normal sebanyak 19 Untuk variabel pengaruh latihan fisik
orang (61,29%), pada kelompok kontrol tidak terarah terhadap gambaran EKG pasien post
dijumpai adanya perubahan (pre dan post SKA, dapat dijelaskan sebagai berikut; sebelum
intervensi) dari responden dengan tensi abnormal dilakukan latihan fisik terarah, jumlah responden
keresponden yang tensi normal. Hasil uji dengan gambaran EKG abnormal pada kelompok
statistik menggunakan chi square test diperoleh intervensi (pre test kelompok intervensi) sebanyak
nilai P-Value 0,001 < (p-<0,05), artinya latihan fisik 29 orang (90,6%) dan responden dengan EKG
terarah berpengaruh terhadap tensi pasien post normal sebanyak 3 orang (9,4%). Pada kelompok
sindrom koroner akut. kontrol (pre test kelompok kontrol), jumlah
Hasil analisis variabel latihan fisik terarah responden dengan gambaran EKG abnormal
terhadap nadi pasien post SKA, dapat dijelaskan sebanyak 30 orang (93,7%) dan responden
sebagai berikut; sebelum dilakukan latihan fisik dengan EKG normal sebanyak 2 orang (6,3%).
terarah, jumlah responden dengan nadi abnormal Setelah dilakukan intervensi latihan fisik terarah
pada kelompok intervensi (pre test kelompok pada kelompok intervensi (post test kelompok
intervensi) sebanyak 0 (0,00%) dan responden intervensi), jumlah responden dengan gambaran
dengan nadi normal sebanyak 32 orang (100%). EKG abnormal sebanyak 1 orang (3,4%) dan
Pada kelompok kontrol (pre test kelompok responden dengan EKG normal berjumlah 31
33
Muhammadiyah Journal of Nursing

orang (96,6%). Adapun pada kelompok kontrol, (90,6%), Adapun pada kelompok kontrol dijumpai
setelah empat minggu dievaluasi (post test adanya perubahan (pre dan post intervensi)
kelompok kontrol), jumlah responden dengan dari responden dengan EKG abnormal ke normal,
gambaran EKG abnormal sebanyak 22 orang akan tetapi jumlahnya hanya 10 orang (33,33%).
(68,8%) dan responden dengan EKG normal Hasil uji statistik menggunakan chi square test
berjumlah 10 orang (31,2%). Dari uraian tersebut diperoleh nilai P-Value 0,000 < (p- <0,05), artinya
dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi latihan fisik terarah merubah gambaran EKG
terdapat perubahan (pre ke post intervensi) pasien post sindrom koroner akut dari abnormal
dari jumlah responden dengan gambaran EKG ke normal.
abnormal menjadi normal sebanyak 29 orang

Tabel 4.2. Latihan fisik terarah terhadap tingkat perubahan tensi, nadi dan EKG (memburuk, tetap
dan membaik) pada pasien Sindrom Koroner Akut pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
di RS Siti Kodijah dan Klinik Jantung Surabaya dengan uji Mann Whitney Test

Gambaran Perubahan Kel. Intervensi Gambaran Perubahan Kel. Kontrol


Variable Memburuk Tetap Membaik Memburuk Tetap Membaik P-Value
f % f % f % f % f % f %
2
Tensi 0 0 65,6 11 34,4 3 9,4 26 81,2 3 9,4 0,005
1
3
Nadi 0 0 100 0 0 1 3,1 30 93,8 1 3,1 1,000
2
25,
EKG 0 0 4 12,5 28 87,5 0 0 24 75,0 8 0,000
0

Sumber : Data primer 2013, mann whitney test.

Pada table 4.2 menjelaskan pengaruh Untuk variabel nadi pada kelompok
intervensi latihan fisik terarah terhadap gambaran intervensi, sebanyak 32 orang (100%) tidak
tingkat perubahan dari fungsi otot jantung, dilihat mengalami perubahan (tetap). Pada kelompok
dari tensi, nadi dan EKG pasien. Gambaran kontrol responden mengalami perubahan nadi ke
tingkat perubahan meliputi memburuk, tetap dan arah memburuk sebanyak 1 orang (3,1%), tetap
membaik. Penjelasan untuk masing- masing table 30 orang (93,8%) dan membaik 1 orang (3,1%).
adalah sebagai berikut: Hasil uji chi square menunjukkan p-value 1,005
Untuk variabel tensi pada kelompok > (p-0,05), artinya tidak terjadi perubahan yang
intervensi, 21 orang (65,6%) tidak mengalami signifikan.
perubahan (tetap), dan 11 orang (34,4%) mengalami Untuk variabel EKG pada kelompok
perubahan ke arah membaik. Pada kelompok intervensi, 4 orang (12,5%) tidak mengalami
kontrol, responden mengalami perubahan tensi perubahan (tetap), dan 28 orang (87,5%)
kearah memburuk sebanyak 3 orang (9,4%), tetap mengalami perubahan ke arah membaik.
26 orang (81,2%) dan membaik 3 orang (9,4%). Pada kelompok kontrol, responden yang tidak
Hasil uji chi square menunjukkan p-value 0,005 < mengalami perubahan EKG (tetap) sebanyak 24
(p-0,05), artinya terdapat perubahan tensi kearah orang (75,0%), dan mengalami perubahan EKG ke
membaik dengan nilai yang signifikan. arah membaik sebanyak 8 orang (25,0%). Hasil uji
chi square menunjukkan p-value 0,000 < (p-0,05),
34
Muhammadiyah Journal of Nursing

artinya terdapat perubahan gambaran EKG ke Dari tabel 4.3 diatas dapat digambarkan
arah membaik dengan nilai yang signifikan. bahwa uji simultan dengan Nagelkerke antara
latihan fisik terarah terhadap tensi memiliki
2. Uji Multivariat kontribusi sebesar 16,4% sedangkan latihan fisik
Analisis multivariat dalam penelitian ini terarah terhadap perubahan EKG kontribusinya
untuk mengetahui hubungan lebih dari satu sebesar 47,0%, artinya dari uji simultan tersebut
variabel dependen dengan variabel independen, diketahui latihan fisik terarah lebih berpengaruh
serta variabel dependen mana yang paling terhadap gambaran EKG dibanding perubahan
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel Tensi.
independen pada penelitian ini adalah latihan
fisik terarah, sedangkan variabel dependennya b. Uji Regresi Nomial/Ordinal
adalah tekanan darah (tensi) dan gambaran Uji regresi nomial/ordinal ini bertujuan
kelistrikan jantung (EKG). Analisis multivariat untuk mengetahui signifikansi dan Odd Ratio
pada penelitian ini hanya dilakukan terhadap dari variabel bebas terhadap variabel terikat,
variabel tensi dan EKG, karena untuk melanjutkan serta efek yang ditimbulkan oleh faktor yang
uji bivariat ke uji multivariat salah satu syaratnya berpengaruh, dimana efeknya adalah perubahan
adalah signifikansi uji tes tidak > dari 0,25. tensi dan gambaran EKG, sedangkan faktor
Dengan kriteria tersebut variabel yang memenuhi yang berpengaruh adalah latihan fisik terarah.
syarat untuk analisis multivariat adalah variabel Penjelasan uji statistik terhadap kedua variabel
tensi dan gambaran EKG, yang masing-masing tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
memiliki nilai signifikansi p-Value 0,005 dan 0,000.
Untuk melihat analisis multivariat ini dilakukan Tabel 4.4. Uji Regresi Nomial/Ordinal untuk
melalui langkah-langkah sebagai berikut : mengetahui variabel yang memiliki signifikansi
paling besar oleh pemberian intervensi
a. Uji simultan dengan metode Cox and Snell latihan fisik terarah pasien Sindrom Koroner
dan Nagelkerke Akut di RS Siti Kodijah dan Klinik Jantung
Uji simultan bertujuan untuk estimasi Surabaya.
besaran kontribusi yang didapatkan oleh variabel
Besaran pengaruh
dependen (Tensi dan gambaran EKG) dari Variabel
Odd Ratio Sign. Chi Square
variabel independen (latihan fisik terarah), dapat
Tensi 9,552 0,004
dilihat pada tabel dibawah ini : Gambaran EKG 27,617 0,000

Sumber : Data primer Uji Regresi Nomial/ordinal


Tabel 4.3. Uji statistic Cox & Snell dan Nagelkerke
untuk mengetahui variabel yang memiliki
Pada table 4.4 diatas dapat diketahui odd ratio
signifikansi paling besar oleh pemberian
untuk latihan fisik terarah terhadap tensi adalah
intervensi latihan fisik terarah pasien Sindrom
OR=9,552, sedangkan terhadap gambaran EKG
Koroner Akut di RS Siti Khodijah dan Klinik
OR=27,617, artinya pada orang dengan sindrom
Jantung Surabaya.
koroner akut bila diberikan latihan fisik terarah
Kontribusi pengaruh berpengaruh terhadap perubahan gambaran EKG
Variabel
Cox and Snell Nagelkerke sebesar 27,617 sedangkan perubahan yang terjadi
Tensi 12,4% 16,4% pada tensi hanya 9,552. Hasil sebaliknya bila latihan
Gambaran EKG 35,0% 47,0%
fisik terarah diberikan pada orang tanpa SKA
Sumber: Data primer uji Nagelkerke 2013. (orang normal), maka tidak berpengaruh terhadap
35
Muhammadiyah Journal of Nursing

gambaran EKG (P- value 0,000), sedangkan pada terprogram terhadap tekanan tekanan
tensi terdapat perubahan sebesar 4 kali (P-value sistolik dan diastolic diperoleh hasil
0,004) dibandingkan gambaran EKG. Berdasarkan setelah latihan terprogram selama 12
uraian kedua tabel diatas dapat disimpulkan minggu tekanan sistolik pada kelompok
bahwa latihan fisik terarah yang diberikan perlakuan lebih rendah secara bermakna
kepada pasien Post Syndrome Corener Acut lebih dibandingkan dengan kelompok kontrol
berpengaruh terhadap perubahan gambaran EKG (p = 0.022). Sedangkan tekanan diastolik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi setelah 12 minggu antara kelompok
pada tensi. kontrol dan kelompok perlakuan tidak
berbeda secara bermakna (p = 0.614)20.
Pembahasan Menurut WHO (2000), siklus jantung
1. Hubungan latihan fisik terarah terhadap diastolic filling ditentukan oleh effective
fungsi otot jantung (berdasarkan tekanan filling pressure dan tahanan di dalam
darah, nadi, dan EKG) dinding otot-otot ventrikel (preload),
a. Latihan fisik terarah terhadap fungsi sedangkan kemampuan ejeksi sistolik
otot jantung dilihat dari tekanan darah. tergantung kepada kekuatan kontraksi
Hal ini dapat dilihat dari uji otot-otot jantung (myocardium) dalam
Wilcoxon test dimana diperoleh p- value melawan tekanan darah (afterload).
0,001 (p < 0,05), artinya ada hubungan Latihan fisik dapat mempengaruhi
yang signifikan antara latihan fisik tekanan darah dikarenakan efisiensi
terarah terhadap tekanan darah. Hal ini kerja jantung ataupun kemampuan
juga dapat dijelaskan dari seberapa jantung akan meningkat sesuai dengan
jauh perubahan yang terjadi pada pasien perubahan-perubahan yang terjadi.
dengan sindrom koroner akut Perubahan yang terjadi bisa berupa
sebelum dilakukan intervensi latihan frekuensi jantung, isi sekuncup, dan curah
fisik terarah dan setelah diberikan jantung. Saat melakukan latihan fisik,
intervensi latihan fisik terarah. Pada tekanan darah akan naik cukup banyak,
kelompok kontrol jumlah responden tekanan darah sistolik dapat naik
dengan tensi abnormal sebelum test menjadi 150 - 200 mmHg dari tekanan
sebanyak 15 orang (46,9%) setelah test sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120
jumlah responden dengan tensi mmHg. Sebaliknya, segera setelah latihan
tetap abnormal sebanyak 15 orang fisik selesai, tekanan darah akan turun
(100%). Sedangkan responden dengan sampai di bawah normal dan berlangsung
tensi normal sebelum test sebanyak 17 selama 30 - 120 menit. Latihan fisik secara
orang (53,1%) dan sesudah test jumlah teratur akan dapat menurunkan tekanan
responden tetap normal sebanyak 17 orang darah. Frekuensi latihan yang dianjurkan
(100%). Dari diskripsi ini bisa dikatakan 3 - 5 kali seminggu, dengan lama latihan
bahwa latihan fisik terarah memiliki 20 - 60 menit sekali latihan.
hubungan terhadap perbaikan tekanan Penurunan tekanan darah antara lain
darah pasien sindrom koroner akut terjadi karena pembuluh darah mengalami
dari abnormal menjadi normal. pelebaran dan relaksasi (melemaskan
Penelitian yang bertujuan untuk pembuluh- pembuluh darah) sama
mengetahui pengaruh latihan yang halnya dengan melebarnya pipa air akan
36
Muhammadiyah Journal of Nursing

menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, adalah 74,49 dengan uji t- berpasangan
olahraga dapat mengurangi tahanan didapatkan perbedaan yang bermakna
perifer. Penurunan tekanan darah juga antara denyut nadi awal dan denyut nadi
dapat terjadi akibat aktivitas memompa setelah naik turun tangga yaitu p = 0,000.
jantung berkurang. Otot jantung pada Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
orang yang rutin berolahraga sangat bahwa terjadi peningkatan bermakna dari
kuat, maka otot jantung juga kuat, latihan denyut nadi awal dan denyut nadi setelah
fisik terprogram selama 12 minggu lebih aktivitas naik turun tangga. Semakin besar
cenderung mengakibatkan perubahan perubahan denyut nadi maka penyesuaian
ber-makna pada efisiensi kerja jantung terhadap fungsi kardiorespirasi
dibandingkan dengan tahanan perifer. termasuk buruk21.
b. Latihan fisik terarah terhadap fungsi Denyut jantung dihasilkan oleh kontraksi
otot jantung dilihat dari frekuensi nadi. otot jantung saat memompakan darah.
Hasil uji Wilcoxon test diperoleh Kecepatan denyut jantung yang normal
angka p-value sebesar 1,000 > (p < 0,05), mempunyai periode kontraksi sebesar
artinya latihan fisik terarah tidak memiliki 0,40 dari siklus jantung. Pengaturan
pengaruh yang signifikan terhadap kardiovaskular terlihat dengan segera
perubahan nadi responden. Hasil ini juga setelah latihan. Kerja ini juga berfungsi
sesuai dengan diskripsi yang tertuang untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan
pada tabel 4.2, dimana responden pada oleh otot untuk melakukan kontraksi
kelompok intervensi dengan nadi normal selama latihan. Saat jantung dalam
pre test sebanyak 32 orang (100%) dan keadaan istirahat, denyut nadinya akan
setelah intervensi tetap 32 orang (100%). lebih sedikit. Denyut nadi normal adalah
Pada kelompok kontrol responden yang 60-80 kali per menit. Konsumsi O2 oleh
memiliki nadi tidak normal sebelum test otot jantung dapat dihitung dengan
sebanyak 2 orang (6,3%) dan nadi normal mengalikan denyut nadi dan tekanan
sebanyak 30 orang (93,7%). Setelah darah sistolik. Otot jantung yang
dilakukan test jumlah responden dengan terlatih membutuhkan lebih sedikit O2
nadi abnormal menjadi 3 orang (9,4%), untuk sesuatu beban tertentu dan
sedangkan yang menjadi normal menjadi membutuhkan jumlah O2 yang kurang
29 orang atau 96% dari responden yang pula untuk pekerjaan fisik atau aktivitas.
sebelumnya normal. Pada kelompok Olahraga aerobik merupakan bentuk
kontrol terdapat pemburukan nadi olahraga yang baik untuk kebugaran
dari yang tadinya normal sebanyak 30 kardiorespirasi. Peningkatan denyut nadi
orang menjadi 29 orang setelah test. Dari saat aktivitas sebaiknya antara 70-75 %
penjelasan ini dapat diambil kesimpulan dari denyut nadi maksimal. Sedangkan
bahwa latihan fisik terarah tidak memilki denyut nadi maksimal adalah 220 sebagai
pengaruh terhadap perbaikan nadi angka absolut dikurangi umur. Latihan
penderita sindrom koroner akut. fisik sangat dianjurkan dalam mem-
Untuk mengetahui hubungan naik turun pengaruhi dan memperbaiki kerja
tangga dengan perubahan nadi, rerata jantung22. Dari penjelasan diatas dapat
denyut nadi awal adalah 72,09 dan rerata disimpulkan bahwa latihan fisik
denyut nadi setelah naik turun tangga terarah tidak berpengaruh terhadap nadi
37
Muhammadiyah Journal of Nursing

seseorang yang menderita SKA, karena (31,3%).


pada prinsipnya setiap ada kenaikan Sejauh ini tidak ditemukan penelitian
aktivitas seseorang akan diikuti dengan yang menfokuskan pada latihan fisik
kenaikan nadi, karena dengan kenaikan terarah pada gambaran EKG penderita
aktivitas membutuhkan metabolism post SKA. Penelitian-penelitian yang
tubuh. Dengan demikian maka untuk sudah ada hanya berfokus pada factor-
memenuhi kebutuhan metabolism faktor yang berpengaruh pada kejadian
tersebut dibutuhkan oksigen yang tinggi PJK. Hasil penelitian yang bertujuan
pula, kebutuhan ini akan terpenuhi dengan untuk mengetahui pengaruh aktivitas
cara meningkatkan denyut jantung untuk terhadap kejadian PJK. Hasil uji statistik
memompakan darah ke seluruh tubuh terhadap kelompok perempuan yang
yang membutuhkannya. melakukan aktivitas sedang (kurang 2,5
c. Latihan fisik terarah terhadap fungsi jam perminggu) diperoleh hasil p-value
otot jantung dilihat dari gambaran EKG 0,416 (p-
Hasil uji wilcoxon test menyebutkan bahwa >0,05), artinya aktivitas fisik tidak
latihan fisik terarah berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap kejadian PJK23.
gambaran EKG penderita sindrom Salah satu faktor risiko PJK adalah
koroner akut, dimana p-value sebesar 0,000 aterosklerosis yang selalu dikaitkan
< (p <0,05), artinya latihan fisik terarah dengan pertambahan umur dan seluruh
memiliki pengaruh terhadap perubahan faktor-faktor yang menyertainya. Fatty
gambaran EKG pada pasien post SKA. streak muncul di aorta pada akhir dekade
Diskripsi dari uji Wilcoxon test tersebut awal umur seseorang, dengan
adalah, pada responden kelompok bertambahnya umur terdapat progresi
intervensi, sebelum test jumlah pasien berupa pengerasan dari aterosklerosis
dengan EKG tidak normal sebesar 29 pada sebagian besar arteri. Saat ini konsep
orang (90,6%) dan normal 3 orang pathogenesis aterosklerosis dinyatakan
(9,4%). Setelah diberikan latihan fisik bahwa, terdapat respon inflamasi
terarah jumlah responden yang memiliki berpengaruh terhadap potensial aksi ini
EKG normal menjadi 31 orang (96,9%), antara lain; permeabilitas membrane sel
sedangkan yang tetap tidak normal terhadap ion, kemampuan pompa kalium
menjadi 1 orang (3,1%). Pada kelompok dan natrium serta faktor anion organik
kontrol, fibroproliferatif terhadap suatu di dalam sel. Semakin baik permeabilitas
injury, dalam proses degeneratif yang membrane sel terhadap anion, kalium dan
berhubungan dengan usia24. natrium, akan semakin baik pula terhadap
Kontraksi otot jantung disebabkan oleh kelistrikan jantung yang terlihat pada
adanya perubahan- perubahan potensial gambaran EKG25.
aksi jantung dalam system kelistrikan Pada penelitian ini latihan fisik terarah
jantung dan disebut sebagai fenomena yang diberikan kepada pasien post
listrik. Perubahan-perubahan tadi sindrom koroner akut memiliki hubungan
sebanyak 30 orang (93,7%), setelah test yang signifikan terhadap perubahan
jumlah responden yang tetap abnormal gambaran EKG kearah normal (positif).
sebanyak 22 orang (68,7%) dan yang Merujuk pada uraian diatas dapat
menjadi normal sebanyak 10 orang dijelaskan bahwa latihan yang diberikan
38
Muhammadiyah Journal of Nursing

secara terarah memiliki pengaruh mengakibatkan kerusakan bagi otot


terhadap penurunan faksi lipid darah, jantung. Secara garis besar faktor- faktor
dengan penurunan ini berdampak pada yang berpengaruh terhadap kejadian
peningkatan membrane sel terhadap penyakit jantung koroner, terdiri atas
permeabilitas dinding sel untuk transport faktor risiko yang tidak dapat diubah (non
anion, pompa kalium dan natrium modifiable) meliputi umur, jenis kelamin,
yang berpengaruh pada meningkatnya keturunan dan faktor risiko yang dapat
potensial aksi. Dengan demikian diubah (modifiable) meliputi hipertensi,
perubahan gambaran EKG bermula dislipidemia, merokok, geografis, diet,
karena perubahan fungsi permeabilitas sel obesitas, diabetes melitus, aktivitas dan
yang sudah tidak mengandung faksi lipid latihan yang kurang, serta penyebab lain
darah yang tinggi. yang berpengaruh pula terhadap kejadian
d. Latihan fisik terarah memiliki hubungan penyakit jantung koroner sepert stres,
paling kuat terhadap fungsi otot jantung penggunaan alkohol, dan penggunaan
dilihat dari gambaran EKG. kontrasepsi pada wanita5,26.
Pada uji simultan dengan Nagelkerke Sindroma Koroner Akut adalah penyakit
antara latihan fisik terarah terhadap jantung dan pembuluh darah yang
tensi memiliki kontribusi sebesar 16,4% disebabkan karena penyempitan arteri
sedangkan latihan fisik terarah terhadap koroner. Penyempitan pembuluh darah
perubahan EKG kontribusinya sebesar terjadi karena proses aterosklerosis
47,0%, artinya dari uji simultan tersebut atau spasme atau kombinasi keduanya.
diketahui bahwa latihan fisik terarah Aterosklerosis terjadi karena timbunan
lebih berpengaruh terhadap gambaran kolesterol dan jaringan ikat pada dinding
EKG dibanding perubahan Tensi. Hasil pembuluh darah secara perlahan-lahan.
serupa juga diperoleh dari uji regresi Kondisi ini menyebabkan arteri koronaria,
ordinal bahwa odd ratio untuk latihan fisik yaitu pembuluh darah yang mensuplai
terarah terhadap tensi adalah OR=9,552, darah kaya oksigen ke organ jantung
sedangkan terhadap gambaran EKG menyempit atau tersumbat oleh adanya
OR=27,617, artinya pada orang dengan suatu plaque27. Latihan fisik yang teratur
sindrom koroner akut bila diberikan merupakan intervensi yang sangat penting
latihan fisik terarah berpengaruh terhadap karena dapat meningkatkan kadar lemak
perubahan gambaran EKG sebesar 27,617 darah, terutama meningkatkan High-
sedangkan perubahan yang terjadi pada Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C).
tensi hanya 9,552. Hasil sebaliknya bila Tingkat HDL-C yang tinggi dihubungkan
latihan fisik terarah diberikan pada orang dengan penurunan resiko artheosclerosis.
tanpa SKA, maka gambaran EKG tidak Kadar HDL kolesterol dapat memperbaiki
mengalami perubahan (p-0,000) sedangkan kolaterol koroner, mengurangi lemak
pada tensi mengalami perubahan 4 kali, tubuh yang berlebihan bersama-sama
dibandingkan yang terjadi pada EKG (P- dengan menurunkan LDL kolesterol.
0,004). sehingga resiko PJK dapat dikurangi.
Terdapat faktor tertentu yang diduga Dari uraian ini dapat dijelaskan, bahwa
kuat sebagai awal munculnya kelainan hubungan yang terjadi oleh latihan fisik
pembuluh darah koroner yang akhirnya terarah tidak langsung pada perubahan
39
Muhammadiyah Journal of Nursing

gambaran EKG, melainkan lebih ter- B. Saran


tuju pada perbaikan kadar faksi lipid 1. Kepada rumah sakit Siti Khodijah Sidoarjo
di vaskularisasi. Dengan penurunan dan Heart Clinic Surabaya : menangani
faksi lipid akan mengurangi risiko penderita post SKA secara menyeluruh,
seseorang mengalami aterosklerosis yang berkesinambungan, melibatkan peran serta
disebabkan sistem vaskularisasi menjadi pasien, keluarga, dan masyarakat, agar
kaku. Elastisitas pembuluh darah akan tidak terjadi serangan berulang. Program
meningkatkan transport O2, kemampuan rehabilitasi jantung dijadikan kegiatan dalam
pompa anion, kalium dan natrium pada pelayanan di rumah sakit guna pemantauan
fase depolarisasi dan repolarisasi yang kesehatan jantung secara baik. Perawat
juga dipengaruhi oleh pembukanya membuat kelompok senam jantung/latihan
saluran kalsium (Ca+) yang membawa fisik terarah sesuai modul untuk menjaga
muatan listrik positif ke dalam membrane agar selalu ada kegiatan olah raga jantung
sel, dengan demikian akan meningkatkan pada penderita sindrom koroner akut.
potensial aksi otot jantung. Gambaran 2. Kepada penderita SKA, disarankan agar
potensial aksi ini akan terekam oleh EKG, mengikuti latihan fisik terarah dengan
sehingga perubahan yang terjadi adalah pengawasan dan pemeriksaan mengkomu-
membaiknya gambaran EKG29.Peran nikasikan program rehabilitasi jantung
perawat dalam penelitian yang terkait kepada semua lini yang terkait, yaitu
dengan rehabilitasi jantung salah satunya dinas kesehatan, rumah sakit, poli klinik
latihan fisik terarah ini adalah sebagai jantung, dokter jantung, masyarakat, keluarga
rehabilitator dimana perawat harus dan pasien itu sendiri tentang tujuan dan
mempunyai kompetensi khusus melalui manfaat frekuensi nadi secara intensif agar
pelatihan dalam melaksanakan rehabilitasi dapat terpantau perkembangan kesehatan
jantung pada pasien dengan post SKA, jantungnya.
perawat berperan mengembalikan 3. Kepada peneliti selanjutnya, responden lebih
kondisi pasien paska sakit jantung baik banyak dan wilayah yang lebih luas sehingga
dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan bisa menggeneralisir hasil penelitian terhadap
vokasional seperti sebelum sakit jantung populasi, serta dilanjutkan dengan penelitian
sehingga tercapai derajat kesehatan yang latihan fisik terarah menghubungkan variabel
optimal dan mencegah serangan berulang lain mengenai otot jantung dilihat dari
sehingga dapat menurunkan resiko laboratorium/enzim jantung.
kematian. Peran rehabilitasi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Depkes RI. (2006) Pharmaceutical care untuk
A. Kesimpulan pasien penyakit jantung koroner : fokus sindrom
Latihan fisik terarah memiliki pengaruh koroner akut, Jakarta.
yang signifikan terhadap fungsi otot jantung 2. Hayes, S. C., Strosahl, K., & Wilson, K. G.
berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah (1999). Acceptance and Commitment Therapy:
dan gambaran EKG. Dimana signifikansi yang An experiential approach to behavior change. New
paling besar adalah terhadap gambaran EKG York: Guilford Press.
dibandingkan tekanan darah. 3. Scarborough P, Bhatnagar P, Wickramasinghe
K, Smolina K, Mitchell C, Ragner M,. (2010)
40
Muhammadiyah Journal of Nursing

Coronary hearth disease statistics 2010 1 Maret 2013.


edition. British heart foundation health promotion 11. Halimuddin. (2006) Pengaruh Model Aktivitas
research group. Departement of public health Dan Latihan Klien Gagal Jantung Terhadap
University of oxford. Fraksi Ejeksi dan Tekanan Darah ( bulan
4. Smith S C, Allen J, Blair S N, Bonow R November- Desember 2006), Tesis Fakultas Ilmu
O, Brass L M, Fonarow GC, Grundy S M, Keperawatan Universitas Indonesia tidak
Hiratzka L, Jones D, KrumholzH M, Mosca dipublikasikan.
L, Pasternak R C, Pearson T, Pfeffer 12. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
M A, Taubert K A. AHA/ACC Guidelines Kesehatan, Edisi Revisi, 2003. Balai Pustaka,
for Secondary Prevention for Patients With Jakarta.
Coronary and Other Atherosclerotic Vascular 13. Mertha Made I,.(2010) Pengaruh latihan
Disease: 2006 Update: Endorsed by the National aktifitas rehabilitasi jantung fase i terhadap
Heart, Lung, and Blood Institute. Circulation efikasi diri dan kecemasan pasien penyakit
2006;113;2363-2372. jantung koroner di RSUP Sanglah D e n p a s a r .
5. Susiana C, Lantip R & Thianti S,(2006) FKUI, Tidak dipublikasikan.
Kadar malondiadehid (MDA) penderita penyakit 14. Cheng, T.Y.L.& Boey, K.W. (2002) The
jantung koroner di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Effectiveness Of Cardiac RehabilitationProgram
Mandala of Health, a Scientific Journal, Vol2, On Self-Efficacy And Exercise Tolerance,
47-54. diperoleh 29 Nopember 2009.
6. Jolliffe, J. A., K. Rees, R. S.Taylor, D. 15. Smeltzer, S. C, Bare, B.G. (2002) Buku Ajar
Thompson, N. Oldridge and S. Ebrahim. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 edisi 8.
(2001) Exercisebased rehabilitation for coronary Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
heart disease. Sports Medicine Journal 1: 87. 16. Delima. (2007) Prevalensi dan Faktor Determinan
7. Lavie, C. J., R. V. Milani and A. B. Littman Penyakit Jantung Koroner di Indonesia,
(1993). Benefits of cardiac rehabilitation and Puslitbang Bio Farmasi.Jakarta. Departemen
exercise training in secondary coronary prevention Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
in the elderly. Journal of the American College Universitas Indonesia.
of Cardiology 22(3): 678. 17. Saleh M.( 1989) Penyakit jantung koroner.
8. Deaner, S.L. (1999). Depresive Symptoms And Laboratorium-UPF Penyakit Dalam FK Unair-
Problem Solving As Predictor Of Adherence To The RSUD Dr. Sutomo. Surabaya; : 9-20
Cardiac Medical Regimen. http://proquest.umi. 18. Angela D. Banks, RN, PhD; Kathleen
com/pqdweb ?index=7&did=730298831&Src Dracup, RN, DNSc. (2007) are there
hMode=2&sid=5&Fmt=6&VIns t=PROD&VT gender differences in the reasons why african
ype=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=12 americans delay in seeking medical help for
39704214&clientId=45625, diperoleh 14 April symptoms of an acute myocardial infarction?
2009. Ethnicity & Disease, Volume 17, Spring 2007
9. Rokhaeni, H., Purnamasari, E. & Rahayoe, A.U. 221.
(2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, 19. Nababan, (2008), Hubungan Faktor Risiko dan
Jakarta: Bidang Diklat PK.Jantung dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit
Pembuluh Darah Harapan Kita. Jantung Koroner di RSU DR. Pirngadi
10. Sani, A. (2008). Spesialis Jantung Yang Medan. UNSU 2008.
Bersahaja, http://www.tokohindonesia.com/ 20. Arsdiani syatria. (2006) Pengaruh
ensiklopedi/a/aulia- sani/index.php, diperoleh olahraga terprogram terhadap tekanan darah
41
Muhammadiyah Journal of Nursing

pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas 24. Jawaharlal W.B. Senaratne and Green FR.
diponegoro yang mengikuti ekstrakurikuler (2000) Pathobiology of atherosclerosis. In:
basket. fakultas kedokteran Universitas Peter J. Morris, William C. Wood editor.
Diponegoro Semarang. Oxford Textbook of Surgery. 2nd edition.
21. Irenne Elly MS. (2006) Perubahan US: Oxford press;: Vol. 3.
denyut nadi pada mahasiswa setelah aktivitas 25. Masud Ibnu. (1989), Dasar- dasar Fisiologi
naik turun tangga fakultas kedokteran Cardiovaskuler.EGC Jakarta.
universitas diponegoro semarang. 26. Stamler J, Epidemiology of coronary heart
22. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson,(1994) disease, Med Clin North Am 1973; 57:5-46.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, 27. Anwar Djohan T. Bahri,.(2009) Dislipidemia
Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
Jakarta, , 528-556. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
23. Yusnidar, 2007. Faktor Faktor Risiko Utara.
Penyakit Jantung Koroner pada Wanita Usia > 28. Patel C. (1998) Petunjuk Praktis mencegah dan
45 Tahun. Program Pascasarjana Universitas mengobati penyakit jantung koroner, Gramedia
Diponegoro Semarang. Tesis S-2 Magister Jakarta.
Epidemiologi. 29. Rahmatina. (2012) Buku ajar Fisiologi Jantung.
EGC Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai