Anda di halaman 1dari 8

BAB 11

2.1 GAMBARAN UMUM DESA LENTO

Sejarah Singkat Berdirinya Desa Lento

Pada zaman dahulu, sebelum kampung Lento ini menjadi sebuah kampung, disitu dijadikan

tempat berkubangnya kerbau. Sering kali kerbau terlepas dan hanya meninggalkan lento-nya atau

wohe (tempat mengikat tali pada hidung Kerbau). Pemilik Kerbau ini berasal dari kampung

Pongkor, yang sekarang menjadi kampung tetangga dari kampung Lento. Kampung Lento dulu,

selain menjadi tempat memelihara hewan, orang Pongkor menjadikannya tempat untuk berkebun

dan membuat pondok besar yang biasa disebut Kampong dan semakin lama semakin banyak

membuat pondok di tempat itu. Karena semakin banyak orang Pongkor yang membuat pondok di

tempat itu, maka tua gendang Pongkor menetapkan untuk dijadikan kampung baru dan

membagi gendang yang diberi nama kampung Lento. Alasan diberi nama kampung Lento karena

hewan peliharaan mereka sering kali terlepas dan yang ditinggalkan hanya lento-nya atau wohe

(namun kedua kata ini memiliki arti dan penggunaan yang berbeda, lento berarti tali simpul yang

berhubungan langsung dengan wohe yang diikat pada hidung Kerbau sedang wohe adalah suatu

benda yang biasanya terbuat dari karet seperti busur yang berukuran kecil dan ditempatkan pada

bagian hidung dari Kerbau).

Suku pertama yang ada disitu adalah suku Dango dan suku Papang. Suku Dango ini

berasal dari kampung Keka kecamatan Poco Ranaka. Nama suku Dango ini diambil dari nama
keraeng Dango yang memimpin suku Dango itu. Sedangkan suku Papang berasal dari Pongkor

Satar Mese. Nama papang ini juga diambil dari nama pemimpin suku Papang itu sendiri. Alasan

kedua suku ini berada dikampung Lento karena mereka mengambil istri di kampung Lento.

Kemudian menyusul juga suku riwu dan suku-suku lain yang mendiami kampung Lento dan

sampai sekarang ada sembilan (9) Panga atau suku yang ada dikampung Lento, yaitu: Suku

Pupung, Suku Riwu, Suku Racang, Suku Tenda, Suku Maro, Suku Pongkor (suku Papang), Suku

Makasar, Suku Kuleng, Suku Dango.Jumlah Lingko ada dua sebelas (11) yaitu Golo Langkok,

Golo Nanus, Golo Cimpa, Wae Cebu, Meler, Golo Cepang, Mok, Lento, Rakas, Golo Rame, dan

Golo Numpang.

Pada mulanya kampung Lento bergabung dengan Desa Pocolia yang terdiri dari tujuh (7)

anak kampung yaitu: Kampung Pongkor, Kampung Uwu, Kampung Pandang, Kampung Lento,

Kampung Wangkung, Kampung Maro, Kampung Nul. Ada pun orang-orang yang sudah

menjabat sebagai kepala desa Pocolia, yaitu: Bapak Yohanes Loos(1971-1977), Bapak Sirilus

Gaduk (1978-1987), Bapak Yohanes Ranu (1988-1996), Bapak Feliks Falous (1997-2006),

Bapak Yoseph Robertus Hadiman (2002 - sampai sekarang). Pada tahun 2011, kampung Lento

menjadi desa tersendiri setelah memekarkan diri dari desa Pocolia yang terdiri dari dua anak

kampung, yaitu kampung Lento dan kampung Wangkung dan kepala desanya adalah Bapak

Amat Mateus yang dilantik pada tanggal 14 April 2011 (wawancara dengan Bapak Simon Enjo

di Lento pada tanggal 6 Juni 2014).

Adapun nama-nama Tua Golo yang pernah memimpin dikampung lento yaitu: Bapak

Mundus Jahong, Bapak Lorens Tangur, Bapak Yohanes Ranu. Sedangkan tuaa teno yang

pernah memimpin dikampung Lento, yaitu: Bapak Adolf Sogal, Bapak Bakung Rampas, Bapak
Yohanes Nasang, Bapak Pius Ramat, Bapak Leo Haman, Bapak Gaspar Was dan Milkior

Hadan .

3.2.1 Keadaan Geografis

Kampung Lento berada di Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur. Batas

wilayahnya sebagaia berikut:

Batas Desa Kecamatan

Sebelah utara Desa Pocong Poco Ranaka

3.2.2 Sebelah Selatan Pocolia Poco Ranaka Bidang

Ekonomi
Sebelah Timur Wejang Mawe Poco Ranaka

Sebelah Barat Gurung Turi Poco Ranaka Dalam

bidang ekonomi,

masyarakat kampung Lento boleh dikatakan hidupnya cukup baik, Hal ini dilihat dari rumah-

rumah penduduk yang rata-rata berdinding papan dan berlantai semen, walaupun masih ada yang

berrumah bambu dan berlantai tanah. Dari sebagian besar penduduk kampung Lento, ada

sebagian kecil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai sewasta dan juga

pengusaha, baik pengusaha kecil, maupun pengusaha sedang.


Hal ini dilihat dari penduduk yang memiliki kios kecil dan juga ada penduduk yang

memiliki kendaraan, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.Sedangkan untuk
sumber penghasilan yang paling besar dikampung Lento adalah kopi, cengkeh, dan coklat

sehingga masyarakat bisa membiayai hidup dan biaya pendidikan anak-anak mereka.

3.2.3 Bidang Pendidikan

Pada umumnya, masyarakat kampung Lento berpendidikan rendah sekolah dasar (SD),

sedangkan sebagian kecil dari masyarakat Lento berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas

(SLTA) serta perguruan tinggi (PT). Walaupun demikian, pada umumnya masyarakat kampung

Lento terutama orang tua selalu mengupayakan agar anaknya dapat mengenyam pendidikan

sampai perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar dapat dijadikan modal dasar untuk mencerdaskan

kehidupan masyarakat Lento pada masa yang akan datang. Masyarakat terutama orang tua

menganggap bahwa pendidikan anak adalah suatu hal yang sangat penting. Hal ini sejalan

dengan berbagai program pendidikan di desa Lento, seperti Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Generasi Sehat Cerdas (PNPM GSC) yang telah membantu meringankan biaya

pendidikan anak Sekolah Dasar melalui pemberian beasiswa serta meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan anak yang disebabkan adanya sosialisasi yang dilakukan

oleh instansi atau Dinas Pendidikan. Jarak antara kampung Lento dengan ibu kota kecamatan

(Pusat pendidikan SMA) yang mudah ditempuh dan dijangkau juga turut menjadi sebuah

motivasi tersendiri dalam mendorong minat anak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang

lebih tinggi.

3.2.4 Bidang Keagamaan


Keseluruhan masyarakat kampung Lento beragama atau berkeyakinan Katolik dengan

memiliki sebuah sarana ibadah (Kapela) sebagai sarana doa setiap hari Minggu dan hari raya

lain. Dengan demikian memudahkan masyarakat untuk bertemu, berkumpul, bermusyawarah

serta saling memberi informasi dan penguatan antar warga. Kegiatan berdoa bersama masih

terpelihara baik, sehingga melalui kegiatan ini umat berkumpul bersama sehingga dengan mudah

disampaikan untuk melaksanakan kegiatan bersama di kampung Lento.

3.2.5 Bidang Sosial Budaya

Masyarakat kampung Lento sangat kental dengan ikatan sosial budaya, terutama gotong

royong sebagai warisan leluhur. Hal ini masih melekat erat dalam masyarakat dan nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam setiap ritual adat yang sifatnya mengikat, seperti budaya Sida,

budaya lonto leok atau bermusyawarah ketika ada masalah dan budaya-budaya lain. Sampai pada

saat ini budaya itu tetap menjadi pedoman hidup orang Manggarai, khususnya pada masyarakat

Lento. Orang Manggarai pada umumnya selalu yakin bahwa kehidupan sosial budaya yang di

wariskan dari nenek moyang orang Manggarai tentunya sangat berpengaruh pada relasi sosial

masyarakat. Hal ini paling menonjol dalam hubungan woenelu yaitu, keluarga kerabat yang

terbentuk atas dasar hubungan perkawinan antara kedua keluaraga kerabat (Nggoro, 2006:55).
Dalam hubungan woenelu akan merajut kebersammaanya melalui upacara-upacara

misalnya anak wina memberikan bantuan kepada saudara laki-laki pada saat saudara laki-laki

menikah atau membayar belis istrinya yaitu berupa uang atau hewan sesuai dengan kebutuhan

dari saudara laki-laki tersebut. Selain dalam upacara pekawinan, dalam ritual adat lainya juga

seperti upacara kematian masih menjunjung tinggi nilai kebersamaanya yaitu memberi uang

duka pada awal kematian, dan juga ada yang namanya sida mata. Sida mata biasanya
dilaksanakan/dibicarakan pada hari setelah acara makan besama wakatu saung ta,a. (Nggoro,

2006:175).
Acara saung ta,a biasanya dilaksanakan pada hari ketiga setelah kematian yang

mempunyai makna bahwa antara orang yang meninggal dengan orang yang masih hidup tidak

ada lagi hubungan dan keluarga yang ditinggalkan tidak lagi ingat pada dia yang meninggal.

Kebersamaan orang Manggarai pada umumnya dalam hal duka atau kematian, dimana pada

waktu kematian itu tidak hanya keluarga yang mampunyai hubungan darah dengan orang yang

meninggal yang memberikan sumbangan berupa uang yang disebut dengan seng wae lu,u dan

juga beras atau sumbangan apa saja yang layak dalam duka tersebut, tetapi juga masyarakat atau

warga kampung seluruhnya sebagai keluaraga luas ikut bagian dalam memberikan sumbangan

atau solidaritas dalam kebersamaan. Yang paling menarik dalam kehidupan sosial orang

Manggarai adalah disaat bertamu, dalam hal ini orang Manggarai pada umumnya sangat

menunjukkan nilai kebersamaan melalui cerita atau berbagi kasih, saling membagi pengalaman

hidup dan pada saat itu juga orang Manggarai pada umumnya, dan khusus pada orang Lento para

tamu yang datang akan disuguhi dengan rokok, minuman misalnya kopi, teh, susu atau juga

alkohol, makananya seperti kue, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan dan lain-lain. Semua

makanan dan minuman ini tidak perlu dibayar oleh para tamu yang datang.
Selain itu juga kekhasan orang Manggarai adalah disaat anak rona atau saudara dari istri

datang mengunjungi rumah saudari nya, buah tangan yang biasanya di bawah adalah beras dan

daging babi, sedangkan bentuk penerimaan yang dihidangkan dalam menyambut kedatangan

anak rona oleh saudari atau anak wina yaitu menyembeli hewan seperti ayam, bebek, atau juga

anjing sebagai lauk, dan minumanya adalah alcohol . Dan biasanya daging babi yang dibawah

oleh anak rona tidak boleh dimakan lagi oleh anak rona tersebut, tetapi daging babi itu hanya

dimakan oleh anak wina, dan anak rona hanya diperbolehkan makan daging ayam, bebek dan
daging anjing. Hal ini mampunyai alasan bahwa dalam budaya Manggarai anak rona yang

datang mengunjungi anak wina, wajib membawa buah tangan sebagai oleh-oleh seperti beras dan

daging babi, sedangkan buah tangan dari anak wina untuk anak rona adalah ayam. Ini adalah

kebiasaan yang terjadi dalam kehidpan budaya orang Manggarai pada umumnya.

3.2.6 Bidang Kesehatan

Kondisi lingkungan kampung Lento yang masih alamiah dan didukung dengan tatanan

pemukiman yang cukup teratur, bersih dan rapih serta tersediahnya tempat mandi cuci kakus

(MCK) keluarga yang cukup memadai menjadi aspek pendukung bagi masyarakat Lento untuk

hidup sehat. Hal ini juga didukung dengan adanya ketahanan pangan yang cukup, misalnya

tersedianya sayur mayur dan juga pola makan yang cukup teratur sehingga dapat menekan angka

kurang gizi terutama pada ibu hamil dan balita. Selain itu, kondisi yang turut medukung

masyarakat kampung Lento ialah adanya fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang selalu

memberikan penyuluhan kesehatan setiap bulan kepada masyarakat dalam kegiatan posyandu.

Sedangkan, untuk membantu keluarga yang tidak mampu telah disediakan jamkesmas untuk

berobat secara gratis di Poskesdes.

3.2.7 Bidang Pertanian

Potensi yang terdapat di tengah masyarakat Lento sangat bervariasi dan memadai,

sehingga apabila semua potensi yang ada dimanfaatkan dengan baik dan maksimal, maka dapat

mengatasi semua masalah yang dihadapi. Kampung Lento memiliki lahan pertanian yang cukup

luas dan hal ini didukungi dengan kesuburan tanah yang cukup serta memiliki aneka hasil
pertanian, seperti kopi, coklat, fanili, padi, dan cengkeh. Hasil pertanian lainnya seperti kacang-

kacangan, ubi-ubian, pisang dan lain-lain.

3.2.8 Bidang Peternakan

Kampung Lento memiliki lahan yang cukup luas untuk memelihara hewan ternak. Hal ini

didukung dengan ketersediaan pakan ternak, sehingga dapat menunjang untuk pengembangan

ternak besar, seperti sapi, kerbau, kuda dan hewan lainnya.Saat ini, usaha ternak masih

merupakan usaha sampingan dari masyarakat kampung Lento.


BAB 111

Anda mungkin juga menyukai