. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tinggi lumpur terhadap
penurunan nilai COD. Tinggi lumpur secara tidak langsung menunjukkan banyaknya
mikroorganisme yang ada di dalam Digestion Bacth Reactor. Penelitian ini dilakukan pada 3
variasi tinggi lumpur, yaitu 40%V, 60%V dan 80% V reaktor. Tinggi lumpur 40 % V artinya
lumpur yang diisikan ke dalam reaktor dengan ketinggian 0,4 x tinggi reaktor, sehingga jumlah
lumpur yang dimasukkan adalah 0,4 x 1 L = 0,4 L. Untuk tinggi lumpur 60% V lumpur yang
dimasukkan adalah 0,6 x 1 L = 0,6 L. Untuk tinggi lumpur 60% V lumpur yang dimasukkan
adalah 0,8 x 1 L = 0,8 L. COD dan waktu tinggal dijadikan sebagai variabel tetap dengan COD
awal 5200 mg/L dan diamati setiap 3 hari selama 15 hari. Pengaruh tinggi lumpur terhadap
penurunan nilai COD dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan COD Removal(%) dapat dilihat pada
table 4.2.
6000
5500
5000
4500
4000 5000 mg/L, 40% Volume Lumpur 5000 mg/L, 60% Volume Lumpur
3500
3000
2500
2000
1500 5000 mg/L, 80% Volume Lumpur
1000
500
0
0 3 6 9 12 15 18
60
COD Removal(%), 40% Volume Lumpur
50
40
COD Removal(%), 60% Volume Lumpur
30
20
0
0 3 6 9 12 15 18
Pada Gambar 4.1 diatas terlihat bahwa penurunan COD terjadi pada semua jenis tinggi
lumpur. Penurunan nilai COD terbesar adalah saat menggunakan tinggi lumpur 80%V sedangkan
penurunan COD terkecil saat menggunakan tinggi lumpur 40%V. Hal ini juga dibuktikan pada
gambar 4.2 persentase penghilangan COD terlihat bahwa persentase penurunan COD terkecil
yaitu pada tinggi lumpur 40%V yaitu sebesar 59,02%. Sedangkan persentase penurunan COD
terbesar yaitu pada tinggi lumpur 80%V yaitu sebesar 64,9%. Volume lumpur lebih besar, berarti
mikroba lebih banyak, sehingga senyawa organik dalam air limbah yang dibutuhkan oleh
mikroba juga makin banyak, akibatnya penurunan COD makin besar (Yuniarti Sani, Elly 2006).
Semakin banyak mikroorganisme maka akan semakin banyak senyawa organik yang diuraikan,
sehingga kadar COD dalam limbah akan semakin kecil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari besarnya COD awal terhadap
penurunan nilai COD yang dihasilkan selama waktu tinggal 30 hari. Besarnya nilai COD awal
yang digunakan adalah 10.000 mg/L (COD rendah), 13.000 mg/L (COD sedang), dan 17.000
(COD tinggi). Hasil penurunan nilai COD dari perbandingan COD awal selama 30 hari dapat
dilihat pada gambar 4.2.
18000
16000
14000
10000
8000
6000
COD awal 17.000 mg/L
4000
2000
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi COD awal terhadap penurunan konsentrasi COD
80
70
60
COD awal 10.000 mg/L COD awal 13.000 mg/L
50
40
30
10
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
Penurunan COD pada variabel awal 10.000 mg/L pada hari 1-12 yang cukup drastis
terjadi dikarenakan oleh senyawa organik yang terkandung dalam limbah yang menjadi sumber
makanan bagi mikroorganisme di dalam lumpur aktif jumlahnya masih banyak . Hal ini juga
dibuktikan pada table 4.3 persentase penurunan COD terbesar terjadi pada hari ke 9, dengan
persentase peghilangan COD sebesar 67,47%. Semakin banyak sumber makan bagi
mikroorganisme maka pertumbuhan dan jumlah mikroorganisme semakin meningkat, sehingga
proses penguraian senyawa dalam limbah juga semakin cepat, hal ini menyebabkan penurunan
nilai COD yang cukup drastis (Guyer, 2011). Setelah hari ke 12 senyawa organik dalam limbah
jumlahnya tinggal sedikit dibanding jumlah mikroorganisme dalam lumpur, sehingga kebutuhan
makanan mikroorganisme dalam lumpur tidak terpenuhi, mikroorganisme akan mengalami
kematian jika makanan tidak mencukupi, sehingga jumlah mikroorganisme semakin berkurang,
akibatnya penurunan nilai COD cenderung konstan. Pada variabel COD awal 13.000 mg/L
terjadi penurunan nilai COD yang signifikan sampai hari ke 15 dikarenakan jumlah senyawa
organik dalam limbah yang menjadi sumber makan bagi mikroorganisme masih banyak,
sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme juga cepat, sehingga jumlah
mikroorganisme meningkat, akibatnya penurunan nilai COD terjadi cukup signifikan. Hal ini
juga terlihat pada table 4.3 penghilangan COD terbesar terjadi pada hari ke 15 dengan persentase
penghilangan COD sebesar 61,81%. Setelah hari ke 15 sumber makanan muai berkurang,
sehingga sebagian mikroorganisme mengalami kematian dan jumlah mikroorganisme menurun,
akibatnya penurunan COD tidak terlalu signifikan. Pada variabel COD awal 17.000, penurunan
nilai COD terjadi cukup signifikan sampai hari ke 18, hal ini dikarenakan sumber makanan bagi
mikroorganisme masih sangat mencukupi sehinggan pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme meningkat dan jumlah mikroorganisme terus mertambah, sehingga proses
penguraian senyawa dalam limbah lebih cepat, akibatnya penurunan nilai COD yang terjadi
cukup signifikan. Hal ini juga terlihat pada table 4.3 persentase penghilangan COD terbesar
terjadi pada hari ke 18 yaitu dengan persentase penghilangan COD sebesar 73,38%.
70
50
Variabel kontrol, 0% Lumpur; 100%COD awal
40
5000 mg/L, 40% Volume Lumpur
30
10
5000 mg/L, 80% Volume Lumpur
0
0 3 6 9 12 15 18
Pada Gambar 4.5 diatas terlihat bahwa pada variable 40%V tinggi lumpur volume biogas
metan yang dihasilkan akumulasi selama 15 hari yaitu sebesar 48 mL. Untuk variable 60%V
tinggi lumpur, volume biogas metan yang dihasilkan akumulasi selama 15 hari yaitu sebesar 57
mL. Untuk variable 80%V tinggi lumpur, volume biogas metan yang dihasilkan akumulasi
selama 15 hari yaitu sebesar 63 mL. Sedangkan untuk variable
Dari gambar terlihat variasi tinggi lumpur yang menghasilkan volume gas metan terbesar
yaitu variable 80%V lumpur, sedangkan variasi tinggi lumpur yang menghasilkan volume biogas
terkecil yaitu variable 40%V lumpur. Hal ini dikarenakan mikroorganisme perombak komponen
organik dalam lumpur pada variable 80%V jumlahnya banyak sehingga senyawa organik yang
terkonversi menjadi gas metan juga banyak. Komponen organik di dalam air limbah diubah oleh
mikroorganisme di dalam lumpur aktif menjadi biogas sesuai dengan reaksi :
Pada penambahan lumpur 80%V jumah mikroorganisme lebih banyak dari penambahan
40%V menyebabkan perombakan lebih banyak sehingga produksi gas metan juga semakin
banyak.
Biogas yang dihasilkan sangat kecil. Hal ini dikarenakan 2 faktor, yaitu jumlah bakteri
yang kurang dan waktu fermentasi yang kurang lama. Biogas dihasilkan pada tahap
metanogenesis, yaitu peruraian asam asetat menjadi metana oleh bakteri pembentuk metana,
seperti Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus (Radar Tarakan online, 2008).
4.2 Pengaruh Konsentrasi COD awal Terhadap Volume Biogas yang Dihasilkan
140
100
Variabel kontrol, 0% Lumpur; 100%COD awal
80
COD awal 10.000 mg/L
60
20
COD awal 17.000 mg/L
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
Tabel 4.6 Pengaruh variasi COD awal terhadap volume biogas
Pada Gambar 4.6 diatas terlihat bahwa pada variable COD awal 10.000 mg/L, volume
biogas metan yang dihasilkan akumulasi selama 30 hari yaitu sebesar 103 mL. Untuk variable
COD awal 13.000 mg/L, volume biogas metan yang dihasilkan akumulasi selama 30 hari yaitu
sebesar 117 mL. Sedangkan untuk variable COD awal 17.000 mg/L, volume biogas metan yang
dihasilkan akumulasi selama 30 hari yaitu sebesar 125 mL.
Dari gambar terlihat variasi tinggi lumpur yang menghasilkan volume gas metan terbesar
yaitu variable COD awal 17.000 mg/L, sedangkan variasi tinggi lumpur yang menghasilkan
volume biogas terkecil yaitu variable COD awal 10.000 mg/L. Hal ini dikarenakan jumlah
senyawa organik yang terkandung dalam limbah yang menjadi sumber makanan bagi
mikroorganisme di dalam lumpur aktif jumlahnya banyak . Semakin banyak sumber makan bagi
mikroorganisme maka pertumbuhan dan jumlah mikroorganisme semakin meningkat, sehingga
proses penguraian senyawa dalam limbah juga semakin cepat, hal ini menyebabkan penurunan
nilai COD yang cukup drastis (Guyer, 2011), penurunan COD sebanding dengan konversi
senyawa organik menjadi gas metan, sehingga semakin banyak senyawa organik yang
terkandung maka semakin banyak gas metan yang di produksi oleh mikroorganisme di dalam
lumpur aktif.