Anda di halaman 1dari 8

BAB II

MINERAL NONLOGAM

2.1 Definisi Mineral Nonlogam

Mineral nonlogam adalah kelompok komoditas mineral yang tidak

termasuk mineral logam, batubara maupun mineral energi lainnya (tidak

dapat menghantarkan listrik). Mineral non logam biasa disebut juga sebagai

bahan galian nonlogam atau bahan galian industri atau bahan galian

golongan C. Bahan galian nonlogam mudah dicari dan pengusahaannyapun

tidak membutuhkan modal yang besar.

Mineral bukan logam atau bisa disebut dengan istilah gangue

merupakan bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan

bukan mineral bijih didalam suatu cebakan. Mineral bukan logam yang

terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut

dengan endapan mineral bukan logam. Beberapa jenis mineral bukan

logam diantaranya adalah gipsum, bentonit, zeolit, kalsit, dolomit, dan lain-

lain.

Mineral nonlogam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur

logamnya. Mineral nonlogam sering jadi pengotor dalam mineral logam dan

umumnya tidak bernilai ekonomis. Bila mineral logam terdapat dalam

jumlah yang banyak dan hadir bersama-sama dengan mineral logam

disebut mineral gangue. Bila hadir bersama-sama mineral nonlogam disebut

waste mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral nonlogam adalah

material-material berupa padat, cairan atau gas.

3
Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan,

persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan

ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit inilah

beberapa yang merupakan contoh dari endapan nonlogam (Dwi indah,

2005).

2.2 Proses Pembentukan Endapan Mineral Nonlogam

Pada dasarnya proses pembentukan endapan mineral dapat

diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu proses internal atau endogen dan

proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral yang berasal dari kegiatan

magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan endapan

mineral primer. Sedangkan endapan mineral bukan logam mineral yang

dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering,inorganic

sedimentasion, dan organic sedimentation disebut dengan endapan

sekunder, membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment,

evaporasi/presipitasi, mineral energi (minyak&gas bumi dan batubara dan

gambut).

Mineral nonlogam (gangue) yang umum dijumpai dapat dikelompokan

menjadi:

a. Mineral Hipogene yang dimaksudkan sebagai mineral yang

terbentuk bersama-sama dengan mineral lain dan belum

mengalami pelapukan. Contoh: Barit (BaSO 4) , Garnet, Kalsit

(CaCO3), dll.
b. Mineral supergene adalah mineral yang merupakan hasil proses

pelapukan Contoh: Gipsum (CaSO42H2O) (Dwi Indah, 2005).

4
Proses pembentukan mineral bukan logam bisa saja terbentuk

berdasarkan proses internal atau endogen maupun eksternal atau eksogen.

Pembentukan endapan mineral internal, yang meliputi:

1. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan

proses utama dari pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.


2. Hydrothermal : Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah

satu fluida pembawa bijih utama yang kemudian terendapkan

dalam beberapa fase dan tipe endapan.


3. Lateral secretion: Merupakan proses dari pembentukan lensa-lensa

dan urat kuarsa pada batuan metamorf.


4. Metamorphic Processes: Umumnya merupakan hasil dari contact

dan regional metamorphism.


5. Volcanic exhalative (sedimentary exhalative) Exhalations dari

larutan hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi

bawah permukaan air laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih

yang berbentuk stratiform.

Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu

meliputi:

1. Mechanical Accumulation: Konsentrasi dari mineral berat dan lepas

menjadi endapan placer (placer deposit).


2. Sedimentary precipitates: Presipitasi elemen-elemen tertentu pada

lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme

biologi.

3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu

pada batuan meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak

mobile dalam material sisa.

4. Secondary or supergene enrichment: Pelindian (leaching) elemen-

elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan

5
kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan

dengan konsentrasi yang lebih tinggi (sukandar, 2007).

2.3 Klasifikasi Kelompok Endapan Mineral Nonlogam

Asosiasi kelompok endapan mineral dan batuan masing-masing

mempunyai ciri asosiasi komposisi unsur kimia, dapat diklasifikasikan

dalam grup tertentu, misalnya:

1. Endapan mineral magmatik dicirikan dengan kelompok unsur

kromium(Cr), nikel(Ni), titanium(Ti), tembaga(Cu), vanadium(V),

karbon(C), bismut(Bi) (Segresi), berillium(Be), boron(B), litium(Li),

fosfor(P), fluor(F), rare eart elemen(REE), uranium(U), (pegmatit),

fluor(F), klorin(Cl), wolfram(W), emas(Au), tembaga(Cu),

(pneumotolitik), aluminium(Al), seng(Zn), wolfram(W),

molibdenum(Mo), besi(Fe), tembaga(Cu), emas(Au), timah(Sn)

(Skarn), tembaga(Cu), timbal(Pb), seng(Zn), emas(Au), perak(Ag),

besi(Fe), kobalt(Co), boron(B), uranium(U), nikel(Ni), antimon(Sb),

arsen(As), raksa(Hg) (hidrotermal), besi(Fe), tembaga(Cu),

timbal(Pb), seng(Zn), emas(Au) (Exhalative sub marine/kuroko).


2. Endapan mineral sedimentasi dicirikan kelompok unsur

tembaga(Cu), timbal(Pb), mangan(Mn), perak(Ag), emas(Au)

(Supergen) nikel(Ni),

besi(Fe), aluminium(Al) (residual, laterit) emas(Au), platina(Pt),

titanium(Ti), kromium(Cr), gems (plaser), gipsum (evaporit),

mineral energi, batubara, migas (organik), lempung, pasir, gravel,

karbonat, feldspar, sirtu (klastik), karbonat (kimia, organik).


3. Endapan mineral metamorfik dicirikan kelompok unsur emas(Au),

uranium(U), mangan(Mg), aluminium(Al), timbal(Pb), tembaga(Cu),

seng(Zn) (regional metamorfik).

6
Jadi pada dasarnya, kelompok endapan mineral bukan logam

yang erat kaitannya dengan ciri unsur nonlogam itu kebanyakan

diklasifikasikan dalam hasil grup endapan mineral sedimentasi.

Namun tidak semua endapan mineral bukan logam dihasilkan oleh

proses sedimentasi dan bisa saja pemebentukan mineral nonlogam

dihasilkan oleh proses magmatik dan metamorfik tergantung dari

kandungan unsur nonlogamnya (Iskandar, 2005).

2.4 Proses Menghasilkan Endapan Mineral NonLogam

Adapun beberapa proses yang menghasilkan endapan mineral bukan

logam:

2.4.1. Proses Pelapukan

Pelapukan secara umum terbagi menjadi proses yaitu:

1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi


2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.

Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu

berkurangnya ukuran butir tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Hal

ini terjadi akibat penghancuran secara fisika melalui:

a. Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport

seperti air dan es.


b. Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini

mengakibatkan batuan terpecah akibat bertambahnya volume air

ketika membeku.
c. Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena

pertumbuhan akar. Berkurangnya ukuran butir mengakibatkan

bertambahnya luas permukaan partikel, hal ini tentunya akan

meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama proses

dekomposisi.

7
Proses dekomposisi diantaranya oksidasi, reduksi, solusi (larut),

hidrasi, dan hidrolisis. Oksidasi adalah proses dimana bilangan oksidasi

(valensi) suatu ion meningkat sedangkan reduksi adalah kebalikannya.

Salah satu proses oksidasi yang umum pada pelapukan yaitu oksidasi pada

besi. Contohnya adalah magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan

pada batuan beku, sedimen dan metamorf yang berubah menjadi mineral

hasil pelapukan yang umum yaitu hematit. Setiap proses dekomposisi

adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada permukaan bumi berubah

menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih stabil dibawah kondisi

permukaan. Produk utama pada proses ini yaitu kuarsa, mineral lempung,

oksida besi, dan ion seperti Ca 2+ dan Mg2+.. Tiga produk hasil pelapukan

karbonat berupa ion Ca dan Mg mineral lempung, dan kuarsa serta opal

dihasilkan dari proses yang kira-kira sama dengan umur bumi yaitu 4,5

miliar tahun (Iskandar, 2005).

Kestabilan relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan

oleh Goldich (1938) yang merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia

menemukan bahwa Olivin, Augit (klinopiroksen), dan Ca-plagioklas lebih

mudah terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan muskovit. Walaupun

secara umum hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal

lain yang mempengaruhi adalah iklim, mikroba dan tanaman dan asam

yang dihasilkannya. Olivin, augit, dan plagioklas mengandung unsur Mg,

Na, K, Ca, yang mudah telepas melalui pemecahan ikatan ion dengan

oksigen. Si, Al, dan Ti membentuk ikatan kovalen dengan oksigen yang lebih

sulit untuk pecah, yang mencegah pemecahan mineral seperti kuarsa.

Produk yang dihasilkan dari pelapukan yaitu kuarsa, mineral lempung dan

oksida besi dan hidrat yang merupakan material residu yang tertinggal di

tanah yang dihasilkan dari batuan yang terdekomposisi tinggi. Silicic acid

8
dan kation berbagai logam (termasuk Ca, Mg, Fe, Mn, Na, dan K) dan P akan

tertransportasikan jauh dari sumbernya (Dwi Indah, 2005).

2.4.2. Proses Transportasi

Transportasi sedimen dimulai ketika material terlapukan dan ion

terlarut. Transportasi material yang terlarut disebut transportasi larutan,

sedangkan material padat tertransportasi melalui transportasi mekanik.

Transportasi mekanik di antaranya falling, sliding, rolling,

bouncing(saltation), flowing dan transportasi supensi. Transportasi sedimen

tergantung pada sifat fisik dari agen transportasi, sifat material, sifat fisik

dari campuran agen transportasi dan material, dan gaya yang

menyebabkan transportasi.

Agen transportasi diantaranya gravitasi, air mengalir, angin dan es

yang bergerak. Gravitasi tidak hanya menyebabkan pergerakan material

tetapi juga menggerakan arus air dan es untuk bergerak turun. Transportasi

mekanik, di antaranya:

1. Transportasi gravitasi.
2. Transportasi glacial.
3. Transportasi air dan udara.
4. Transportasi kimia(Zulkarnaen, 2007)

2.4.3. Proses Diagenesis

Diagenesis adalah proses yang bekerja pada sedimen tersebut.

Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang secara umum

mengubah sedimen menjadi batuan sedimen. Diagenesis kemungkinan

berlanjut bekerja setelah sedimen menjadi batuan, mengubah tekstur dan

mineraloginya. Tujuh proses diagenesis yang terjadi yaitu:

1. Kompaksi.

2. Rekristalisasi.

3. Pelarutan.

9
4. Sementasi.

5. Autigenisasi.

6. Replacement.

7. Bioturbasi.

Daigenesis biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Eogenesis, proses awal diagenesis yang terdapat di antara

endapan dan timbunan, atau dekat permukaan.


b. Mesogenesis, tahap tengah dari proses diagenesis yang terjadi

setelah penimbunan.
c. Telogenesis, tahap akhir dari proses diagenesis(Zulkarnaen, 2007).

2.4.4. Proses Pengendapan

Material yang berbentuk endapan sedimen ekonomi diendapkan

secara mekanik, kimia, dan biokimia. Sifat endapan tergantung dari kondisi

alam, tempat pengendapan, dan kondisi pH serta Eh (redoks) contohnya

dapat terjadi di laut atau juga pada rawa. Garrel dan yang lainnya telah

membantu pemahaman tentang pelarutan dan pengendapan pada

temperature yang rendah melalui pembelajaran equilibria mineral dengan

berbagai kondisi pH dan Eh yang bermacam-macam (Sukandar, 2005).

10

Anda mungkin juga menyukai