Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PREPARASI SAMPEL BUBUK

2.1 Sampling

Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses

pengambilan sebagian kecil contoh dari suatu material sehingga

karakteristik contoh material tersebut mewakili keseluruhan material.

Didalam industri pertambangan, sampling merupakan hal yang

sangat penting, karena merupakan proses yang sangat vital dalam

menentukan karakteristik sampel tersebut. Dalam tahap eksplorasi,

karakteristik sampel merupakan salah satu penentu dalam studi kelayakan

apakah sampel tersebut cukup ekonomis untuk ditambang atau tidak.

Begitu pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau penjualan sampel

tersebut karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan harga sampel.

Secara garis besar, sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari

tempat pengambilan yaitu: Exploration sampling, Pit sampling, Production

sampling, dan loading sampling (barging dan transhipment). Eksplorasi

sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas sampel baik

dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan

cara pemboran atau drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini adalah untuk

menentukan karakteristik sampel secara global yang merupakan

pendeteksian awal sampel yang akan di eksploitasi (Sarjudi, 2008).

Pit sampling dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir

bersamaan dengan progress tambang didalam satu pit atau block

penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data yang sudah ada pada

3
tahap eksplorasi. Pit sampling ini dilakukan oleh pit control untuk

mengetahui kualitas sampel yang segera akan ditambang, jadi lebih

ditujukan untuk mengkontrol kualitas sampel yang akan ditambang dalam

jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat dilakukan dengan

pengeboran juga dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan

untuk mengecek kualitas sampel yang dalam progress ditambang.

Production sampling dilakukan setelah sampel di proses di processing

plant dimana proses ini dapat merupakan penggilingan (crushing) pencucian

(washing), penyetokan dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui secara

pasti kualitas sampel yang akan di jual atau dikirim ke pembeli supaya

kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas sampel di stockpile

atau di penyimpanan sementara kita dapat menentukan sampel yang mana

yang cocok untuk dikirim ke buyer tertentu dengan spesifikasi sampel

tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) sampel-sampel yang

ada di stockpile atau pun dengan single source dengan memilih kualitas

yang sesuai.

Loading Sampling dilakukan pada saat sampel dimuat dan dikirim ke

pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya

dilakukan oleh independent company karena kualitas yang ditentukan harus

diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya

adalah menentukan secara pasti kualitas sampel yang dijual yang nantinya

akan menentukan harga sampel itu sendiri karena ada beberapa parameter

yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas

actual pada saat sampel dikapalkan.

Sampling, preparasi dan analisa sample sampel dengan berbagai

tujuan seperti telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan menggunakan

4
standard standard yang telah ada. Dimana pemilihannya tergantung

keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon pembeli

sampel. Standar yang sering digunakan untuk keperluan tersebut

diantaranya; ASTM (American Society for Testing and Materials), AS

(Australian Standard), Internasional Standard, British Standard, dan banyak

lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun

internasional (sarjudi, 2008).

Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling dapat dibagi menjadi

dua golongan yaitu (Sarjudi, 2008):

1. Manual sampling

2. Mechanikal sampling

2.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross

sample sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di

Laboratorium.

Tahap-tahap preparasi sample adalah sebagai berikut :

a. Pengeringan udara/Air Drying


Pengeringan udara pada gross sample dilakukan jika sample

tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangnya moisture

atau yang menyebabkan timbulnya kesulitan pada crusher atau mill.

Pengeringan udara dilakukan pada suhu ambient sampai suhu

maksimum yang dapat diterima yaitu 400o C. Waktu yang diperlukan

untuk pengeringan ini bervariasi tergantung dari typical sampel yang

akan dipreparasi, hanya prinsipnya sampel dijaga agar tidak

mengalami oksidasi saat pengeringan.


b. Pengecilan ukuran butir

5
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan ukuran atas

sample tanpa menyebabkan perubahan apapun pada massa sampel.

Contoh alat yang digunakan untuk mengecilkan ukuran butir yaitu

jaw crusher.

Jaw Crusher atau Roll Crusher biasa digunakan untuk mengurangi

ukuran butir dari 50 mm sampai 11,2 mm; 4,75 mm atau 2,36 mm.

Roll Crusher lebih direkomendasikan untuk jumlah/massa sample

yang besar.

Gambar 2.1 Jaw Crusher

c. Mixing atau Pencampuran


Mixing atau pencampuran adalah proses pengadukan sample

agar diperoleh sample yang homogen. Pencampuran dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:


1. Metode manual, menggunakan riffle
2. Metode Mekanis, menggunakan alat Rotary Sample Divider

(RSD)

Gambar 2.2 Rotary Sample Divider

6
d. Pembagian atau dividing
Sebagai aturan umum, pengurangan sample ini harus dilakukan

dengan melakukan pembagian sample. Pembagian dapat berguna

sebagai cadangan apabila ada sampel yang rusak. Pembagian

dilakukan dengan metode manual (riffling atau metode increment

manual) dan metode mekanis (Rotary Sample Divider). Pembagian

sampel dalam hal ini merupakan tahap akhir dari preparasi sampel,

yang akan dilanjutkan dengan analisis di laboratorium.

2.3 Analisa Ukuran Butir

Analisa granulometri merupakan suatu metode analisa yang

menggunakan ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum

digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau

sedimen. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan

seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi,

pengukuran skewness dan kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut

mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai batasan-batasan

untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa.

Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa

granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis

dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik

yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan

cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan

nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva.

Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau

keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu

sedimentasi dari suatu populasi sedimen. sortasi atau pemilahan adalah

penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan

7
baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap

ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen mempunyai

penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjang disebut

sortasi jelek (Friedman, 1978).

Hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.

Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar

sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air

menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada

pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi

terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus (Folk, 1974).

Kepencengan (skewness) adalah penyimpangan distribusi ukuran

butir terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi

ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah

butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar

disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatu

distribusi ukuran butir berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya

bernilai negatif (Folk, 1974).

Tabel 2.1 Ukuran Butir Menurut Klasifikasi Atterberg


Batas ukuran (mm) Nama
2000 200 Bongkah (block)
200 20 Keriki (cobbles)
20 2 Kerikil (pebbles)
2 0,2 Pasir kasar (coarse sand)
0,2 0,02 Pasir halus (fine Sand)
0,02 0,002 Lanau (silt)
< 0,002 Lempung (clay)

Anda mungkin juga menyukai