Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KRISTALOGRAFI

2.1 Pengertian Kristal

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara

tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami

proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal,

yang semua atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau

struktur kristal yang sama, tapi, secara umum kebanyakan kristal terbentuk

secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya,

kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.

Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung

pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan

ambien proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi

(Fahmi, 2012).

Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam

keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin.

Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat

sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan

non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan

seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan

jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak

melepaskan kalor lebur jenis (heat of fusion). Karena alasan ini banyak

ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.

3
Topik ini kontroversial, silahkan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.

Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis

ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin,

logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan

kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam,

baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen

juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material

polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang

molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya

Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya,

jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal

pada grafit (Rizkan, 2012).

Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat

kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar

pada sifat-sifat material tersebut.

Meskipun istilah kristal memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu

material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari kristal merujuk

pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap

kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di

alam.

Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler

antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan

terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan dan garam dapur adalah

contoh-contoh kristal. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan

sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.

Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam

struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat

4
ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah

studi ilmiah kristal dan pembentukannya yang mempengaruhi faktor-faktor

pembentuknya seperti faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor

internal meliputi faktor inti permukaan dari zat pembentuknya, sedangkan

faktor eksternal meliputi pengaruh luarseperti gangguan mekanik pada

permukaan tanah (Saragih, 2014).

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri

dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,

struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisis lainnya yaitu:

a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah

sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan

jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.

b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa

disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang

pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu

bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu

sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang

terbentuk kemudian.

c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu

kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.


d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-

atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting

bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal sehingga akan dikenal

dua zat yang sering disebut kristalin dan non kristalin (Boby, 2012).

Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara

esensial mempunyai pola difraksi tertentu. Jadi, suatu kristal adalah suatu

padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang

5
dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat didefinisikan

sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang

teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa

bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-

bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-

bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada

suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan

oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal,

sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal

melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang

yang disebut sebagai parameter (Boby, 2012).

2.2 Klasifikasi Kristal

Tujuh sistem kristal dapat dikelompokan menjadi 32 klas kristal.

Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki

oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem

tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal

mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem

monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai

singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang

sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenfies dan Herman Mauguin

(Saragih 2014).

2.3 Bentuk Bentuk Kristal

a. Bentuk Tunggal

6
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang kristal

dengan bentuk dan ukuran yang sama. Bentuk Kristal ini sering

disebut sebagai bentuk dasar atau awal terbentuknya suatu kristal.

Adapun pembagian dari bentuk tunggal ini dapat dilihat dari bidang

Kristal yaitu :

1. 4 bidang kristal Tetrahedron (111)


2. 6 bidang kristal Hexahedron (100)
3. 8 bidang kristal Oktahedron (111)
4. 12 bidang kristal Tetrahedron (110) (Saragih, 2014).
5. 24 bidang kristal Oktatetahedron (116)

b. Bentuk Kombinasi

Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih

bentuk tunggal yang tidak sama, sehingga pada bentuk tersebut

didapatkan dup atau lebih simbol bidang yang dipakai sebagai simbol

bentuk. Bentuk ini hanya terjadi pada sistem kristal yang sama.

Contoh dari bentuk ini adalah Kombinasi hexahedron (100) +

Octahedron (111) dan Kombinasi Rhomben dodecahedron (110) +

Tetrakishexahedron (210) .

c. Bentuk Pertumbuhan

Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal

tunggal atau kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan di

dapatkan unsur-unsur simetri persekutuan yang sama.

Tetapi apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut kedudukannya

tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut

kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Aggregate).

2.4 Proses Pembentukan Kristal

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan

kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-

7
sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta

kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.

Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya

terjadi pada pembentukan kristal :

1. Fase cair ke padat:

kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas

dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau

lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat

dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan

suhu lingkungan.

2. Fase gas ke padat (sublimasi):


kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk

kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk

rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah

hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan

lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas

vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan

temperature.
3. Fase padat ke padat:
proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh

tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah

struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap

(rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah

terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur

yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan

berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya (Fahmi, 2014).

8
9

Anda mungkin juga menyukai