Anda di halaman 1dari 169

BAB V.

KEKRITISAN ATAU MULIPLIKASI NEUTRON

V.1. Pengertian kritikalitas atau multiplukasi neutron


Dalam suatu medium yang mengandung bahan bakar nuklir dapat belah atau
fissionable (nuklida yang memiliki kemampuan untuk bereaksi fisi setelah nenyerap
neutron). Maka pada setiap penyerapan neutron dalam medium tersebut akan
dibangkitkan sejumlah neutron. Setiap reaksi fisi secara rerata menghasilkan dua atau
tiga neutron. Di samping pembangkitan neutron, neutron dapat berkurang dari
medium reaktor nuklir karena serapan neutron oleh nuklida-nuklida penyerap neutron
dan kebocoran neutron dari medium melalui permukaan medium. Kritikalitas atau
faktor multiplikasi merupakan ukuran dari kemampuan medium untuk dapat
melangsungkan reaksi fisi berantai secara sustainabel dengan semata-mata
menggunakan neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi tanpa sumber neutron non fisi.
Kritikalitas atau sering disebut sebagai kritikalitas efektif atau faktor
multiplikasi efektif (disimbolkan sebagai k k eff ) merupakan perbandingan dari laju
pembangkitan neutron pada medium dari reaksi fisi dengan laju pengurangan neutron
akibat serapan neutron dan akibat kebocoran neutron melalui permukaan medium
reaktor nuklir. Laju pembangkitan neutron akibat reaksi fisi keseluruhan (disimbolkan
sebagai R F ), laju serapan neutron keseluruhan (disimbolkan sebagai R A ) dan laju
kebocoran neutron secara keseluruhan (disimbolkan sebagai R L ) dari suatu medium
berhingga, masing-masing dinyatakan dalam satuan neutron per detik, dapat
dirumuskan sebagai berikut :

0 0

RF t u u' f u' , r , t u' , r , t du' dudV (5.1)
V UN UN
0

RA t u, r , t u, r , t dudV
a (5.2)
V UN
0
RL t J u , r , t dudA (5.3)

A UN


Dalam hal V , A , r , u , U N , t , , f , a , J , u ' dan u masing-
masing menyatakan volume total medium, luas permukaan total medium, variabel
posisi, lethargy, letargy neutron tertinggi (energi neutron terendah) yang terdapat
dalam medium, waktu, fluks neutron, tampang lintang fisi makroskopik medium,
tampang lintang serapan makroskopik medium, arus neutron, neutron yang
dibangkitkan tiap reaksi fisi yang diinduksi oleh sebuah neutron berlethargy u ' dan
fraksi neutron hasil fisi yang dibangkitkan dengan lethargy u .

143
Kritikalitas efektif medium reaktor nuklir pada waktu t dapat dirumuskan
sebagai :
RF t
k t k eff t (5.4)
R A t RL t
Atau :
0 0

u u ' f u ' , r , t u ' , r , t du ' dudV
kt
V UN UN
0

0

a
u , r , t u , r , t dudV J u , r

, t dudA
V UN A UN
(5.5)

Jika medium reaktor nuklir sangat besar, maka kebocoran neutron menjadi
sangat kecil. Dengan demikian, dapat didefinisikan kritikalitas takhingga atau faktor
multiplikasi takhingga (disimbolkan sebagai k ), yaitu kritikalitas atau faktor
multiplikasi dari medium yang berukuran takhingga yang merupakan perbandingan
antara laju pembangkitan neutron oleh reaksi fisi dengan laju serapan neutron dalam
medium. Dengan demikian, k dari suatu medium reaktor nuklir pada waktu t
dapat dirumuskan sebagai :
R t
k t F (5.6)
RA t
Atau :
0 0


u u ' f u ' , r , t u ' , r , t du ' dudV
k t
V UN UN
0
(5.7)

a u , r , t u , r , t dudV
V UN

Hubungan antara faktor multiplikasi efektif (kritikalitas efektif) dengan faktor


multiplikasi takhingga (kritikalitas takhingga) dapat dirumuskan sebagai berikut :
RF t R t RA t RA t
k t k eff t F k t (5.8)
R A t RL t R A t R A t RL t R A t RL t

Selanjutnya didefinisikan besaran P, yaitu peluang neutron tidak bocor dari medium.
Pada waktu t , nilai dari P dirumuskan sebagai :

144
RA t 1
P t (5.9)
R A t RL t 1 R L t R A t
Atau :
1
0
J u, r ,t du dA
P t 1 0 N
AU
(5.10)

a u, r , t u, r , t dudV
V U N
Berdasarkan penjelasan pada Bab III tentang difusi neutron, arus neutron dirumuskan
sebagai :
J u , r , t D u , r , t u , r , t (5.11)

Di mana D adalah koefisien difusi neutron dalam medium. Dengan mensubstitusikan


persamaan (5.11) ke persamaan (5.10), maka nilai peluang neutron tidak bocor dari
medium dapat dihitung dengan :

1
0

D u, r , t u, r , t du dA
P t 1 N0
AU
(5.12)

a u, r , t u, r , t dudV
V U N
Sehingga hubungan antara faktor multiplikasi efektif (kritikalitas efektif)
dengan faktor multiplikasi takhingga (kritikalitas takhingga) dapat dirumuskan
sebagai :
k t k eff t k t P t (5.13)

Kritikalitas merupakan ukuran kemampuan medium untuk melangsungkan


reaksi fisi berantai secara sustainabel dengan neutron hasil reaksi fisi semata.
Jika suatu medium atau reaktor nuklir memiliki nilai k 1 dan mampu
mempertahankan nilai tersebut untuk waktu cukup lama, maka terjadi kesetimbangan

145
antara penambahan neutron dan pengurangan neutron tersebut. Dalam kondisi ini,
jumlah neutron dalam medium menjadi konstan selama waktu tersebut. Fluks neutron
menjadi konstan dan laju reaksi fisi juga konstan. Hal ini berarti daya yang dihasilkan
dari reaksi fisi pada medium atau reaktor tersebut konstan. Kondisi ini disebut
sebagai kondisi kritis.
Jika suatu medium atau reaktor nuklir memiliki nilai k 1 , maka laju
penambahan neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi kurang dari laju pengurangan
neutron akibat serapan neutron dan kebocoran neutron. Dalam kondisi ini, jumlah
neutron dalam medium menjadi berkurang. Fluks neutron menjadi berkurang dan laju
reaksi fisi juga berkurang. Hal ini berarti daya yang dihasilkan dari reaksi fisi pada
medium atau reaktor tersebut menurun. Kondisi ini disebut sebagai kondisi subkritis.
Jika suatu medium atau reaktor nuklir memiliki nilai k 1 , maka laju
penambahan neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi lebih banyak daripada laju
pengurangan neutron akibat serapan neutron dan kebocoran neutron. Dalam kondisi
ini, jumlah neutron dalam medium menjadi bertambah. Fluks neutron menjadi
bertambah dan laju reaksi fisi juga bertambah. Hal ini berarti daya yang dihasilkan
dari reaksi fisi pada medium atau reaktor tersebut naik. Kondisi ini disebut sebagai
kondisi superkritis.
Dengan demikian, hubungan antara nilai kritikalitas medium reaktor dan
kondisi reaktor adalah sebagai berikut :

k 1 kondisi subkritis
k 1 kondisi kritis (5.14)
k 1 kondisi superkritis

Karena nilai P t 1 maka nilai k t k t . Pada medium dengan k 1 , laju


serapan neutron selalu lebih besar daripada laju produksi neutron dari reaksi fisi.
Medium dengan k 1 tidak mungkin mencapai kondisi ktiris pada ukuran
berapapun. Sementara itu medium dengan k 1 mampu menghasilkan neutron hasil
reaksi fisi lebih banyak daripada neutron yangh diserap. Medium semacam ini
mampu mencapai kondisi kritis ketika serapan neutron dan kebocoran neutron dapat
diimbangi dengan produksi neutron dari reaksi fisi.

V.2. Kekritisan reaktor satu daerah (single region) dengan medium homogen
dan uniform menggunakan pendekatan difusi satu kelompok
Pada pendekatan satu kelompok persamaan (5.7) dalam perhitungan nilai
k t dapat didekati dengan :

V f r , t , r , t dV
k t (5.15)
a r , t r , t dV
V

146
Untuk medium yang bersifat uniform, maka tampang lintang makroskopis interaksi
neutron tidak tergantung pada posisi ruang dalam medium sehingga persamaan (5.15)
dapat ditulis menjadi :

f t , r , t dV
k t V
(5.16)
a t r , t dV
V
Atau :
f t
k t (5.17)
a t

Dengan demikian, faktor multiplikasi takhingga pada reaktor dengan medium


uniform tidak tergantung distribusi fluks neutron dalam medium.
Peluang neutron tidak bocor dari medium (persamaan (5.12)) pada pendekatan
satu kelompok menjadi :
1

D r , t r , t dA

P t 1 A (5.18)
a
r , t r , t dV
V

Untuk medium yang bersifat uniform, maka tampang lintang makroskopis interaksi
dan koefisien difusi neutron tidak tergantung pada posisi ruang dalam medium
sehingga persamaan (5.18) dapat ditulis menjadi :

1
D t r , t dA

P t 1 A
(5.19)
a t r , t dV
V

Karena integrasi pada pembilang dan penyebut yang terdapat pada persamaan (5.19),
maka nilai P t hanya dapat dihitung jika distribusi fluks neutron dalam medium
diketahui.

V.3. Perhitungan kekritisan reaktor satu daerah (single region) dengan medium
homogen dan uniform satu dimensi menggunakan pendekatan difusi satu
kelompok
Pada sub bab ini, akan dijelaskan perhitungan kekritisan pada reaktor satu
daerah (single region) uniform satu dimensi dengan pendekatan difusi neutron satu
kelompok. Reaktor disebut satu daerah jika secara keseluruhan tersusun dari satu
komposisi medium. Sementara reaktor disebut uniform jika medium penyusunnya

147
merupakan medium yang memiliki tampang lintang seragam untuk semua jenis
interaksi neutron.
Persamaan difusi neutron satu kelompok tanpa sumber neutron non fisi untuk
medium uniform satu daerah dapat dituliskan sebagai :

1 1 m
r, t D m r r , t a r , t f r , t (5.20)
v t r r r

Dalam hal ini r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi sedangkan m adalah
bilangan bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri, yaitu m = 0 untuk
bentuk slab yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2 untuk bola uniform.
Syarat batas untuk penyelesaian dari persamaan (5.20) adalah :


r0 r, t 0 (5.21)
r
r a r, t 0 (5.22)
t 0 r, t 0 (5.23)

Dalam hal ini, r = 0 adalah posisi pusat atau pertengahan medium sedangkan r = a
adalah posisi permukaan luar medium. Besaran merupakan jarak ekstrapolasi.
Persamaan (5.20) dapat ditulis menjadi :

1 1 m f
r, t m r r , t 1 a r , t (5.24)
vD t r r r a D
f
Dari persamaan (5.17), maka k sehingga persamaan (5.24) dapat ditulis
a
menjadi :
1 1 m
r, t m r r , t k 1 a r , t (5.25)
vD t r r r D

Fluks neutron diasumsikan memenuhi bentuk :

r , t r t (5.26)

Substitusi persamaan (5.26) ke persamaan (5.25) menghasilkan :

1 d t 1 1 d m d r
m r k 1 a r (5.25)
vD t dt r r dr dr D

Dengan menggunakan faktor separasi 2 diperoleh 2 persamaan, yaitu :

148
1 d m d r 2
m
r k 1 a r 0 (5.27)
r dr dr D

Yang syarat batasnya adalah :


d r
r0 0 (5.28)
dr
r a r 0 (5.29)
Dan persamaan :
d t
vD 2 dt (5.30)
t

a
Didefinisikan B 2 2 k 1
atau 2 B 2 k 1 a . Dengan demikian,
D D
persamaan (5.27) dan persamaan (5.30) menjadi :

1 d m d r
m
r B 2 r 0 (5.31)
r dr dr
d t
vD B 2 k 1 a dt (5.32)
t D

Penyelesaian persamaan (5.32) adalah :


t C exp vD B 2 k 1 a t (5.33)
D

Dengan C adalah konstanta integrasi. Sedangkan penyelesaian dari persamaan (5.31)


adalah :
r A1 1 Bn r A2 2 Bn r (5.34)

Dalam hal ini A1 dan A2 adalah konstanta integrasi.Bentuk dari fungsi eigen jenis
pertama ( 1 Bn r ) dan fungsi eigen jenis kedua ( 1 Bn r ) tergantung pada bentuk
geometri medium sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Fungsi eigen jenis pertama dan fungsi eigen jenis kedua

Bentuk geometri Fungsi eigen jenis pertama Fungsi eigen jenis kedua
Slab luas uniform Bn r cos Bn r Bn r sin Bn r
dengan tebal 2a

149
Silinder panjang Bn r J 0 B n r Bn r Y0 Bn r
uniform berjari-jari a
Bola uniform berjari- sin Bn r cos Bn r
jari a Bn r Bn r
Bn r Bn r
Fungsi eigen jenis pertama merupakan fungsi simetris yang memenuhi syarat
d
1 Bn r 0 untuk nilai r 0 . Sementara itu untuk fungsi eigen jenis kedua,
dr
d
2 Bn r 0 untuk nilai r 0 . Dengan demikian syarat batas persamaan (5.28)
dr
hanya akan terpenuhi jika fungsi eigen jenis kedua dihilangkan atau dengan kata lain
A2 0 . Dengan demikian, persamaan (5.34) menjadi :

r A1 1 Bn r (5.35)

Aplikasikan syarat batas persamaan (5.29) pada persamaan (5.34), menghasilkan :

A1 1 Bn r 0 (5.36)

Konstanta integrasi A1 tidak boleh bernilai nol untuk menghindari penyelesaian


trivial, maka :
1 Bn r 0 (5.37)

Penyelesaian dari persamaan (5.37) menghasilkan nilai eigen sebagaimana dapat


dilihat pada Tabel 5.2. Indeks 1 untuk fungsi eigen jenis pertama pada Tabel 5.2.
menjadi tidak perlu dituliskan karena fungsi eigen jenis kedua sudah dihilangkan.

Tabel 5.2. Nilai eigen dan fungsi eigen jenis pertama

Bentuk geometri Nilai eigen Fungsi eigen jenis pertama


Slab luas uniform 2n 1 Bn r cos Bn r
Bn
dengan tebal 2a 2 a
Silinder panjang w Bn r J 0 B n r
uniform berjari-jari a Bn n
a
Bola uniform berjari- n sin Bn r
jari a
Bn
a
Bn r
Bn r

Dengan demikian, untuk masing-masing niliai eigen, terdapat fungsi-fungsi sebagai


berikut :

150

n t C n exp vD Bn2 k 1 a t (5.38)
D
Dan :
n r A1n Bn r (5.39)
Dengan menggunakan teori superposisi, fluks neutron sebagai fungsi posisi dan
waktu dapat dituliskan sebagai :

r , t n r n t (5.40)
n 1

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.38) dan persamaan (5.39) ke persamaan


(5.40), maka diperoleh :



r , t A1n Bn r C n exp vD Bn2 k 1 a t (5.41)
n 1 D

Selanjutnya konstanta integrasi A1n dan Cn dapat disatukan menjadi An A1n C n .


Dengan demikian, persamaan (5.41) dapat ditulis menjadi :



r , t An exp vD Bn2 k 1 a t Bn r (5.42)
n 1 D
Atau :
D
r , t An exp v a k 1 Bn2 t Bn r (5.43)
n 1

a

Didefinisikan besaran jarak migrasi neutron (L) sebagai berikut :

D
L (5.44)
a
Maka persamaan (5.43) menjadi :

r , t An exp v a k 1 Bn2 L2 t Bn r

(5.45)
n 1

Didefinisikan besaran k n sebagai berikut :


k
kn (5.46)
1 Bn2 L2

151
Dengan demikian
k 1 Bn2 L2 k n 1 Bn2 L2 1 Bn2 L2 k n 1 1 Bn2 L2 .
Sehingga persamaan (5.45) menjadi :



r, t A n exp k n 1 1 Bn2 L2 v a t Bn r (5.47)
n 1

Didefinisikan besaran t dn sebagai berikut :

1 t d
t dn

v a 1 Bn L
2 2

v a 1 Bn2 L2 (5.48)

Di mana :
1
t d (5.49)
v a

Besaran t d selanjutnya disebut sebagai umur generasi neutron untuk reactor


takhingga. Dengan mensubstitusikan persamaan (5.48) ke persamaan (5.47), maka
diperoleh :

t
r , t An exp k n 1 Bn r (5.50)
n 1 t dn

Karena nilai Bn2 semakin besar untuk n yang semakin besar, maka nilai k n 1 akan
menjadi semakin negatif untuk n. Dengan berjalannya waktu t , untuk semua n 1 ,
nilai dari exp vD k n 1 t Bn r akan semakin mengecil dan menuju ke nilai nol.
Maka yang tersisa adalah suku dengan n 1 . Dengan untuk waktu t yang cukup
besar, persamaan (5.50) menjadi :

t
r , t A1 exp k1 1 B1 r (5.51)
t d 1
Dengan
k
k1 (5.52)
1 B12 L2
dan
t d
t d1

1 B12 L2 (5.53)

152
Indeks 1 selanjutnya dapat dihilangkan dari penulisan; yaitu A1 ditulis sebagai A,
B1 ditulis sebagai B, t d 1 ditulis sebagai t d dan k1 ditulis sebagai k. Maka
persamaan (5.41) dapat ditulis menjadi :
t
r , t A exp k 1 Br (5.54)
t d

Persamaan (5.52) dan persamaan (5.53) dapat ditulis menjadi :

k
k (5.55)
1 B 2 L2
t d
td
1 B L
2 2 (5.56)

Besaran t d disebut sebagai waktu generasi neutron efektif sedangkan


besaran k meupakan factor multiplikasi neutron efektif.
Jika nilai k 1 , maka argumen dari faktor exponensial pada persamaan
(5.50) menjadi negatif sehingga nilai fluks neutron menjadi semakin berkurang
terhadap waktu. Hal ini berarti reaktor dalam kondisi subkritis. Jika nilai k 1 ,
maka argumen dari faktor exponensial pada persamaan (5.50) menjadi positif
sehingga nilai fluks neutron menjadi semakin bertambah terhadap waktu. Hal ini
berarti reaktor dalam kondisi superkritis. Sedangkan jika Jika nilai k 1 , maka
argumen dari faktor exponensial pada persamaan (5.50) menjadi nol sehingga nilai
fluks neutron menjadi konstan terhadap waktu. Hal ini berarti reaktor dalam kondisi
kritis. Dengan demikian k pada persamaan (5.51) tidak lain adalah faktor multiplikasi
efektif ( k eff ). Persamaan (5.13) dapat ditulis ulang menjadi :

k k eff k P (5.57)

Dengan membandingkan persamaan (5.51) dan persamaan (5.52), maka


peluang neutron tidak bocor dari medium reaktor (yaitu P) pada reaktor satu daerah
dengan medium uniform dengan menggunakan pendekatan teori difusi neutron satu
kelompok adalah :
1
P (5.58)
1 B 2 L2

Pada kondisi kritis ( k 1 ), fluks neutron menjadi konstan terhadap waktu dan
terdistribusi terhadap posisi pada medium dengan persamaan :

r A Br (5.58)

153
Besaran B selanjutnya disebut sebagai buckling geometri sedangkan Br adalah
fungsi distribusi fluks neutron dalam kondisi kritis. Tabel 5.3. menunjukkan buckling
geometri dan fungsi distribusi neutron kondisi kritis untuk berbagai geometri reaktor
satu daerah satu dimensi

Tabel 5.3. Buckling geometri dan fungsi distribusi neutron kondisi kritis untuk
berbagai geometri reaktor satu daerah satu dimensi

Bentuk geometri Buckling geometri Fungsi eigen jenis pertama


Slab luas uniform Br cos Br
B
dengan tebal 2a 2 a
Silinder panjang 2,4048 Br J 0 Br
B
uniform berjari-jari a a
Bola uniform berjari- sin Br
B Br
jari a a Br

Konstanta A pada persamaan (5.58) dapat ditentukan berdasarkan daya reaktor. Daya
reaktor dapat dihitung dengan :
W R F EK (5.61)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan RF adalah laju reaksi fisi keseluruhan dalam
reaktor dalam satuan fisi per detik. Nilai RF untuk reaktor dengan medium uniform
dapat dihitung dengan:

RF f r dV f r dV (5.62)
V V

Dalam hal ini, V adalah volume teras reaktor, f adalah tampang lintang
makroskopis reaksi fisi pada zona teras reaktor. Untuk geometri satu dimensi, maka :

a
R F 2 l f r r m dr (5.63)
0

Dalam hal ini r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi, a adalah jarak
permukaan luar terhadap posat geometri. Nilai l 1 untuk slab serta sllinder dan
l 2 untuk bola. Untuk slab 0 sedangkan untuk silinder dan bola 1 .
Sedangkan m adalah bilangan bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri,
yaitu m = 0 untuk bentuk slab yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2
untuk bola uniform.

154
Dengan mensubstitusikan persamaan (5.58) ke persamaan (5.62), maka :
a
R F 2 l f A r m Br dr (5.64)
0

Substitusi persamaan (5.64) ke persamaan (5.61) menghasilkan :

a
W 2 l f AEK r m Br dr (5.65)
0

Dengan demikian, konstanta A dapat dihitung sebagai :

W
A a
2 f EK r m Br dr
l (5.66)
0

V.4. Alternatif perhitungan kekritisan reaktor satu daerah (single region)


dengan medium homogen dan uniform dengan pendekatan difusi satu kelompok
Pada sub bab ini akan dibahas cara yang lebih sederhana untuk mendapatkan
persamaan ktitikalitas dan distribusi fluks neutron dalam kondisi kritis. Perhitungan
pana sub bab ini dilakukan dengan menyelesaikan persamaan difusi neutron satu
kelompok pada kondisi steady state sebagai berikut :

1 d m d k 1
m
r r 1 2 r 0 (5.67)
r dr dr k L

Dalam hal ini r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi sedangkan m adalah
bilangan bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri, yaitu m = 0 untuk
bentuk slab yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2 untuk bola uniform.
Besaran k telah dijelaskan pada sub bab V.3, yaitu :

f
k (5.68)
a
Besaran L2 dirumuskan sebagai :
D
L2 (5.69)
a

Sedangkan besaran k adalah factor multiplikasi efektif medium reaktor. Syarat batas
untuk penyelesaian dari persamaan (5.67) adalah :

155
d
r0 r 0 (5.70)
dr
r a r 0 (5.71)

Dalam hal ini, r = 0 adalah posisi pusat atau pertengahan medium sedangkan r = a
adalah posisi permukaan luar medium. Besaran merupakan jarak ekstrapolasi.
Pada kondisi steady state, berlaku :

1 d m d
r r B 2 r 0 (5.72)
r m dr dr

Dalam hal ini B adalah buckling geometri. Dengan menubstitusikan persamaan


(5.72) ke persamaan (5.67), maka diperoleh :

k 1
B 2 r 1 2 r 0 (5.73)
k L
Atau :
k
k (5.74)
1 B 2 L2

Persamaan (5.74) tidak lain adalah persamaan (5.55) yaitu persamaan kritikalitas
efektif reactor berhingga satu daerah dengan medium uniform.
Persamaan (5.74) dapat ditulis menjadi :

k k P (5.75)

Di mana P adalah peluang neutron tidak lolos (bocor) dari medium. Untuk reactor
uniform satu daerah dengan pendekatan difusi satu kelompok, maka nilai P dapat
dihitung dengan :
1
P (5.76)
1 B 2 L2

Distribusi fluks neutron pada kondisi kritis untuk berbagai geometri dapat
diselesaikan dengan menyelesaikan persamaan (5.72). Penyelesaian persamaan (5.72)
untuk berbagai dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Table 5.4. menunjukkan
buckling geometri dan fluks neutron sedangkan Tabel 5.5. menunjukkan rumus untuk
mendapatkan nilai dari konstanta A bagi fungsi distribusi fluks neutron yang terdapat
pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Buckling geometri dan fungsi distribusi neutron kondisi kritis untuk
berbagai geometri reaktor satu daerah

156
Geometri Buckling geometri Distribusi fluks neutron
reaktor
slab luas
uniform 2 x
B2 x A cos
dengan a 2 2 a 2
tebal a
silinder
panjang 2,4048 2 2,4048 r
uniform B2 r AJ 0
dengan R 2 R
jari-jari R
bola A r
uniform 2 r sin
B2 r R
dengan R 2
jari-jari R R
silinder
pendek
uniform 2,4048 2 2 2,4048 r z
dengan B2 r , z AJ 0 cos
jari-jari R R 2 H 2 2 R H 2
dan tinggi
H
balok
2 2 x y
uniform B2 x, y, z A cos cos
dengan a 2 2 b 2 2 a 2 b 2
panjang 2 z
cos
sisi-sisi a, c 2 2 c 2
b dan c

Pada Tabel 5.4, untuk geometri slab x menyatakan variabel posisi ke arah
tebal slab dari bidang tengan slab. Untuk geometri silinder, r menyatakan posisi
radial dari sumbu silinder dan z menyatakan posisi aksial dari bidang tengah aksial
silinder. Untuk geometri bola, r menyatakan posisi radial dari pusat bola. Untuk
geometri balok, x, y dan z masing-masing menyatakan posisi searah ketiga sumbu
balok masing-masing dihitung dari titik tengah balok. Nilai merupakan jarak
ekstrapolasi neutron dihitung tegak lurus dari permukaan medium.
Pada Tabel 5.5, W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy
rerata yang dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi
energy ( 1,6021 10 13 J/MeV).
Tabel 5.5. Rumus konstanta A untuk berbagai geometri reaktor satu daerah

157
Geometri reaktor Rumus konstanta A
W
slab luas uniform A
x
a/2

dengan tebal a 2 f EK cos dx


0 a 2
silinder panjang W
A R
uniform dengan jari- 2,4048 r
2 f EK rJ 0 dr
jari R 0 R
W
A
r
R 2
bola uniform dengan r
4 f EK sin dr
jari-jari R 0
r R

R
silinder pendek W
A
z
R H
uniform dengan jari- 2,4048 r
4 f EK rJ 0 dr cos dz
jari R dan tinggi H 0 R 0 H 2
balok uniform W
A
x y z
a b c
dengan panjang sisi-
8 f EK cos dx cos dy cos dz
sisi a, b dan c 0 a 2 0 b 2 0 c 2

V.5. Siklus neutron pada reaktor termal


Sebagaimana telah diuraikan pada Bab II tentang reaksi fisi, tampang lintang
233 235 239
mikroskopis reaksi fisi pada nuklida-nuklida fisil (seperti 92 U , 92 U , 94 Pu dan
241
94 Pu ) bernilai tinggi (hingga ratusan barn) pada energi neutron rendah,
dibandingkan dengan nilai yang hanya beberapa barn pada energi neutron tinggi.
Dengan demikian, reaksi fisi lebih mudah terjadi jika diinduksi oleh neutron
berenergi rendah (neutron termal) dibandingkan dengan jika diinduksi oleh neutron
berenergi tinggi (neutron cepat).
Dengan alasan semacam ini, sebagian besar reaktor nuklir baik untuk
keperlean pembangkitan daya maupun untuk keperluan penelitian didesain dengan
menggunakan neutron energi rendah (neutron termal) untuk menginduksi sebagaian
besar reaksi fisi dalam reaktor tersebut. Reaktor nuklir yang demikian ini disebut
sebagai reaktor termal. Sementara itu, neutron yang dihasilkan oleh reaksi fisi, baik
dengan induksi neutron termal ataupun neutron cepat, selalu merupakan neutron
berenergi tinggi (neutron cepat). Dengan demikian, pada desain reaktor termal
diperlukan moderator yang berfungsi untuk memperlambat (menurunkan energi) dari
neutron cepat yang dihasilkan oleh reaksi fisi supaya menjadi neutron termal yang
siap untuk menginduksi reaksi fisi berikutnya.
Dengan demikian, terdapat setidaknya dua kelompok neutron yang terdapat
pada reaktor termal, yaitu kelompok neutron berenergi tinggi yang disebut sebagai

158
neutron cepat dan kelompok neutron berenergi rendah yang disebut sebagai neutron
termal. Untuk membedakan kedua kelompok neutron tersebut, ditentukan batas
energi termal (thermal energy treshold), yaitu E th . Neutron yang energinya kurang
dari E th dimasukkan dalam kelompok neutron termal sedangkan neutron yang
energinya lebih dari E th dimasukkan sebagai kelompok neutron cepat.
Untuk reaktor termal, dapat disusun suatu siklus neutron, yaitu suatu siklus
yang dimulai dari serapan sejumlah n neutron termal oleh bahan bakar (yang teediri
dari nuklida fisil dan nuklida fertil) dan terjadi reaksi fisi hingga tersedia sejumlah
neutron yang akan diserap oleh bahan bakar untuk reaksi fisi berikutnya. Siklus
neutron pada suatu reaktor termal ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Siklus neutron pada reaktor termal

Siklus neutron dimulai ketika n termal neutron diserap oleh bahan bakar.
Sebagian serapan tidak menghasilkan reaksi fisi dan hanya merupakan serapan
radiatif (radiative capture). Sebagian lagi merupakan serapan yang mengasilkan
reaksi fisi. Peluang terjadinya reaksi fisi terhadap serapan total bahan bakar dapat
dirumuskan sebagai rasio dari tampang lintang makroskopis serapan fisi bahan bakar
terhadap tampang lintang makroskopis serapan total bahan bakar. Setiap reaksi fisi
secara rerata menghasilkan T neutron cepat. Dengan demikian dapat didefinisikan

159
suatu besaran yang menyatakan jumlah rerata neutron cepat yang dihasilkan tiap
serapan satu neutron termal oleh bahan bakar, sebagai berikut :

f ,T , F
T (5.77)
a ,T , F

Dalam hal ini f ,T , F adalah tampang lintang makroskopis reaksi fisi terinduksi
neutron termal efektif dari bahan bakar sedangkan a ,T , F adalah tampang lintang
makroskopis serapan neutron termal efektif dari bahan bakar. Jika bahan bakar terdiri
dari campuran beberapa nuklida fisil dan beberapa nuklida fertile serta beberapa
aktinida minor, maka f ,T , F merupakan gabungan dari tampang lintang
makroskopis reaksi fisi terinduksi neutron termal dari semua nuklida fisil dan a ,T , F
merupakan gabungan dari tampang lintang makroskopis serapan neutron termal dari
semua nuklida fisil, nuklida fertile dan aktinida minor.

f ,T , F j T, j f ,T , j (5.78)

fissile

a ,T , F j a ,T , j j a ,T , j j a ,T , j (5.79)
fissile fertile MA

Dengan demikian, nilai dapat dirumuskan sebagai :

j T,j f ,T , j


fissile
(5.80)
j a ,T , j j a ,T , j j a ,T , j
fissile fertile MA

Dalam hal ini indeks MA menyatakan aktinida minor, indeks T menyatakan neutron
termal, indeks f menyatakan fisi, indeks a menyatakan serapan neutron sedangkan
indeks j menyatakan jenis nuklida.
Nuklida-nuklida fisil dan fertile pada umumnya dapat berfisi dengan diinduksi
oleh neutron cepat sekalipin tampang lintangnya kecil. Hal ini akan memberikan
kontribusi bagi jumlah neutron cepat yang dihasilkan oleh reaksi fisi. Didefinisikan
factor fisi cepat (disimbolkan sebagai ), yang merupakan rasio dari seluruh reaksi
fisi baik yang diinduksi oleh neutron termal maupun neutron cepat terhadap reaksi
fisi yang diinduksi oleh neutron termal saja.
uth

T f ,T , F T u f , F u u du
(5.81)
0

T f ,T , F T
Atau :

160
uth

u u u du
f ,F
(5.82)
1 0

T f ,T , F T

Besaran u th merupakan batas lethargy termal (thermal lethargy threshold). Jika


bahan bakar terdiri dari campunan berbagai nuklida fisil dan nuklida fertile, maka
persamaan (5.82) dapat ditulis menjadi :

u u fissile j j u f , F , j u fertile u du
uth

j j f ,F , j
(5.83)
1

0

j T, j f ,T , j
fissile

Jumlah neutron cepat setelah terjadinya keseluruhan reaksi fisi sejak serapan n
neutron termal (disimbolkan sebagai n f ) menjadi :

n f n (5.84)

Sejumlah n f neutron cepat ini selanjutnya mengalami proses moderasi


akibat bertumbukan dengan nuklida-nuklida moderator. Selama proses moderasi,
sebagian neutron cepat mencapai permukaan medium reactor dan lolos (bocor) dari
medium reactor. Didefinisikan besaran PF sebagai peluang neutron tidak lolos
keluar medium selama proses moderasi. Dengan demikian, neutron cepat yang tersisa
dalam medium reactor setelah memperhitungkan kebocoran selama proses moderasi
(disimbolkan sebagai n F ) adalah :
n F PF n (5.85)

Neutron yang tidak bocor akan melanjutkan proses moderasi. Pada saat
mencapai rentang energi (lethargy) epitermal, sebagian neutron mengalami serapan
resonansi. Pada bab IV tentang perlambatan neutron, telah dijelaskan variable p yang
disebut sebagai peluang lolos serapan resonansi, yang merupakan peluang dari
neutron yang tidak bocor dari medium selama proses moderasi untuk selamat dari
serapan selama proses moderasi (serapan resonansi). Dengan demikian, jumlah
neutron cepat yang berhasil dimoderasi hingga menjadi neutron termal (disimbolkan
sebagai n p ) adalah neutron cepat yang tidak bocor keluar medium dan selamat dari
serapan resonansi selama proses moderasi, yaitu :

n p PF p n (5.86)

161
Sejumlah n p neutron termal ini selanjutnya mengalami difusi dalam medium
reactor. Beberapa neutron termal mampu mencapai permukaan luar medium dan lolos
dari medium (bocor) sebagai neutron termal. Didefinisikan besaran PT sebagai
peluang neutron termal tidak lolos keluar medium selama proses difusi. Dengan
demikian, neutron termal yang tersisa dalam medium reactor setelah
memperhitungkan kebocoran selama proses difusi (disimbolkan sebagai n T )
adalah :

n T PF pPT n (5.87)

Sejumlah n T yang tersisa dari kebocoran neutron termal melanjutkan proses


moderasi dan akhirnya terserap oleh medium. Selanjutnya didefinisikan besaran
factor penggunaan termal (thermal utilization factor, yang disimbolkan sebagai f)
sebagai rasio dari serapan neutron termal oleh bahan bakar terhadap serapan neutron
termal keseluruhan oleh moderator, pendingin, struktur maupun material penyerap
neutron untuk pengendalian reactor. Nilai dari factor penggunaan termal dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a ,T , F
f (5.88)
a ,T , F a ,T ,M a ,T ,C a ,T , S a ,T , P

Dalam hal ini indeks F, M, C, S, P masing-masing menyatakan bahan bakar,


moderator, pendingin, struktur dan penyerap neutron lainnya; indeks T menyatakan
neutron termal dan indeks a menyatakan serapan neutron. Jika bahan bakar terdiri ,
dari campuran nuklida fisil, nuklida fertile dan aktinida minor maka persamaan (5.88)
menjadi :

j a ,T , j
j a ,T , j
j a ,T , j


fissile fertile MA
f
j a ,T , j j a ,T , j j a ,T , j a ,T , M a ,T ,C a ,T , S a ,T , P
fissile fertile MA

(5.89)

Dengan memperhitungan factor penggunaan termal, maka jumlah neutron termal


yang diserap oleh bahan bakar setelah satu siklus neutron (disimbolkan sebagai n 1 )
adalah :
n1 PF pPT f n (5.90)

Factor multiplikasi neutron termal atau kritikalitas


Selanjutnya didefinisikan factor multiplikasi neutron termal (disimbolkan
sebagai k) sebagai rasio dari jumlah neutron termal yang diserap oleh bahan bakar
pada suatu siklus neutron terhadap jumlah neutron termal yang diserap bahan bakar

162
pada satu siklus sebelumnya. Nilai dari factor multiplikasi neutron termal dapat
ditulis sebagai :
n PF pPT f n
k 1 (5.91)
n n
Atau :
k p f PF PT (5.92)

Nilai dari factor multiplikasi (k) ini tidak lain merupakan nilai kekritisan (ktirikalitas)
reactor. Jika k 1 , maka reactor dalam kondisi kritis dengan laju reaksi fisi konstan
terhadap waktu, jika k 1 , maka reactor dalam kondisi superkritis dengan laju reaksi
fisi meningkat terhadap waktu dan jika k 1 , maka reactor dalam kondisi subkritis
dengan laju reaksi fisi berkurang terhadap waktu.
Jika ukuran geometri reactor sangat besar, maka kebocoran neutron cepat
(selama proses moderasi) dan kebocoran neutron termal penjasi sangat kecil. Dengan
demikian PF 1 dan PT 1 . Selanjutnya, didefinisikan factor multiplikasi neutron
termal takhingga (disimbolkan sebagai k ) sebagai berikut :

k p f (5.93)

Pada medium dengan k 1 , laju serapan neutron selalu lebih besar daripada laju
produksi neutron dari reaksi fisi. Medium dengan k 1 tidak mungkin mencapai
kondisi ktiris pada ukuran berapapun. Sementara itu medium dengan k 1 mampu
menghasilkan neutron hasil reaksi fisi lebih banyak daripada neutron yangh diserap.
Medium semacam ini mampu mencapai kondisi kritis ketika serapan neutron dan
kebocoran neutron dapat diimbangi dengan produksi neutron dari reaksi fisi.
Dengan menggunakan besaran k , persamaan (5.92) dapat ditulis menjadi :

k k PF PT (5.94)

Reaktifitas
Kondisi kritikalitas reactor dapat dinyatakan dalam besaran reaktifitas
(disimbolkan sebagai ) yang dirumuskan sebagai :

k 1
(5.95)
k
Dengan menggunakan reaktivitas, kondisi kritis reactor ( k 1 ) bersesuaian dengan
nilai reaktivitas nol ( 0 ); kondisi superkritis reactor ( k 1 ) bersesuaian dengan
nilai reaktifitas positif ( 0 ); kondisi subkritis reactor ( k 1 ) bersesuaian dengan
nilai reaktifitas positif ( 0 ).

163
V.6. Aplikasi teori perlambatan Fermi pada perhitungan kritikalitas reactor
termal
Pada perhitungan kritikalitas reactor dengan teori difusi satu kelompok
sebagaimana telah diuraikan pada Sub Bab V.4, tidak dilakukan pembedaan neutron
termal dan neutron cepat. Semua parameter neutronik yang berkaitan dengan
kritikalitas seperti serapan neutron, kebocoran neutron dan produksi neutron dari
reaksi fisi dihitung sebagai nilai rerata dari untuk seluruh neutron yang terdapat
dalam reactor tanpa membedakan energi neutron.
Untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat dalam penentuan
kritikalitas reactor termal, perlu dilakukan pembedaan antara neutron cepat dan
neutron termal. Aspek karakteristik dari neutron cepat adalah proses moderasi serta
serapan neutron cepat dan kebocoran neutron cepat selama proses moderasi serta
produksi neutron cepat dari reaksi fisi. Sementara itu, aspek karakteristik dari
neutron termal adalah difusi neutron termal serta serapan neutron termal dan
kebocoran neutron termal.
Pada sub bab ini, teori perlambatan Fermi akan diaplikasikan untuk
memperhitungkan perlambatan neutron cepat hingga mencapai batas lethargy neutron
termal (thermal lethargy threshold). Sementara itu, teori difusi neutron diaplikasikan
untuk melakukan perhitungan perilaku neutron cepat.
Persamaan perlambatan Fermi dalam kondisi steady state hingga mencapai
batas lethargy termal ( u th ) telah dirumuskan pada persamaan (4.133). Persamaan
tersebut perlu sedikit dimodifikasi berkaitan dengan batas lethargi dan penulisan suku
pembentukan neutron dari reaksi fisi, menjadi :

D u 2 u
q r , u q r , u a q r , u
u T u T u
uth (5.96)

u u ' f u ' r , u ' du ' S ''' r , u
0


Dengan mengasumsikan sumber neutron S ''' r , u berasal dari reaksi fisi neutron
termal, maka :

S ''' r , u u T f ,T T r (5.97)

Dengan demikian, persamaan (5.96) menjadi :

D u 2 u
q r , u q r , u a q r , u
u T u T u
(5.98)
uth

u u ' f u ' r , u ' du ' T f ,T T r

0

164
Selanjutnya, didefinisikan factor fisi cepat ( ) sebagai berikut :
u th

u ' u ' r , u ' du '
f
(5.99)
1 0

T f ,T T r

Maka persamaan (5.98) dapat ditulis menjadi :

D u 2 u
q r , u q r , u a q r , u u T f ,T T r (5.100)
u T u T u

Sementara itu, persamaan difusi neutron termal dalam kondisi steady state adalah :

DT 2T r a ,T T r S T r 0 (5.101)

Dalam hal ini, indeks T menyatakan neutron termal. Diasumsikan tidak ada neutron
termal yang dihasilkan langsung dari reaksi fisi. Semua neutron termal berasal dari
perlambatan neutron yang telah mencapat batas lethargy neutron termal, sehingga

sumber neutron termal ST r dapat dirumuskan menjadi :

S T r q r , u th (5.102)

Dengan demikian, persamaan (5.101) menjadi :



DT 2T r a ,T T r q r , u th 0 (5.103)

Untuk menghitung kritikalitas, persamaan (5.105) perlu dimodifikasi menjadi :



q r , u th
DT T r a ,T T r
2
0 (5.104)
k

Di mana k adalah eigen value (nilai eigen) yang tidak lain merupakan nilai factor
multiplikasi atau kritikalitas yang akan dihitung.
Pada kondisi kritis (steady state), diasumsikan fluks neutron termal dan rapat
perlambatan untuk semua lethargy terdistribusi dalam reactor dengan fungsi distribusi
kritis yaitu :

T r T 0 Br (5.105)

q r , u q 0 u Br (5.106)

165

q r , u th q0 u th Br (5.107)

Dalam hal ini T 0 adalah nilai fluks neutron termal pada pusat medium reactor,
q0 u dan q0 uth masing-masing adalah nilai rapat perlambatan pada lethargy u dan
uth pada pusat medium reactor. Besaran B adalah buckling geometri sedangkan

Br fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis. Dalam hal ini,
diasumsikan bahwa distribusi rapat perlambatan untuk semua lethargy mengikuti
distribusi fluks neutron termal.
Besaran B (atau B2) dan fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis
untuk berbagai geometri reactor dapat dilihat pada Tabel 5.4. Fungsi distribusi fluks
neutron pada kondisi kritis memenuhi :

2 Br B 2 Br 0 (5.108)

Substitusi dari persamaan (5.105), persamaan (5.106), persamaan (5.107) dan


persamaan (5.108) ke persamaan (5.100) dan persamaan (5.104) menghasilkan :

d D u 2 u
q0 u B q0 u a q 0 u u T f ,T T 0 (5.109)
du T u T u
Atau :
d D u B 2 a u
q0 u q 0 u u T f ,T T 0 (5.110)
du T u T u
dan
q 0 u th
DT B 2T 0 a ,T T 0 0 (5.111)
k
Atau :
DT 2 q u
B 1 a ,T T 0 0 th (5.112)
k
a ,T

Dedefinisikan besaran panjang migrasi neutron termal (disimbolkan sebagai LT )


sebagai berikut:
DT
LT (5.113)
a ,T

Maka persamaan (5.112) dapat ditulis menjadi :

166
q 0 u th
k

1 B 2 L2T a ,T T 0
(5.114)

u
D u ' B 2 a u '
Didefinisikan factor integrasi exp 0 T u ' T u ' du ' dan diaplikasikan

pada persamaan (5.110) sehingga menjadi :

d u D u ' B 2 a u '
q 0 u exp du '
0 T u ' T u '
du

D u B 2 a u u
D u ' B 2 a u '
q0 u exp 0 T u ' T u '
du ' (5.115)
T u T u


u
D u ' B 2 a u '
u T f ,T T 0 exp 0 T u ' T u '
du '

Persamaan (5.115) dapat ditulis menjadi :

d D u ' B 2 a u '
u

q 0 u exp
0 T u ' T u '
du '
du
(5.116)
u D u ' B 2 a u '
u T f ,T T 0 exp du '
0 T u ' T u '

Penyelesaian persamaan (5.116) dengan asumsi tidak ada produksi neutron dengan
lethargy terendah ( u 0 ) atau dengan kata lain tidak ada produksi neutron dengan
energi melebihi batas energi tertinggi dalam medium reactor, adalah :

D u ' B 2 a u '
u

q0 u exp0 T u' T u' du'

(5.117)
u
D u ' ' B 2 a u ' '
u'

T f ,T T 0 u ' exp du ' ' du '
0 T u ' ' T u ' '

0
Atau :

167
u
u D u ' ' B 2 a u ' '
q 0 u T f ,T T 0 u ' exp du ' ' du ' (5.118)
u ' T u ' ' T u ' '

0

Persamaan (5.118) dapat ditulis menjadi :

u
u
D u ' ' du ' ' u a u ' ' du ' '
q 0 u T f ,T T 0 u ' exp B
2

exp u ' ' du ' (5.119)

0 u'
T u ' ' u' T

Rapat perlambatan dari neutron hasil reaksi fisi yang dilahirkan pada lethargy u
hingga mencapai lethargy termal dapat ditulis sebagai berikut :

uth
u th
D u ' du ' uth a u ' du '
q 0 u th T f ,T T 0 0 u exp B u T u' exp u T u ' du (5.120)
2

Umur Fermi pada proses perlambatan neutron yang dihasilkan oleh reaksi fisi
pada lethargy u hingga mencapai batas lethargy termal u th (yang disimbolkan
sebagai u u th ) dapat dirumuskan sebagai :

D u ' du '
uth

u u th u ' (5.121)
u T

Sedangkan peluang lolos serapan resonansi pada proses perlambatan neutron


yang dihasilkan oleh reaksi fisi pada lethargy u hingga mencapai batas lethargy
termal u th (yang disimbolkan sebagai p u u th ) dapat dirumuskan sebagai :

uth a u ' du '


p u u th exp (5.122)

u T u '

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.121) dan persamaan (5.122) ke persamaan


(5.120), maka rapat perlambatan dari neutron hasil reaksi fisi yang dilahirkan pada
lethargy u hingga mencapai lethargy termal dapat ditulis menjadi :
uth

q 0 u th T f ,T T 0 u exp B 2 u u th p u u th du (5.123)
0

168
Diasumsikan neutron hasil fisi dilahirkan pada rentang lethargy 0 u u E , di mana
u E adalah lethargy maksimal (yang bersesuaian dengan energy minimal) dari
neutron yang dihasilkan oleh reaksi fisi. Selanjutnya proses moderasi neutron
diasumsikan terjadi pada rentang lethargy u E u u th . Dengan asumsi ini, persamaan
(5.114) menjadi :
uE
uth
D u du uth a u du
q0 u th T f ,T T 0 u du exp B
2 exp (5.124)

0



uE T
u
uE T u

Umur Fermi pada proses perlambatan neutron yang dihasilkan oleh reaksi fisi
hingga mencapai batas lethargy termal u th (yang disimbolkan sebagai T ) dapat
dirumuskan sebagai :
D u du
uth

T (5.125)
uE T
u

Sedangkan peluang lolos serapan resonansi pada proses perlambatan neutron


yang dihasilkan oleh reaksi fisi hingga mencapai batas lethargy termal u th (yang
disimbolkan sebagai p ) dapat dirumuskan sebagai :

uth u du
p exp a (5.126)
u T u
E

Sementara itu, karena neutron hasil fisi dilahirkan pada rentang lethargy
0 u u E , maka :
uE

u du 1
0
(5.127)

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.125), persamaan (5.126) dan persamaan


(5.127) ke persamaan (5.124), maka rapat perlambatan dari neutron hasil reaksi fisi
hingga mencapai lethargy termal dapat ditulis menjadi :


q 0 u th T f ,T pT 0 exp B 2 T (5.128)

Selanjutnya, dengan mensubstitusikan persamaan (5.128) ke persamaan


(5.114), maka nilai k dapat dihitung dengan :

169
T f ,T pT 0 exp B 2 T T f ,T p exp B 2 T
k
1 B L
2 2
T a ,T T 0 1 B L
2 2
T a ,T
(5.129)

Pada persamaan (5.126) nilai tampang lintang serapan termal merupakan gabungan
dari tampang lintang serapan termal dari bahan bakar, moderator, pendingin, srtuktur
dan penyerap neutron lainnya, yaitu :

a ,T a ,T , F a ,T , M a ,T ,C a ,T , S a ,T , P (5.130)

Dalam hal ini indeks F, M, C, S, P masing-masing menyatakan bahan bakar,


moderator, pendingin, struktur dan penyerap neutron lainnya; indeks T menyatakan
neutron termal dan indeks a menyatakan serapan neutron. Sementara itu tampang
lintang fisi termal hany terdiri dari tampang lintang fisi termal bahan bakar, yaitu :

f ,T f ,T , F (5.131)

Persamaan (5.129) dapat ditulis menjadi :


k p T
f ,T , F a ,T , F


exp B 2 T


a ,T , F
a ,T
1 B 2 L2
T (5.132)

f ,T , F a ,T , F
Dari persamaan (5.77) dan persamaan (5.88), maka T dan f .
a ,T , F a ,T
Dengan demikian, persamaan (5.132) menjadi :

exp B 2 T
k p f
1 B 2 L2T (5.133)

Dengan mensubsitusikan persamaan (5.93) ke persamaan (5.133), maka nilai k dapat


dihitung sebagai :
exp B 2 T
k k
1 B 2 L2T (5.134)

Jika persamaan (5.134) dibandingkan dengan persamaan (5.94), maka peluang


neutron cepat tidak bocor dari medium reactor selama proses moderasi ( PF ) dan
peluang neutron termal tidak bocor dari medium reactor selama proses difusi ( PT )
masing-masing adalah :

170
PF exp B 2 T (5.135)
Dan :
1
PT (5.136)
1 B 2 L2T

Teori difusi satu kelompok yang dimodifikasi


Jika nilai B 2 T kecil, maka dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut :


exp B 2 T 1
(5.137)
1 B 2 T

Dengan demikian, persamaan (5.134) menjadi :

k
k

1 B L 1 B 2 T
2 2
T (5.138)

Atau :
k
k
1 B L T B 4 T L2T
2 2 (5.139)
T

Karena nilai B 2 kecil, maka suku yang mengandung B 4 dapat diabaikan. Dengan
demikian, persamaan (5.139) menjadi :

k
k
1 B L2T T
2
(5.140)

Didefinisikan besaran M 2 yaitu kuadrat dari panjang migrasi neutron rerata sejak
dilahirkan dari reaksi fisi hingga terserap sebagai neutron termal, yang dirumuskan
sebagai berikut :
M 2 L2T T (5.141)

Selanjutnya, persamaan (5.140) menjadi :

k
k (5.142)
1 B2M 2

Persamaan (5.142) adalah persamaan kekritisan dengan pendekatan teori difusi satu
kelompok yang dimodifikasi. Dalam hal ini :

k p f (5.143)

171
Persamaan (5.142) dapat ditulis sebagai :

k k P (5.144)

Di mana P adalah peluang neutron tidak bocor dari medium reactor sejak dilahirkan
dari reaksi fisi hingga terserap sebagai neutron termal. Nilai P dalam hal ini adalah :

1
P (5.145)
1 B2M 2

V.7. Perhitungan kekritisan reactor satu dimensi, banyak daerah (multi region)
dengan teori difusi neutron satu kelompok yang dimodifikasi.
Berbagai desain reactor nuklir tersusun dari material yang berbeda dalam
beberapa daerah atau region. Desain yang demikian dibuat untuk berbagai tujuan.
Pada kebanyakan reactor daya, diinginkan distribusi daya yang lebih merata dalam
teras reactor. Hal ini dapat dilakukan dengan melalukan variasi kandungan nuklida
fisil. Daerah yang berkecenderungan menimbulkan fluks neutron yang tinggi
(misalnya di bagian tengah teras reactor) sengaja diberi bahan bakar dengan
kandungan nuklida fisil yang lebih rendah daripada daerah yang berkecenderungan
menimbulkan fluks neutron yang rendah (misalnya di bagian tepi reactor). Dengan
demikian fluks neutron di bagian tengah teras dapat ditekan sedangkan fluks neutron
di bagian tepi teras dapat dinaikkan.
Jika suatu reaktor didesain dengan pada awalnya menggunakan bahan bakar
yang kandungan nuklida fisilnya seragam (single region), maka setelah beberapa
lama beroperasi kandungan nuklida fisilnya menjadi tidak seragam. Hal ini terjadi
karena pada daerah yang fluks neutronnya tinggi, nuklida fisil akan berkurang lebih
cepat daripada daerah yang fluks neutronnya lebih rendah. Dengan demikian reaktor
yang semula satu daerah (single region) setelah beberapa lama beroperasi akan
menjadi reaktor multiregion.
Beberapa desain reaktor dilengkapi dengan material moderator tanpa bahan
bakar yang dipasang di luar (melingkupi) teras reaktor. Daerah (zona) yang terdiri
dari material moderator yang melingkupi teras reaktor ini disebut sebagai zona
(daerah) reflektor. Fungsi dari reflektor adalah untuk memoderasi neutron cepat yang
bocor dari teras reaktor sehingga menjadi neutron termal dan mendifusikan neutron
termal yang bocor keluar reaktor. Neutron termal yang berdifusi dalam moderator ini
berpeluang untuk kembali memasuki teras reaktor disamping untuk bocor keluar dari
medium reflektor. Secara keseluruhan, fungsi reflektor adalah untuk mengurangi
kebocoran neutron keluar dari keseluruhan sistem reaktor (teras dan reflektor)
sehingga kondisi kritis dapat dicapai dengan jumlah nuklida fisil yang lebih rendah.
Selisih dari jumlah nuklida fisil untuk mencapai kondisi kritis dengan adanya

172
reflektor terhadap jumlah nuklida fisil untuk mencapai kondisi kritis tanpa reflektor
disebut sebagai penghematan reflektor (reflector saving).
Berbagai reaktor nuklir lainnya didesain sebagai reaktor pembiak. Pada desain
reaktor pembiak, terdapat daerah (zona) yang dioptimalisasikan untuk terjadinya
reaksi fisi yang mampu mencapai kondisi kritis dengan menghasilkan cukup banyak
neutron serta memiliki permukaan yang memungkinkan cukup banyak kebocoran
neutron. Zona ini disebut sebagai zona teras (core) atau zona seed. Zona teras atau
zona seed ini dilingkupi oleh zona selimut (blanket). Neutron yang bocor dari zona
teras akan memasuki zona blanket. Zona blanket dioptimalisasikan bagi terjadinya
reaksi pembiakan. Neutron yang memasuki zona blanket akan ditangkap oleh nuklida
fertil. Nuklida fertil setelah menangkap neutron akan menjadi nuklida majemuk yang
selanjutnya mengalami satu atau dua kali peluruhan radioaktif (biasanya peluruhan
beta negatif) dan akhirnya menghasilkan nuklida fisil.

V.7.a. Persamaan kritis untuk reaktor satu dimensi dua daerah (teras dan reflektor)
dengan pendekatan teori difusi satu kelompok yang dimodifikasi
Akan dibahas reaktor satu dimensi dua daerah. Daerah di bagian tengah
mengandung nuklida fisil dan disebut sebagai daerah atau zona teras (diberi indeks C)
dan daerah luar terdiri dari material moderator tanpa bahan bakar dan berfungsi
sebagai reflektor (diberi indeks R).
Dengan menggunakan pendekatan teori difusi neutron yang dimodifikasi,
persamaan neraca neutron termal untuk zona teras adalah :

1 d m d k
DTC m
r TC r 1 aTC TC r 0 (5.146)
r dr dr k

Persamaan (5.146) berlaku untuk 0 r a . Posisi 0 adalah posisi tengah


reaktor, yaitu bidang tengah untuk teras reaktor slab uniform sangat luas, sumbu pusat
untuk teras reaktor silinder uniform sangat panjang dan titik pusat untuk teras reaktor
bola uniform. Posisi a adalah posisi permukaan luar zona teras dihitung dari posisi
tengah, yaitu setengah tebal untuk teras reaktor slab uniform sangat luas, jari-jari
untuk teras reaktor silinder uniform sangat panjang dan teras reaktor bola uniform.
Besaran k adalah eigen value yang merupakan kritikalitas. Besaran k telah
dirumuskan pada persamaan (5.143), yang dapat ditulis kembali sebagai :

k C C pC f C (5.147)

Sementara itu, persamaan neraca neutron termal untuk zona reflektor adalah :

1 d m d
DTR r TR r aTR TR r 0 (5.148)
r m dr dr

173
Persamaan (5.148) berlaku untuk a r b . Posisi b adalah posisi tengah
adalah posisi permukaan luar reflektor. Pada persamaan (5.146) dan persamaan
(5.148), r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi sedangkan m adalah bilangan
bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri, yaitu m = 0 untuk bentuk slab
yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2 untuk bola uniform. Indeks T
menyarakan neutron termal, indeks C menyatakan zona teras (core) dan indeks R
menyatakan zona reflektor.
Syarat batas posisi tengah untuk penyelesaian dari persamaan (5.146) adalah :

d
r0 TC r 0 (5.149)
dr

Sedangkan syarat batas permukaan luar untuk penyelesaian dari persamaan (5.148)
adalah :
r b TR r 0 (5.150)

Pada bidang batas teras dan reflector, berlaku syarat kontinuitas fluks neutron dan
kontinuitas arus neutron sebagai berikut :

r a TC r TR r (5.151)
d d
r a DTC TC r DTR TR r (5.152)
dr dr

Penyelesaian dari persamaan (5.146) dan persamaan (5.148) adalah :

aTC
k
TC r AC1 C1 r 1
AC 2 C 2 r k 1 aTC (5.153)
k DTC k DTC

aTR aTR
TR r AR1 R1 r AR 2 R 2 r


(5.154)
DTR DTR

Fungsi distribusi fluks neutron pada zona teras dan zona reflector untuk berbagai
bentuk geometri reactor satu dimensi dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7.
Fungsi C1 adalah fungsi simetris terhadap posisi tengah reactor dan
memenuhi syarat batas persamaan (5.149) sedangkan fungsi C 2 adalah fungsi
antisimetris terhadap posisi tengah reactor dan tidak memenuhi syarat batas
persamaan (5.149). Dengan demikian, supaya syarat batas persamaan (5.149)
terpenuhi, fungsi C 2 harus dihilangkan dari persamaan (5.153) atau AC 2 0 ,
sehingga distribusi fluks neutron pada zona teras menjadi :

174
k
TC r AC1 C1 r 1 aTC (5.155)
k DTC

Tabel 5.6. Fungsi distribusi fluks neutron pada zona teras pada reactor dua daerah
satu dimensi

Bentuk geometri Fungsi distribusi C1 Fungsi distribusi C 2


Slab luas uniform k k
C1 cos r 1 aTC C 2 sin r 1 aTC
dengan tebal 2a k DTC k DTC

Silinder panjang k k
uniform berjari- C1 J 0 r 1 aTC C 2 Y0 r 1 aTC
k DTC k DTC
jari a
k k
sin r 1 aTC cos r 1 aTC
k DTC k DTC
Bola uniform
C1 C2
berjari-jari a k k
r 1 aTC r 1 aTC
k DTC k DTC

Tabel 5.7. Fungsi distribusi fluks neutron pada zona reflektor pada reactor dua daerah
satu dimensi

Bentuk geometri Fungsi distribusi R1 Fungsi distribusi R 2


Slab luas uniform
R1 cosh r aTR R 2 sinh r aTR
dengan tebal b - a DTR DTR
Selubung silinder
panjang uniform R1 I 0 r aTR R 2 K 0 r aTR
DTR DTR
dengan tebal b - a

sinh r aTR cosh r aTR
Selubung bola DTR DTR
uniform dengan R1 R2
tebal b - a
r aTR r aTR
DTR DTR

Fungsi C1 adalah fungsi simetris terhadap posisi tengah reactor dan memenuhi
syarat batas persamaan (5.149) sedangkan fungsi C 2 adalah fungsi antisimetris
terhadap posisi tengah reactor dan tidak memenuhi syarat batas persamaan (5.149).
Dengan demikian, supaya syarat batas persamaan (5.149) terpenuhi, fungsi C 2

175
harus dihilangkan dari persamaan (5.153) atau AC 2 0 , sehingga distribusi fluks
neutron pada zona teras menjadi :
k
TC r AC1 C1 r 1 aTC (5.155)
k DTC

Syarat batas permukaan luar, yaitu dari persamaan (5.150) harus dipehuni oleh
fluks neutron pada reflector, sehingga :


AR1 R1 b aTR AR 2 R 2 b aTR 0 (5.156)
DTR DTR

Atau :
aTR
R1 b

DTR
AR 2 AR1 (5.157)
aTR
R 2 b

DTR

Sehingga distribusi fluks neutron pada reflector menjadi :

aTR
R1 b


DTR r aTR
TR r AR1 R1 r aTR

R2

(5.158)
DTR aTR DTR
R 2 b

DTR

Dengan mengaplikasikan syarat batas kesamaan fluks neutron pada batas antara
medium teras dan reflector, yaitu persamaan (5.151), maka diperoleh :

aTR
R1 b
DTR
k A a aTR
AC1 C1 a 1 aTC R1 R 2 a aTR
DTR
R1
k DTC aTR DTR
R2 b
DTR

(5.159)

Sehingga diperoleh hubungan antara konstanta AR1 dengan AC1 sebagai berikut :

176
k
AC1 C1 a 1 aTC
k DTC
AR1

R1 b aTR (5.160)
DTR
R1 a aTR R 2 a aTR

DTR DTR
R 2 b aTR
DTR

Selanjutnya, untuk mengaplikasikan syarat batas kesamaan arus neutron


pada batas antara medium teras dan reflector, yaitu persamaan (5.152), terlebih
dahulu perlu dilakukan diferensiasi terhadap persamaan (5.155) dan persamaan
(5.158) sebagai berikut :

TC k k
AC1 1 aTC C1 r 1 aTC (5.161)
dr k DTC k DTC

aTR
R1 b


TR DTR r aTR
AR1 aTR R1 r aTR (5.162)
dr DTR DTR aTR
R2
DTR
R 2 b
DTR

Fungsi C1 adalah fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron jenis pertama pada
zona teras sedangkan R1 dan R 2 fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron jenis
pertama dan jenis kedua pada zona reflector. Fungsi-fungsi tersebut untuk berbagai
bentuk geometri reactor satu dimensi dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9.
Dengan mensubstitusikan persamaan (5.160) ke persamaan (5.162), maka
diferensiasi fluks neutron pada zona reflektor adalah :

177
TR k
AC1 aTR C1 a 1 aTC
dr DTR k DTC

aTR aTR aTR aTR
R2 b R1 r R1 b R2 r (5.163)
DTR DTR DTR DTR


aTR aTR aTR aTR
R 2 b

DTR
R1 r
DTR
R1 b
DTR
R2 r
DTR



Tabel 5.8. Fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron pada zona teras pada reactor
dua daerah satu dimensi

Bentuk geometri Fungsi C1 Fungsi C 2


Slab luas uniform k k
C1 sin r 1 aTC C 2 cos r 1 aTC
dengan tebal 2a k DTC k DTC

Silinder panjang k k
uniform berjari- C1 J 1 r 1 aTC C 2 Y1 r 1 aTC
k DTC k DTC
jari a

cos r 1 aTC
k sin r k 1 aTC
k DTC k DTC
Bola uniform
C1
berjari-jari a k k
r 1 aTC r 2 1 aTC
k DTC k DTC

Tabel 5.9. Fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron pada zona reflektor pada reactor
dua daerah satu dimensi

Bentuk geometri Fungsi R1 Fungsi R 2


Slab luas uniform
R1 sinh r aTR

R 2 cosh r aTR

dengan tebal b - a DTR DTR
Selubung silinder
panjang uniform R1 I 1 r aTR

R 2 K1 r aTR

DTR DTR
dengan tebal b - a

178
aTR
cosh r sinh r aTR
DTR DTR
R1 R2
aTR
Selubung bola r r aTR
DTR DTR
uniform dengan
tebal b - a aTR
sinh r cosh r aTR
DTR DTR


r 2 aTR r 2 aTR
DTR DTR

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.161) dan persamaan (5.163) ke


persamaan syarat batas kesamaan arus neutron, yaitu persamaan (5.152) maka
diperoleh :
k k
DTC AC1 1 aTC C1 a 1 aTC
k DTC k DTC

aTR k
DTR AC1 C1 a 1 aTC
DTR k DTC

(5.164)
aTR
R2 b R1 a aTR R1 b aTR R 2 a aTR
DTR DTR DTR DTR


aTR
R 2 b

DTR
R1 a aTR
DTR
R1 b aTR
DTR
R 2 a aTR
DTR


Atau :

179
k aTC
C1 a 1
DTC k aTC k DTC
1

DTR k DTC k aTC
C1 a 1
k DTC

aTR aTR
R2 b R 2 a
DTR DTR
(5.165)

aTR aTR
R1 a aTR
DTR

R1 b

DTR
R1 a
DTR

aTR
DTR aTR aTR
R1 a aTR R2 b R 2 a
DTR DTR DTR


b aTR
R1 a
aTR

R1 DTR DTR

Persamaan (5.164) atau persamaan (5.165) adalah persamaan kritikalitas untuk


reactor dua daerah (teras dan reflector) satu dimensi dengan pendekatan teori difusi
satu kelompok yang dimodifikasi.
Untuk reactor berbentuk slab sangat luas dengan reflector berketebalan sama
pada kedua sisinya, maka persamaan kritikalitasnya dapat disusun dengan
mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron dan fungsi diferensiasi fluks neutron
yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.7), Tabel (5.8) dan Tabel (5.9) untuk
geometri slab sangat luas ke persamaan (5.165), sebagai berikut :

180
k
sin a 1 aTC
DTC k aTC k DTC
1

DTR k DTC k
cos a 1 aTC
k DTC

aTR aTR
sinh b cosh a
DTR DTR
(5.166)

aTR aTR
sinh a aTR cosh b sinh a
aTR DTR DTR DTR

DTR aTR aTR
cosh a aTR sinh b sinh a
DTR DTR DTR


cosh b aTR
cosh a
aTR

DTR DTR

Atau :
DTC k aTC k aTC
1 tan a 1
DTR k DTC k DTC

aTR aTR
tanh b coth a (5.167)
aTR aTR DTR DTR

tanh a

DTR DTR aTR aTR
tanh b tanh a
DTR DTR

Persamaan (5.167) adalah persamaan krtitikalitas untuk reactor dua daerah


berbentuk slab sangat luas dengan reflector berketebalan sama pada kedua sisinya
dengan pendekatan teori difusi satu kelompok yang dimodifikasi.
Sedangkan untuk reactor berbentuk silinder sangat panjang dengan reflector
pada sisi radial, maka persamaan kritikalitasnya dapat disusun dengan
mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron dan fungsi diferensiasi fluks neutron
yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.7), Tabel (5.8) dan Tabel (5.9) untuk
geometri silinder sangat panjang ke persamaan (5.164). Setelah dilakukan beberapa
manipulasi matematika, diperoleh persamaan krtitikalitas untuk reactor dua daerah
berbentuk silinder sangat luas dengan reflector radial dengan pendekatan teori difusi
satu kelompok yang dimodifikasi, sebagai berikut :

181
k aTC
J1 a 1
DTC k aTC k DTC
1 aTR

DTR k DTC k aTC DTR
J0 a 1
k DTC

(5.168)
aTR aTR
K b I 1 a aTR I 0 b K 1 a aTR
0 DTR


DTR


DTR


DTR

aTR
K 0 b D

I 0 a aTR
DTR
I 0 b aTR
DTR


K 0 a aTR
DTR
TR

Untuk reactor berbentuk bola dengan reflector pada sisi radial, maka persamaan
kritikalitasnya dapat disusun dengan mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron
dan fungsi diferensiasi fluks neutron yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.7),
Tabel (5.8) dan Tabel (5.9) untuk geometri bola ke persamaan (5.165). Setelah
dilakukan beberapa manipulasi matematika, diperoleh persamaan krtitikalitas untuk
reactor dua daerah berbentuk bola dengan reflector radial dengan pendekatan teori
difusi satu kelompok yang dimodifikasi, sebagai berikut :

DTC k aTC k
1
1 cot a 1 aTC
DTR k DTC k DTC a

aTR aTR 1
coth a aTR 1 coth b aTR coth a aTR (5.169)
DTR DTR a DTR DTR a DTR

aTR
coth b aTR coth a
DTR DTR

Konstanta AC1 pada persamaan (5.155) dapat ditentukan berdasarkan daya reaktor.
Reaksi fisi dalam hal ini hanya terjadi pada zona teras, dengan demikian daya reaktor
dapat dihitung dengan :
W R FC EK (5.170)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan R FC adalah laju reaksi fisi keseluruhan dalam
zona teras reaktor dalam satuan fisi per detik. Nilai R FC untuk reaktor dengan
medium uniform dapat dihitung dengan :

182

RFC fC TC r dVC fC TC r dVC (5.171)
VC VC

Dalam hal ini, VC adalah volume teras reaktor, fC adalah tampang lintang
makroskopis reaksi fisi pada zona teras reaktor. Untuk geometri satu dimensi, maka :

a
R FC 2 l fC TC r r m dr (5.172)
0

Dalam hal ini r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi, a adalah jarak
permukaan luar terhadap posat geometri. Nilai l 1 untuk slab serta sllinder dan
l 2 untuk bola. Untuk slab 0 sedangkan untuk silinder dan bola 1 .
Sedangkan m adalah bilangan bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri,
yaitu m = 0 untuk bentuk slab yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2
untuk bola uniform.
Dengan mensubstitusikan persamaan (5.155) ke persamaan (5.172), maka :

a k
R FC 2 l fC AC1 C1 r 1 aTC r m dr (5.173)
k DTC
0

Substitusi persamaan (5.173) ke persamaan (5.170) menghasilkan :

a k
W AC1 EK 2 l fC C1 r 1 aTC r m dr (5.174)
k DTC
0

Dengan demikian, konstanta AC1 dapat dihitung sebagai :

W
AC1
a k (5.175)
EK 2 l fC C1 r 1 aTC r m dr
k DTC
0

Setelah konstanta AC 1 ditentukan dengan menggunakan persamaan (5.175), maka


konstanta AR1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5.160). Rumus
konstanta AC 1 dan AR1 untuk reaktor satu dimensi dengan reflektor dapat dilihat
pada Tabel 5.10 dan Tabel 5.11. Selanjutnya, distribusi fluks neutron pada zona teras
dan reflektor dapat dihitung dengan persamaan (5.155) dan persamaan (5.158).
Tabel 5.10. Rumus konstanta AC1 untuk berbagai geometri reaktor satu dimensi
dengan reflektor

183
Geometri reaktor Rumus konstanta AC1
W
AC1
slab luas uniform dengan tebal

a
k
2a 2 fC EK cos r 1 aTC dx
k DTC
0
W
AC1
silinder panjang uniform

R
k
dengan jari-jari a 2 fC EK J 0 r 1 aTC rdr
k DTC
0
W
AC1
k
sin r 1 aTC
bola uniform dengan jari-jari a R k DTC 2
4 fC EK r dr
0 k aTC
r 1
k DTC

Tabel 5.11. Rumus konstanta AC1 untuk berbagai geometri reaktor satu dimensi
dengan reflektor

Geometri Rumus konstanta AR1


reaktor
k
slab luas AC1 cos a 1 aTC
k DTC
uniform
AR1
dengan
tebal 2a cosh a aTR tanh b aTR sinh a aTR
DTR DTR DTR

k
AC1 J 0 a 1 aTC
silinder k DTC
panjang AR1
uniform
I 0 b aTR
dengan aTR DTR
I0 a K 0 a aTR
jari-jari
a DTR DTR
K 0 b aTR
DTR

184
Geometri Rumus konstanta AR1
reaktor
k aTC
bola aTR sin a 1
AC1
uniform DTR k DTC
dengan A R1
jari-jari k aTC aTR
1 sinh a aTR tanh b cosh a aTR
a
k DTC DTR DTR DTR

V.7.b. Persamaan kritis untuk reaktor satu dimensi dua daerah (teras dan blanket)
dengan pendekatan teori difusi satu kelompok yang dimodifikasi
Contoh kasus berikutnya adalah reactor dua daerah di mana terdapat nuklida
fisil pada kedua daerah tersebut. Daerah di bagian tengah mengandung nuklida fisil
serta mampu mencapai kondisi kritis ( k 1 ), sementara daerah tepi mengandung
nuklida fisil tetapi tak mampu mencapai kondisi kritis ( k 1 ). Daerah tengah
disebut sebagai daerah atau zona teras (diberi indeks C) dan daerah tepi disebut
sebagai zona blanket (diberi indeks B).
Dengan menggunakan pendekatan teori difusi neutron yang dimodifikasi,
persamaan neraca neutron termal untuk zona teras adalah :

1 d m d k
DTC m
r TC r C 1 aTC TC r 0 (5.176)
r dr dr k

Persamaan (5.176) berlaku untuk 0 r a . Posisi 0 adalah posisi tengah


reaktor, yaitu bidang tengah untuk teras reaktor slab uniform sangat luas, sumbu pusat
untuk teras reaktor silinder uniform sangat panjang dan titik pusat untuk teras reaktor
bola uniform. Posisi a adalah posisi permukaan luar zona teras dihitung dari posisi
tengah, yaitu setengah tebal untuk teras reaktor slab uniform sangat luas, jari-jari
untuk teras reaktor silinder uniform sangat panjang dan teras reaktor bola uniform.
Besaran k adalah eigen value yang merupakan kritikalitas. Besaran k C telah
dirumuskan pada persamaan (5.143), yang dapat ditulis kembali sebagai :

k C C C p C f C (5.177)

Sementara itu, persamaan neraca neutron termal untuk zona reflektor adalah :

1 d m d k
DTB m
r TB r B 1 aTBTB r 0 (5.178)
r dr dr k

Besaran k B dapat dirumuskan sebagai :

185
k B B B p B f B (5.179)

Persamaan (5.178) berlaku untuk a r b . Posisi b adalah posisi tengah


adalah posisi permukaan luar reflektor. Pada persamaan (5.176) dan persamaan
(5.178), r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi sedangkan m adalah bilangan
bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri, yaitu m = 0 untuk bentuk slab
yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2 untuk bola uniform. Indeks T
menyarakan neutron termal, indeks C menyatakan zona teras (core) dan indeks B
menyatakan zona blanket.
Syarat batas posisi tengah untuk penyelesaian dari persamaan (5.176) adalah :

d
r0 TC r 0 (5.180)
dr

Sedangkan syarat batas permukaan luar untuk penyelesaian dari persamaan (5.178)
adalah :
r b TB r 0 (5.181)

Pada bidang batas teras dan blanket, berlaku syarat kontinuitas fluks neutron dan
kontinuitas arus neutron sebagai berikut :

r a TC r TB r (5.182)
d d
r a DTC TC r DTB TB r (5.183)
dr dr

Penyelesaian dari persamaan (5.176) dan persamaan (5.178) adalah :

k k C
TC r AC1 C1 r C 1 aTC AC 2 C 2 r 1 aTC (5.184)
k DTC k DTC

k B k B
TB r AB1 B1 r 1 aTB AB 2 B 2 r 1 aTB (5.185)
k DTB k DTB

Fungsi distribusi fluks neutron termal untuk zona teras adalah sama dengan kasus
reaktor dengan reflektor yang telah dibahas pada Sub Bab V.7.a. dan telah
ditunjukkan pada Tabel 5.6. Sementara itu, fungsi distribusi fluks neutron termal pada
zona blanket ditunjukkan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Fungsi distribusi fluks neutron pada zona blanket pada reactor dua daerah
satu dimensi

186
Bentuk geometri Fungsi distribusi B1 Fungsi distribusi B 2
Slab luas k B k B
uniform dengan B1 cosh r 1 aTB B 2 sinh r 1 aTB
k DTB k DTB
tebal b - a
Selubung
silinder panjang k B k B
B1 I 0 r 1 aTB B2 K 0 r 1 aTB
uniform dengan k DTB k DTB

tebal b - a
k B k B
sinh r 1 aTB cosh r 1 aTB
Selubung bola k DTB k DTB
uniform dengan B1 B2
tebal b - a k B k B
r 1 aTB r 1 aTB
k DTB k DTB

Supaya syarat batas persamaan (5.180) terpenuhi, fungsi C 2 harus


dihilangkan dari persamaan (5.184) atau AC 2 0 , sehingga distribusi fluks neutron
pada zona teras menjadi :
k
TC r AC1 C1 r 1 aTC (5.186)
k DTC

Syarat batas permukaan luar, yaitu dari persamaan (5.181) harus dipehuni oleh
fluks neutron pada blanket, sehingga diperoleh :

k
B1 b B 1 aTB
k DTB
AB 2 AB1
(5.187)
k
B 2 b B 1 aTB
k DTB

Sehingga distribusi fluks neutron pada blanket menjadi :

187
k B aTB
B1 r 1
k DTB

k
TB r AB1 B1 b 1 B aTB
(5.188)

k DTB k
B2 r B 1 aTB
k B aTB k DTB
B2 b k 1 D
TB
Dengan mengaplikasikan syarat batas kesamaan fluks neutron pada batas antara
medium teras dan blanket, yaitu persamaan (5.182), maka diperoleh hubungan antara
konstanta AB1 dengan AC1 sebagai berikut :

k
AC1 C1 a C 1 aTC
k DTC
AB1
k
B1 b B 1 aTB (
k k DTB k

B1 a B 1 aTB B 2 a B 1 aTB
k DTB k k DTB
B 2 b B 1 aTB
k DTB

5.189)

Selanjutnya, untuk mengaplikasikan syarat batas kesamaan arus neutron pada batas
antara medium teras dan reflector, yaitu persamaan (5.183), terlebih dahulu perlu
dilakukan diferensiasi terhadap persamaan (5.155) dan persamaan (5.158) sebagai
berikut :
TC k k
AC1 1 aTC C1 r 1 aTC (5.189)
dr k DTC k DTC

188
kB aTB
B1 r 1
k DTB

TB kB aTB kB aTB
AB1 1 B1 b 1 (5.190)
dr k DTB k D k
TB r B 1 aTB
B2

kB aTB k DTB
B2 b k 1 D
TB
Fungsi C1 adalah fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron jenis pertama pada
zona teras sedangkan B1 dan B 2 fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron jenis
pertama dan jenis kedua pada zona blanket. Fungsi-fungsi tersebut untuk berbagai
bentuk geometri reactor satu dimensi pada zona teras dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Sementara itu, fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron jenis pertama dan jenis
kedua pada zona blanket ( B1 dan B 2 ) dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Fungsi diferensiasi distribusi fluks neutron pada zona blanket pada reactor
dua daerah satu dimensi
Bentuk geometri Fungsi B1 Fungsi B 2
Slab luas k B k B
uniform dengan B1 sinh r 1 aTB B 2 cosh r 1 aTB
k DTB
k DTB
tebal b - a
Selubung
silinder panjang I r k B 1 aTB
B 2 K1 r
k B
1 aTB

uniform dengan B1 1
k DTB k DTB

tebal b - a

189
k B k B
cosh r 1 aTB sinh r 1 aTB
k DTB k DTB
B1 B2
k B k B
Selubung bola r 1 aTB r 1 aTB
k DTB k DTB
uniform dengan
tebal b - a k B k B
sinh r 1 aTB cosh r 1 aTB
k DTB k DTB

k B k B
r2 1 aTB r2 1 aTB
k DTB k DTB

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.189) dan persamaan (5.190) ke persamaan


syarat batas kesamaan arus neutron, yaitu persamaan (5.183) maka diperoleh :

BC2
DTC BC2 C1 a
DTB B B2 C1 a B 2
C

(5.191)
b B B2 B1 a B B2 B1 b B B2 B 2 a B B2
B2


B 2 b B B B1 a
2
B B B1 b
2
B B B 2 a
2 2
BB

Atau :
b B 2 B 2 a B B2
B2
B


2
B1 a B B2 B1 b B B2 B1 a B B2
DTC BC2 C1 a BC

(5.192)
DTB B B C1 a BC2
2
B1 a B B2 2
B 2 b B B B 2 a B B2


B1 b B B2 B1 a B B2

Dengan :
k C
BC2 1 aTC (5.193)
k DTC
Dan
k B
BB2 1 aTB (5.194)
k DTB

Persamaan (5.191) atau persamaan (5.192) adalah persamaan kritikalitas untuk


reactor dua daerah (teras dan blanket) satu dimensi dengan pendekatan teori difusi
satu kelompok yang dimodifikasi.

190
Untuk reactor berbentuk slab sangat luas dengan blanket berketebalan sama
pada kedua sisinya, maka persamaan kritikalitasnya dapat disusun dengan
mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron dan fungsi diferensiasi fluks neutron
yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.12), Tabel (5.8) dan Tabel (5.13) untuk
geometri slab sangat luas ke persamaan (5.192), sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut :

tanh b B B2 coth a B B2
D BC2
TC tan a B 2 tanh a B 2
(5.195)
DTB B B2 C
B
tanh b B B tanh a
2 2
BB

Persamaan (5.195) adalah persamaan krtitikalitas untuk reactor dua daerah berbentuk
slab sangat luas dengan blanket berketebalan sama pada kedua sisinya dengan
pendekatan teori difusi satu kelompok yang dimodifikasi.
Sedangkan untuk reactor berbentuk silinder sangat panjang dengan blanket
pada sisi radial, maka persamaan kritikalitasnya dapat disusun dengan
mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron dan fungsi diferensiasi fluks neutron
yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.12), Tabel (5.8) dan Tabel (5.13) untuk
geometri silinder sangat panjang ke persamaan (5.191). Setelah dilakukan beberapa
manipulasi matematika, diperoleh persamaan krtitikalitas untuk reactor dua daerah
berbentuk silinder sangat luas dengan blanket radial dengan pendekatan teori difusi
satu kelompok yang dimodifikasi, sebagai berikut :


BC2 J 1 a BC
2
D
TC
DTR B B2 J 0 a BC2

(5.196)
K b B 2 I a B B2 I 0 b B B2 K 1 a B B2
0
B
1

K 0 b B B2 I 0 a B B I 0 b
2 2
BB K 0 a BB 2

Untuk reactor berbentuk bola dengan blanket pada sisi radial, maka persamaan
kritikalitasnya dapat disusun dengan mensubstitusikan fungsi distribusi fluks neutron
dan fungsi diferensiasi fluks neutron yang terdapat pada Tabel (5.6), Tabel (5.12),
Tabel (5.8) dan Tabel (5.13) untuk geometri bola ke persamaan (5.165). Setelah
dilakukan beberapa manipulasi matematika, diperoleh persamaan krtitikalitas untuk
reactor dua daerah berbentuk bola dengan blanket radial dengan pendekatan teori
difusi satu kelompok yang dimodifikasi, sebagai berikut :

191
DTC 1
BC cot a BC
2 2

DTR a
1 1
B B2 coth a B B2 coth b B B2 B B2 coth a B B2 (5.197)
a a
coth b B B2 coth a B B2

Untuk menentukan konstanta fluks neutron, persamaan (5.188) terlebih dahulu ditulis
menjadi :
B1 b B B2
r
TB r AC1G B B1 r B 2
B2 B 2
(5.198)
B
2
B 2 b BB B



Dengan :
AC1 C1 a BC2
GB

B1 b B B 2
a (5.199)
B1 a B 2
B2 B B2
B
B 2 b B B2

Konstanta AC1 pada persamaan (5.186) dan persamaan (5.198) dapat ditentukan
berdasarkan daya reaktor. Reaksi fisi dalam hal ini terjadi pada zona teras dan zona
blanket, dengan demikian daya reaktor dapat dihitung dengan :

W R FC R FB EK (5.200)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan R FC dan RFB adalah laju reaksi fisi
keseluruhan dalam zona teras dan zona blanket dalam satuan fisi per detik. Nilai
R FC untuk reaktor dengan medium uniform dapat dihitung dengan:


R FC R FB fC TC r dVC fB TB r dV B (5.201)
VC VB

Dalam hal ini, VC dan V B masing-masing adalah volume teras dan volume
blanket, fC dan fC masing-masing adalah tampang lintang makroskopis reaksi
fisi pada zona teras dan blanket. Untuk geometri satu dimensi, maka :

a b

RFC R FB 2 fC TC r r m dr fB TB r r m dr
l
(5.202)
0 a

192
Dalam hal ini r menyatakan posisi karekteristik satu dimensi, a adalah jarak
permukaan luar terhadap posat geometri. Nilai l 1 untuk slab serta sllinder dan
l 2 untuk bola. Untuk slab 0 sedangkan untuk silinder dan bola 1 .
Sedangkan m adalah bilangan bulat yang menyatakan karakteristik bentuk geometri,
yaitu m = 0 untuk bentuk slab yang luas, m = 1 untuk silinder panjang dan m = 2
untuk bola uniform.
Dengan mensubstitusikan persamaan (5.186) dan pesamaan (5.198) ke
persamaan (5.202), maka :

a

fC C1 r BC2 r m dr
0


l
RFC RFB 2 AC1 B1 b BB2 (5.203)
b 2 m
G r B 2
fB B B1 B
B2 r BB r dr
2
a B2 b BB

Substitusi persamaan (5.173) ke persamaan (5.170) menghasilkan :

a

fC C1 r BC2 r m dr
0

l
W AC1 EK 2 B1 b BB2 (5.204)
b
G r B 2 r B 2 r m dr
fB B B1 B 2
B2
B

a B2 b BB

Dengan demikian, konstanta AC1 dapat dihitung sebagai :

193
W
AC1
a

fC C1 r BC2 r m dr
0

l (5.205)
EK 2 B1 b BB2
b r B 2 r m dr
G r B 2
fB B B1 B 2
B2 B

a B2 b BB

Setelah konstanta AC1 ditentukan dengan menggunakan persamaan (5.205), maka
konstanta G B dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5.199). Selanjutnya,
distribusi fluks neutron pada zona teras dan blanket dapat dihitung dengan persamaan
(5.186) dan persamaan (5.198).

BAB VI. TEORI DIFUSI NEUTRON MULTIGROUP

Pada Sub Bab V.2, Sub Bab V.3. dan Sub Bab V.4., telah dijelaskan analisis
kritikalitas desain suatu reaktor dengan menggunakan teori difusi satu kelompok.
Dengan pendekatan teori difusi satu kelompok, keseluruhan energi diperhitungkan

194
sebagai energi rerata sejak neutron dilahirkan dari reaksi fisi hingga terserap. Oleh
karena itu, maka teori difusi satu kelompok merupakan pendekatan paling kasar (the
most coarse approximation) dalam analisis kekritisan desain reaktor nuklir secara
umum. Pada teori difusi satu kelompok, efek dari parameter-parameter penting yang
berkaitan dengan proses moderasi neutron, yaitu peluang lolos serapan resonansi dan
kebocoran neutron dari medium reaktor selama proses moderasi terhadap kekritisan
reaktor tidak dapat diperhitungkan. Dengan demikian, teori difusi satu kelompok
dapat digunakan sebagai pendekatan kasar dalam desain reaktor cepat.
Pada reaktor termal yang menggunakan moderator hidrogen, yaitu yang
mampu melakukan termalisasi neutron hanya dengan sedikit jumlah tumbukan rerata
antara neutron dengan moderator, maka migrasi neutron selama proses moderasi
dapat diabaikan. Neutron dapat diasumsikan menjadi termal pada lokasi tidak terlalu
jauh dari lokasi di amna neutron tersebut dilahirkan dari reaksi fisi. Dalam hal ini
efek kebocoran neutron selama moderasi tidak diperhitungkan. Sementara itu,
peluang lolos serapan resonansi diperhitungkan dengan menggunakan teori
perlambatan Fermi dengan asumsi medium reaktor berukuran takhingga. Teori difusi
selanjutnya hanya diaplikasikan pada neutron termal saja. Pendekatan ini selanjutnya
disebut sebagai pendekatan teori difusi satu kelompok termodifikasi, sebagaimana
telah dijelaskan pada bagian akhir dari Sub Bab 5.6. Pendekatan ini relatif lebih
cocok digunakan pada analisis kritikalitas reaktor termal dengan moderator hidrogen.
Pada reaktor termal dengan moderator non hidrogen, diperlukan jumlah
tumbukan lebih banyak supaya neutron menjadi termal. Hal ini berakibat neutron
mengalami migrasi rerata lebih jauh dari lokasinya dilahirkan oleh reaksi fisi hingga
menjadi neutron termal. Oleh sebab itu, pendekatan teori difusi kelompok
termodifikasi menjadi kurang akurat, karena pendekatan tersebut tidak
memperhitungkan efek migrasi neutron selama proses perlambatan. Pada Sub Bab
5.6., maka telah dijelaskan bahwa pendekatan teori perlambatan Fermi digunakan
dalam kasus ini. Dalam hal ini teori difusi satu kelompok diaplikasikan pada neutron
termal sedangkan teori perlambatan Fermi diaplikasikan untuk analisis perlenjadi
neutron termal.
Teori perlambatan Fermi bukannya tanpa kekurangan. Teori difusi Fermi
mendekati proses perlambatan dengan penurunan energi neutron (kenaikan lethargy
neutron) yang bersifat kontinu. Pendekatan ini lebih tepat digunakan dalam medium
moderator yang memiliki nilai kenaikan lethargy rerata per tumbukan ( ) kecil.
Dengan kata lain teori perlambatan Fermi justru lebih tepat digunakan pada
moderator yang memiliki nomor massa A cukup besar (misalnya grafit). Sekalipun
demikian, pendekatan yang lebih tepat harus memperhitungkan sifat diskontinu dari
kenaikan lethargy neutron selama perlambatan.
Pendekatan yang lebih adaptif adalah pendekatan teori difusi multi group.
Dalam pendekatan ini, teori difusi neutron diaplikasikan terhadap berbagai kelompok
neutron yang dibedakan menurut diskretisasi lethargy atau energi neutron.
Pendekatan ini cukup adaptif karena jumlah group bisa ditentukan sesuai keperluan.
Pada rentang energi di mana nilai dari variasi dari nilai parameter-parameter nuklir

195
(tampang lintang serapan, tampang lintang hamburan, parameter serapan resonansi
dan sebagainya) tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap analisis kekritisan, maka
untuk rentang energi atau lethargy tersebut dapat digunakan sedikit group. Pembagian
group yang lebih halus (lebih banyak group) digunakan pada rentang energi atau
lethargy di mana variasi nilai dari nilai parameter-parameter nuklir cukup besar
pengaruhnya terhadap analisis kekritisan.
Pada reaktor termal dengan moderator hidrogen, umumnya digunakan
pendekatan sedikit group untuk rentang energi termal, epitermal dan cepat. Sering
digunakan pendekatan dua kelompok atau dua group (satu group untuk kelompok
neutron termal dan satu group untuk kelompok neutron epitermal digabungkan
dengan kelompok neutron cepat). Juga sering digunakan pendekatan tiga kelompok
atau tiga group (satu group untuk kelompok neutron termal, satu group untuk
kelompok neutron epitermal dan satu group untuk kelompok neutron cepat).
Pada desain reaktor termal dengan moderator non hidrogen, pendekatan
sedikit group sebagaimana pada reaktor termal dengan moderator hidrogen menjadi
kurang akurat. Hal ini karena neutron berada pada rentang energi epitermal untuk
waktu lebih lama sehingga variasi dari nilai parameter nuklir pada rentang energi atau
lethargy epitermal menjadi lebih penting untuk diperhitungkan. Dengan kata lain,
diperlukan pembagian group lebih banyak pada rentang energi epitermal.
Sementara itu, pada analisis kekritisan reaktor cepat, variasi variasi dari nilai
parameter nuklir pada rentang energi atau lethargy epitermal dan cepat menjadi
penting untuk diperhitungkan lebih detail. Dengan demikian analisis kekritisan desain
reaktor cepat justru memerlukan pembagian kelompok energi atau lethargy lebih
halus (lebih banyak kelompok atau group) dibandingkan dengan analisis kekritisan
pada desain reaktor termal.

VI.1. Penyusunan persamaan difusi multi group.


Pada pendekatan teori difusi multi group, terlebih dahulu dilakukan diskretisasi
terhadap energi atau lethargi neutron. Dalam hal ini didefinisikan bilangan bulat g
sebagai nomor dari kelompok neutron berdasarkan energy atau lethary. Nilai g 1
menyatakan kelompok neutron yang memiliki energi tertinggi atau lethargy terendah
dalam medium sistem reaktor. Didenisikan bilangan bulat G sebagai jumlah
keseluruhan dari kelompok atau group neutron berkaitan dengan energi atau lethargi
yang dimiliki. Dengan demikian, nilai g G menyatakan kelompok neutron yang
memiliki energi terendah atau lethargy tertinggi dalam medium sistem reaktor.
Selanjutnya, persamaan difusi neutron dalam kondisi steady state pada elemen
volume dV dapat disusun untuk masing-masing kelompok (g) sebagai berikut :
G G

D g 2 g r a , g g r s , g h g r s , h g h r
h 1, h 1,

g G
h g h g
(6.1)

h f ,h h r S g r 0
k h 1

196
Dalam hal ini indeks g dan indeks h adalah nomor kelompok energi atau lethargy

neutron dan r menyatakan sebagai variabel posisi. Bilangan G menyatakan jumlah
kelompok energi atau letargy neutron. Besaran D , a , f , masing-
masing menyatakan koefisien difusi neutron, tampang lintang serapan makroskopis,
tampang lintang fisi makroskopis dan fluks neutron rerata, masing-masing untuk
kelompok g. Besaran vh menyatakan jumlah neutron yang dihasilkan pada reaksi fisi
yang diinduksi oleh neutron pada kelompok h. Besaran g fraksi dari neutron hasil
keseluruhan reaksi fisi yang masuk pada kelompok g, yang lebih dikenal sebagai
spektrun neutron fisi. Besaran S g menyatakan sumber neutron non fisi yang
memancarkan neutron pada kelompok g. Besaran k adalah eigen value yang
menyatakan kritikalitas medium reaktor.
Masing-masing suku pada persamaan (6.1) dapat dijelaskan sebagai berikut :

jumlah netto neutron pada kelompok g yang berdifusi



D g 2 g r

= keluar dan masuk elemen volume dV pada posisi r per
satuan volume per satuan waktu
jumlah neutron yang mengalami serapan pada kelompok
a, g g r = g dan berada di dalam elemen volume dV pada posisi
per satuan volume per satuan waktu
G
jumlah neutron pada kelompok g yang terhambur ke
h1, s,gh g r = kelompok h serta berada di dalam elemen volume dV

h g
pada posisi r per satuan volume per satuan waktu
G
jumlah neutron pada kelompok h yang terhambur ke
h1, s,hg h r = kelompok g serta berada di dalam elemen volume dV

h g
pada posisi r per satuan volume per satuan waktu
G
jumlah neutron yang masuk kelompok g dari seluruh
g h f , h h r = reaksi fisi yang terdapat di dalam elemen volume dV

h 1
pada posisi r per satuan volume per satuan waktu
jumlah neutron yang masuk kelompok g dari sumber
Sg r = neutron non fisi yang terdapat di dalam elemen volume

dV pada posisi r per satuan volume per satuan waktu
Pada kelompok energi atau lethargi cepat dan epithermal, maka semua
hamburan bersifat menurunkan energi neutron atau menaikkan lethargy neutron
sehingga persamaan difusi neutron dalam kondisi steady state pada elemen volume
dV untuk masing-masing kelompok (g) yang termasuk dalam rentang energi cepat
atau epithermal adalah :

197
G
g 1
D g 2 g r a , g g r s , g h g r s ,h g h r
h g 1 h 1

g G

h f ,h h r S g r 0
k h 1

(6.2)

Pada kelompok energi atau lethargi thermal, terdapat hamburan bersifat


menaikan energi neutron atau menurunkan lethargy neutron disamping hamburan
bersifat menurunkan energi neutron atau menaikkan lethargy neutron. Dengan
demikian, persamaan difusi neutron dalam kondisi steady state pada elemen volume
dV untuk kelompok (g) yang termasuk dalam rentang energi thermal adalah :
G G

D g 2 g r a , g g r s, g h g r s ,h g h r
h gT , h 1,

g G
h g h g
(6.3)

h f ,h h r S g r 0
k h 1

Atau :
G gT

Dg g r a, g g r
2
s , g h g r s , g h g r
h g 1 h g 1
g 1
gT
g G

s ,h g h r s ,h g h r h
f ,h h r S g r 0
h 1 h g 1 k h 1
(6.4)

Dalam hal ini g T adalah batas atas lethargy neutron termal. Pada persamaan (6.2)
dan persamaan (6.4), maka :

jumlah neutron pada kelompok g yang mengalami down


G
scattering dan terhambur ke kelompok h serta berada di
s , g h g r
h g 1
=
dalam elemen volume dV pada posisi r per satuan
volume per satuan waktu
jumlah neutron pada kelompok h yang mengalami down
g 1
scattering dan terhambur ke kelompok g serta berada di
s ,h g h r =
h 1 dalam elemen volume dV pada posisi r per satuan
volume per satuan waktu
jumlah neutron pada kelompok g yang mengalami up
gT
scattering dan terhambur ke kelompok h serta berada di
s , g h g r =
h g 1 dalam elemen volume dV pada posisi r per satuan
volume per satuan waktu

198
jumlah neutron pada kelompok h yang mengalami up
gT
scattering dan terhambur ke kelompok g serta berada di
s , h g h r
h g 1
=
dalam elemen volume dV pada posisi

r per satuan
volume per satuan waktu

Persamaan difusi untuk kelompok neutron cepat dan epitermal selanjutnya dapat
ditulis menjadi :

G
Dg g r a,g s,gh g r
2

hg1 (6.5)
g1
g G
h1s,hghr k h1h f,hhr Sgr 0
Persamaan difusi untuk kelompok termal selanjutnya dapat ditulis menjadi :

2 G gT
Dg gr a,g ,gs h ,gs h gr
hg1 hg1 (6.6)
g1
gT g G
h1 ,hs ghrhg1 ,hs ghr k h1h ,hf hrSgr 0
Didefinisikan tampang lintang makroskopis removal atau penghilangan neutron
dari kelompok g (disimbolkan sebagai R, g ) untuk kelompok neutron cepat dan
epithermal sebagai :
G
R,g a,g
h g 1
s , g h (6.7)

199
Dan untuk kelompok neutron thermal sebagai :

G gT
R , g a , g s , g h s , g h (6.8)

h g 1 h g 1

Akhirnya persamaan difusi untuk kelompok neutron cepat dan epitermal selanjutnya
dapat ditulis menjadi :
g 1 g G
D g 2 g r R , g g r s , h g h r h f ,h h r S g r 0
h 1 k h 1
(6.9)

Dan persamaan difusi untuk kelompok termal selanjutnya dapat ditulis menjadi :

D g 2 g r R , g g r
g 1
gT
g G

s ,h g h r
h 1
s ,h g h r
h g 1 k

h 1
h f ,h h r S g r 0

(6.10)

VI.2. Parameter neutronik kelompok g


Parameter-parameter neutronik pada kelompok g seperti tampang lintang
serapan, tampang lintang hamburan, dihitung sebagai rerata terhadap fluks neutron
kelompok g. Fluks neutron kelompok g dihitung dengan :
E g 1

g r r , E dE (6.11)
Eg

Tampang lintang serapan makroskopis, tampang lintang fisi makroskopis dan


tampang lintang hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g masing-
masing adalah :
E g 1
1
a, g a E r , E dE (6.12)
g r Eg
E g 1
1
f ,g
g r E r , E dE
Eg
f (6.13)

200
E g 1
1
s,g
g r E r , E dE
Eg
s (6.14)

Sementara itu, tampang lintang hamburan antar group didefinisikan sebagai :

Eh 1 E g 1
1
s , g h
g r E E ' r , E dEdE '
Eh Eg
s (6.15)

Dan :
E g 1 E h 1
1
s ,h g
g r E ' E r , E ' dE ' dE
Eg Eh
s (6.16)

Spektrum neutron fisi kelompok g dihitung sebagai :


E g 1

g
Eg
E dE (6.17)

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h dihitung sebagai :

E h 1

E E r , E dE
Eh
f

h Eh 1 (6.18)

f E r , E dE
Eh

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g dihitung sebagai :

E g 1

D E r , E dE
2

Eg
Dg E g 1 (6.19)

r , E dE
2

Eg

Berdasarkan penjelasan pada Bab V, terdapat hubungan :



2 r , E B g2 r , E (6.20)

201
2
Dalam hal ini Bg adalah buckling geometri untuk kelompok g. Dengan demikian
persamaan (6.19) menjadi :

E g 1 E g 1

D E B r , E dE D E r , E dE
2 2
g B g
Eg Eg
Dg E g 1
E g 1 (6.21)

B r , E dE r , E dE
2 2
g B g
Eg Eg

Sehingga :
E g 1
1
Dg
g r D E r , E dE
Eg
(6.22)

VI.3. Pendekatan reaktor takhingga dengan bahan bakar encer (infinite reactor
dilute fuel approximation) untuk menghitung parameter neutronik kelompok g
Perhitungan fluks neutron group ( g ) dengan menggunakan persamaan
difusi neutron sebagaimana dijelaskan pada Sub Bab VI.1 dan perhitungan parameter-
parameter neutronik group sebagaimana dijelaskan pada Sub Bab VI.2. seharusnya
dilakukan secara iteratif. Hal ini karena perhitungan fluks neutron group memerlukan
nilai dari parameter-parameter neutronik group sedangkan untuk menghitung nilai
dari parameter-parameter neutronik group diperlukan nilai dari fluks neutron group
atau spektrum neutron. .
Sebagai pendekatan, digunakan nilai spektrum neutron yang telah ditentukan
sebelumnya untuk menghitung nilai dari parameter-parameter neutronik group. Nilai
spektrum neutron yang sering dipakai untuk menghitung adalah spektrum neutron
untuk reaktor dengan ukuran takhingga dan bahan bakar (penyerap neutron) encer.
Pengertian encer dalam hal ini adalah dengan mengasumsikan bahwa laju reaksi
serapan neutron oleh bahan bakar atau absorber jauh lebih kecil daripada laju reaksi
hamburan neutron oleh moderator.

VI.3.1. Spektrum neutron termal


Neutron yang termasuk dalam kelompok neutron termal adalah semua neutron
yang memiliki energi di bawah ET atau memiliki lethargi di atas uT . Dalam hal ini
ET adalah batas atas energi termal (thermal energy threshold) dan uT adalah batas
bawah lethargy termal (thermal energy threshold).
Dengan pendekatan reaktor takhingga dengan bahan bakar encer, dapat
dianggap telah terjadi kesetimbangan termal antara neutron dengan nuklida-nuklida
moderator. Dengan demikian, dapat digunakan spektrum neutron Maxwellian
sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (4.192).

202
1/ 2
2 n 2 E
E E exp (4.192)
kTn 3 / 2 m kTn

Fluks neutron kelompok g pada rentang energi termal dihitung dengan :


E g 1 E g 1 1/ 2
2 n 2 E
g r r , E dE kT 3/ 2 E exp dE (6.23)
Eg Eg n m kTn
Atau :
1 / 2 E g 1
2 n 2 E
g
kTn 3/ 2
m

Eg
E exp
kTn
dE

(6.24)

Dalam hal ini Tn adalah suhu kesetimbangan termal dari neutron.


Tampang lintang serapan makroskopis untuk kelompok g pada rentang energi
termal dapat dihitung sebagai :

E g 1 1/ 2
2 n 2 E
a E E exp dE
Eg kTn 3/ 2
m kTn
a, g 1 / 2 E g 1
(6.23)
2 n 2 E
kTn 3 / 2

m

Eg
E exp
kTn
dE

Atau :
E g 1
E
E exp a E dE
Eg kTn
a,g E g 1 (6.24)
E

Eg
E exp
kTn
dE

Dengan cara yang sama, tampang lintang fisi makroskopis dan tampang
lintang hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g yang termasuk dalam
rentang energi termal masing-masing dapat dihitung dengan :

E g 1
E
E exp f E dE
Eg kTn
f ,g E g 1 (6.25)
E

Eg
E exp
kTn
dE

203
E g 1
E
E exp s E dE
Eg kTn
s, g E g 1 (6.26)
E

Eg
E exp
kTn
dE

Selanjutnya, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi termal
didefinisikan sebagai :
Eh 1 E g 1
E
E E E exp kT s E E ' dEdE '

n
s , g h h g E g 1 (6.27)
E
E E exp kTn dE
g

Dan :
E g 1 Eh 1
E'
E ' exp s E ' E dE ' dE
Eg Eh kTn
s ,h g E g 1 (6.28)
E
Eg
E exp
kTn
dE

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron termal dihitung
sebagai :
Eh 1
E
E E exp kTn E f E dE
h h Eh 1 (6.29)
E
E exp kTn f E dE
Eh

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g yang termasuk dalam rentang energi termal
dihitung sebagai :
E g 1
E
E E exp kT D E dE

n
D g g E g 1 (6.30)
E
E exp kTn dE
Eg

204
Paramater-parameter nuklir group pada kelompok energi neutron termal yang
dihitung dengan persamaan (6.23) hingga persamaan (6.30) telah memperhitungkan
pengaruh suhu kesetimbangan neutron ( Tn ).

VI.3.2. Spektrum neutron pada rentang energi perlambatan


Rentang energi perlambatan adalah ET E 1 MeV . Fenomena yang
dominan pada rentang energi ini adalah perlambatan neutron. Dengan pendekatan
reaktor takhingga dengan bahan bakar encer, maka dapat digunakan spektrum
perlambatan neutron asimptotik medium takhingga tanpa serapan neutron
sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (4.50), yaitu :

S '''
E (4.50)
E sm E

Dalam hal ini, sm adalah tampang lintang hamburan potensial makroskopik


moderator. Berdasarkan fakta bahwa sebagian besar moderator memiliki tampang
lintang hamburan potensial mikroskopik konstan pada rentang energi perlambatan (
ET E 1 MeV ), maka persamaan (4.50) dapat disederhanakan menjadi :

S '''
E (6.31)
sm E

Fluks neutron kelompok g pada rentang energi perlambatan dihitung dengan :


E g 1 E g 1 E g 1
S ''' S ''' dE
g E dE
Eg Eg
sm E
dE
sm
Eg
E
(6.32)

Dengan menggunakan variabel lethargy (u), persamaan (6.32) dapat ditulis menjadi :

S ''' u g u g 1
u g 1
S '''
g
sm du
ug
sm
(6.33)

Didefinisikan u g u g u g 1 , sehingga persamaan (6.33) dapat ditulis menjadi :

S ''' u g
g (6.34)
sm

Tampang lintang serapan makroskopis untuk kelompok g pada rentang energi


perlambatan dapat dihitung sebagai :

205
E g 1 E g 1
S ''' dE dE
a E,T a E, T
sm Eg
E Eg
E
a,g E g 1
E g 1 (6.35)
S ''' dE dE
sm
Eg
E
Eg
E

Dalam hal ini, T adalah suhu medium reaktor. Dengan menggunakan variabel
lethargy, persamaan (6.35) dapat ditulis menjadi :
u g 1

ug
u, T du
a

a,g u g 1 (6.36)

ug
du
Atau :
u g 1
1
a, g
u g u, T du
ug
a (6.37)

Dengan cara yang sama, tampang lintang fisi makroskopis dan tampang
lintang hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g yang termasuk dalam
rentang energi perlambatan masing-masing dapat dihitung dengan :
u g 1
1
f ,g
u g u, T du
ug
f (6.38)
u g 1
1
s,g
u g u, T du
ug
s (6.39)

Sementara itu, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi
perlambatan didefinisikan sebagai :

u h 1 u g 1
1
s , g h
u g u u ' , T dudu '
uh ug
s (6.40)

Dan :
u g 1 u h 1
1
s ,h g
u g u ' u, T du ' du
ug uh
s (6.41)

206
Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron perlambatan dihitung
sebagai :
u h 1

u u, T du
uh
f

h u h 1 (6.42)
u, T du
uh
f

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g yang termasuk dalam rentang energi


perlambatan dihitung sebagai :
u g 1
1
Dg
u g D u, T du
ug
(6.43)

VI.3.3. Spektrum neutron pada rentang energi neutron hasil fisi


Rentang energi neutron hasil reaksi fisi adalah E 1 MeV . Hal ini karena
neutron dilahirkan dari reaksi fisi pada rentang energi E 1 MeV . Dalam rentang
energi ini, digunakan pendekatan :
E E (6.44)

Di mana E adalah spektrum neutron serempak yang dihasilkan dari reaksi fisi.
Fluks neutron kelompok g pada rentang energi perlambatan dihitung dengan :
E g 1

g E dE
Eg
(6.45)

Tampang lintang serapan makroskopis, tampang lintang fisi makroskopis dan


tampang lintang hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g yang
termasuk dalam rentang energi neutron hasil fisi masing-masing adalah :

E g 1

E E dEdE
Eg
a

a,g E g 1 (6.46)
E dE
Eg

207
E g 1

E E dEdE
Eg
f

f ,g E g 1 (6.47)
E dE
Eg
E g 1

E E dEdE
Eg
s

s, g E g 1 (6.48)
E dE
Eg

Sementara itu, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi neutron
hasil fisi dihitung sebagai :
Eh 1 E g 1

E E ' E dEdE '


Eh Eg
s

s , g h E g 1 (6.49)

Eg
E dE
Dan :
E g 1 Eh 1

E ' E E ' dE ' dE


Eg Eh
s

s ,h g E g 1 (6.50)
E dE
Eg

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron hasil fisi dihitung
sebagai :
Eh 1

E E E dE
Eh
f

h E h 1 (6.51)
E E dE
Eh
f

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g yang termasuk dalam rentang energi neutron
hasil fisi dihitung sebagai :

208
E g 1

E D E dE
Eg
Dg E g 1 (6.52)
E dE
Eg

VI.4. Perhitungan kritikalitas reaktor satu daerah dengan medium uniform


dengan teori difusi multi kelompok.
Pada Sub Bab VI.4 ini, akan dibahas perhitungan kritikalitas dari reaktor
dengan medium uniform satu daerah (tampa reflektor) dengan menggunakan teori
difusi multi kelompok.

VI.4.1. Perhitungan kritikalitas reaktor satu daerah dengan medium uniform dengan
teori difusi dua kelompok.
Teori difusi multi kelompok yang paling sederhana adalah teori difusi dua
kelompok. Pada teori difusi dua kelompok, diambil ET (thermal energy threshold)
sebagai batas atas energi neutron termal atau uT (thermal lethargy threshold) sebagai
batas bawah lethargy neutron termal. Semua neutron yang memiliki energi di bawah
ET atau yang memiliki lethargy di atas u T dikelompokkan sebagai neutron termal
(diberi indeks T) dan semua neutron yang memiliki energi di atas ET atau yang
memiliki lethargy di bawah uT dikelompokkan sebagai neutron cepat (diberi indeks
F). Persamaan difusi neutron termal dan persamaan difusi neutron cepat dalam
kondisi steady state tanpa sumber neutron non fisi masing-masing adalah :

DF F r a,F s,FT F r F f ,F F r T f ,T T r 0
2 1 (6.53)


k
DT 2T r a ,T T r s , F T F r 0 (6.54)

Dalam hal ini, diambil asumsi bahwa neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi
semuanya merupakan neutron cepat.
Dalam kondisi steady state, sebagaimana telah dijelaskan pada Sub Bab V.4 dan
Sub Bab V.6 berlaku :

2 F r B 2 F r 0 (6.55)
Dan :

2T r B 2T r 0 (6.56)

209
Dalam hal ini, besaran B (atau B2) adalah buckling geometri. Nilai buckling geometri
dan fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis untuk berbagai geometri reactor
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Dengan mensubstitusikan persamaan (6.55) dan persamaan (6.56) ke
persamaan (6.53) dan persamaan (6.54), maka diperoleh :

DF B F r a,F s,FT F r F f ,F F r T f ,T T r 0
2 1 (6.57)


k
DT B 2T r a ,T T r s , F T F r 0 (6.58)
Atau :

F f ,F T f ,T
DF B a,F s,FT F r T r 0
2
(6.59)

k k


2
s,FT Fr DTB a,T Tr 0 (6.60)

Dalam notasi matriks, persamaan (6.59) dan persamaan (6.60) dapat ditulis menjadi :

F f ,F T f ,T
DF B a,F s,F T F r 0
2

k k
T r
(6.61)

s,F T DT B a,T
2

Persamaan (6.61) hanya akan terpenuhi jika determinan matrik tersebut bernilai nol,
yaitu :

210
F f ,F T f ,T
DF B a,F s,F T
2

k k 0 (6.62)

s ,F T DT B 2 a,T
Atau :

F f ,F T ,Tf ,Fs T
k k

DFB a,F ,Fs T DTB ,Ta 0
2 2
(6.63)


Sehingga :

T f ,T s,FT F f ,F a,T F f ,F DT B 2

k
D B D B D B
(6.64)

2 2 2
F a,F s,FT T F a,F s,FT a,T
Atau :

211

f,T s, TF Ff,Fa,T DTB 2
T 1 1

a,T a,F s, TF T f,T s, TF a,T
k (6.65)

DFB DTB 2 2
1 1

a,F s, TF a,T
Selanjutnya didefinisikan :
DF
L2F (6.66)
a , F s , F T
DT
L2T (6.67)
a ,T

212
Peluang lolos serapan resonansi dapat (p) dihitung sebagai rasio antara neutron cepat
yang berhasil ditransfer menjadi neutron termal terhadap total interaksi serapan dan
interaksi hamburan neutron termal, yaitu :

s , F T F
p (6.68)
a , F F s , F T F
Atau :
s,F T
p (6.69)
a,F s,F T
Rasio antara fluks neutron termal dan fluks neutron cepat dapat diperoleh dari
persamaan (6.60), yang dituliskan kembali sebagai :


,Fs T F DTB ,Ta T
2 (6.70)

Atau :

F a,T DTB
2
1 (6.71)

T s,FT ,Ta
Dengan demikian :

213
F f,F a,T DTB F f,FF
2
1 1 1 (6.72)

T f,T s,FT a,T T f,TT


Yang tidak lain adalah yaitu faktor fisi cepat. Dengan demikian :

F f ,F F
1 (6.73)
T f ,T T

Dengan mensubstitusikan persamaan (6.66), persamaan (6.67), persamaan (6.69),


persamaan (6.71) dan persamaan (6.73) ke persamaan (6.65), maka kritikalitas
reaktor dapat dihitung sebagai :
f p
k

1 LF B 2 1 L2T B 2
2
(6.74)

Dalam hal ini :


f ,T
f T (6.75)
a,T
Selanjutnya, didefinisikan peluang neutron cepat tidak bocor dari reaktor ( PF ) dan
peluang neutron termal tidak bocor dari reaktor ( PT ) sebagai berikut :

1
PF (6.76)
1 L2F B 2
1
PT (6.77)
1 L2T B 2
Maka persamaan (6.74) menjadi :

214
k f p PF PT k PF PT (6.78)

Dalam hal ini k adalah faktor multiplikasi takhingga yang dirumuskan sebagai :

k f p (6.79)
Distribusi fluks neutron termal dalam reaktor dinyatakan sebagai :

T r A r (6.80)

Dalam hal ini A adalah konstanta yang menunjukkan nilai maksimum fluks neutron

termal sedangkan r adalah fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis
untuk berbagai geometri reactor dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Distribusi fluks neutron cepat dinyatakan berdasarkan persamaan (6.71) yang
dapat ditulis kembali menjadi :

a,T TBD
2
F r 1 T r (6.81)

s,FT a,T
Atau :

Aa,T DTB 2
F r 1 r (6.82)

s,FT a,T
Konstanta A pada persamaan (6.80) dan persamaan (6.82) dapat ditentukan
berdasarkan daya reaktor. Daya reaktor dapat dihitung dengan :

215
W R F EK (6.83)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan RF adalah laju reaksi fisi keseluruhan dalam
reaktor dalam satuan fisi per detik. Nilai RF untuk reaktor dengan medium uniform
dapat dihitung dengan:
R F f ,T T r f , F F r dV

V
(6.84)

Dalam hal ini, V adalah volume teras reaktor. Dengan mensubstitusikan persamaan
(6.80) dan persamaan (6.82) ke persamaan (6.84), maka :

f ,F a,T DT B2
RF A f ,T 1 r dV
V
(6.85)

s , F T a,T
Atau :

f ,F a,T DT B2
RF A f ,T 1 r dV
s,FT a,T V
(6.86)


Substitusi persamaan (6.86) ke persamaan (6.83) menghasilkan :

216
f ,F a,T DT B2
W EKA f ,T 1 r dV
s,FT a,T V
(6.87)


Dengan demikian, konstanta A dapat dihitung sebagai :

W
A
f ,F a,T DT B2
EK f ,T 1 r dV
(6.88)

s,FT a,T V


Nilai dari V r dV untuk berbagai bentuk geometri reaktor satu daerah dapat
dilihat pada Table 6.1.

Tabel 6.1. Nilai dari r dV
V
untuk berbagai bentuk geometri reaktor satu daerah


Geometri reaktor Nilai dari V r dV
slab luas uniform a/2
x
r dV 2 cos dx
dengan tebal a V
0 a 2
silinder panjang R
2,4048 r
uniform dengan V r dV 2 0 rJ 0 R dr
jari-jari R
R
r2 r
bola uniform r dV 4
V
0
r
sin
R
dr
dengan jari-jari R
R

217
silinder pendek
uniform dengan R
2,4048 r
H
z
jari-jari R dan V r dV 4 0 rJ 0 R dr 0 cos H 2 dz
tinggi H
balok uniform x y z
a b c

dengan panjang r dV 8 cos dx cos dy cos dz
sisi-sisi a, b dan c
V
0 a 2 0 b 2 0 c 2

VI.4.2. Perhitungan kritikalitas reaktor satu daerah dengan medium uniform dengan
teori difusi tiga kelompok.
Teori difusi multi kelompok yang paling sederhana adalah teori difusi dua
kelompok. Pada teori difusi tiga kelompok, diambil ET (thermal energy threshold)
sebagai batas atas energi neutron termal atau uT (thermal lethargy threshold) sebagai
batas bawah lethargy neutron termal. Di samping itu, diambil E F (fast energy
threshold) sebagai batas bawah energi neutron cepat atau u F (fast lethargy threshold)
sebagai batas atas lethargy neutron termal.
Neutron dimasukkan sebagai kelompok neutron cepat (diberi nomor indeks 1)
jika E E F atau u u F . Neutron dimasukkan sebagai kelompok neutron epithermal
atau intermediate (diberi nomor indeks 2) jika ET E E F atau u F u uT . Dan
Neutron dimasukkan sebagai kelompok neutron thermal (diberi nomor indeks 3)
E ET atau u uT . Dalam hal ini E dan u adalah energi dan lethargy neutron yang
bersangkutan.
Persamaan difusi neutron termal dan persamaan difusi neutron cepat dalam
kondisi steady state tanpa sumber neutron non fisi masing-masing adalah :

D1 1r a,1 s,12 s,13 1 r


2

1 f,11r 2 f,2 2r 3 f,33r 0


1 (6.89)

D r r r 0
2 (6.90)
2 2 a,2 s,23 2 s,12 1

D3 2 3 r a ,3 3 r s ,13 1 r s , 23 2 r 0
(6.91)

218
Dalam hal ini, diambil asumsi bahwa neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi
semuanya merupakan neutron cepat.
Dalam kondisi steady state, sebagaimana telah dijelaskan pada Sub Bab V.4 dan
Sub Bab V.6 berlaku :

21 r B 21 r 0 (6.92)

2 r B 2 r 0
2 2
(6.93)
Dan :

2 3 r B 2 3 r 0 (6.94)

Dalam hal ini, besaran B (atau B2) adalah buckling geometri. Nilai buckling geometri
dan fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis untuk berbagai geometri reactor
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Dengan mensubstitusikan persamaan (6.92), persamaan (6,63) dan
persamaan (6.94) ke persamaan (6.89), persamaan (6,90) dan persamaan (6.91), maka
diperoleh :

1 f,1 2 f,2 3 f,3


D1B a,1 s,12 s,13 1r 2r 3r 0
2
k k k
(6.95)



2
s,12 1r D2B a,2 s,23 2r 0 (6.96)


2
s,131r s,23 2r D3B a,3 3r 0 (6.97)

Dalam notasi matriks, persamaan (6.95). persamaan (6.96) dan persamaan (6.97)
dapat ditulis menjadi :

219
1 f ,1 2 f ,2 3 f ,3
R,1 1 L B

1 r
2 2
1
k k k
s,12 R,2 1 L2 B
2 2
0 2 r 0
a,3 1 L3 B 3 r
2 2
s,13 s , 2 3


(6.98)

Dalam hal ini :


D1
L12 (6.99)
a ,1 s ,12 s ,13
D2
L22 (6.100)
a , 2 s , 2 3
D3
L23 (6.101)
a ,3
R ,1 a ,1 s ,12 s ,13 (6.102)

R , 2 a , 2 s , 2 3 (6.103)

Persamaan (6.98) hanya akan terpenuhi jika determinan matrik tersebut bernilai nol,
yaitu :

220
1 f ,1 2 f ,2 3 f ,3

R,1 1 L B
2 2
1 k k k
s,12
R,2 1 L22 B 2 0 0
s,13 s , 2 3
a ,3 1 L23 B 2
(6.104)


R,1 1 L12 B 2 1 f ,1 R,2 1 L22 B 2 a,3 1 L23 B 2
k

2 f ,2
k

R,2 1 L22 B 2 s,13 (6.105)

3 f ,3
k

s,12 s,23 s,13 R,2 1 L22 B 2 0
Sehingga :

221
k1 L B 1 L B 1 L B
22 22 22
1 2 3

f ,1
1 L B 1 L B 1 L B
2 2 2 2 f ,2 R,2 s,13 2 2
1 2 3 2 2
R,1 R,2 R,1 a,3 (6.106)

f ,3 s,12 s,23 s,13 R,21 L2B


22

3
a,3 R,1 R,2
Atau :

222
2 2
1
k 1 L B 1 L B 1 L B 2 2
2 2 2
3

f ,3 s,12 s,23 s,13 R,2 1 L22 B 2
3

a,3 R,1 R,2

1 f ,1 R,2 a,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2 (6.107)
1

3 f ,3 s,12 s,23 s,13 R,2 1 L22 B 2

2 f ,2 s,13 R,2 1 L B
2 2
2


3 f ,3 s,12 s,23 s,13 R,2 1 L B 2 2
2

Persamaan (6.96) dapat ditulis menjadi :


2 r s,12

1 r R , 2 1 L22 B 2
(6.108)

Substitusi persamaan (6.105) ke persamaan (6.97) menghasilkan :

R , 2 a ,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2

1 r

3 r s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2
(6.109)

Dengan demikian :

223

2 r

2 r 1 r

s ,12


R , 2 a ,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2


3 r
1 r 3 r R ,2 1 L2 B
2 2

2 2
s ,12 s , 23 s ,13 R, 2 1 L2 B
(6.110)

Atau :
s ,12 a ,3 1 L23 B 2

2 r

3 r s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2
(6.111)


s,12 s,23 s,13 R,2 1 L22 B 2
R,1 R,2



s,12 s,23 s,13 R,2 1 L22 B 2 R,2 a,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2


1 L2 B 2 1 L2 B 2
R , 2 a ,3 2 3 R,1 R,2


a,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2 3
p
a,1 s,12 s,13 1
Sehingga :
s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2 p (6.112)
R ,1 R , 2

Dalam hal ini p adalah peluang lolos serapan sejak neutron cepat termoderasi menjadi
neutron termal (peluang lolos serapan resonansi keseluruhan). Selanjutnya :

224
f ,3
3 f (6.113)
a ,3
Didefinisikan juga P1 sebagai peluang neutron cepat tidak bocor dari
medium reactor, P2 sebagai peluang neutron intermediate atau epithermal tidak
bocor dari medium reactor dan P3 sebagai peluang neutron termal tidak bocor dari
nedium reactor. Besaran P1 , P2 dan P3 masing-masing dirumuskan sebagai :

1
P1 (6.114)
1 L12 B 2
1
P2 (6.115)
1 L22 B 2
1
P3 (6.116)
1 L23 B 2

Substitusi persamaan (6.108), persamaan (6.109), persamaan (6.111), persamaan


(6.112), persamaan (6.113), persamaan (6.114), persamaan (6.115) dan persamaan
(6.115) ke persamaan (6.107) menghasilkan :

1 f ,1 1 2 f , 2 s ,13 R , 2 2
k f pP1 P2 P3 1 (6.117)

3 f ,3 3 3 f ,3 s ,1 2 a ,3 3

Selanjutnya, dapat dirumuskan :


PF P1 P2 (6.118)
PT P3 (6.119)

Faktor fisi cepat ( ) dalam hal ini adalah :

1 f ,1 1 2 f , 2 s ,13 R , 2 2
1 (6.120)
3 f ,3 3 3 f ,3 s ,12 a ,3 3

Dengan demikian, persamaan kritikalitas reactor adalah :

k f p PT PF (6.121)

Distribusi fluks neutron termal dalam reaktor dinyatakan sebagai :

225

T r A r (6.122)

Dalam hal ini A adalah konstanta yang menunjukkan nilai maksimum fluks neutron

termal sedangkan r adalah fungsi distribusi fluks neutron pada kondisi kritis
untuk berbagai geometri reactor dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Distribusi fluks neutron epithermal atau intermediate dinyatakan berdasarkan
persamaan (6.111) yang dapat ditulis kembali menjadi :


2 r

s ,12 a ,3 1 L23 B 2 3 r
s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2 (6.123)

Atau :

2 r

A s ,12 a ,3 1 L23 B 2 3 r
s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L B 2
2
2 (6.124)

Distribusi fluks neutron cepat dinyatakan berdasarkan persamaan (6.111) yang


dapat ditulis kembali menjadi :


1 r

R , 2 a ,3 1 L22 B 2 1 L23 B 2 3 r
s ,1 2 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2 (6.125)

Atau :

A R , 2 a ,3 1 L2 B 1 L3 B 3 r
1 r
2 2 2 2


s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L22 B 2 (6.126)

Konstanta A pada persamaan (6.122), persamaan (6.124) dan persamaan (6.126)


dapat ditentukan berdasarkan daya reaktor. Daya reaktor dapat dihitung dengan :

W R F EK (6.127)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan RF adalah laju reaksi fisi keseluruhan dalam
reaktor dalam satuan fisi per detik. Nilai RF untuk reaktor dengan medium uniform
dapat dihitung dengan:

r f , 2 2 r f ,3 3 r dV

RF f ,1 1 (6.128)
V

226
Dalam hal ini, V adalah volume teras reaktor. Dengan mensubstitusikan persamaan
(6.122), persamaan (6.124) dan persamaan (6.126) ke persamaan (6.128), maka :



R F A f ,3

f , 2 s ,12 f ,1 R , 2 1 L22 B 2
a ,3 1 L23 B 2

r dV

s ,1 2 s , 23 s ,13 R , 2 1 L2 B
2 2

V

(6.129)

Substitusi persamaan (6.129) ke persamaan (6.127) menghasilkan :


W EKA f ,3
f , 2 s ,1 2 f ,1 R , 2 1 L22 B 2
a ,3 1 L23 B 2


r dV

s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L2 B
2 2

V

(6.130)

Dengan demikian, konstanta A dapat dihitung sebagai :

W
A


EK f ,3

f , 2 s ,12 f ,1 R , 2 1 L22 B 2
a ,3 1 L23 B 2

r dV

s ,12 s , 23 s ,13 R , 2 1 L2 B
2 2

V

(6.131)

Nilai dari V r dV untuk berbagai bentuk geometri reaktor satu daerah dapat
dilihat pada Table 6.1.

VI.5. Persamaan adjoint dan fluks adjoint.


Persamaan difusi multigroup dalam perhitungan kritikalitas reaktor secara
umum dapat ditulis sebagai berikut :

g 1 g G

D g 2 g r R , g g r s , h g h r h f ,h h r 0 (6.132)
h 1 k h 1

Dalam notasi matrik, persamaan difusi neutron multi kelompok tersebut dapat ditulis
menjadi :

227
11 f ,1 12 f ,2 1G f ,G
D1 R,1
2
..
k k k 1 r

2 1 f ,1
D 2

2 2 f , 2
. .
2 G f , G 2 r
s,12
k
2 R,2
k k :
: : :


G G f ,G
r
G 1 f ,1

G 2 f ,2
. . D 2
G

s,1G
k
s , 2 G
k
G R ,G
k
(6.133)

Persamaan adjoint disusun dengan melakukan operasi transpose dari persamaan


(6.133) sebagai berikut :

228
11 f ,1 21 f ,1 G1 f ,1
D1 R,1 s,12 . . s,1G
2

k k k 1 r

D 2 R , 2 . . s , 2G 2 r 0
1 2 f , 2 2 2 2 f , 2 G 2 f , 2

k k k :
: : :

r
1 G f ,G 2 G f ,G
. . DG R ,G
2 G G f , G G

k k k
(6.134)
VI.5.1. Persamaan adjoint pada teori difusi neutron satu kelompok
Persamaan difusi neutron satu kelompok pada kondisi steady state tanpa
sumber neutron non fisi adalah :

f
D a r 0
2
(6.135)

k
229
Karena hanya ada satu komponen, maka persamaan adjoint dalam hal ini adalah :

f
D a r 0
2
(6.136)

k
Hal ini berarti :

r r (6.137)
Dengan demikian, difusi neutron satu kelompok bersifat self adjoint.

VI.5.2. Persamaan adjoint pada teori difusi neutron dua kelompok


Persamaan difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady state tanpa
sumber neutron non fisi dalam notasi matrik dapat ditulis sebagai :

11 f ,1 12 f ,2
D1 R,1
2
1 r
k k 0
22 f ,2 2 r
(6.138)


f ,1 2 1
D2 a , 2
2
s,12 k k
Maka persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady state
tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik adalah :

230
11 f ,1 21 f ,1
D1 R,1 s,12
2
1 r

k k 0

2 2 f ,2 2 r
(6.139)

1 2 f ,2
D2 a , 2
2
k k
Jika neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi semuanya dianggap sebagai
neutron cepat, maka persamaan difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady
state tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik dapat ditulis sebagai :

1 f ,1 2 f ,2
D1 R,1 1 r 0
2

k k
r
(6.140)

s,12 D2 2 a,2 2
Maka persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady state
tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik adalah :

1 f ,1
D1 R,1 s,12 r
2

k 0
1
(6.141)
2 f ,2 r
D2 2 a , 2 2
k
VI.5.2. Persamaan adjoint pada teori difusi neutron tiga kelompok
Persamaan difusi neutron tiga kelompok dalam kondisi steady state tanpa
sumber neutron non fisi dalam notasi matrik dapat ditulis sebagai :

231
11 f ,1 12 f ,2 13 f ,3
D1 R,1
2

k k k 1 r
2
2 1 f ,1 2 2 f , 2 1 3 f ,3
D2 R , 2
2
s,12
k k k
31 f ,1 32 f ,2 2 33 f ,3 3 r
s,13 s , 2 3 D3 a , 3
k k k
(6.142)

Maka persamaan adjoint difusi neutron tiga kelompok dalam kondisi steady state
tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik adalah :

232
11 f ,1 21 f ,1 31 f ,1
D1 R,1 s,12 s,13
2

k k k

22 f ,2

1


1 2 f ,2 3 2 f ,2
D2 R , 2
2

k k k
s , 23 2


13 f ,3 13 f ,3 3 3 f , 3 3
D 3
2
a ,3
k k k
(6.143)

Jika neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi semuanya dianggap sebagai
neutron cepat, maka persamaan difusi neutron tiga kelompok dalam kondisi steady
state tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik dapat ditulis sebagai :

233
1 f ,1 2 f ,2 3 f ,3
D1 R,1
k 1 r
2

k k
s,12 D2 2 R , 2 0 2 r 0

s,13 s , 23 D3 a,3 3 r
2


(6.144)

Maka persamaan adjoint difusi neutron tiga kelompok dalam kondisi steady state
tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik adalah :

1 f ,1
D1 R,1 s,12
s,13
2

k 1 r
2 f ,2
D2 R , 2 s , 2 3 2 r 0
2
(6.145)
k
3 f ,3 3 r

0 D3 2 a,3
k

VI.6. Aplikasi persamaan difusi neutron dua kelompok dalam perhitungan


kritikalitas reactor dua daerah satu dimensi
Pada Sub Bab ini, akan dibahas aplikasi persamaan difusi neutron dua
kelompok dalam perhitungan kritikalitas reactor dua daerah satu dimensi. Reaktor
terdiri dari dua daerah atau zona. Kedua daerah tersebut adalah daerah teras yang
berada pada posisi tengah ( 0 r a ) dan zona reflector yang melingkupi zona teras (
a r b ). Dalam hal ini a adalah posisi batas antara zona teras dan zona reflector
dan b adalah posisi batas luar zona reflector. Zona teras (diberi indeks C)
mengandung nuklida fisil dan mampu mencapai kondisi kritis ( k C 1 ). Zona
reflector (diberi indeks C) tidak mengandung nuklida fisil sehingga tidak mampu
mencapai kondisi kritis ( k R 1 ).

234
Dengan asumsi bahwa semua neutron yang dihasilkan oleh reaksi fisi
merupakan neutron cepat, maka persamaan difusi neutron dua kelompok dalam
kondisi steady state tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik untuk zona
teras dapat ditulis sebagai :

1C f ,1 2C f , 2C
D1C R,1C 1C r 0
2

k k 2C r
(6.146)

s,12,C D2C a,2C
2

Sedangkan persamaan difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady state tanpa
sumber neutron non fisi dalam notasi matrik untuk zona reflektor dapat ditulis
sebagai :

D1R 2 R ,1R 0 1R r

s ,12, R D2 R a , 2 R
2 r 0 (6.147)
2R

Syarat batas bagi persamaan (6.146) dan persamaan (6.147) adalah :

1C
r 0 0 dan r 0 2C 0 (6.148)
r r
r a 1C 1R dan r a 2C 2 R (6.149)
1C
r a D1C D1R 1R dan r a D2 C 2 C D2 R 2 R (6.150)
r r r r
r b 1R 0 dan r b 2R 0 (6.151)

Dalam hal ini, adalah jarak ekstrapolasi.


Persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady state
tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik untuk zona teras dapat ditulis
sebagai :

235
1C f ,1
D1C R,1C s,12,C r
2

k 0
1C
(6.152)
2C f , 2C r
D2 C 2 a , 2 C 2 C
k
Sedangkan persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok dalam kondisi steady
state tanpa sumber neutron non fisi dalam notasi matrik untuk zona reflektor dapat
ditulis sebagai :

D1R 2 R ,1R s ,12, R 1R r
0 (6.153)
0 D2 R 2 a , 2 R 2C r

Syarat batas bagi persamaan (6.152) dan persamaan (6.153) adalah :

1C 2C
r 0 0 dan r 0 0 (6.154)
r r
r a 1C 1R dan r a 2C 2C (6.155)
1C
r a D1C D1R 1R dan r a D2C 2 C D2 R 2C (6.156)
r r r r
r b 1R 0 dan

r b 2C 0

(6.157)

VI.6.1. Penyelesaian persamaan difusi neutron dua kelompok dalam perhitungan


kritikalitas reactor dua daerah satu dimensi
Persamaan difusi neutron dua kelompok, yaitu persamaan (6.146) dan
persamaan (6.147) dapat diuraikan menjadi :

1C f,1 2C f,2C
D1C R,1C 1Cr 2C r 0
2
(6.158)

k k

236

D2C a,2C 2C r s,1 ,2 C 1C r 0
2
(6.159)

D1R R,1R1Rr 0
2 (6.160)


D2R a,2R 2Rr s,1 ,2 R 1R r 0
2
(6.161)

Atau :

2 R,1C 1C f ,1 2C f ,2C
1C r 2C r 0 (6.162)

D1C kD1C kD1C


2 a,2C s,12,C
2Cr 1Cr 0 (6.163)

D2 C D2 C
2 R,1R
1Rr 0 (6.164)

D1R

237
2 a,2R s,12,R
2Rr 1Rr 0 (6.165)

D2 R D 2 R
Persamaan (6.163) dan persamaan (6.165) dapat ditulis menjadi :

D2C 2 ,2Ca
1Cr 2Cr (6.166)

s,12,C D2C
D2R 2 ,2Ca
1Rr 2Rr (6.167)

s,12,R D2C
Jika persamaan (6.166) disubstitusikan ke persamaan (6.162) maka diperoleh :

238
D2C 2 ,2Ca 2 ,1CR 1Cf,1 2C ,2Cf
2Cr 2Cr0 (6.168)

s,12,C D2C D1C kD1C kD1C


Atau :

2 a,2C 2 R,1C 1 fC ,1 2C f,2 ,12,CsC


2C r 0
D D kD D Dk
2C 1C 1C 21 CC

239
4 a,2C R,1C 1C f ,1 2


D2C D1C kD1C
2C r 0 (6.169)

R,1C a,2C 2C f ,2C s,1 ,2 C 1C f,1 a,2C


D D kD D
1C 2C 1C 2C
Persamaan (6.169) dapat ditulis menjadi :

2
C 2 C 2C r 0

(6.170)
Dengan :

240
a,2C R,1C 1C f,1
C
D 2C D1C kD1C
(6.171)

2
a,2C R,1C 1C f,1 2C f,2C s,12,C 1C f,1C a,2C R,1C a,2C
4
D D kD kD D D D
2C 1C 1C 1C 2C 1C 2C

241
a,2C R,1C 1C f,1
C
D 2C D1C kD1C
(6.172)

2
a,2C R,1C 1C f,1 2C f,2C s,12,C 1C f,1C a,2C R,1C a,2C
4
D D kD kD D D D
2C 1C 1C 1C 2C 1C 2C
Dalam hal ini, diambil asumsi :

a,2C R,1C 1C f ,1
(6.173)

D2C D1C kD1C


Dan :
2C f , 2C s ,12,C 1C f ,1C a , 2C R ,1C a , 2C (6.174)

242
Asumsi pada pertidaksamaan (6,173) diambil berdasarkan fakta bahwa kontribusi
reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron cepat biasanya cukup kecil. Asumsi pasa
pertidaksamaan (6.174) diambil dari asimsi yang telah disebutkan di awal bahwa
medium teras reactor mampu mencapai kondisi kritis.
Jika persamaan (6.167) disubstitusikan ke persamaan (6.164) maka diperoleh :

D2R 2 a,2C 2 R,1


2Rr0 (6.175)

s,12,R D2C D1R


Atau :

2 a,2C 2 R,1
2Rr0 (6.176)

D 2C D1R
Penyelesaian dari persamaan (6.170) untuk fluks neutron termal pada zona teras
dengan (nomor indeks 2C) adalah :

2 C r A1C 1C C r A2 C 2C C r C1C 1C C r C 2C 2C C r (6.177)

Penyelesaian dari persamaan (6.176) untuk fluks neutron termal pada zona reflektor
(nomor indeks 2R) adalah :

243

2 R r A1R 1R R r A2 R 2 R R r C1R1R R r C 2 R2 R R r (6.178)

Dengan :
a , 2C
R (6.179)
D2 C
R ,1R
R (6.180)
D1R

Konstanta-konstanta A1C , A2 C , C1C , C2 C , A1R , A2 R , C1R dan C2 R


adalah konstanta-konstanta integrasi yang nilainya akan ditentukan kemudian.
Fungsi-fungsi distribusi fluks neutron untuk berbagai bentuk geometri reactor satu
dimensi dua daerah dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Fungsi-fungsi distribusi fluks neutron untuk berbagai bentuk geometri
reactor satu dimensi dua daerah
Geometri reaktor Slab sangat lebar Silinder panjang Bola
sin C r
1C C r cos C r J 0 C r
C r
cos C r
2C C r sin C r Y0 C r
C r
sinh C r
1C C r cosh C r I 0 C r
C r
cosh C r
2C C r sinh C r K 0 C r
Cr
sinh R r
1R R r cosh R r I 0 R r
Rr
cosh R r
2 R R r sinh R r K 0 R r
Rr
sinh R r
1R R r cosh R r I 0 R r
Rr
cosh R r
2 R R r sinh R r K 0 R r
Rr

244
Dengan mengaplikasikan persamaan (6.166), maka fluks neutron cepat untuk
zona teras (nomor indeks 1C) adalah :

2 a, 2C 2 a, 2C
C 1C CrA C 2C CrA
D D
D2C 2C 2C
1Cr (6.181)

,12Cs 2 a,2C 2 a,2C


C 1CCrC C 2C CrC
D 2C D2C
Dengan mengaplikasikan persamaan (6.167), maka fluks neutron cepat untuk zona
reflektor (nomor indeks 1R) adalah :


1R r
D2 R
s ,12, R
R2 R2 C1R1R R r C 2 R2 R R r (6.182)

245
Dengan mengaplikasikan syarat batas di r 0 (persamaan (6.148)) untuk
fluks neutron cepat dan fluks neutron termal pada zona teras, maka A2C 0 dan
C 2C 0 . Dengan demikian, fluks neutron termal pada zona teras adalah :


2C r A1C 1C C r C1C1C C r (6.183)

Sedangkan fluks neutron cepat pada zona teras adalah :

D2C 2 ,2Ca 2 ,2Ca


1Cr C A1C1CCr C C1C 1C Cr (6.184)

s,12,C D2C D2C


Dengan mengaplikasikan syarat batas di r b (persamaan (6.151)) untuk
fluks neutron cepat pada zona reflektor (persamaan (6.182)), maka :

0 C1R1R R b C 2 R 2 R R b (6.185)
Sehingga :
1R R b
C 2 R C1R (6.186)
2 R R b

Dengan demikian, fluks neutron cepat untuk zona reflektor menjadi :

b
1R r 1R 2 R R2 R2 1R R r 1R R
C D
2 R R r (6.184)
s,12, R 2 R R b
Selanjutnya, fluks neutron termal pada zona reflektor menjadi :

246
b
2 R r A1R 1R R r A2 R 2 R R r C1R 1R R r 1R R 2 R R r (6.1
2 R R b
85)

Dengan mengaplikasikan syarat batas di r b (persamaan (6.151)) untuk fluks


neutron termal pada zona reflektor (persamaan (6.185)), maka :
0 A1R 1R R b A2 R 2 R R b
b (6.186)
C1R 1R R b 1R R 2 R R b
2 R R b
Sehingga :
1R R b
A2 R A1R (6.187)
2 R R b

Dengan demikian, fluks neutron termal untuk zona reflektor menjadi :

b
2 R r A1R 1R R r 1R R 2 R R r
2 R R b
(6.188)
b
C1R 1R R r 1R R 2 R R r
2 R R b

Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.149) untuk fluks neutron cepat (yaitu
r a 1C 1R ) memberikan :

247
D2 C 2 a , 2 C 2 a , 2 C
C A1C1CCa C C1C1CCa

s,12,C D2C D2C
(6.189)

C1RD2R 2 2 1RRb

R R 1RRa 2RRa
s,12,R 2RRb
Atau :

A D21 CC 2 a,2C C D21 CC 2 a,2C


C 1 CC a C 1 CC a
s,12,C D2C s,12,C D2C
(6.190)

C D21 RR 2 2 1 RR b

R R1RR a 2 RR a 0
s,12,R 2 RR b

248
Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.149) untuk fluks neutron termal (yaitu
r a 2C 2 R ) memberikan :
b
A1C 1C C a C1C1C C a A1R 1R R a 1R R 2 R R a
2 R R b
(6.191)
b
C1R 1R R a 1R R 2 R R a
2 R R b
Atau :
b
A1C 1C C a C1C1C C a A1R 1R R a 1R R 2 R R a
2 R R b
(6.192)
1R R b
C1R 1R R a 2 R R a 0
2R R b

Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.150) untuk fluks neutron cepat (yaitu

r a D1C 1C D1R 1R ) memberikan :
r r

D1CD2C 2 a,2C | 2 a,2C |


C A1CC1CCa C C1CC1CCa

s,12,C D2C D2C
(6.193)

C1RD1RD2R 2 2 | 1RRb |

R R R1RRa R2RRa
s,12,R 2RRb
Atau :

249
D 21 CC 2 a,2C | D 21 CC 2 a,2C |
A1C C 1CCC aC1C C 1CCC a
,12,Cs D2C ,12,Cs D2C
(6.194)

C D 211 RRR 22 | 1 RR b |

1RRRRR a 2RR a 0
,12,Rs 2 RR b
Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.150) untuk fluks neutron termal (yaitu

r a D2C 2 C D2 R 2 R ) memberikan :
r r

250
| 1R R b |
A1RR 1RRa 2RRa

A1CC1CCa 2RRb
|
D2 C | D2 R
C a b
(6.195)

1C C 1C C C | a 1R R | a
1R R 1 R R b 2 R R
2R R
Atau :
A1C D2C C 1| C C a C1C D2C C 1|C C a
b |
A1R D2 R R 1| R R a 1R R 2 R R a
2 R R b (6.196)
b |
C1R D2 R R 1| R R a 1R R 2 R R a 0
2 R R b
Fungsi-fungsi turunan distribusi fluks neutron yang terdapat pada persamaan (6.193),
persamaan (6.194), persamaan (6.195) dan persamaan (6.196) untuk berbagai bentuk
geometri reactor satu dimensi dua daerah dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Fungsi-fungsi turunan distribusi fluks neutron untuk berbagai bentuk
geometri reactor satu dimensi dua daerah
Geometri
Slab sangat lebar Silinder panjang Bola
reaktor
cos C a sin C a
1| C C a sin C a J 1 C a
C a C2 a 2
sin C a cos C a
2| C C a cos C a Y1 C a
C a C2 a 2

251
cosh C a sinh C a
1|C C a sinh C a I1 C a
Ca C2 a 2
sinh C a cosh C a
2| C C a cosh C a K1 C a
Ca C2 a 2
cosh R a sinh R a
1| R R a sinh R a I1 R a
Ra R2 a 2
sinh R a cosh R a
1| R R a cosh R a K1 R a
Ra R2 a 2
cosh R a sinh R a
1| R R a sinh R a I1 R a
Ra R2 a 2
sinh R a cosh R a
2| R R a cosh R a K1 R a
Ra R2 a 2

Persamaan (6.190), persamaan (6.192), persamaan (6.194) dan persamaan


(6.196) jika digabungkan penulisannya dalam notasi matrik menjadi :

M 11 M 12 0 M 14 A1C
M M 22 M 23 M 24 C
21 1C 0 (6.197)
M 31 M 32 0 M 34 A1R

M 41 M 42 M 43 M 44 C1R
Dengan :

D2C 2 ,2Ca
M1 C 1CCa (6.198)

s,12,C D2C

252
D2C 2 ,2Ca
M12 C 1CCa (6.199)

s,12,C D2C
M 14

D2 R R2 R2 a b a
1R R
(6.200)
s ,12,R
1R R
b 2R R
2R R
M 21 1C C a (6.201)
M 22 1C C a (6.202)
1R R b
M 23 1R R a 2 R R a (6.203)
2 R R b
b
M 24 1R R a 1R R 2 R R a (6.204)
2 R R b

DD1C 2C 2 ,2Ca |
M31 C C1CCa (6.205)

s,12,C D2C

253
DD1C 2C 2 ,2Ca |
M32 C C 1C Ca (6.206)

s,12,C D2C
D1R D2 R 2 2 | b |
M 34
s ,12, R

R R R 1R R a 1R R
2 R R b
2 R R a (6.207)

M 41 D2C C 1| C C a (6.208)
M 42 D2C C 1|C C a (6.209)
b |
M 43 D2 R R 1| R R a 1R R 2 R R a (6.210)
2 R R b
b |
M 44 D2 R R 1| R R a 1R R 2 R R a (6.211)
2 R R b

Kondisi kritikalitas reactor diperoleh dengan membuat determinan matrik pada


persamaan (6.197) bernilai nol, yaitu :

M 11 M 12 0 M 14
M 21 M 22 M 23 M 24
0 (6.212)
M 31 M 32 0 M 34
M 41 M 42 M 43 M 44
Atau :
M 22 M 23 M 24 M 32 0 M 34
M 11 M 32 0 M 34 M 21 M 42 M 43 M 44
M 42 M 43 M 44 M 12 0 M 14
(6.213)
M 42 M 43 M 44 M 12 0 M 14
M 31 M 12 0 M 14 M 41 M 22 M 23 M 24 0
M 22 M 23 M 24 M 32 0 M 34
Atau :

254
M 11 M 23 M 34 M 42 M 32 M 44 M 43 M 24 M 32 M 22 M 34
M 43 M 21 M 32 M 14 M 34 M 12 M 31 M 14 M 22 M 12 M 24 (6.214)
M 23 M 31 M 44 M 12 M 42 M 14 M 41 M 12 M 34 M 14 M 32 0

VI.6.2. Penentuan konstanta fluks neutron dalam perhitungan kritikalitas reactor dua
daerah satu dimensi
Terdapat empat konstanta fluks neutron dalam perhitungan kritikalitas reactor
dua daerah satu dimensi, yaitu A1C , C1C , A1R dan C1R . Dari keempat konstanta
ini, salah satu konstanta benar-benar merupakan konstanta independen yang nilainya
tergantung pada daya reaktor sedangkan tiga konstanta lain nilainya dapat ditentukan
berdasarkan nilai konstanta independen. Untuk menentukan hubungan antara tiga
konstanta lainnya terhadap konstanta independent, persamaan (6.197) dapat ditulis
menjadi :
M 11 A1C M 12 C1C M 14 C1R 0 (6.215)
M 21 A1C M 22 C1C M 23 A1R M 24 C1R 0 (6.216)
M 31 A1C M 32 C1C M 34 C1R 0 (6.217)
M 41 A1C M 42 C1C M 43 A1R M 44 C1R 0 (6.218)

Persamaan (6.215) dan persamaan (6.217) dapat ditulis sebagai :

M 11 A1C M 12 C1C
C1R (6.219)
M 14
M A M 32 C1C
C1R 31 1C (6.220)
M 34
Dengan demikian :
M 11 A1C M 12 C1C M A M 32 C1C
31 1C
M 14 M 34
Atau :
M 11 M 34 M 31 M 14
C1C A1C (6.221)
M 12 M 34 M 32 M 14

Substitusi persamaan (6.221) ke persamaan (6.219) menghasilkan :

M 31 M 12 M 32 M 11
C1R A1C (6.222)
M 12 M 34 M 32 M 14

Substitusi persamaan (6.221) dan persamaan (6.222) ke persamaan (6.216)


menghasilkan :

255
M 22 M 11 M 34 M 22 M 31 M 14 M 24 M 31 M 12 M 24 M 32 M 11
M 21 A1C M 23 A1R A1C
M 12 M 34 M 32 M 14
Atau :
M 22 M 11 M 34 M 31 M 14 M 24 M 31 M 12 M 32 M 11 M 21 M 32 M 14 M 12 M 34
A1R A1C
M 23 M 12 M 34 M 32 M 14
(6.223)
Secara umum, dapat dituliskan :
C1C F1 A1C (6.224)
A1R F2 A1C (6.225)
C1R F3 A1C (6.226)
Dengan :
M 11 M 34 M 31 M 14
F1 (6.227)
M 12 M 34 M 32 M 14

M 22 M 11 M 34 M 31 M 14 M 24 M 31 M 12 M 32 M 11 M 21 M 32 M 14 M 12 M 34
F2 (
M 23 M 12 M 34 M 32 M 14
6.228)

M 31 M 12 M 32 M 11
F3 (6.229)
M 12 M 34 M 32 M 14

Dengan demikian, fluks neutron termal pada zona teras adalah :



2C r A1C 1C C r F11C C r (6.230)

Sedangkan fluks neutron cepat pada zona teras adalah :

256
A1CD2C 2 ,2Ca 2 ,2Ca
1Cr C 1C Cr C F 11 C Cr (6.231)

s,12,C D2C D2C


Demikian juga, fluks neutron termal untuk zona reflektor menjadi :

1R R b
F2 1R R r r
b 2 R R

2R r A1C
2R R
(6.232)

F r 1R R b r
3 1R R b 2 R R
2R R
Dan fluks neutron cepat pada zona reflektor adalah :

b
1R r 1C 3 2 R R2 R2 1R R r 1R R
A FD
2 R R r (6.233)
s ,12, R 2 R R b
Konstanta AC1 pada persamaan (6.230), persamaan (6.231), persamaan (6.232) dan
persamaan (6.233) dapat ditentukan berdasarkan daya reaktor. Reaksi fisi dalam hal

257
ini hanya terjadi pada zona teras, dengan demikian daya reaktor dapat dihitung
dengan :
W R FC EK (6.234)

Dalam hal ini W adalah daya reaktor dalam satuan Watt, E adalah energy rerata yang
dihasilkan tiap reaksi fisi (200 MeV per fisi), K adalah faktor konversi energy (
1,6021 10 13 J/MeV) sedangkan R FC adalah laju reaksi fisi keseluruhan dalam
zona teras reaktor dalam satuan fisi per detik. Nilai R FC untuk reaktor dengan
medium uniform dapat dihitung dengan :

1C r f 2C 2C r dVC

R FC f 1C (6.235)
VC

Dalam hal ini, VC adalah volume teras reaktor, f 1C dan f 1C masing-masing


adalah adalah tampang lintang makroskopis reaksi fisi pada zona teras reaktor untuk
kelompok neutron cepat dan kelompok neutron termal. Jika medium pada zona teras
bersifat uniform, maka :

R FC f 1C 1C r dVC f 2C 2C r dVC (6.236)
VC VC

Dengan mensubstitusikan persamaan (6.230) untuk distribusi fluks neutron


termal pada zona teras reaktor dan persamaan (6.230) untuk distribusi fluks neutron
cepat pada zona teras reaktor ke persamaan (6.236) maka :

258
D2Cf1C 2 a,2C 2 a,2C
C 1CCr C F11CCr dVC

R A s,12,C D2C D2C
V C


(6.237)

FC 1C

2Cf 1CCrF11 CCr dVC


VC
Atau :

259
D2Cf1C 2 a,2C
f2C C 1CCrdVC
D VC
s,12,C 2C
RFC A1C (6.238)

D2Cf1C 2 a,2C
F1 f2C C V 1CCrdVC

s,12,C 2C D C

Substitusi persamaan (5.173) ke persamaan (5.170) menghasilkan :

260
D2Cf1C 2 a,2C
f2C C 1CCrdVC
D VC
s,12,C 2C
W EKA1C (6.239)

D2Cf1C 2 a,2C
F1 f2C C V 1CCrdVC

s,12,C 2C D C

Dengan demikian, konstanta AC1 dapat dihitung sebagai :

261
W
A1C
D2Cf1C 2 a,2C
f2C C 1CCrdVC
D VC
s,12,C 2C
EK
(6.240)

D2C f1C 2 a,2C


F 1 f2C C 1CCrdVC
s,12,C D2C VC

Nilai dari 1C C r dVC dan 1C C r dVC untuk berbagai mentuk
VC VC

geometri teras reaktor satu dimensi dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Nilai dari dari 1C C r dVC dan 1C C r dVC untuk


VC VC

berbagai bentuk geometri reaktor dua daerah satu dimensi

Geometri reaktor Nilai dari V 1C C r dVC


C
Nilai dari V 1C C r dVC
C

a a
slab luas uniform 2 cos C r dx 2 cosh C r dx
dengan tebal 2a 0 0

silinder panjang a a

uniform dengan 2 rJ 0 C r dr 2 rI 0 C r dr
jari-jari a 0 0

262
a a
bola uniform r r
4 sin C r dr 4 sinh C r dr
dengan jari-jari a 0
C 0
C

VI.6.3. Penyelesaian persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok dalam


perhitungan reactor dua daerah satu dimensi
Persamaan adjoint difusi neutron dua kelompok, yaitu persamaan (6.152) dan
persamaan (6.153) dapat diuraikan menjadi :
Persamaan difusi neutron dua kelompok, yaitu persamaan (6.146) dan
persamaan (6.147) dapat diuraikan menjadi :

2 R,1C 1C f ,1 s,1 ,2 C
1C r 2C r 0 (6.241)

D1C kD1C D1C


2 a,2C 2C f,2C
2Cr 1Cr 0 (6.242)

D2C kD2C
2 R,1R s,12,R
1Rr 2Rr 0 (6.243)

D1R D1R
2 a, 2 R
2Rr 0 (6.244)

D2 R

263
Nilai k dalam hal ini adalah sama dengan nilai k yang diperoleh pada
perhitungan kritikalitas dengan persamaan difusi neutron non adjoint yang telah
dibahan pada Sub Bab VI.6.1
Persamaan (6.241) dan persamaan (6.243) dapat ditulis menjadi :

kD
r r
2C 2 ,2Ca
1C 2C
(6.245)

D
2C ,2Cf 2C


D1R 2 ,1RR
2Rr 1Rr (6.246)

s,12,R D1R
Jika persamaan (6.245) disubstitusikan ke persamaan (6.241) maka diperoleh :

264
kD2C 2 ,2Ca 2 ,1CR 1Cf,1 s,12,C
2Cr 2Cr0 (6.247)

2C ,2Cf D2C D1C kD1C D1C


Atau :

2 a,2C 2 R,1C 1 fC ,1 2C f,2 ,12,CsC


2C r 0
D D kD D Dk
2C 1C 1C 12 CC

265
4 a,2C R,1C 1C f ,1 2


D2C D1C kD1C
2C r 0 (6.248)

R,1C a,2C 2C f ,2C s,1 ,2 C 1C f,1 a,2C


D D kD D
1C 2C 1C 2C
Persamaan (6.248) dapat ditulis menjadi :

2


C 2 C 2C r 0 (6.249)

Nilai C dan C untuk persamaan adjoint adalah sama dengan C dan C


untuk persamaan non adjoint sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (6.171)
dan persamaan (6.172).
Jika persamaan (6.246) disubstitusikan ke persamaan (6.242) maka diperoleh :

2 R,1 2 ,2Ra
1Rr0 (6.250)

D1R D2R
266
Penyelesaian dari persamaan (6.249) untuk fluks adjoint neutron termal pada zona
teras dengan (nomor indeks 2C) adalah :

2C r A1C 1C C r A2C 2C C r C1C1C C r C 2C2C C r (6.251)

Penyelesaian dari persamaan (6.250) untuk fluks adjoint neutron termal pada zona
reflektor (nomor indeks 1R) adalah :

1R r A1R 1R R r A2R 2 R R r C1R1R R r C 2R 2 R R r (6.252)

Nilai R dan R untuk persamaan adjoint adalah sama dengan R dan R untuk
persamaan non adjoint sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (6.179) dan
persamaan (6.180).
Konstanta-konstanta A1C , A2C , C1C , C 2C , A1R , A2R , C1R dan C 2C
adalah konstanta-konstanta integrasi yang nilainya akan ditentukan kemudian.
Fungsi-fungsi distribusi fluks neutron untuk berbagai bentuk geometri reactor satu
dimensi dua daerah dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Dengan mengaplikasikan persamaan (6.245), maka fluks adjoint neutron cepat
untuk zona teras (nomor indeks 1C) adalah :

267
2 a, 2 C 2 a , 2C
C 1C CrA C 2C CrA
D D
kD2C 2C 2C
1Cr (6.253)

2 C f , 2C 2 a , 2C 2 a , 2C
C 1CCrC C 2C CrC
D 2C D2C
Dengan mengaplikasikan persamaan (6.167), maka fluks adjoint neutron termal untuk
zona reflektor (nomor indeks 2R) adalah :

2R r 1R R2 R2 A1R 1R R r A2R 2 R R r
D
(6.254)
s ,12, R

Dengan mengaplikasikan syarat batas di r 0 (persamaan (6.154)) untuk


fluks adjoint neutron cepat dan fluks adjoint neutron termal pada zona teras, maka

268
A2C 0 dan C 2C 0 . Dengan demikian, fluks adjoint neutron termal pada zona
teras adalah :

2C r A1C 1C C r C1C1C C r (6.255)

Sedangkan fluks adjoint neutron cepat pada zona teras adalah :

kD2C 2 ,2Ca 2 ,2Ca


1Cr C A1C1CCr C C1C 1C Cr (6.256)

2C ,2Cf D2C D2C


Dengan mengaplikasikan syarat batas di r b (persamaan (6.157)) untuk fluks
adjoint neutron termal pada zona reflektor (persamaan (6.254)), maka :

0 A1R 1R R b A2R 2 R R b (6.257)


Sehingga :
1R R b
A2R A1R (6.258)
2 R R b

Dengan demikian, fluks adjoint neutron termal untuk zona reflektor menjadi :

A1R D1R 2 2 b
r

2R
s ,12, R

R R 1R R r 1R R
2 R R b
2 R R r (6.259)

Selanjutnya, fluks adjoint neutron cepat pada zona reflektor menjadi :

269
b
1R r A1R 1R R r 1R R 2 R R r C1R1R R r C 2R 2 R R r (6.
2 R R b
260)

Dengan mengaplikasikan syarat batas di r b (persamaan (6.157)) untuk fluks


adjoint neutron cepat pada zona reflektor (persamaan (6.260)), maka :

b
0 A1R 1R R b 1R R 2 R R b
2 R R b (6.261)
C1R1R R b C 2 R2 R R b

Sehingga :
1R R b
C 2R C1R (6.262)
2 R R b

Dengan demikian, fluks adjoint neutron cepat untuk zona reflektor menjadi :

b
1R r A1R 1R R r 1R R 2 R R r
2 R R b
(6.263)
b
C1R 1R R r 1R R 2 R R r
2 R R b

Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.155) untuk fluks adjoint neutron cepat (yaitu
r a 1C 1R ) memberikan :

270
kD kD
A Ca a
2C 2 ,2Ca 2C 2 ,2Ca
1C C 1C C 1C C 1C C
D D
2C ,2Cf 2C 2C ,2Cf 2C

b
A a a
1R R

b
(6.264)
1R 1R R 2 R R
2R R

1R R b
C1R 1R Ra 2R Ra 0
2R R b
Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.155) untuk fluks adjoint neutron termal
(yaitu r a 2C 2 R ) memberikan :

A1C 1C C a C1C1C C a
b
A1R
D1R
s ,12, R
2
R
R2 1R R a 1R R
2 R R b
2 R R a 0
(6.265)


Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.156) untuk fluks adjoint neutron cepat (yaitu

r a D1C 1C D1R 1R ) memberikan :
r r

271
D Dk D Dk
A Ca a
2C 1C 2 a,2C | 2C 1C 2 a,2C |
1C C C 1C C 1C C 1CC C
D D
2C f,2C 2C 2C f,2C 2C

b
A D a a
| 1R R |

b
(6.266)
1R 1 RR 1R R 2R R
2R R

| 1R R b |
1RDC 1 RR 1R Ra 2R Ra 0
2R Rb
Aplikasi syarat batas pada persamaan (6.156) untuk fluks adjoint neutron cepat (yaitu
2C 2C
r a D2C D2 R ) memberikan :
r r

A1C D2C C 1| C C a C1C D2C C1|C C a


b |
A1R
D1R D2 R 2
s ,12, R
R R2 R 1| R R a 1R R
2R R b
2 R R a 0
(6.267)


Fungsi-fungsi turunan distribusi fluks neutron yang terdapat pada persamaan (6.264),
persamaan (6.265), persamaan (6.266) dan persamaan (6.267) untuk berbagai bentuk
geometri reactor satu dimensi dua daerah dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Persamaan (6.264), persamaan (6.265), persamaan (6.266) dan persamaan
(6.267) jika digabungkan penulisannya dalam notasi matrik menjadi :

272
N 11 N 12 N 13 N 14 A1C
N
21 N 22 0 N 24 C1C
0 (6.268)
N 31 N 32 N 33 N 34 A1R

N 41 N 42 0 N 44 C1R
Dengan :

kD2C 2 ,2Ca
N1 C 1CCa (6.269)

2C ,2Cf D2C
kD2C 2 ,2Ca
N12 C 1CCa (6.270)

2C ,2Cf D2C
1R R b
N 13 1R R a 2 R R a (6.271)
2 R R b
b
N14 1R R a 1R R 2 R R a (6.272)
2 R R b
N 21 1C C a (6.273)
N 22 1C C a (6.274)
b
N 24
D1R
s ,12, R
2
R
R2 1R R a 1R R
2 R R b
2 R R a (6.275)

273
kD2CD1C 2 ,2Ca |
N31 C C1CCa (6.275)

2C ,2Cf D2C
kD2CD1C 2 ,2Ca |
N32 C C 1C Ca (6.277)

2C ,2Cf D2C
b |
N 33 D1R R 1| R R a 1R R 2 R R a (6.278)
2 R R b
b |
N 34 D1R R 1| R R a 1R R 2 R R a (6.279)
2 R R b
N 41 D2 C C 1| C C a (6.280)
N 42 D2C C |
1C C a (6.281)

D1R D2 R 2 2 | b |
M 44
s ,12, R

R R R 1R R a 1R R
2R R b
2 R R a (6.282)

VI.6.4. Penentuan konstanta fluks adjoint dalam perhitungan kritikalitas reactor dua
daerah satu dimensi
Terdapat empat konstanta fluks neutron dalam perhitungan kritikalitas reactor

dua daerah satu dimensi, yaitu A1C , C1C , A1R dan C1R . Dari keempat konstanta
ini, salah satu konstanta benar-benar merupakan konstanta independen sedangkan tiga
konstanta lain nilainya dapat ditentukan berdasarkan nilai konstanta independen.

274
Untuk menentukan hubungan antara tiga konstanta lainnya terhadap konstanta
independent, persamaan (6.268) dapat ditulis menjadi :

N 11 A1C N 12 C1C N 13 A1R N 14 C1R 0 (6.283)



N 21 A1C N 22 C 1C N 24 C 1R 0 (6.284)

N 31 A 1C N 32 C 1C N 33 A 1R N 34 C1R 0 (6.285)
N 41 A1C N 42 C1C N 44 C1R 0 (6.286)

Persamaan (6.284) dan persamaan (6.286) dapat ditulis sebagai :

N 21 A1C N 22 C1C
C1R (6.287)
N 24
N 41 A1C N 42 C1C
C1R (6.288)
N 44
Dengan demikian :
N 21 A1C N 22 C1C N 41 A1C N 42 C1R

N 24 N 44
Atau :
N 21 N 44 N 41 N 24
C1C A1C (6.289)
N 22 N 44 N 42 N 24

Substitusi persamaan (6.289) ke persamaan (6.288) menghasilkan :

N 41 N 22 N 42 N 21
C1R A1C (6.290)
N 22 N 44 N 42 N 24

Substitusi persamaan (6.289) dan persamaan (6.290) ke persamaan (6.283)


menghasilkan :
N 21 N12 N 44 N 14 N 42 N 41 N14 N 22 N 12 N 24 N11 N 42 N 24 N 22 N 44
A1R A1C
N13 N 22 N 44 N 42 N 24
(6.291)
Secara umum, dapat dituliskan :
C1C F1 A1C (6.292)

A 1R F A 2 1C (6.293)

C 1R F3 A1C (6.294)
Dengan :

275
N 21 N 44 N 41 N 24
F1 (6.295)
N 22 N 44 N 42 N 24
N 21 N 12 N 44 N 14 N 42 N 41 N 14 N 22 N12 N 24 N 11 N 42 N 24 N 22 N 44
F2 (6.296
N 13 N 22 N 44 N 42 N 24
)
N 41 N 22 N 42 N 21
F3 (6.297)
N 22 N 44 N 42 N 24

Dengan demikian, fluks adjoint neutron termal pada zona teras adalah :

2C r A1C 1C C r F11C C r

(6.298)

Sedangkan fluks adjoint neutron cepat pada zona teras adalah :

A kD 2 a,2C

r r C F 11 C Cr
1C 2C 2 a,2C
1C C 1C C
(6.299)

D D2C
2C f , 2 C 2 C
Demikian juga, fluks adjoint neutron termal untuk zona reflektor menjadi :

A1C F2 D1R 2 2 b
r

2R
s ,12, R

R R 1R R r 1R R
2 R R b
2 R R r (6.300)

Dan fluks adjoint neutron cepat pada zona reflektor adalah :

276
1R R b
F2 1R R r r
b 2 R R

1R r A1C
2R R
(6.301)

F r 1R R b r
3 1R R b 2 R R
2R R
BAB VII. REAKTOR HETEROGEN

Pembahasan yang telah ditulis dari Bab III hingga Bab VI mengasumsikan
bahwa keseluruhan material penyusun reaktor, yang terdiri dari material bahan bakar,
moderator atau pendingin merupakan campuran yang bersifat homogen. Reaktor
semacam ini disebut sebagai reaktor homogen.
Dalam kenyataannya, pada sebagian besar desain reaktor nuklir, bahan bakar
dan moderator atau pendingin tidak berupa campuran. Pada desain LWR, bahan bakar
disusun sebagai batang bahan bakar yang terdiri dari pelet bahan bakar keramik
(UO2) yang dimasukkan dalam tabung (kelongsong) logam (zirkon alloy). Batang-
batang bahan bakar selanjutnya disusun menjadi perangkat bahan bakar. Moderator
sekaligus pendingin (H2O) mengalir di sela-sela batang bahan bakar pada perangkat
bahan bakar.
Pada desain LMFBR bahan bakar disusun sebagai batang bahan bakar yang
terdiri dari pelet bahan bakar keramik (UO2) yang dimasukkan dalam tabung
(kelongsong) logam (stainless steel). Batang-batang bahan bakar selanjutnya disusun
menjadi perangkat bahan bakar. Pendingin (natrium cair) mengalir di sela-sela batang
bahan bakar pada perangkat bahan bakar.
Reaktor nuklir dengan desain di mana bahan bakar dan pendingin atau
moderator dipisahkan disebut sebagai reaktor heterogen. Sebagaian besar dari desain
reaktor nuklir (baik reaktor daya maupun reaktor riset) yang ada di dunia merupakan
reaktor heterogen.

VII.1. Pengaruh heterogenitas terhadap kekritisan reaktor, tunjauan umum


Pada reaktor homogen, nuklida bahan bakar dan nuklida moderator tercampur
secara homogen. Hal ini memberikan konsekuensi sebagai berikut :
- Nuklida bahan bakar dan nuklida moderator yang menempati posisi ruang lokal
(local spatial position) yang sama dalam reaktor akan mendapatkan fluks netron
yang sama.

277
- Sifat-sifat neutronik medium penyusun reaktor dapat diperhitungkan sebagai sifat-
sifat neutronik rerata dari nuklida-nuklida bahan bakar dan moderator dengan
menggunakan konsep pererataan campuran homogen.
Sementarai itu, pada reaktor heterogen, nuklida bahan bakar dan nuklida
moderator tidak tercampur menjadi homogen. Hal ini memberikan konsekuensi
sebagai berikut :
- Nuklida bahan bakar dan nuklida moderator yang menempati posisi ruang lokal
(local spatial position) yang sama dalam reaktor belum tentu mendapatkan fluks
netron yang sama.
- Sifat-sifat neutronik medium penyusun reaktor tidak dapat diperhitungkan sebagai
sifat-sifat neutronik rerata dari nuklida-nuklida bahan bakar dan moderator dengan
menggunakan konsep pererataan campuran homogen.
Konsekuensi pertama dari desain reaktor heterogen dapat dijelaskan
berdasarkan perbedaan sifat-sifat neutronik dari bahan bakar dan moderator. Untuk
neutron cepat, bahan bakar bertindak sebagai sumber neutron cepat. Hal ini karena
neutron cepat dihasilkan oleh bahan bakar melalui reaksi fisi. Neutron cepat
selanjutnya bergerak (mengalami proses transfer) ke moderator. Proses transfer
neutron cepat dari bahan bakar ke moderator memberikan konsekuensi bahwa fluks
neutron cepat dalam bahan bakar cenderung lebih tinggi daripada fluks neutron cepat
dalam moderator.
Kemampuan bahan bakar untuk memoderasi neutron jauh lebih kecil
dibandingkan kemampuan moderator untuk memoderasi neutron. Hal ini karena
bahan bakar didominasi oleh nuklida-nuklida dengan nomor massa tinggi (nuklida-
nuklida uranium, plutonium, torium serta dalam jumlah kecil nuklida-nuklida
aktinium atau nuklida-nuklida transuranium). Sedangkan moderator didominasi oleh
nuklida-nuklida dengan nomor massa rendah.
Hal ini berarti neutron dalam bahan bakar tertahan untuk tetap sebagai neutron
termal sedangkan neutron pada moderator termoderasi lebih mudah untuk menjadi
neutron termal. Oleh karena itu, fluks neutron termal dalam moderator cenderung
lebih tinggi daripada fluks neutron termal dalam bahan bakar. Dengan demikian,
neutron termal akan mengalami proses transfer dari moderator ke bahan bakar
(kebalikan dari proses transfer neutron cepat, yaitu dari bahan bakar ke moderator).
Perbedaan fluks neutron (baik neutron cepat maupun neutron termal) dalam
bahan bakar dan moderator akan mempengaruhi parameter-parameter reaktor yang
berkaitan dengan kritikalitas reaktor. Untuk mendapatkan ilustrasi berkaitan dengan
hubungan antara heterogenitas dengan kritikalitas reaktor, akan ditinjau kritikalitas
dari reaktor heterogen satu daerah (single region). Reaktor semacam ini terdiri dari
zona teras dengan bahan bakar dan moderator yang tersusun secara heterogen dan
tidak dilengkapi dengan zona blanket dan zona reflektor.
Persamaan kritikalitas reaktor satu daerah (single region) telah disusun pada
Bab V, yaitu persamaan (5.133) yang dapat ditulis ulang sebagai berikut :

278
exp B 2 T
k p f
1 B 2 L2T (5.133)

Heterogenitas reaktor akan mempengaruhi nilai tampang lintang makroskopik


darin bahan bakar dan moderator, yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai efektif
dari koefisien difusi neutron serta umur Fermi neutron termal. Hal ini selanjutnya
akan mempengaruhi nilai dari parameter-parameter , , p , f , T dan L2T .
Dengan adalanya pengaruh heterogenitas terhadap parameter-parameter tersebut,
maka heterogenitas akan berpengaruh terhadap nilai k, yaitu kekritisan reaktor.
Pada analisis reaktor heterogen, didefinisikan pengertian sel (cell) bahan
bakar. Sel bahan bakar adalah susunan satuan terkecil yang identik yang menyusun
teras reaktor. Sel bahan bakar terdiri dari zona bahan bakar dan zona moderator (serta
zona lainnya seperti struktur). Teras reaktor terdiri dari banyak sel bahan bakar yang
identik.
VII.1.1. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai faktor penggunaan termal (f)
Nilai dari faktor penggunaan termal (f) untuk reaktor homogen telah
dirumuskan pada Bab 5, yaitu pada persamaan (5.88) yang dapat dituliskan ulang
sebagai berikut :
a ,T , F
f homogen (7.1)
a ,T , F a ,T , M a ,T ,C a ,T , S a ,T , P

Untuk lebih menyederhanakan, diasumsikan bahwa bahan bakar dan pendingin


adalah identik dan kehadiran struktur serta material penyerap neutron lainnya
diabaikan. Dalam hal ini, persamaan (7.1), yaitu nilai faktor penggunaan termal (f)
untuk reaktor homogen dapat disederhanakan menjadi :

a ,T , F
f homogen (7.2)
a ,T , F a ,T , M

Dalam hal ini indeks T menyatakan neutron termal, indeks F menyatakan bahan
bakar dan indeks M menyatakan moderator atau pendingin.
Pada reaktor heterogen, persamaan (7.2) perlu dimodifikasi untuk
mempertimbangkan perbedaan nilai fluks neutron termal pada bahan bakar dan
moderator sehingga menjadi :

f heterogen
V a ,T , F T , F dVF
(7.3)
F


VF
a ,T , F T , F dV F VM
a ,T , M T , M dV M

Dalam hal ini VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan


bakar dan volume moderator dalam sel bahan bakar sedangkan T , F dan T , M

279
masing-masing menyatakan fluks neutron termal dalam zona bahan bakar dan fluks
neutron termal dalam zona moderator.
Jika nilai tampang lintang makroskopis serapan neutron dianggap seragam
dalam masing-masing (yaitu zona bahan bakar dan zona moderator), maka persamaan
(7.3) dapat ditulis menjadi :
a ,T , F T , F dV F
V
f heterogen F
(7.4)
a ,T , F T , F dV F a ,T , M T , M dVM
VF VM

dapat didefinisikan fluks neutron termal rerata dalam zona bahan bakar (disimbolkan
sebagai T , F ) dan fluks neutron termal rerata dalam zona moderator (disimbolkan
sebagai T , M ), masing-masing sebagai berikut :
1
T , F
VF VF
T , F dV F (7.5)
1
T , M
VM VM
T , M dVM (7.6)

Dengan mensubstitusikan persamaan (7.5) dan persamaan (7.6) ke persamaan


(7.4), maka nilai faktor penggunaan termal (f) untuk reaktor heterogen dapat ditulis
menjadi :
a ,T , F V F T , F
f heterogen (7.7)
a ,T , F V F T , F a ,T , M V M T , M
Atau :
a ,T , F V F
f heterogen
T , M (7.8)
a ,T , F V F a ,T , M V M
T , F

Selanjutnya, didefinisikan faktor ketidakuntungan termal (thermal disadvantage


factor, disimbolkan sebagai ) sebagai berikut :

T , M
(7.9)
T , F

Dengan demikian, nilai faktor penggunaan termal (f) untuk reaktor heterogen
dapat ditulis sebagai berikut :
a ,T , F V F
f heterogen (7.10)
a ,T , F V F a ,T , M VM

280
Pada reaktor homogen, maka T , M T , F sehingga 1 . Karena bahan
bakar dan moderator tercampur, maka pada reaktor homogen V F VM V . Dengan
demikian, nilai faktor penggunaan termal untuk reaktor homogen ( f homogen ) dapat
menjadi :
a ,T , F
f homogen (7.11)
a ,T , F a ,T , M

Pada reaktor heterogen, maka T , M T , F sehingga 1 . Dengan demikian,


nilai faktor penggunaan termal untuk reaktor heterogen ( f heterogen , yang dihitung
dengan persamaan 7.9) nilainya selalu lebih kecil daripada nilai faktor penggunaan
termal untuk reaktor homogen ( f homogen , yang dihitung dengan persamaan 7.11).
Sehingga :
f heterogen f homogen (7.12)

VII.1.2. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai peluang lolos serapan resonansi (p)
Peluang lolos serapan resonansi untuk reaktor homogen telah dirumuskan
pada persamaan (4.92) yang dapat dituliskan kembali sebagai berikut :

1 E0 N A aA E N M aM E dE
p homogen exp (7.13)
E N A aA E rA E N A pA N M sM E
th

Atau sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (4.99) yang dapat ditulis
kembali menjadi :
N A I homogen
p homogen exp (7.14)
p

Di mana I homogen adalah integral resonansi (resonance integral) untuk reaktor


homogen yang telah dirumuskan pada persamaan (4.97) dan dapat ditulis kembali
sebagai berikut :


aA E
E0
dE
I homogen NA E
(7.15)
Eth 1

aA E rA E
p

Dalam hal ini indeks A menyatakan absorber (bahan bakar) sedangkan indeks M
menyatakan moderator. Untuk reaktor heterogen, persamaan (7.15) perlu dimodifikasi
menjadi :

281


E0 V N E E V N E E dE
pheterogen exp F A aA F M M aM M
Eth VF N A aA E rA E F E E
(7.16)


V N E V
F F A pA F M M M sM M N E
Dalam hal ini VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan bakar dan
volume moderator dalam sel bahan bakar sedangkan F E dan M E masing-
masing menyatakan fluks neutron rerata dalam zona bahan bakar dan fluks neutron
rerata dalam zona moderator masing-masing untuk energi neutron E.
Didefisikan besaran p sebagai berikut :

F V F N A pA F E M VM N M sM M E
p (7.17)
VF F E VM M E

Dengan mensubstitusikan persamaan (7.17) ke persamaan (7.16), maka diperoleh :

E0 V F N A aA E F E V M N M aM E M E dE
p heterogen exp
E V F N A aA E rA E F E p V F F E V M M E E
(7
th
.18)

Selanjutnya, didefinisikan faktor ketidakuntungan (disadvantage factor) pada


energi E, disimbolkan sebagai E ) sebagai berikut :

M E
E (7.19)
F E

Persamaan (7.18) selanjutnya dapat ditulis menjadi :

282
VM N M
E0
aA E
E aM E
NA VF N A dE
p heterogen exp V (7.20)
p Eth 1 M E A aA E rA E E
N
VF p

Dalam hal ini pheterogen adalah peluang lolos serapan resonansi untuk reaktor
heterogen. Didefinisikan besaran integral resonansi (resonance integral) untuk
reaktor heterogen (disimbolkan sebagai I heterogen ) sebagai berikut :

VM N M
E0
aA E
E aM E
VF N A dE
I heterogen E (7.21)
V
Eth 1 M E
NA

aA E rA E

VF p

Selanjutnya, jika serapan neutron oleh moderator selama perlambatan diabaikan,


maka persamaan (7.18) dapat ditulis menjadi :


aA E
E0
dE
I heterogen VM NA (7.22)
Eth
1 E aA E rA E E
VF p

Dengan mensubstitusikan persamaan (7.22) ke persamaan (7.20), maka peluang lolos


serapan resonansi untuk reaktor heterogen dapat dirumuskan sebagai :

N A I heterogen
p heterogen exp (7.21)
p

Serapan resonansi yang terjadi pada bahan bakar pada reaktor heterogen
menyebabkan T , M ( E ) T , F ( E ) sehingga ( E ) 1 . Hal ini akan semakin besar (
( E ) 1 ) jika energi E bertepatan dengan energi puncak resonansi.
Dengan membandingkan persamaan (7.21) dengan persamaan (7.15), maka
dengan nilai ( E ) 1 , nilai integral resonansi reaktor heterogen lebih kecil daripada
nilai integral resonansi reaktor homogen. Hal ini berarti nilai peluang lolos serapan
resonansi pada reaktor heterogen lebih besar daripada peluang lolos serapan resonansi
reaktor homogen.

283
Secara fisika, dengan adanya pemisahan antara bahan bakar dan moderator,
maka neutron lebih banyak mengalami proses perlambatan dalam moderator yang
memiliki tampang lintang serapan resonansi sangat kecil. Dengan kata lain,
pemisahan bahan bakar dan moderator membypass neutron dari perlambatan dalam
bahan bakar. Karena bypass tersebut, peluang neutron untuk mengalami
perlambatan sehingga menjadi neutron termal menjadi bertambah besar. Dengan kata
lain, peluang lolos serapan resonansi meningkat.

VII.1.3. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai


Nilai dari parameter untuk reaktor homogen telah dirumuskan pada
persamaan (5.80) yang dapat ditulis ulang sebagai :

j T, j f ,T , j
homogen

fissile
(7.22)
j a ,T , j j a ,T , j j a ,T , j
fissile fertile MA

Untuk reaktor heterogen, nilai dapat dihitung sebagai :



j T , j f ,T , j fissile VF T , F
heterogen

j a ,T , j
V F T , F j a ,T , j
fissile

V F T , F fertile
j a ,T , j
MA
V F T , F
(

7.23)

Dalam hal ini VF menyatakan volume bahan bakar dalam sel bahan bakar
sedangkan T , F masing-masing menyatakan fluks neutron termal rerata dalam zona
bahan bakar.
Karena semua material bahan bakar (material fisil, material fertil dan
aktinida minor) semuanya berada dalam zona bahan bakar, maka persamaan (7.22)
dapat ditulis menjadi :
j T, j f ,T , j V F T , F
heterogen
fissile




j a ,T , j
fissile j a ,T , j
fertile
j a ,T , j MA
V
F T ,F
(7.24)

Atau :
j T, j f ,T , j
heterogen

fissile
(7.25)
j a ,T , j j a ,T , j j a ,T , j
fissile fertile MA

Dengan membandingkan persamaan (7.25) dengan persamaan (7.22), maka :

heterogen homogen (7.26)

284
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa heterogenitas reaktor tidak berpengaruh
terhadap nilai .

VII.1.4. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai faktor fisi cepat ( )


Nilai faktor fisi cepat ( ) untuk reaktor homogen telah dirumuskan pada
persamaan (5.82) yang dapat ditulis ulang menjadi :
uth

u u u du
f ,F
(7.27)
homogen 1 0

T f ,T , F T

Pada reaktor heterogen, nilai faktor fisi cepat ( ) dapat dirumuskan sebagai berikut :
u th

V F u f , F u F u du
(7.28)
heterogen 1 0

T f ,T , F VF T , F
Dalam hal ini VF menyatakan volume bahan bakar dalam sel bahan bakar, T , F
masing-masing menyatakan fluks neutron termal rerata dalam zona bahan bakar
sedangkan F u menyatakan fluks neutron rerata spasial dengan letargi u.
Karena semua reaksi fisi terjadi dalam zona bahan bakar, maka persamaan
(7.28) dapat ditulis menjadi :
uth

u u u du
f ,F F
(7.29)
heterogen 1 0

T f ,T , F T , F

Dengan membandingkan persamaan (7.29) dan persamaan (7.27) secara sepintas,


terlihat bahwa heterogen homogen . Akan tetapi hal ini tidak demikian. Nilai integrasi
u th

yaitu u u u du
0
f ,F F pada reaktor heterogen tidak sama dengan nilai

integrasi tersebut pada reaktor homogen. Dengan kenyataan bahwa neutron lebih
banyak mengalami perlambatan pada zona moderator, serta adanya depresi fluks
neutron dalam bahan bakar ( T , F ( E ) T , M ( E ) atau ( E ) 1 ), maka sebenarnya :

uth
u th


u f , F u F u du u f ,F u F u du (7.30)

0 heterogen 0 homogen

285
Sehingga heterogen homogen . Dengan demikian heterogenitas reaktor akan
menurunkan nilai faktor fisi cepat.

VII.1.5. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai koefisien difusi neutron termal ( DT )


Koefisien difusi neutron termal ( DT ) untuk reaktor homogen dirumuskan
berdasarkan persamaan (3.88), yang selanjutnya dapat ditulis sebagai

1
DT , homogen
3 T ,T T s ,T
(7.31)

Dalam hal ini T ,T adalah tampang lintang makroskopik serapan total rerata pada
rentang energi termal, s ,T adalah tampang lintang makroskopik hamburan rerata
pada rentang energi termal sedangkan T adalah cosinus sudut hamburan rerata
neutron termal.
Untuk reaktor heterogen, koefisien difusi efektif dapat dihitung sebagai
berikut :
1
DT ,heterogen
V F F T ,T , F T , F s ,T , F VM M T ,T , M T , M s ,T , M (7.32)
3

V F F VM M

Dalam hal ini VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan bakar dan
volume moderator dalam sel bahan bakar sedangkan F dan M masing-masing
menyatakan fluks neutron rerata dalam zona bahan bakar dan fluks neutron rerata
dalam zona moderator. Indeks F menyatakan bahan bakar sedangkan indeks M
menyatakan moderator. Persamaan (7.32) dapat ditulis sebagai :
1
DT , heterogen


3 T ,T , F T , F s ,T , F VM T ,T , M T , M s ,T , M (7.33)
V VF V
1 M 1 M
VF VF

Dalam hal ini adalah faktor ketidakuntungan termal (thermal disadvantage


factor) sebagaimana dirumuskan pada persamaan (7.9).
Untuk reaktor homogen, maka maka T , M T , F sehingga 1 . Karena
bahan bakar dan moderator tercampur, maka pada reaktor homogen VF VM V .
Dengan demikian, nilai koefisien difusi neutron termal reaktor homogen dapat
menjadi :
1
DT ,homogen
3 T ,T , F T , s ,T , F T ,T , M T , s ,T , M
(7.34)

286
Pada reaktor heterogen, maka T , M T , F sehingga 1 . Sehingga dengan
membandingkan antara persamaan (7.33) dan persaman (7.34) maka pengaruh bahan
bakar terhadap koefisien difusi neutron termal semakin berkurang untuk reaktor
heterogen. Dengan kata lain heterogenitas mengurangi pengaruh sifat bahan bakar
terhadap koefisien difusi neutron termal.

VII.1.6. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai umur Fermi perlambatan termal ( T )


Umur Fermi perlambatan termal ( T ) untuk reaktor homogen telah
dirumuskan pada persamaan (5.125) yang dapat ditulis ulang menjadi :

D u du
uth

T ,homogen u
uE T
(7.35)

Untuk reaktor heterogen, umur Fermi perlambatan termal dapat ditulis sebagai
berikut :
uth
DF u VF F u DM u VM M u
T ,heterogen du
uE
T , F u F V F F u V M M u T , M u M V
F F u V
M M u

(7.36)

Dalam hal ini, indeks F menyatakan bahan bakar sedangkan indeks M menyatakan
moderator. Besaran VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan bakar
dan volume moderator dalam sel bahan bakar sedangkan F u dan M u masing-
masing menyatakan fluks neutron rerata dalam zona bahan bakar dan fluks neutron
rerata dalam zona moderator masing-masing untuk letargi neutron u.
Didefinisikan faktor ketidakuntungan (disadvantage factor) pada letargi u,
disimbolkan sebagai u ) sebagai berikut :
u
u M (7.37)
F u

Maka persamaan (7.36) dapat ditulis sebagai :

DF u
uth
DM u VM du
T ,heterogen u
uE
T , F u F T , M u M V F 1 VM u (7.38)
VF
Untuk reaktor homogen, maka maka T , M T , F sehingga 1 . Karena bahan
bakar dan moderator tercampur, maka pada reaktor homogen V F VM V . Dengan
demikian, nilai umur Fermi perlambatan termal reaktor homogen dapat didekati
dengan :

287
DF u
u th
DM u
T ,homogen du (7.39)
u E
T , F u F T , M u M

Pada reaktor heterogen, maka T , M T , F sehingga 1 . Sehingga dengan


membandingkan antara persamaan (7.38) dan persaman (7.39) maka pengaruh bahan
bakar terhadap umur Fermi perlambatan termal semakin berkurang untuk reaktor
heterogen. Dengan kata lain heterogenitas mengurangi pengaruh sifat bahan bakar
terhadap umur Fermi perlambatan termal.

VII.1.7. Pengaruh heterogenitas terhadap tampang lintang serapan makroskopis


termal ( a ,T )
Tampang lintang serapan makroskopis reaktor heterogen dapat dirumuskan
sebagai :
V F F a ,T , F VM M a ,T , M
a ,T , heterogen (7.40)
V F F VM M

Dalam hal ini VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan bakar dan
volume moderator dalam sel bahan bakar sedangkan F dan M masing-masing
menyatakan fluks neutron rerata dalam zona bahan bakar dan fluks neutron rerata
dalam zona moderator.
Persamaan (7.40) dapat ditulis menjadi :

1 VM
a ,T ,heterogen a ,T , F a ,T , M
V VF (7.41)
1 M
VF

Dalam hal ini adalah faktor ketidakuntungan termal (thermal disadvantage


factor) sebagaimana dirumuskan pada persamaan (7.9).
Untuk reaktor homogen, maka maka T , M T , F sehingga 1 . Dengan
demikian, nilai koefisien difusi neutron termal reaktor homogen dapat didekati
dengan :
a ,T , homogeen a ,T , F a ,T , M (7.42)

Pada reaktor heterogen, maka T , M T , F sehingga 1 . Sehingga dengan


membandingkan antara persamaan (7.41) dan persaman (7.42) maka pengaruh bahan
bakar terhadap nilai tampang lintang serapan makroskopis neutron termal semakin
berkurang untuk reaktor heterogen. Dengan kata lain heterogenitas mengurangi
pengaruh sifat bahan bakar terhadap tampang lintang serapan makroskopis neutron
termal.

288
VII.1.7. Pengaruh heterogenitas terhadap nilai L2T
Nilai parameter L2T untuk reaktor homogen telah dirumuskan pada persamaan
(5.113) yang dapat ditulis ulang menjadi :

DT , homogen
L2T , homogen (7.43)
a ,T , homogen

Nilai dari DT , homogen dirumuskan pada persamaan (7.31).


Untuk reaktor heterogen, nilai dari L2T dapat dirumuskan sebagai berikut :

DT , heterogen
L2T , heterogen (7.44)
a ,T , heterogen

Nilai dari DT ,heterogen dirumuskan pada persamaan (7.33) sedangkan nilai dari
a ,T , heterogen dirumuskan pada persamaan (7.42).

VII.2. Aplikasi perhitungan kekritisan menggunakan teori difusi neutron


multigroup untuk reaktor heterogen
Pada Bab VI, telah dirumuskan persamaan difusi neutron multigroup yang
ditunjukkan pada persamaan (6.1) yang dapat ditulis ulang sebagai berikut :
G G

D g 2 g r a , g g r s , g h g r s , h g h r
h 1, h 1,

g G
h g h g
(6.1)


k
h f ,h h r S g r 0
h 1

Untuk reaktor heterogen, persamaan difusi multigroup disusun berdasarkan nilai


rerata sel bahan bakar dari fluks neutron dan parameter-parameter nuklir pada suatu
sel bahan bakar. Persamaan difusi neutron multigroup untuk reaktor heterogen dapat
dituliskan sebagai berikut :
G G

D g 2 g r a , g g r s , g h g r s , h g h r
h 1, h 1,

g G
h g h g
(7.45)

h f ,h h r S g r 0
k h 1

Dalam hal ini indeks g dan indeks h adalah nomor kelompok energi atau lethargy

neutron dan r menyatakan sebagai variabel posisi. Bilangan G menyatakan jumlah
kelompok energi atau letargy neutron. Besaran Dg , a, g , f , g , g ,

289
s , g h , s ,h g masing-masing menyatakan koefisien difusi neutron,
tampang lintang serapan makroskopis, tampang lintang fisi makroskopis dan fluks
neutron rerata, masing-masing untuk kelompok g. Besaran-besaran ini dihitung
sebagai nilai rerata sel bahan bakar. Besaran vh menyatakan jumlah neutron yang
dihasilkan pada reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron pada kelompok h. Besaran
g fraksi dari neutron hasil keseluruhan reaksi fisi yang masuk pada kelompok g,
yang lebih dikenal sebagai spektrun neutron fisi.
Besaran S g menyatakan sumber neutron non fisi yang memancarkan
neutron pada kelompok g. Besaran S g juga dihitung sebagai nilai rerata sel bahan
bakar. Besaran k adalah eigen value yang menyatakan kritikalitas medium reaktor.
Besaran g merupakan fluks neutron yang dihitung sebagai nilai rerata sel bahan
bakar.

VII.2.1. Pererataan sel (cell averaged)


Pada perhitungan reaktor heterogen dengan menggunakan teori difusi
multigroup, fluks neutron dan besaran-besaran parameter nuklir dihitung nilainya
sebagai nilai rerata sel bahan bakar. Untuk lebih menyederhakan, sel bahan bakar
dianggap hanya terdiri dari dua zona, yaitu zona bahan bakar (fuel zone, yang ditandai
dengan indeks F) dan zona moderator (moderator zone, yang ditandai dengan indeks
M). Pendingin diasumsikan menyatu dengan moderator. Kehadiran material struktur
diabaikan atau dianggap menyatu dengan salah satu zona, yaitu zona bahan bakar
atau zona moderator.
Dengan pendekatan ini, fluks neutron rerata sel (cell averaged neutron flux)
pada group g (yaitu g ) dihitung sebagai berikut :

VF g , F VM g ,M
g (7.46)
VF VM

Dalam hal ini, VF dan VM masing-masing menyatakan volume bahan bakar dan
volume moderator dalam sel bahan bakar, sedangkan g , F dan g , M masing-
masing menyatakan fluks neutron group g pada zona bahan bakar dan zona
moderator.
Selanjutnya, tampang lintang makroskopik rerata sel dapat dihitung sebagai
berikut :
V F g , F a , g , F VM g , M a , g , M
a,g
V F g , F VM g , M
(7.47)

290
V F g , F s , g , F VM g , M s , g , M
s, g
V F g , F VM g , M
(7.48)
VF g , F s , g h, F VM g , M s , g h,M
s , g h
V F g , F VM g , M
(7.49)

VF h , F s ,h g , F VM h ,M s ,h g ,M
s ,h g
VF h, F VM h ,M
(7.50)

Karena reaksi fisi hanya terjadi pada zona bahan bakar, maka tampang lintang
makroskopik rerata sel untuk group g untuk reaksi fisi dihitung sebagai berikut :

VF g , F f , g , F
f ,g (7.51)
V F g , F VM g , M
Sedangkan kuat sumber neutron non fisi rerata sel untuk group g dapat dihitung
sebagai :
V F S g , F VM S g , M
Sg (7.52)
V F VM

Dalam hal ini, S g , F dan S g , M masing-masing menyatakan kuat sumber neutron non
fisi group g pada zona bahan bakar dan zona moderator.
Koefisien difusi rerata sel dapat dihitung sebagai berikut :

VF g , F D g , F VM g ,M D g , M
Dg (7.53)
VF g , F VM g ,M

VII.2.2. Parameter neutronik pada zona bahan bakar dan zona moderator
Untuk memperoleh nilai parameter rerata sel untuk group g, diperlukan
perhitungan parameter-parameter neutronik pada zona bahan bakar dan zona
moderator untuk group g. Parameter-parameter tersebut terdiri dari g , F , g , M ,

291
a , g , F , a , g , M , s , g , F , s , g , M , s , g h , F , s , g h , M , f , g , F
, Dg , F dan D g , M .
Fluks neutron kelompok g pada zona bahan bakar dan zona moderator
dihitung dengan integrasi fluks neutron pada rentang energi group g dan sekaligus
intrgrasi spatial fluks neutron terhadap volume zona bahan bakar atau zona moderator
sebagai berikut :
E g 1

g , F r , E dEdV F (7.54)
V F
Eg
E g 1

g ,M r , E dEdV
VM
Eg
M (7.55)

Persamaan (7.54) dan persamaan (7.55) dapat didekati dengan :


E g 1

g ,F E dE
Eg
F (7.56)
E g 1

g ,M E dE
Eg
M (7.57)

Secara teoritis, nilai dari F E dan M E dinyatakan sebagai :



F E r , E dV F (7.58)
VF

M E VM
r , E dV M (7.59)

Dalam hal ini F E dan M E measing-masing adalah fluks neutron pembobot


(weighting neutron flux) pada bahan bakar dan moderator.
Dengan demikian, tampang lintang serapan makroskopis dan tampang lintang
hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g pada zona bahan bakar dan
zona moderator masing-masing adalah :
E g 1
1
a,g ,F
g ,F E E dE
Eg
a,F F (7.60)
E g 1
1
a, g ,M E M E dE (7.61)
g ,M
a,M
Eg

292
E g 1
1
s,g ,F
g ,F Eg
E E dE
s,F F (7.62)
E g 1
1
s, g ,M
g ,M E E dE
Eg
s ,M M (7.63)

Reaksi fisi hanya terjadi pada bahan bakar, tampang lintang makroskopis reaksi fisi
pada zona bahan bakar untuk kelompok g dihitung sebagai :
E g 1
1
f , g ,F
g ,F E E dE
Eg
f ,F F (7.64)

Selanjutnya, tampang lintang hamburan antar group pada zona bahan bakar dan zona
moderator dihitung sebagai :

Eh 1 E g 1
1
s , g h , F
g ,F E E ' E dEdE '
Eh Eg
s,F F (7.65)

E h 1 E g 1
1
s , g h , M
g ,M E E ' E dEdE '
Eh Eg
s,M M (7.66)

E h 1 E g 1
1
s ,h g , F
h, F E E ' E dEdE '
Eh Eg
s,F F (7.67)

E h 1 E g 1
1
s ,h g ,M
h,F E E ' E dEdE '
Eh Eg
s,M M (7.68)

Karena reaksi fisi hanya terjadi pada zona bahan bakar dan tidak terpengaruh efek
pemisahan bahan bakar dan moderator, maka spektrum neutron fisi kelompok g
dihitung sebagaimana telaf dirumuskan pada persamaan (6.17) yaitu :
E g 1

g E dE
Eg
(6.17)

Demikian juga jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang
diinduksi oleh neutron pada kelompok h dihitung sebagai telah dirumuskan pada
persamaan (6.18) yaitu :

293
Eh 1

E E E dE
Eh
f ,F F

h Eh 1 (6.18)
E E dE
Eh
f ,F F

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g pada zona bahan bakar dan zona moderator
dihitung sebagai berikut :
E g 1
1
D F E F E dE
g , F Eg
Dg ,F (7.69)
E g 1
1
Dg ,M
g ,M D E E dE
Eg
M M (7.70)

VII.2.3. Estimasi Weighting neutron flux


Dalam perhitungan parameter nuklir kelompok g secara praktis, nilai F E
dan M E tidak dihitung dengan persamaan (7.59) dan persamaan (7.58) tetapi
diperoleh berdasarkan suatu estimasi.

VII.2.3.a. Estimasi weighting neutron flux pada rentang energy termal


Pada energi termal, dapat digunakan spektrum neutron Maxwellian
sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (4.192) baik untuk zona bahan bakar
maupun zona moderator yang dapat ditulis ulang sebagai berikut :

2 n 2
1/ 2
E
F E E exp (7.71)
kT n,F
3/ 2
m kTn , F

2 n 2
1/ 2
E
M E E exp (7.72)
kT n,M
3/ 2
m kTn , M

Dalam hal ini, Tn , F dan Tn , M adalah suhu neutron termal pada zona bahan
bakar dan zona moderator. Selanjutnya, nilai g , F dan g , M masing-masing dapat
dihitung sebagai :
1 / 2 E g 1
2 n 2
E dE
kTn,F 3 / 2 m Eg
g ,F E exp kT (7.73)
n,F
1 / 2 E g 1
2 n 2 E
g ,M E exp dE (7.74)
kT n,M
3/ 2
m Eg kTn , M

294
Dalam hal ini Tn adalah suhu kesetimbangan termal dari neutron.
Tampang lintang serapan makroskopis untuk kelompok g pada rentang energi
termal pada zona bahan bakar dan zona moderator dapat dihitung sebagai :

E g 1
E
E exp a , F E dE
Eg kTn , F
a, g ,F E g 1 (7.75)
E
E E exp kTn, F dE
g
E g 1
E
E exp
kT a , M E dE
Eg n,M
a, g ,M E g 1 (7.76)

E dE
E exp kT
Eg n,M

Dengan cara yang sama, tampang lintang tampang lintang hamburan


makroskopis keseluruhan untuk kelompok g yang termasuk dalam rentang energi
termal pada zona bahan bakar dan zona moderator masing-masing dapat dihitung
dengan :
E g 1
E
E E exp kTn, F s ,F E dE

s , g , F g E g 1 (7.77)
E
E E exp kTn, F dE
g
E g 1
E
E exp s , M E dE
Eg kTn , M
s , g ,M E g 1 (7.78)

E dE
E exp kT
Eg n,M

Tampang lintang makroskopis reaksi fisi pada zona bahan bakar untuk kelompok g
yang termasuk dalam rentang energi termal dapat dihitung sebagai :

E g 1
E
E exp f , F E dE
Eg kTn, F
f , g ,F E g 1 (7.79)
E
E E exp kTn,F dE
g

295
Selanjutnya, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi termal pada
zona bahan bakar dan zona moderator dapat dihitung sebagai :

Eh 1 E g 1
E
E exp
kT s , F E E ' dEdE '
Eh Eg n,F
s , g h, F E g 1 (7.80)

E dE
E exp kT
Eg n,F

Eh 1 E g 1
E
E exp s , M E E ' dEdE '
Eh Eg kTn , M
s , g h , M E g 1 (7.81)
E
E E exp kTn,M dE
g
Dan :
Eh 1 E g 1
E
E exp s , F E ' E dEdE '
Eh Eg kTn , F
s ,h g , F E g 1 (7.80)
E
E E exp kTn,F dE
g
Eh 1 E g 1
E
E exp
kT s , M E ' E dEdE '
Eh Eg n , M
s ,h g , M E g 1 (7.81)

E dE
E exp kT
Eg n,M

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron termal dihitung
sebagai :

Eh 1
E
E exp

E f , F E dE
E kTn , F
h h E (7.89)
h 1
E
E E exp kTn, F f ,F E dE
h

296
Selanjutnya koefisien difusi kelompok g pada yang termasuk dalam rentang energi
termal pada zona bahan bakar dan zona moderator masing-masing dapat dihitung
dihitung sebagai :

E g 1
E
E exp
kT D F E dE
Eg n, F
Dg ,F E g 1 (7.90)

E dE
E exp kT
Eg n, F
E g 1
E
E exp DM E dE
Eg kTn , M
D g ,M E g 1 (7.90)
E
E E exp kTn,M dE
g

VII.2.3.b. Estimasi weighting neutron flux pada rentang energy perlambatan


Rentang energi perlambatan adalah ET E 1 MeV . Fenomena yang
dominan pada rentang energi ini adalah perlambatan neutron. Dengan pendekatan
reaktor takhingga dengan bahan bakar encer, maka dapat digunakan spektrum
perlambatan neutron asimptotik medium takhingga tanpa serapan neutron
sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan (6.31), yang dapat ditulis ulang
sebagai :
S '''
F E M E (7.91)
sm E

Dalam hal ini, sm adalah tampang lintang hamburan potensial makroskopik


moderator. Fluks neutron kelompok g pada rentang energi perlambatan dihitung
dengan :
E g 1 E g 1 E g 1
S ''' S ''' dE
g , F g , M E dE dE (7.92)
Eg Eg
sm E sm E g E

Dengan menggunakan variabel lethargy (u), persamaan (7.92) dapat ditulis menjadi :

S ''' u g u g 1
u g 1
S '''
g ,F g ,M
sm du
ug
sm
(7.93)

Didefinisikan u g u g u g 1 , sehingga persamaan (7.93) dapat ditulis menjadi :

297
S ''' u g
g ,F g ,M (7.94)
sm

Selanjutnya, tampang lintang serapan makroskopis untuk kelompok g pada


rentang energi perlambatan pada zona bahan bakar dan zona moderator masing-
masing dapat dihitung sebagai :
u g 1
1
a, g ,F
u g u, T du
ug
a F (7.95)
u g 1
1
a, g ,M
u g u, T du
ug
a M (7.96)

Dalam hal ini TF dan TM masing-masing adalah suhu medium bahan bakar dan
suhu medium moderator.
Dengan cara yang sama, tampang tampang lintang hamburan makroskopis
keseluruhan untuk kelompok g yang termasuk dalam rentang energi perlambatan
pada medium bahan bakar dan moderator masing-masing dapat dihitung dengan :
u g 1
1
s, g ,F
u g u, T du
ug
s F (7.97)
u g 1
1
s, g ,M
u g u, T du
ug
s M (7.98)

Sedangkan tampang lintang fisi makroskopis kelompok g yang termasuk pada


rentang energi perlambatan pada zona bahan bakar dapat dihitung sebagai :
u g 1
1
f ,g ,F
u g u, T du
ug
f F (7.99)

Sementara itu, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi
perlambatan pada zona bahan bakar dan zona moderator dapat dihitung sebagai :

u h 1 u g 1
1
s , g h , F
u g u u ' , T dudu'
uh ug
s,F F (7.100)

298
u h 1 u g 1
1
s , g h, M
u g u u ' , T dudu '
uh ug
s ,M M (7.101)

Dan :
u g 1 u h 1
1
s ,h g , F
u g u ' u, T du ' du
ug uh
s,F F (7.102)
u g 1 u h 1
1
s ,h g , M
u g u ' u, T du ' du
ug uh
s,M M (7.103)

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron perlambatan dihitung
sebagai :
u h 1

u u, T du
uh
f ,F F

h u h 1 (7.104)
u, T du
uh
f ,F F

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g yang termasuk dalam rentang energi


perlambatan pada zona bahan bakar dan zona moderator masing-masing dapat
dihitung sebagai :
u g 1
1
D F u , TF du
u g ug
Dg ,F (7.106)
u g 1
1
Dg ,M
u g D u, T du
ug
M M (7.107)

VII.2.3.c. Estimasi weighting neutron flux pada rentang energy neutron hasil fisi
Rentang energi neutron hasi reaksi fisi adalah E 1 MeV . Hal ini karena
neutron dilahirkan dari reaksi fisi pada rentang energi E 1 MeV . Dalam rentang
energi ini, digunakan pendekatan sebagaimana telah dirumuskan pada persamaan
(6.44). Persamaan tersebut untuk zona bahan bakar dan zona moderator dapat ditulis
ulang menjadi :

F E M E E (7.108)

Di mana E adalah spektrum neutron serempak yang dihasilkan dari reaksi fisi.
Fluks neutron kelompok g pada rentang energi perlambatan pada zona bahan bakar
dan zona moderator masing-masing dapat dihitung dengan :

299
E g 1

g ,F g ,M E dE
Eg
(6.109)

Tampang lintang serapan makroskopis, tampang lintang fisi makroskopis dan


tampang lintang hamburan makroskopis keseluruhan untuk kelompok g yang
termasuk dalam rentang energi neutron hasil fisi untuk zona bahan bakar dan zona
masing-masing adalah :
E g 1

E E dEdE
Eg
a,F

a, g ,F E g 1 (7.108)
E dE
Eg
E g 1

a,M E E dEdE
Eg
a, g ,M E g 1 (7.109)

Eg
E dE
E g 1

E E dEdE
Eg
f ,F

f ,g ,F E g 1 (7.110)

Eg
E dE
E g 1

E E dEdE
Eg
s,F

s, g ,F E g 1 (7.111)
E dE
Eg
E g 1

E E dEdE
Eg
s ,M

s , g ,M E g 1 (7.112)

Eg
E dE

Sementara itu, tampang lintang hamburan antar group pada rentang energi neutron
hasil fisi dihitung untuk zona bahan bakar dan zona mederator masing-masing dapat
dihitung sebagai :

300
E h 1 E g 1

Eh
E E ' E dEdE '
Eg
s,F

s , g h , F E g 1 (7.113)
E dE
Eg
E h 1 E g 1

E E ' E dEdE '


Eh Eg
s,M

s , g h,M E g 1 (7.114)
E dE
Eg

Dan :
E g 1 Eh 1

E ' E E ' dE ' dE


Eg Eh
s,F

s ,h g , F E g 1 (7.115)
E dE
Eg
E g 1 E h 1

E ' E E ' dE ' dE


Eg Eh
s,M

s ,h g , M E g 1 (7.116)
E dE
Eg

Jumlah neutron yang neutron yang dihasilkan reaksi fisi yang diinduksi oleh neutron
pada kelompok h yang termasuk dalam rentang energi neutron hasil fisi dihitung
sebagai :
E h 1

E E E dE
Eh
f ,F

h E h 1 (7.117)
E E dE
Eh
f ,F

Selanjutnya koefisien difusi kelompok g yang termasuk dalam rentang energi neutron
hasil fisi pada zona bahan bakar dan zona moderator masing-masing dapat dihitung
sebagai :

301
E g 1

E D E dE
Eg
F

Dg ,F E g 1 (7.118)
E dE
Eg
E g 1

E D E dE
Eg
M

Dg ,M E g 1 (7.119)
E dE
Eg

VII.2.4. Perhitungan tampang lintang sebelum perhitungan rerata group untuk


medium yang terdiri dari campuran berbagai nuklida
Medium bahan bakar dan medium moderator seringkali merupakan campuran
dari berbagai jenis nuklida. Untuk itu, tampang lintang serapan makroskopis pada
zona bahan bakar dan zona moderator sebelum perhitungan rerata group masing-
masing dapat dihitung sebagai berikut :

L
a , F E N l , F a ,l E (7.120)
l 1
J
a , M E N l , M a ,l E (7.121)
l 1

Dalam hal ini indeks F dan M masing-masing menyatakan medium bahan-bakar dan
medium moderator, indeks l menyatakan jenis nuklida dan L menyatakan jumlah
nuklida. Besaran N l , F dan N l , M menyatakan densitas nuklida l pada zona bahan
bakar dan zona moderator sedangkan a,l E menyatakan tampang lintang serapan
nuklida l pada energi E.
Dengan cara yang sama, tampang lintang makroskopis reaksi fisi, hamburan
dan hamburan transfer energi sebelum dilakukan perhitungan rerata group masing-
masing dapat dihitung sebagai :
L
s , F E N l , F s ,l E (7.122)
l 1
J
s , M E N l , M s ,l E (7.123)
l 1
J
f , F E N l , F f ,l E (7.124)
l 1

302
J
s , F E E ' N l , F s ,l E E ' (7.125)
l 1
J
s , M E E ' N l , M s ,l E E ' (7.126)
l 1

J
s , F E ' E N l , F s ,l E ' E (7.127)
l 1
J
s , M E ' E N l , M s ,l E ' E (7.128)
l 1

VII.3. Perhitungan sel (cell calculation)


Perhitungan yang diperlukan untuk memperoleh nilai parameter-parameter
nuklir pada zona bahan bakar dan zona moderator hingga nilai parameter-parameter
rerata sel secara keseluruhan disebut sebagai perhitungan sel (cell calculation).
Perhitungan sel dilakukan untuk pertama kali mendapatkan nilai fluks neutron
kelompok g pada zona bahan bakar dan zona moderator. Nilai ini dipergunakan untuk
menghitung nilai fluks neutron kelompok g rerata pada zona bahan bakar dan zona
moderator, yaitu g , F dan g , M .
Selanjutnya, dilakukan perhitungan nilai parameter-parameter neutronik
kelompok g pada zona bahan bakar dan zona moderator yaitu a, g ,F , a, g ,M ,
s , g , F , s , g , M , s , g h , F , s , g h , M , f , g , F , Dg , F dan D g , M
dengan menggunakan persamaan (7.60) hingga persamaan (7.70), atau untuk lebih
detail menggunakan persamaan (7.71) hingga persamaan (7.119). Nilai parameter-
parameter neutronik pada zona bahan bakar dan zona moderator kemudian
dipergunakan untuk melakukan Nilai parameter-parameter neutronik rerata sel seperti
g , a, g , f , g , s , g h , s ,h g , Dg dan Sg dengan menggunakan
persamaan (7.46) hingga persamaan (7.52).
Nilai dari parameter-parameter neutronik rerata sel selanjutnya digunakan
untuk menyelesaikan persamaan persamaan difusi neutron multigroup (persamaan
7.45) untuk menghitung nilai kekritisan (k) dan distribusi fluks neutron tiap kelompok
pada teras reaktor.

VII.3.1. Metode perhitungan sel (cell calculation method)


Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan
sel (cell calculation). Tujuan pertama dari perhitungan sel adalah memperoleh nilai
dari fluks neutron pada zona bahan bakar dan zona moderator, yaitu g , F dan g , M .
Dengan nilai fluks neutron ini, dapat dilakukan perhitungan parameter-parameter

303
nuklir rerata kelompok g yang selanjutnya dipergunakan untuk menyelesaikan
persamaan difusi neutron keseluruhan dalam reaktor (persamaan (7.45)).
Metode perhitungan sel yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah metode
yang didasarkan pada penyelesaian persamaan Boltzmann Transport dalam bentuk
intergral fluks neutron total untuk proses transport neutron antara zona bahan bakar
dan zona moderator. Sebelumnya, harus terlebih dahulu dilakukan pembagian group
netron berdasarkan energi, dengan pembagian yang sama antara group energi pada
zona bahan bakar dan zona moderator. Selanjutnya, nilai tampang lintang
makroskopis serta parameter neutronik lainnya pada zona bahan bakar dan zona
moderator untuk group g dihitung dengan menggunakan persamaan (7.120) hingga
persamaan (7.128) dan dilanjutkan dengan menggunakan persamaan (7.71) hingga
persamaan (7.119).
Persamaan persamaan Boltzmann Transport dalam bentuk intergral fluks
neutron total telah dirumuskan pada Bab III, yaitu pada persamaan (3.46).
Selanjutnya, dilakukan pembagian group energi neutron. Digunakan indeks g yang
berkaitan dengan energi E dan indeks h yang berkaitan dengan energi E ' . Dengan
notasi multigroup, persamaan (3.47) untuk kondisi steady state dan tanpa sumber
neutron selain reaksi fisi dapat ditulis menjadi :

G ' '
r r
r s ,h g h r '
1 h1 ' '
g r G exp g,T r dr dV
40 r r' g ' ' r
(7.129)


h f,h r h r
k h1
Dalam hal ini G adalah jumlah kelompok energi neutron dan k adalah eigen value.
Persamaan (7.129) dapat ditulis menjadi :

304
G ' g ' '

r
k

s,hg h f ,h r h r

1 h1
r
g r dV (7.130)
4 r r '
'
r
0
exp
r' dr'
r g,T

Selanjutnya didefinisikan besaran kuat sumber neutron total yang berasal dari group
h dan memberi kontribusi neutron pada group g (disimbolkan sebagai S h g ) sebagai
berikut :
g


S h g r ' s ,h g r '
k

h f ,h r ' h r ' (7.131)


Pada persamaan (7.129), persamaan (7.130) dan persamaan (7.131), variabel r
'
menyatakan posisi dalam reaktor yang ditinjau, variabel r menyatakan posisi
sumber neutor total. Maka persamaan (7.130) dapat ditulis menjadi :


r r'


r'' dr'' dV
G
1 '
g r h g r g ,T
S r exp

(7.132)
4 r r '
0
h 1
Sebuah sel bahan bakar dapat dibagi menjadi banyak elemen volume di
mana tiap-tiap elemen volume diasumsikan memiliki sifat neutronik seragam dan
nilai fluks neutron yang juga seragam. Zona bahan bakar dan zona moderator masing-
masing dapat dibagi menjadi beberapa elemen volume.
Selanjutnya, digunakan indeks i untuk menyatakan elemen volume yang
pada posisi yang ditinjau dan indeks j untuk menyatakan elemen volume lainnya yang
memberikan kontribusi fluks neutron terhadap elemen volume yang ditinjau (elemen
volume i). Persamaan (7.132) selanjutnya dapat ditulis sebagai :

G

J S h g , j V j Ki , j
g ,i h 1
2
exp g ,T , k s k (7.133)
j 1 Ki , j
k 1
4 s k


k 1

305
Dalam hal ini J menyatakan jumlah dari elemen volume yang memberikan kontribusi
terhadap fluks neutron pada elemen volume i pada group g (yaitu g ,i ), variabel
V j menyatakan volume dari elemen volume j. Indeks k menyatakan elemen
volume yang terletak segaris antara elemen pusat massa volume i dan pusat massa
elemen volume j. Besaran K i , j merupakan jumlah dari elemen volume yang terletak
segaris antara pusat massa elemen volume i dan pusat massa elemen volume j.
Besaran g ,T , k menyatakan tampang lintang removal total pada elemen volume k
sedangkan besaran sk adalah panjang lintasan yang berupa garis lurus pada elemen
volume k yang sejajar dengan garis lurus dari pusat massa elemen volume i ke pusat
massa elemen volume j.
Dengan menggunakan persamaan (7.133), dapat dihitung fluks neutron pada
kelompok energi g yang berada pada elemen volume i. Selanjutnya, fluks neutron
pada kelompok energi g yang terdapat pada zona bahan bakar dan zona moderator
(yaitu g , F dan g , M ) dapat dihitung sebagai berikut :

JF
1
g ,F
VF

i 1
g ,i Vi (7.134)
JM
1
g ,M
VM

i 1
g ,i Vi (7.135)

Dalam hal ini, Vi adalah volume dari elemen volume ke i. Besaran J F


menyatakan jumlah elemen volume yang terdapat dalam zona bahan bakar dan J M
menyatakan jumlah elemen volume yang terdapat dalam zomn moderator. Besaran
VF dan VM masing-masing menyatakan volume zona bahan bakar dan volume
zona moderator yang terdapat dalam sel bahan bakar. Nilai dari besaran VF dan
VM masing-masing dapat dihitung sebagai berikut :
JF
V F Vi (7.136)
i 1
JM
VM Vi (7.137)
i 1

Setelah nilai dari g , F dan g , M dihitung, maka nilai parameter-parameter


nuklir lainnya untuk zona bahan bakar dan zona moderator serta nilai parameter-
parameter rerata sel bahan bakar group g dapat dihitung dengan cara sebagaimana
telah dijelaskan pada bagian awal dari Sub Bab VII.3. ini. Nilai dari parameter-
parameter neutronik rerata sel group g selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan
persamaan difusi neutron keseluruhan dalam reaktor (persamaan (7.45)).

306
Perbandingan fluks neutron group g pada zona moderator terhadap fluks
neutron group g pada zona bahan bakar ( g ) dapat dihitung sebagai :

g ,M
g (7.138)
g ,F

VII.4. Penyelesaian persamaan difusi neutron multigroup pada reaktor


heterogen
Selanjutnya, akan dibahas penyelesaian persamaan difusi neutron multigroup
pada reaktor heterogen (yaitu persamaan 7.45). Dengan menghilangkan suku sumber
neutron non fisi, persamaan (7.45) dapat ditulis menjadi :
G G

D g 2 g r a , g g r s , g h g r s , h g h r
h 1, h 1,

g G
h g h g
(7.139)


k
h f ,h h r 0
h 1

Atau dapat ditulis menjadi :


G
G g G
Dg 2 g r a,g s,g h g r s,hg h r h f ,h h r 0 (7.140)
hh1g, h 1, k h 1
h g

Tentu saja untuk bisa diselesaikan, variabel-variabel yang terkait dengan ukuran
geometri reaktor (misalnya tinggi dan diameter) harus terlebih dahulu ditentukan.
Demikian juga ukuran geometri sel bahan bakar seperti diameter zona bahan bakar,
jarak antar pusat volume zona bahan bakar juga telah terlebih dahulu ditentukan.
Selanjutnya medium (yaitu komposisi nuklida) pada zona bahan bakar dan
zoma moderator juga harus terlebih dahilu ditentukan. Dan selanjutnya, ditentukan
pula data-data sifat neutronik dari nuklida-nuklida yang terlibat. Medium bahan bakar
dan moderator tidak harus identik pada semua posisi dalam teras reaktor.
Sebelum persamaan (7.140) diselesaikan, perhitungan sel harus telah dilakukan
sebelumnya untuk semua posisi dalam reaktor. Dengan demikian, parameter-
parameter neutronik rerata sel seperti a, g , f , g , s , g h , s , h g , Dg

dan S g yang diperlukan untuk menyelesaikan persamaan (7.140) telah ditentukan


untuk semua posisi dalam reaktor.
Penyelesaian persamaan difusi neutron multigroup pada reaktor heterogen
(yaitu persamaan 7.140) biasanya harus dilakukan secara numerik. Berbagai metode
numerik dapat digunakan seperti metode beda hingga (finite difference method),
metode elemen hingga (finite element method), metode elemen volume (volume
element methos) atau metode nodal (nodal method). Pada semua metoda ini,

307
selalu dilakukan diskritisasi dari domain geometri ruang reaktor menjadi sejumlah
titik-titik mesh. Tulisan ini tidak bermaksud menjelaskan secara detail dari masing-
masing metode tersebut melainkan hanya memberikan gambaran secara umum.

VII.4.1. Penyelesaian persamaan difusi multigroup untuk memperoleh nilai k dan


distribusi fluks neutron rerata sel
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan tebakan nilai eigen
value k dan distribusi fluks neutron rerata sel ( g , n ) pada salah satu nilai g (misalnya
g 1 , yaitu 1, n ) pada semua titik mesh. Dalam hal ini n adalah nomor indeks titik
mesh.Nilai tebakan dari eigen value biasanya adalah k 1 .
Selanjutnya dilakukan perhitungan fluks neutron untuk semua titik mesh untuk
nilai g yang lainnya (yaitu 1 g G ). Perhitungan dilakukan beberapa kali.
Didefinisikan bilangan bulat m yang merupakan jumlah langkah pengulangan (iterasi)
perhitungan yang telah dikerjakan. Setiap melakukan langkah iterasi ke m, dihitung
estimasi nilai eigen value sebagai berikut :

1 G N g ,n,m
km
NG
g 1 n 0
(7.141)
g , n , m 1

Dalam hal ini, N menyatakan jumlah titik mesh, g menyatakan indeks kelompok
energy neutron, G menyatakan jumlah kelompok energy neutron, m menyatakan
langkah iterasi terakhir yang telah dikerjakan sedangkan m 1 menyatakan langkah
iterasi satu langkah sebelum iterasi terakhir yang telah dikerjakan. Selanjutnya nilai
k m digunakan nilai k pada persamaan (7.140) untuk melakukan iterasi berikutnya.
Pada setiap langkah iterasi, dilakukan perhitungan terhadap error perhitungan k
(disimbolkan sebagai k ) dan error perhitungan fluks neutron (disimbolkan sebagai
) masing-masing sebagai berikut :
k m k m 1
k (7.142)
km

1 G N g , n , m g , n , m 1

NG

g 1 n 0 g , n , m 1
(7.143)

Iterasi persamaan (7.140) dihentikan ketika nilai dari k dan cukup kecil, kurang
dari nilai batas yang dapat diterima. Hasil langsung dari penyelesaian persamaan
(7.140) secara iterative adalah nilai dari fluks neutron rerata sel untuk semua
kelompok g pada semua titik mesh (yaitu g , n ) serta nilai eigen value k yang tidak
lain adalah nilai kritikalitas reactor.

VII.4.2. Perhitungan fluks neutron pada zona bahan bakar dan zona moderator

308
Seringkali diperlukan perhitungan reaksi nuklir yang terdapat dalam zona bahan
bakar (misalnya reaksi fisi dan serapan neutron pada zona bahan bakar) atau dalam
zona moderator (misalnya reaksi serapan dan hamburan neutron pada zona
moderator). Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan terhadap fluks neutron pada zona
bahan bakar dan zona moderator untuk semua kelompok g pada semua titik mesh
(yaitu g , n , F dan g , n , M ). Untuk keperluan perhitungan tersebut, persamaan (7.46)
dapat ditulis menjadi :
V
1 M g ,n,M
VF g ,n, F
g ,n g ,n ,F (7.144)
VM
1
VF

Dan :
g ,n, F VM

g ,n ,M VF
g ,n g ,n , M (7.145)
V
1 M
VF

Berdasarkan definisi dari g yang dirumuskan pada persamaan (7.138), maka


persamaan (7.144) dan persamaan (7.145) dapat ditulis menjadi :

VM
1 g ,n
VF
g ,n g , n, F (7.146)
V
1 M
VF
Dan :
1 VM

g ,n VF
g ,n g ,n, M (7.147)
V
1 M
VF
Dalam hal ini :
g ,n , M
g ,n (7.148)
g ,n , F

Dengan demikian, fluks neutron pada zona bahan bakar dan zona moderator
untuk semua kelompok g pada semua titik mesh (yaitu g , n , F dan g , n , M ) dapat
dihitung sebagai :

309
VM
1
VF
g ,n, F g ,n (7.149)
VM
1 g ,n
VF
Dan :
VM
1
VF
g ,n , M g ,n (7.150)
1 V
M
g ,n V F

VII.4.3. Perhitungan fluks adjoint


Fluks adjoint rerata sel pada reactor heterogen pada kelompok g (disimbolkan
sebagai g ) dapat dihitung dengan menyelesaikan persamaan difusi adjoint

multigroup. Persamaan difusi adjoint multigroup dapat disusun dengan menukarkan


indeks g dan h pada suku-suku hamburan yang terdapat pada persamaan difusi
multigroup (persamaan 7.139). Dengan demikian, persamaan difusi adjoint multigoup
adalah sebagai berikut :
G G
D g 2 g r a , g g r s , h g h r s , g h g r
h 1, h 1,

g G
h g h g
(7.151)

h f , h h r 0
k h 1

Atau:

G
G
g G
D r s,h g h r a, g s, g h g r h f ,h h r 0 (7.152)
g
2
g
h 1, h 1, k h1
h g h g

Nilai dari parameter-parameter neutronik rerata sel seperti a, g , f , g ,


s , g h , s ,h g , Dg dan Sg yang diperlukan untuk menyelesaikan
persamaan difusi adjoint (persamaan 7.152)) pada suatu reactor adalah sama dengan
nilai dari parameter-parameter neutronik tersebut pada penyelesaian persamaan difusi
neutron (persamaan (7.140)) untuk reactor yang sama. Nilai dari eigen value k pada
persamaan (7.152) bagi suatu reactor tidak lain adalah sama dengan nilai dari eigen
value k (kritikalitas) hasil perthitungan iterative dari persamaan (7.140) untuk reactor
yang sama. Selanjutnya fluks adjoint multigroup diperoleh dengan menyelesaikan
persamaan (7.152) secara iterative.

310
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan tebakan nilai
distribusi fluks adjoint rerata sel ( g , n ) pada salah satu nilai g (misalnya g 1 ,

yaitu 1, n ) pada semua titik mesh. Dalam hal ini n adalah nomor indeks titik mesh.

Selanjutnya dilakukan perhitungan fluks adjoint untuk semua titik mesh untuk
nilai g yang lainnya (yaitu 1 g G ). Perhitungan dilakukan beberapa kali.
Didefinisikan bilangan bulat m yang merupakan jumlah langkah pengulangan (iterasi)
perhitungan yang telah dikerjakan. Pada setiap langkah iterasi, dilakukan perhitungan
terhadap error perhitungan fluks adjoint (disimbolkan sebagai ) sebagai berikut :

1 G N g, n , m g, n ,m 1

NG

g 1 n 0 g,n , m 1
(7.153)

Iterasi persamaan (7.152) dihentikan ketika nilai dari cukup kecil, yaitu kurang

dari nilai batas yang dapat diterima. Hasil langsung dari penyelesaian persamaan
(7.152) secara iterative adalah nilai dari fluks adjoint rerata sel untuk semua
kelompok g pada semua titik mesh (yaitu g , n ).

311

Anda mungkin juga menyukai