Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

MOH. RIFANDI ARIFIN


201301129
MOH. HIDAYAT
201301128

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2017
KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas berkah dan inayah-Nya penulisan makalah ini dapat dirampungkan. Sholawat
dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena
perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT.
Dalam penulisan makalah Manajemen Bencana dalam mata kuliah
Manajemen Bencana, diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat mendorong
dan membantu para mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang
Manajemen Bencana. Adapun bagi para pembaca selain kalangan kampus,
makalah ini berguna terutama untuk menyelami dengan memperluas wawasan
tentang Manajemen Bencana.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah bekerja sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Mudah mudahan Allah SWT membalas amal baik tersebut dan merupakan
amal jariyah hendaknya, Amin.

Palu, 25 Februari 2017

Penulis

2
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Paradigma Manajemen Bencana 3
B. Landasan Hukum Bencana 3
C. Tinjauan umum Tentang Bencana 4
D. Peran Perawat dalam Penaggulangan Bencana 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu
sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk
meminimalisir terjadinya korban akibat bencana diperlukan kesadaran dan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kesadaran dan kesiapan
menghadapi bencana ini idealnya sudah dimiliki oleh masyarakat melalui
kearifan lokal daerah setempat, karena mengingat wilayah Indonesia
merupakan daerah yang mempuyai risiko terhadap bencana.
Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis,
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai risiko terhadap bencana.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia dan Benua
Australia serta lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Terdapat 130
gunung merapi aktif dan terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang
30% di antaranya melewati kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya
banjir, banjir bandang dan tanah longsor pada musim hujan (Depkes RI,
2007).
Menurut Bakornas Penanggulangan Bencana (2008), risiko bencana
adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya
(hazards).
Ancaman bahaya khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian
dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi
baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan
(vulnerability) daerah dapat dikurang dengan melakukan mitigasi (tindakan
preventif), serta kemampuan/ ketahanan dalam menghadapi ancaman (disaster
resilience) tersebut semakin meningkat sehingga dapat meminimalisir dampak
akibat bencana.
Semakin tinggi ancaman bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan,
maka semakin besar pula risiko bencana yang dihadapi. Berdasarkan potensi
ancaman bencana dan tingkat kerentanan yang ada, maka dapat diperkirakan
risiko bencana yang akan terjadi di wilayah Indonesia tergolong tinggi.

1
Dengan dengan pemerintah diharapkan dapat melakukan penanggulangan
bencana (Bakornas Penanggulangan Bencana, 2008).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui paradigma manajemen bencana
2. Untuk mengetahui landasan hukum bencana
3. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang bencana
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanggulangan bencana

C. Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan tentang Manajemen Bencana. .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma Manajemen Bencana


Ada 4 poin paradigma manajemen bencana antara lain :
1. Bantuan darurat
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa :
Pangan
Sandang
Tempat tinggal sementara
Kesehatan, sanitasi dan air bersih
2. Penjinakan (Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan
oleh bencana.

2
Ada 2 bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai
dll.)
Mitigasi non struktural (peraturan, tataruang, pelatihan)
3. Rekonstruksi (Reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan
fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Tanggap darurat (Emergency Response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupam
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
B. Landasan Hukum Bencana
UU Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana
yang terdiri dari beberapa pasal :
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 1-9
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 10 ayat 1
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 13 butir b
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 14 ayat 1-2
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 19 ayat 1 butir a
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 23 ayat 2
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 32 ayat 1 butir b
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 33 ayat 1 butir a
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 34 butir a
UU No 24 Tahun 2007 Pasal 35 butir a
C. Tinjauan Umum Tentang Bencana
a. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti
sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau
penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang
disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006).
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan

3
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang
dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun
korban manusia (Kamadhis UGM, 2007).
b. Jenis-jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara
lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror (UU RI, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
penyebabnya yaitu bencana geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial
seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya

Jenis penyebab bencana alam Beberapa contoh kejadian


Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, longsor/gerakan tanah, amblesan
atau abrasi

Bencana alam klimatologis Banjir, banjir bandang, angin puting


beliung kekeringan, hutan (bukan oleh
manusia)

Bencana alam ekstra-terestrial Impact atau hantaman atau benda dari

4
angkasa luar

Sumber : Khamadis UGM, 2007

c. Karakteristik Bencana

Secara geologis wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan 3


lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng
Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan
dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi
pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu
titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi
sehingga lepas berupa gempa bumi. Konsekuensinya, secara geologis
wilayah Indonesia merupakan supermarket bencana.. Pernyataan tersebut
tidak berlebihan jika kita inventarisasi peristiwa bencana alam yang terjadi
di Indonesia. Data dari UN-ISDR yang dirilis detikcom pada Rabu, 10
Agustud 2011 memaparkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang
paling rawan terhadap bencana di dunia. Indonesia memiliki berbagai jenis
bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah
longsor, kekeringan dan kebakaran hutan. Indonesia berada dalam posisi
puncak dunia dari ancaman tsunami. Sebanyak 5.402.239 orang bisa kena
dampaknya. Paparan tersebut menempatkan posisi Indonesia dalam posisi
resiko bencana sebagai berikut:
1. Untuk bencana tsunami, Indonesia adalah rangking pertama dari 265
negara dengan jumlah 5.402.239 orang yang akan terkena dampaknya.
2. Untuk bencana tanah longsor, Indonesia rangking pertama dari 162
negara dengan 197.372 orang terkena dampaknya.
3. Untuk bencana gempa bumi, Indonesia adalah rangking ketiga dari 153
negara dengan 11.056.806 orang terkena dampaknya.
4. Untuk bencana banjir, Indonesia rangking keenam dari 162 negara
dengan 1.101.507 orang terkena dampaknya.

Secara keseluruhan karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi


oleh posisi geologis, posisi astronomis, dan perilaku manusianya yang

5
menghasilkan berbagai bencana. Bakornas menginventarisir karakteristik
bencana di Indonesia, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/pasang, gempa bumi,
letusan gunung api, kegagalan teknologi, dan wabah penyakit.
1. Banjir
Banjir merupakan kondisi dimana permukaan air melebihi kondisi
normal yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh hujan
lebat, pasang air laut, kegagalan bangunan air buatan manusia, maupun
disebabkan oleh peristiwa runtuhnya bendungan alam. Banjir
mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik
milik perorangan maupun umum yang dapat mengganggu dan
melumpuhkan aktivitas sosial ekonomi penduduk. Salah satu jenis
banjir yang dianggap menakutkan adalah banjir bandang yang
mempunyai cirri berlangsung dengan cepat dan mendadak, sehingga
banyak menimbulkan korban jiwa karena manusia tidak mempunyai
kesempatan menyelamatkan diri.
2. Tanah longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan
pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab tanah longsoran
dibedakan menjadi penyebab yang berupa faktor pengontrol gangguan
kestabilan lereng dan proses pemicu longsoran. Tanah longsor
meyebabkan kerugian harta dan benda, terutama pada pemukiman
yang dibangun pada daerah berlereng terjal.
3. Kekeringan
Kekeringan merupakan meristiwa dimana ketersediaan air jauh
dibawah kebutuhan untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lingkungan. Kekeringan terjadi secara alamiah maupun
karena kesalahan manusia dalam merencanakan pembangunan.
Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta
hewan baik secara langsung maupun tidak. Kekeringan juga dapat

6
berdampak sosial karena dapat meyebabkan konflik antar petani, antar
daerah, bahkan antar kelompok masyarakat yang lebih luas.
4. Kebakaran hutan dan lahan
Kebakaran hutan dan lahan adalah perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang
menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang
kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat penggunaan api yang
tidak terkendali maupun factor alam yang dapat mengakibatkan
terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Kebakaran hutan dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan ekologis, hilangnya kekayaan
alam, penyebab longsor, penurunan kualitas kesehatan masyarakat,
turunnya pendapatan masyarakat, dan hilangnya aset Negara.
5. Angin badai
Angin badai merupakan pusaran angin kencang dengan kecepatan
angin 120 km/jam atau lebih yang terjadi di wilayah tropis di antara
garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat
dekat dengan khatulistiwa. Penyebab angin badai adalah perbedaan
tekanan dalam suatu system cuaca. Angin paling kencang yang terjadi
di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer
di sekitar daerah system tekanan rendah yang ekstrem. Angin badai
disebut juga taifun, siklon dan hurricane. Angin badai merusak apapun
yang ditemui, baik bangunan, tanaman, tiang listrik, kapal-kapal di
laut, dan menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit.
6. Gelombang pasang
Gelombang pasang adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara bumi dengan planet-planet lain, terutama dengan
bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4
jam dengan 24 jam. Gelobang pasang juga disebabkan oleh gempa di
dasar laut dan badai yang sifatnya mendadak. Gelombang pasang dapat
diperkirakan karena periodenya relative rutin, tetapi gelombang pasang
yang berupa tsunami bisanya terjadi dengan tiba-tiba. Gelombang
pasang merusak bangunan di sepanjang pesisir, fasilitas umum, dan
secara pasti mengikis areal pertambakan dan persawahan. Pada kota-
kota tertentu, dampak gelombang pasang diperparah dengan penurunan

7
permukaan tanah yang menyebabkan suatu kota mengalami banjir
permanen.
7. Gempa bumi
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas gunung api, dan runtuhan
batuan. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan pelepasan energi
yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi
secara tiba-tiba. Dari semua penyebab gempa bumi, pergeseran antar
lempeng menghasilkan gempa yang relative keras. Gempa bumi dapat
merusak bangunan pemukiman, jembatan, gedung-gedung dan
menyebabkan korban jiwa.
8. Letusan gunung api
Gunungapi adalah bentuk timbunan kerucut di permukaan bumi
yang dibangun oleh timbunan rempah latusan, atau tempat munculnya
batu lelehan (magma) yang berasal dari dalam bumi. Letusan
gunungapi disebabkan oleh pencairan magma dari dalam bumi yang
berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari
pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi, dan akumulasi
tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan
energi. Bahaya primer dari peristiwa letusan gunung api adalah awan
panas, lontaran material pijar, hujan abu, lava, gas beracun, tsunami.
Bila suatu gunung meletus akan terjadi penumpukan material dalam
berbagai ukuran di sekitar puncak dan lereng. Pada saat musim hujan
tiba, maka tumpukan material tersebut akan terbawa air dalam volume
besar yang disebut lahar dingin, dan tidak kalah bahayanya dengan
bahaya primer.
9. Pemanasan Global/Global Warming
Pemanasan global adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-rata
atmosfer bumi, laut dan daratan bumi. Temperature rata-rata bumi
secara global meningkat 0.74 0.18 C selama seratus tahun terakhir.
Pemanasan Global Warming disebabkan oleh efek rumah kaca, efek
timbal balik, variasi matahari.
10. Hantaman/impac meteor

8
Meteor adalah suatu benda yang sangat besar yang berada di ruang
angkasa, jika menghantam bumi akan mengakibatkan kerusakan yang
sangat besar.
11. Badai matahari
Badai matahari adalah kejadian / event dimana aktivitas Matahari
berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Badai matahari ini
berkaitan langsung dengan peristiwa solar flare dan CME. Kedua hal
itulah yang menyebabkan terjadinya badai matahari.
12. Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dan pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka.
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada
masyarakat yang sangat luas meliputi:
Jumlah pesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat
menyerang masyarakat dalam Jumlah yang sangat besar, bahkan
sangat dimungkinkan wabah akan menyerang lintas negara bahkan
lintas benua.
Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil
dikendalikan, maka jumlah kematian juga akan meningkat secara
tajam, khususnya wabah penyakit menular yang masih relatif baru
seperti Flu Burung dan SARS.
d. Siklus bencana
Setiap bencana umumnya memiliki pola dalam perkembangannya.
Pola ini sering terjadi berulang di alam. Pola yang teridentifiksi ini
dinamakan Disaster Cycle atau Disaster Life Cycle. Dalam disaster cycle
terangkum strruktur terorganisir untuk perencanaan, tanggapan, dan
penelitian mengenai konsep kejadian bencana. Siklus bencana itu sendiri
bisa berbeda-beda bergantung pada peneliti, tetapi pada dasarnya terdapat
tiga fase yang umum pada setiap siklus. Tiga tahap tersebut yaitu
preimpact, transimpact, dan postimpact atau disebut pula
kesiapsiagaan , tanggap darurat, and pemulihan bencana (Koenig :
2010).

9
Tahapan setiap siklus bencana

Pra Bencana
1. Pencegahan dan Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya pencegahan yang dilakukan
bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi
risiko yang ditimbulkan oleh bencana, baik melalui pembangunan fisik

10
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (UU No 24/2007). Tindakan mitigasi dilihat dari
sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu mitigasi pasif dan
mitigasi aktif. Menurut (PBNPB No 4/2008):

Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi


yang bersifat non-struktural, berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan,
dan yang bersifat struktural berupa bangunan dan prasarana.

2. Kesiapsiagaan
Menurut UU RI No.24 Tahun 2007, kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.Kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah:

Saat Bencana
Tanggap Bencana
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.

11
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi (PBNPB No 4/2008):

Paska Bencana
Pemulihan/Recovery:
Dalam penanggulangan Pasca bencana, terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan antara lain :
Rehabilitasi dan Rekonstrusi
Pembangunan sarana dan prasarana dasar (jalan, listrik, air bersih,
dll);
Pembangunan sarana sosial masyarakat (masjid, gereja, pura, balai
adat, dll);
Membantu masyarakat memperbaiki rumah;
Pemulihan kegiatan bisnis dan ekonomi.
Pemulihan (recovery) adalah proses pemulihan kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan
prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Rehabilitasi (rehabilitation) adalah upaya yang diambil setelah
kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumah,
fasilitas umum dan fasilitas sosial serta, dan menghidupkan kembali roda
perekonomian.
Rekonstruksi (reconstruction) adalah program jangka menengah dan
yang jangka panjang meliputi perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih
baik dari sebelumnya.

12
Langkah pengelolaan bencana pada setiap siklus bencana!
Pengelolaan bencana terbagi ke dalam tiga tahap umum yaitu,
tahap pencegahan, tahap respon bencana, dan tahap rehabilitasi.
a) Tahap pencegahan :
Early detection (deteksi dini) adalah upaya penyusunan rencana
tanggap darurat bencana
Mitigasi yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan
bangunan fisik maupun non fisik struktural melalui perundang-
undangan dan pelatihan
Early warning (peringatan dini) adalah upaya untuk memberikan
tanda peringatan bahwa kemungkinan bencana akan segera terjadi,
yang menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate),
tegas tidak membingungkan (coherent), dan resmi (official)
Evacuation (Evakuasi)memindahkan korban ke lingkungan yang
lebih aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis
lebih lanjut
b) Tahap respon bencana :
Rapid assesment and rapid respons adalah upaya yang dilakukan
segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak
yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta
benda, evakuasi dan pengungsian
Triage adalah proses khusus memilih korban berdasarkan beratnya
cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat
darurat medik serta prioritas transportasi
first treatment adalah pertolongan pertama yang diberikan pada
korban bencana, baik dilakukan oleh orang biasa maupun
paramedis.

c) Tahap rehabilitasi :
Pembangunan sarana dan prasarana dasar
Pembangunan sarana sosial masyarakat
Membantu masyarakat memperbaiki rumah
Pemulihan kegiatan bisnis dan ekonomi
Pemulihan psikologis korban yang mengalami trauma

e. Karakteristik Daerah Rawan Bencana

13
Perkiraan kehilangan /kerugian (orang meninggal, luka, kerusakan
harta benda, gangguan aktifitas ekonomi) akibat bencana. Risiko
merupakan hasil dari bahaya dan kerugian, yang dapat dinyatakan dengan
rumus sederhana: R= HxV (E).
Kerentanan (vulnerability): Tingkat atau derajad kehilangan atau
kerugian (dari 0 hingga 100%) yang dihasilkan dari suatu fenomena yang
potensial terjadi kerusakan.
Bencana alam di Indonesia terjadi karena Indonesia memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudra besar dunia
(Samudra Hindia & Pasifik)
2. Posisi Geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
( Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik)
3. Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.
f. Pengurangan Resiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi
risiko-risiko bencana melalu upaya-upaya sistematis untuk menganalisis
dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui
pengurangan keterpaparan terhadap ancaman bahaya, pengurangan
kerentanan penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan
secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa
yang merugikan.
Jadi pada intinya kita bisa melihat bahwa ada empat aktivitas yang
harus dilakukan dalam PRB ini:
1. Identifikasi risiko dan tingkat kerentanan.
Yang perlu diidentifikasi antara lain jenis atau sifat bencana, lokasi,
berapa besar tingkat kekuatannya (intensitas), jangka waktu dari
bencana-bencana sebelumnya untuk bisa melihat tingkat probabilitas
atau frekuensi timbulnya ancaman atau risiko bencana. Keadaan dan
tingkat kerentanan dari masyakarat dan sumber daya lainnya termasuk
infrastruktur juga harus diidentifikasi.
2. Mengkaji risiko dan tingkat kerentanan.
Dalam tahapan ini risiko yang ada harus dianalisa untuk melihat
berapa besar tingkat bahayanya, begitu pula tingkat kerentanannya
harus dianalisa untuk dapat mengetahui kapasitas dari masyarakat dan

14
sumber daya yang tersedia untuk mengurangi risiko atau dampak dari
bencana.
3. Evaluasi.
Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus dievaluasi untuk
menentukan risiko mana yang memerlukan prioritas dan
penanggulangan.
4. Pelaksanaan PRB berdasarkan evaluasi yang dibuat.

D. Peran Perawat dalam Penaggulangan Bencana


Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut
fase dan keadaan yang berlaku saat terjadi bencana seperti yang termaktub
dibawah ini :
a. Fase Pra-bencana :
1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut.
Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan
ambulans.
Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan
posko-posko bencana.

15
Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta
baterainya, dan lainnya.
b. Fase Bencana
Bertindak cepat
Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada para korban selamat.
Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
c. Fase Paska Bencana
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik,
sosial, dan psikologis korban.
Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom
dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat
dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.
Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu
yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam
(Purwadarminta, 2006).
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan
dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian.
Ada 4 poin paradigma manajemen bencana antara lain :
1. Bantuan darurat (Relief)
2. Penjinakan (Mitigarion)
3. Rekonstruksi (Reconstruction)
4. Tanggap darurat (Emergency Response)
B. Saran
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh
perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun
material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah
keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk
dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan
demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat
berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Eko Teguh Paripurno. Model-Model Manajemen Bencana.


http://www.academia.edu

Hamid Awaludin. Landasan Hukum. http://www.jdih.kemenkeu.go.id

Universitas Sumatra Utara. Manajemen Bencana. http://repository.usu.ac.id

Muh. Sholeh. Karakteristik Bencana di Indonesia.


http://muhsholeh.blogspot.co.id

Adit Yasin. Siklus Bencana. http://adityasindu3.blogspot.co.id

Nissa Farah. Bencana Alam


http://icaentertainment.blogspot.co.id

Rina Tnunay. Pengurangan Risiko Bencana.


https://rinatnunay.com

PPNI Kabupaten Pekalongan. Peran Perawat dalam Penanganan


Bencana http://ppnikabpekalongan.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai