Inversio Uteri
Inversio Uteri
INVERSIO UTERI
Oleh:
Preseptor:
PADANG
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.Batasan Masalah
Makalah ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari Inversio Uteri.
2.1 Definisi
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri)
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam
kavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding
endometriumnya sebelah luar. Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan
rahim berbalik, menonjol melalui serviks ke dalam atau ke luar vagina.4
Inversio uteri merupakan kegawatdaruratan pada kala III yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan,
terjadi tiba-tiba dalam kala III persalinan atau segera setelah plasenta keluar .7
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang
berbeda dan bervariasi berkisar antara 1:5000 sampai 1:20.000. Di India
kejadiannya 1 dari 8.573 persalinan, di Inggris 1 dari 27.992 persalinan, di
Amerika 1 dari 23.127 persalinan, di Canada 1 dari 3737 persalinan dan di
Perancis 1 dari 20000 persalinan.5
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan
merupakan kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok
bahkan sampai menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio
uteri dapat terjadi tanpa gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut
menimbulkan keadaan yang serius dan fatal, dimana angka mortalitasnya cukup
tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.4
2.3 Etiopatogenesis
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya
dengan pasti dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium.
Inversio uteri sebagian dapat terjadi spontan dan lebih sering terjadi karena
prosedur tindakan persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat dicegah. 2
Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio uteri non
obstetri dan inversio uteri puerperalis.3
Pada inversio uteri non obstetri biasanya diakibatkan oleh perlengketan
mioma uteri submukosa yang terlahir, polip endometrium dan sarkoma uteri yang
menarik fundus uteri ke arah bawah yang dikombinasikan dengan kontraksi
miometrium yang terus menerus mencoba mengeluarkan mioma seperti benda
asing.7 Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri yang berasal dari
kavum uteri antara lain; 1) Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak, 2)
Dinding uterus yang tipis, 3) Dilatasi dari serviks uteri, 4) Ukuran tumor, 5)
Ketebalan tangkai dari tumor, dan 6) Lokasi tempat perlekatan tumor.
Pada inversio uteri purperalis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik. Bila terjadi spontan,
lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama yang mendapat
MgSO4 IV untuk terapi PEB dan cenderung untuk berulang pada kehamilan
berikutnya. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan abnormalitas uterus atau
kelainan kongenital uterus lain. Keadaan lain yang dapat menyebabkan inversio
uteri yaitu pada grandemultipara, atau pada keadaan atonia uteri, kelemahan otot
kandungan, atau karena tekanan intra abdomen yang meningkat, misalnya ada
batuk, mengejan ataupun dapat pula terjadi karena tali pusat yang pendek. Pada
kasus inversio uteri komplit hampir selalu akibat konsekuensi dari tarikan tali
pusat yang kuat dari plasenta yang berimplantasi di fundus uteri.2,4
Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II ataupun
kala III sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus). Dibuktikan
bahwa lebih banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak terlatih/dukun beranak
dan hampir tidak pernah oleh ahli kebidanan selama prakteknya mendapatkan
kasus inversio uteri. Harer dan Sharkly mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh
teknik penanganan persalinan yang salah.2,4
Gambar 2.1 Penarikan tali pusat berlebihan menyebabkan inversio uteri
2.5 Klasifikasi
1.
Berdasarkan gradasi beratnya :
a. Inversio uteri ringan : jika fundus uteri terputar balik menonjol ke
dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari kavum uteri.
b. Inversio uteri sedang : jika fundus uteri terbalik masuk ke dalam
vagina.
c. Inversio uteri berat : bila semua bagian fundus uteri bahkan terbalik
dan sebagian sudah menonjol keluar vagina atau vulva.
2. Berdasarkan derajat kelainannya:
a. Derajat satu (inversio uteri subtotal/inkomplit): bila fundus uteri belum
melewati kanalis servikalis.
b. Derajat dua (inversio uteri total/komplit): bila fundus uteri sudah
melewati kanalis servikalis.
c. Derajat tiga (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol
keluar dari vulva.
2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri dilakukan palpasi abdomen dan
pemeriksaan dalam.
1 Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis.
2 Pemeriksaan dalam :
Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus
uteri cekung ke dalam.
Bila komplit, fundus uteri tidak dapat diraba, di atas simfisis uterus
teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
2.9 Penatalaksanaan
Sebagai tindakan pencegahan, dalam memimpin persalinan harus selalu
waspada akan kemungkinan terjadinya inversio, misalnya pada partus presipitatus,
plasenta manual, tarikan pada tali pusat, tindakan memijat-mijat pada uterus yang
lembek. Prinsip penatalaksanaan inversio uteri adalah kerja sama tim (obstetri
ginekologi dan anestesi) dalam mengatasi syok akibat perdarahan dan melakukan
tindakan reposisi uterus.
Menurut panduan pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI bekerjasama dengan
POGI dan WHO, algoritma penanganan perdarahan post partum akibat inversio
uteri adalah lakukan reposisi segera (atau bersiaplah untuk merujuk pasien). Bila
tidak berhasil, lakukan laparatomi atau histerektomi.
Sebelum melakukan reposisi inversio uteri, atasi syok akibat pendarahan
dengan memberikan oksigen 8 liter/menit, memasang IV line 2 jalur dengan
resusitasi cairan kristaloid (guyur), crossmatch 4 unit darah serta persiapan
transfusi dan monitor tanda-tanda vital pasien. Jika pasien sangat kesakitan,
berikan petidin (1 mg/kgBB) IM atau IV secara perlahan atau anestesi umum jika
diperlukan. Basuh uterus dengan larutan antiseptik dan tutup dengan kain basah
(dengan NaCl hangat) menjelang operasi.
Reposisi manual inversio uteri :
Pasang sarung tangan DTT
Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali
melalui serviks, dimulai dari bagian fundus. Gunakan tangan lain untuk
membantu menahan uterus dari dinding abdomen. Setelah reposisi
berhasil, tangan dipertahankan sampai uterus terus berkontraksi dan kalau
perlu dipasang tampon ke dalam kavum uteri dan vagina. Tampon dilepas
setelah 24 jam dan sebelumnya sudah diberi uterotonika.
Gambar 2.4 Reposisi manual inversio uteri
Sumber dari : The Obstetrician & Gynaecologist, 2009
2.10 Komplikasi
a. Perdarahan post partum ec atonia uteri
b. Syok hipovolemik
c. Syok neurogenik karena nyeri hebat
d. Endometritis (sepsis)
e. Gangguan miksi
f. Usus inkarserata
2.11 Prognosis
Inversio uteri (jarang) merupakan komplikasi obstetri yang umumnya
terjadi pada kala II persalinan dan mengancam nyawa, sehingga memerlukan
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan segera. Prognosis inversio uteri
dipengaruhi oleh kecepatan waktu penatalaksanaan. Semakin cepat ditangani,
semakin baik prognosisnya.
BAB 3
KESIMPULAN