Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum


Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa
Barat dengan luas 6.614 Km2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta II, 2002 dalam
Hadisantosa, 2006). DAS Citarum yang pada tahun 1999 dihuni oleh 8,5 juta
penduduk memegang beberapa peranan penting, antara lain (Wardhani, 2005):
Merupakan tempat keberadaan 3 waduk besar di daerah Jawa Barat (Saguling,
Cirata, dan Jatiluhur) sejak tahun 1962.
Mengairi jaringan irigasi pertanian seluas 300.000 Ha di kawasan pantura
Jawa Barat
Menjadi sumber air minum bagi kawasan urban Bandung, Cimahi, Cianjur,
Purwakarta, Bekasi, Karawang, dan Jakarta.
Dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti areal budi daya ikan terapung,
rekreasi, dan sarana olah raga.

IV. 1. 1 Segmentasi Sungai Berdasarkan Wilayah Administrasi


DAS Citarum berada pada beberapa wilayah administrasi kabupaten dan
kota. Gambar IV. 1 menunjukkan bagian sungai beserta anak-anak sungainya
yang mengalir melalui beberapa daerah, yaitu (BPLHD, 2006):
a. DAS Citarum hulu sampai dengan Waduk Saguling berada pada Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi. Segmen
ini merupakan bagian sungai yang banyak menampung beban pencemaran air
akibat limbah industri, penduduk, dan pertanian.
b. Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur berada pada Kabupaten Bandung,
Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. Waduk waduk tersebut
banyak menampung beban pencemaran air akibat limbah perikanan keramba
jaring apung.
c. Citarum hilir dari Bendung Curug sampai muara sungai berada pada
Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Meskipun masih menghadapi

IV - 1
masalah beban pencemaran akibat buangan industri, beban pencemaran di
segmen ini tidak seberat di bagian hulu.

Gambar IV.1 Peta DAS Citarum


(PUSAIR JABAR, 2003 dalam Wardhani, 2005)

Beberapa aktivitas pada DAS Citarum yang dapat berpotensi dalam


pencemaran badan sungai dapat dikelompokan sebagai berikut:
Domestik, meliputi aktivitas pemukiman dan rumah tangga
Industri, meliputi berbagai aktivitas industri terutama industri tekstil.
Pertanian, meliputi berbagai aktivitas pertanian yang dilakukan masyarakat
disekitarnya baik dengan sistem irigasi maupun tadah hujan. Di kawasan DAS
Citarum, pertanian merupakan tata guna lahan dominant.
Perikanan, dimana perikanan merupakan salah satu mata pencaharian
penduduk di kawasan DAS Citarum. Beberapa jenis ikan yang umum
diternakkan diantaranya adalah ikan mas dan lele.
Peternakan, merupakan salah satu mata pencaharian penduduk di kawasan
DAS Citarum. Beberapa jenis hewan yang umum diternakkan diantaranya
adalah ayam dan kambing.

IV - 2
IV. 1. 2 Sistem Sungai
Sistem sungai-sungai di daerah Cekungan Bandung berinduk pada Sungai
Citarum, yang terdiri dari 7 Sub DAS Citarum. Masing-masing mempunyai hulu
beragam, baik dari utara, timur ataupun selatan, yang semuanya bermuara ke
Sungai Citarum yang mengalir ke arah barat. Khususnya sistem Sungai Citarum
hulu dengan Sub DAS-nya dapat dilihat pada Gambar IV.4.2, yang terdiri dari 7
sub DAS, masing-masing: Sub DAS Citarik, Cirasta, Cisangkuy, Cikapundung,
Ciwidey, Ciminyak, dan Cihaur.

Gambar IV.2 Sistem aliran Sungai Citarum Hulu dengan Sub DAS nya
(PUSAIR JABAR, 2003 dalam Hadisantosa, 2006)

Dilihat dari luas tangkapan DAS, dapat diketahui berbagai Sub DAS yang
potensial sebagai sumber air baku untuk kepentingan penduduk di Cekungan
Bandung, diantaranya :
1. Sungai Cibeureum, Sungai Cikapundung dan Citarik yang mengalir dari utara
ke selatan dan mempunyai daerah tangkapan di sebelah utara Cekungan
Bandung.

IV - 3
2. Sungai Cikeruh mengalir dari timur ke barat.
3. Sungai Citarum Hulu, Sungai Cisangkuy dan Sungai Ciwidey yang
mempunyai daerah tangkapan di sebelah selatan Cekungan Bandung dan
mengalir ke utara.
Adapun luas dan presentase ketujuh Sub DAS utama di DAS Citarum Hulu dapat
dilihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1 Sub DAS di DAS Citarum Hulu
Luas
No Sub DAS
Luas (Ha) %

1 Citarik 45.164,16 19,39


2 Cirasea 34.208,64 14,61
3 Cisangkuy 30.456 13,01
4 Ciminyak 34.295,04 14,65
6 Cikapundung 43.439,04 18,56
7 Ciwidey 29.374,56 12,55

Jumlah 234.087,84 100

IV. 2 Kondisi Tata Guna Lahan di DAS Citarum Hulu


Perubahan tutupan lahan di Citarum Hulu dari tahun 1983-2002
(Wangsaatmaja, 2004) memperlihatkan bahwa perubahan hutan berkurang 54%,
pertanian menurun 55%, permukiman/perkotaan meningkat 233%, serta industri
meningkat 868%. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan (termasuk perubahan
fungsi lahan resapan) DAS Citarum telah terjadi dimulai dari daerah hulunya.
Pada awalnya, kegiatan pertanian merupakan basis tradisional ekonomi
yang berkembang di Kabupaten Bandung. Namun, pertambahan jumlah penduduk
dan urbanisasi serta pembangunan industri telah merubah tata guna lahan di DAS
Citarum Hulu. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pembukaan lahan dan irigasi
sawah pada beberapa daerah untuk kompleks perumahan, distrik bisnis, dan area
industri (Soetrisno, 1998 dalam Hadisantoa, 2006).
Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi oleh meningkatnya kebutuhan
untuk memenuhi hidupnya menjadi salah satu penyebab berubahnya tata guna
lahan di DAS Citarum Hulu. Jumlah penduduk di DAS Citarum Hulu pada tahun

IV - 4
1986 adalah 3.467.818 jiwa meningkat menjadi 4.145.967 pada tahun 2001
dengan kepadatan per km2 1.394, dan dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,2%.
Deskripsi singkat kawasan Sungai Citarum dapat dilihat pada Gambar IV.5.

Gambar IV. 3 Deskripsi Sungai Citarum


(Jasa Tirta II, 2002 dalam Hadisantosa, 2006)

Dari Gambar IV.5 dapat dilihat DAS Citarum mempunyai luas area 12.000
km2, panjang sungai 300 km dan populasi di DAS Citarum 8.595 pada Tahun
1999. Penggunaan lahan di DAS Citarum pada Tahun 2004 yaitu :
a. Irigasi 33 %.
b. Agrikultur 258 %.
c. Hutan 19 %.
d. Rawa dan peternakan ikan 4 %.
e. Lainnya 9 %.

Pada saat ini di DAS Citarum terdapat 500 buah industri, dan 400
buah industri berada di bagian hulu dengan industri tekstil mencapai 74,5%.
Sisanya merupakan aneka industri, yaitu industri makanan dan minuman, logam
dan farmasi. Jumlah serta aktivitas industri tekstil tersebut sangat mepengaruhi
karakteristik air limbah pada sungai Citarum (BPLHD, 2004). Industri-industri

IV - 5
tekstil tersebut tersebar di Bandung Selatan, Bandung Timur, Majalaya, Banjaran
dan Cimahi. Lokasi sebaran industri dapat dilihat pada Gambar IV. 4.

Gambar IV.4 Penyebaran Industri di DAS Citarum Hulu


(PUSAIR JABAR, 2003 dalam Wardhani, 2005)

Pada Gambar IV. 4 ditunjukkan bahwa dari tujuh kluster industri yang ada
hanya Dayeuhkolot yang status Instalasi Pengolahan Air Limbahnya (IPAL)
berjalan sedangkan untuk Cimahi, Banjaran, Majalaya, Cicalengka, Ujungberung,
Padalarang belum ada IPAL walaupun untuk Cimahi sudah ada feasibility study.
Untuk enam kluster industri yang belum mempunyai IPAl langsung membuang
limbah industrinya ke sungai terdekat yang nantinya masuk ke Sungai Citarum.
Dari ilustrasi di atas, maka perkembangan wilayah industri, permukiman,
dan penggunaan lahan adalah penyebab utama degradasi kualitas DAS Citarum
Hulu (BPLHD, 2006). Untuk itu, guna pengelolaan selanjutnya, sumber daya
lahan dan sumber daya air perlu diinventarisasi secara spasial dengan berbagai
skala secara berkesinambungan.

IV - 6
IV. 3 Tingkat Pencemaran DAS Citarum
Pencemaran air Sungai Citarum terutama daerah hulu semakin sering
dilaporkan. Penelitian menunjukan kualitas air sungai menurun secara drastis,
dimana sepanjang 127 km atau 47,1% Sungai Citarum telah tercemar berat.
Diperkirakan setiap hari Sungai Citarum menampung 280 ton limbah. Pada tahun
1992 domestik menyumbang 55%, industri 40%, pertanian dan peternakan 5%
beban pencemar pada Sungai Citarum.
Melalui pemetaan sumber pencemaran terhadap peta tata guna lahan DAS
Citarum, diperoleh Gambar IV. 5 yang menunjukkan potensi beban pencemaran
air limbah domestik, pertanian, dan industri. Pada Gambar IV. 5 terlihat bahwa
sebagian besar Sungai Citarum Hulu beserta anak-anak sungainya sudah
mengalami pencemaran. Di beberapa titik terlihat bahwa sudah terjadi
pencemaran sangat berat dengan nilai DO yang lebih kecil dari 1 mg/l. Penyebab
utama pencemaran air Sungai Citarum Hulu adalah kegiatan domestik, industri,
pertanian dan peternakan yang berada di sekitar daerah aliran sungai, dimana pada
tahun 1992 domestik menyumbang sekitar 55 %, industri 40 % dan pertanian-
peternakan 5 % beban pencemaran.

Gambar IV.5 Beban Potensi Pencemaran Di DAS Citarum (BPLHD, 2004)

IV - 7
Selain dari limbah industri, Sungai Citarum juga menanggung beban
pencemaran dari limbah rumah tangga. Pada tahun 2000 jumlah penduduk di
sekitar DAS Citarum adalah 5.621.341 jiwa, dimana 69,1 % atau 3.883.850 jiwa
membuang langsung langsung limbah domestiknya ke sungai. Hal ini terjadi
karena tidak terjangkau oleh fasilitas pengelolaan air limbah domestik terpadu
Bojongsoang (BPLHD, 2003).
Limbah pertanian yang mengalir ke sungai Citarum, umumnya berasal dari
penggunaan pupuk, pestisida dan buangan sisa panen seperti jerami di areal
persawahan dan perkebunan yang berada disekitar DAS Citarum Hulu. Khusus
pencemaran merkuri (Hg) berasal dari penambangan emas di daerah Soreang dan
Pengalengan (BPLHD, 2003).

IV. 4 Lokasi Penelitian


Wilayah penelitian terletak 25 30 km di bagian selatan Bandung. Lokasi
penelitian ditunjukkan pada Gambar IV.6. Pada Gambar IV. 6, dapat dilihat
bahwa lokasi penelitian pada daerah Bantarpanjang masuk ke dalam Kecamatan
Ciparay. Luas daerah Ciparay kurang lebih 46,1762 km2, dengan populasi
penduduk kurang lebih 134.320 jiwa (Hadisantosa, 2006).

Gambar IV. 6 Lokasi Penelitian

IV - 8

Anda mungkin juga menyukai