1. Kewenangan normal:
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:
1) Ruang lingkup:
2) Kewenangan:
Episiotomi
1) Ruang lingkup:
Pelayanan bayi
2) Kewenangan:
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K
1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang
menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang meliputi:
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan
juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah
terdapat tenaga dokter.
Bidan wajib mematuhi peraturan sesuai dengan hubungan hukum antara Wewenang umum
Wewenang umum Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri .
Wewenang khusus :
wewenang khusus Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang
memerlukan pengawasan dokter . Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada
dokter yang diberikan wewenang tersebut .
Wewenang pada keadaan darurat :
Wewenang pada keadaan darurat Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan
pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan
profesi . Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut , bidan diwajibkan
membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya .
Wewenang tambahan:
Wewenang tambahan Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya , sesuai dengan program
pemerintah pendidikan dan pelatihan yang diterimanya
BAB III
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
a. kunjungan rumah
b. sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
c. memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap
dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat
malu untuk memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan
tambahan gizi bagi ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan
antenatal dan dapat meningkatkan kunjungan ibu.
3. Bidan yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
masing-masing permenkes.
B. Saran
Jadilah seorang bidan yang profesional. Bekerja sesuai dengan wewenang yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan. karna bidan yang profesional akan senantiasa
melakukan pekerjaanya sesuai kewenangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://lenymidwife.blogspot.com/2013/10/bidan-desa.html
http://desaktami.blogspot.com/2014/06/makalan-peranwewenang-dan-fungsi-bidan.html
http://luvianaayu.blogspot.com/2013/05/makalah-batas-batas-kewenangan-bidan.html
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171
www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171
PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya mempunyai batas jelas
wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang
sudah tertulis.
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah
kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negara, salah satunya dalam aspek kesehatan. Maka diperlukan adanya
Peraturan ataupun Undang-Undang Kesehatan yang memuat Registrasi dan Praktik Bidan
termasuk didalamnya mengenai Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan seperti yang diatur
dalam PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010.
1. Rumusan Masalah
1. Tujuan
2. Tujuan umum
Pembaca mengetahui dan memahami isi dari Permenkes 1464 tahun 2010 tentan Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan sehingga bisa diterapkan bagi yang bersangkutan dan
membantu meningkatkan mutu dibidang pelayanan kesehatan.
2. Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika profesi dan hukum kesahatan. Untuk menambah
wawasan pembaca terutama mahasiswa kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidkan bidan yang telah teregistrasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi
4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan praktik
bidan mandiri
6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar
operasional prosedur.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Pasal 3
Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.
SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1
(satu) tempat.
Pasal 4
Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada pasal 3, Bidan harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan :
5. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk
Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
Permohonan SIB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh pemerintah
daerah kabupaten /kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kpeada pemohon dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu) tempat kerja
dan 1 (satu) tempat praktik.
Pasal 7
SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika
habis masa berlakunya.
2. fotokopi STR
5. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk
sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e
Pasal 8
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :
Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
1. Episiotomi
Pasal 11
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang untuk :
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0-28 hr) dan perawatan tali pusat
Pasal 13
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan
meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi
bawah kulit
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah
Pasal 14
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9.
Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 15
Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak
atas pelatihan dan pembinaan dari pemeritah daerah provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
1. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan
kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita
dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat
3. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pasal 18
3. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat
waktu
7. mematuhi standar
Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Pasal 19
2. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya
BAB IV
Pasal 20
Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dg pelayanan yg diberikan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Kab/Kota hraus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa
serta menetapkan dokter Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi
terhadap bidan di wilayah tersebut.
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja
di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi
Pasal 23
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21,
Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kab/kota dapat memberikan
tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.
1. teguran lisan
2. teguran tertulis
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat
Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 26
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi
(MTKP) belum dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan.
Pasal 27
Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan
Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.
Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik
mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya 5 (lima)
tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pasal 30
Ditetapkan di Jakarta
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Saran
Bagi Mahasiswa diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan sehingga dapat
memahami konsep izin dan penyelenggaraan praktik kebidanan.
PP Permenkes 1464
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.depkes.go.id/index.php?
act=regulation&pgnumber=1&txtKeyword=&type=003&year=2010
Http://www.depkes.go.id/index.php?
act=regulation&pgnumber=1&txtKeyword=&type=003&year=2010