LAPORAN MINIPROJECT
Disusun Oleh :
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINIPROJECT
Disusun Oleh :
Oleh :
NIP 197511012006042007
BAB I
2
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara endemik tuberkulosis. Pada saat ini
tuberkulosis masih menjadi permasalahan di Indonesia. Berdasarkan WHO global
report tahun 2009, Indonesia masih termasuk dalam 10 besar negara dengan
permasalahan Tuberkulosis (TB) yaitu diperingkat kelima didunia setelah India,
3
China, Afrika Selatan dan Nigeria (Depkes, 2011). DiIndonesia setiap tahunnya
ditemukan sekitar 300.000 orang menderita tuberkulosis (Kompas, 2012).Pada
tahun 2009 ditemukan sebanyak 528.063 kasus tuberkulosis baru.Kematian yang
diakibatkan tuberkulosis sebanyak 91.369 pada tahun 2009 (Depkes, 2011).
Berdasarkan global report TB WHO tahun 2011 prevalensi tuberkulosis di
Indonesia sebesar 289 per 100.000 penduduk. Insidensi tuberkulosis diIndonesia
sebesar 189 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 27 per
100.000 penduduk (Depkes, 2012). Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah usia
reproduktif (15-50 tahun) (Depkes, 2011).
4
Sleman menjadi salah satu kabupaten dengan penderita BTA (+) tertinggi di
Propinsi Yogyakarta.
5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan menentukan upaya pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis
Pada Narapidana Di Lembaga Permasyarakatan Kelurahan Karang Ambon,
Tanjung Redeb, Berau.
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi sehingga dapat melakukan
peningkatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Kader Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk kader kesehatan sehingga
bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
3. Bagi Penulis
Sebagai penerapan proses berfikir secara ilmiah dalam menganalisa
masalah, juga sebagai media untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
4. Bagi lembaga
Sebagai bahan masukan dan informasi sehingga dapat melakukan
pencegahan dan penularan penyakit TBC di lingkungan LP
6
5. Bagi Penghuni
Sebagai bahan informasi kepada penghuni LP dalam melakukan
pencegahan,pengobatan dan penularan penyakit TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TUBERKULOSIS
2.1.1 Definisi
7
Menurut Depkes RI (2006) tuberkulosis adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), tuberkulosis dapat
menyerang organ paru maupun ekstra paru namun pada umumnya menyerang
paru.
2.1.2 Epidemiologi
Dari hasil studi SKRT (studi kesehatan rumah tangga) tahun 1986
menunjukkan penyakit TB di Indonesia menjadi penyebab kematian ke-3 dan
menduduki urutan ke-10 penyakit terbanyak di masyarakat. Tahun 1992 hasil
studi SKRT penyakit TB mengalami peningkatan dan menyebabkan kematian
8
terbanyak yang menduduki urutan ke-2.TB kembali menduduki urutan ke-3 (9,4%
dari total kematian) penyebab kematian pada tahun 2001, dari hasil studi
SURKENAS (survei kesehatan nasional).Khusus di daerah Jawa Tengah, SKRT
melaporkan angka kejadian TB pada tahun 1999 menempati urutan ke-6 dari 10
penyakit rawat jalan di rumah sakit (Djojodibroto, 2009; Widoyono, 2008).
Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, dan
penyakit ini mulai merambah tidak hanya menyerang golongan sosial ekonomi
rendah saja tetapi juga orang dengan status sosial tinggi.Menurut Simon (2004)
75% penderita TB di negara berkembang banyak terjadi pada kelompok
usiaproduktif (15-50 tahun). Widoyono (2008) menyebutkan berdasarkan profil
kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan presentase penderita
tuberkulosis terbesar adalah usia 25-34 tahun(23,67%), 35-44 tahun (20,46%), 15-
24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64 tahun (12,32%), >65 tahun
(6,68%), dan yang terendah pada kelompok umur 0-14 tahun (1,31%). Jika dilihat
dari gambaran seluruh dunia, gambaran morbiditas dan mortalitas meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur.Lebih lanjut Widoyono (2008), memaparkan
perbedaan jenis kelamin juga menyebabkan perbedaan angka angka kejadia TB.
Pada pasien usia lanjut, ditemukan pasien laki-laki lebih banyak daripada wanita.
Di Indonesia sendiri dari hasil laporan seluruh provinsi di Indonesia, pada tahun
2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TB BTA (+), 43.294 diantaranya
laki-laki (56,79%) dan 32.936 perempuan (43,21%).
9
2.1.3 Etiologi
10
seseorang maka kepenuhan gizi dan nutrisi akan semakin rendah, juga
menyebabkan kurang baiknya sanitasi rumah. Yang berakibat pada mudahnya
perkembangan kuman Mycobacterium tuberculosis.Bahkan dari laporan WHO
(2009) 90% penderita tuberkulosis paru di dunia merupakan kelompok anggota
keluarga dengan sosial ekonomi rendah (Depkes, 2011).
11
Sumber. Wijaya, 2012
12
ditentukan oleh jumlah kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan pada pemeriksaan dahak, makin menular. Faktor yang
memungkinkan orang untuk terpajan kuman TB tergantung jumlah percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Angka risiko penularan
infeksi TB di Indonesia 1-3%, yang berarti akan ada 1-3 orang yang terinfeksi TB
diatara 100 penduduk. Dan setengah (0,5%) dari mereka BTA-nya akan positif
(Sudoyo et al., 2009; Widoyono, 2008).
2.1.6 Patofisiologi
2.1.6.1 Infeksi Primer
13
Pembentukan imunitas selular akan lengkap dalam 10 minggu (Djojodibroto,
2009; Price & Wilson, 2005).
14
Menurut Price dan Wilson (2005), selain reaksi peradangan yang sudah
disebutkan diatas, masih terdapat respon yang lain yaitu pencairan, dimana bahan
cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas dapat masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terjadi berulang kali di bagain lain dari paru, atau
basil dapat terbawa sampai laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil
dapat sembuh dan meningglakan jaringan parut walaupun tanpa pengobatan.Bila
peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan.Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama.
Setelah seorang indivdu dapat mengatasi fokus primer pada infeksi primer
dan orang tersebut tidak sakit, ternyata tidak semua basil TB tereliminasi dari
tubuh atau tidak dapat dibunuh.Basil tersebut dapat bertahan didalam tubuh dalam
15
waktu lama bahkan hingga puluhan tahun dalam keadaan dormant (tidur).
Menurut Kumar (2008), tuberkulosis sekunder merupakan penyakit yang terjadi
pada penjamu atau penderita yang telah tersensitisasi yaitu yang terjadi segera
setelah tuberkulosis primer, tetapi muncul karena reaktivitas lesi primer dormant
setelah infeksi awal, terutama jika daya tahan tubuh penderita melemah.
Reaktivasi biasanya terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer.Penurunan daya
tahan tubuh dapat dipicu oleh bertambanhya umur (proses menua), alkoholisme,
defisiensi nutrisi, sakit berat dan diabetesmellitus (Djojodibroto, 2009).
Batuk sebagai gejala khas dari TB paru.Batuk terjadi karena adanya iritasi
bronkus.Batuk sebagai usaha untuk mengeluarkan produk-produk radang
keluar.Munculnya batuk biasanya terjadi setelah beberapa minggu atau bulan
setelah perdangan awal terjadi.Awalnya terjadi batuk kering kemudian diikuti
batuk produktif yang mengandung dahak. Apabila pembuluh darah pecah maka
akan terjadi batuk darah. Batuk sebagai indikator sensitif TB paru aktif.Batuk
biasanya berlangsung selama 2-3 minggu atau lebih.
b. Sesak Napas
c. Nyeri Dada
16
Seperti pada sesak napas, nyeri dada juga jarang ditemukan.Nyeri dada ini
baru muncul apabila peradangan sudah melibatkan pleura sehingga terjadi
peradangan pada pleura (pleuritis). Karena adanya pleuritis ini,akan menimbukan
gesekan antara kedua pleura saat pasien inspirasi maupun ekspirasi sehingga akan
timbul nyeri.
2.1.7.2Gejala Umum
a. Demam
Demam akan muncul pada petang dan malam hari yang biasanya disertai
dengan keringat dingin. Demam bersifat hilang timbul yang akan berlangsung
selama lebih dari 1 bulan. Suhu badan saat demam biasanya subfebril yang
meyerupai demam pada influenza.Namun demam kadang-kadang dapat mencapai
suhu badan 40-41 .Gejala demam yang hilang timbul tersebut tergantung
dari daya tahan tubuh pasien dan dan berat ringannya infeksi.
b. Malaise
2.1.8 Pemeriksaan
2.1.8.1 Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi dapat terlihat pasien tampak pucat pada bagian konjungtiva
atau kulit, badan tampak kurus dan dibuktikan dengan penimbangan berat badan
akan menunjukkan penurunan berat badan. Kemudian dilakukan perkusi pada
bagian thoraks untuk mengetahui ada kelaianan pada paru atau tidak. Perkusi akan
menghasilkan pemeriksaan yang negatif jika penyakit yang dialami masih stadium
dini (asimptomatik). Hasil perkusi juga akan negatif jika sarang penyakit terletak
jauh didalam paru (>4cm). Lesi paling sering pada TB terjadi di apeks paru
17
sehingga pada perkusi akan terdengar redup pada bagian apkes paru. Bila lesi
sudah meluas maka redup tidak hanya pada bagian apeks, namun juga pada bagian
paru lain tempat lesi berada. Hasil perkusi akan menjadi hipersonor jika kavitas
yang ada sangat besar (Sudoyo et al., 2009; Alsagaff & Mukty, 2005).
Dengan auskultasi akan didapatkan suara bronkial jika lesi sudah meluas.
Juga terdapat suara napas tembahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring.
Namun hasil auskutasi akan berubah jika terdapat penebalan pleura dimana akan
terdengar vesikular yang melemah. Dan jika kavitas sangat besar akan terdengar
suara amforik (Sudoyo et al., 2009).
Tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas akan ditemukan
atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi ciut dan
menarik isi mediastinum atau paru lainnya.Sebaliknya paru yang sehat menjadi
hiperinflasi.Jika fibrosis sudah mengenai separuh bagian paru akan
mengakibatakan penurunan daerah aliran darah paru dan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti dengan kor
pulmonal dan gagal jantung kanan. Kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
ditandai dengan takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift, right atrial
gallop, murmur Graham-steel, bunyi P2 yang mengeras, peningkatan tekanan
vena jugularis, hepatomegali, asites, dan edema (Sudoyo et al., 2009).
18
yang dinamakan tuberkuloma yang memiliki batas tegas. Pada kavitas bayangan
berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.Lama kelamaan dinding sklerotik
dan terlihat menebal.Jika terjadi fibrosis bayangan terlihat garis-garis.Pada
kalsifikasi bayangan tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan
(Sudoyo et al., 2009).
1. Lesi minimal
Bila proses TB paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua dan prossesus spinosus dari
vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalisV dan tidak dijumpai
kavitas.
2. Lesi sedang
Dapat dikatakan lesi sedang jika luas proses lebih dari luas lesi minimal.
Tetapi maksimal proses TB tidak boleh lebih dari satu luas paru dengan
densitas sedang. Jika densitas yang ada lebih padat dan lebih tebal
19
(confluent), maka luas proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga luas
satu paru dengan atau tanpa kavitas. Bila proses disertai dengan kavitas
maka diameter kavitas maksimal 4 cm.
3. Lesi luas
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah
2. Pemeriksaan Serologis
20
3. Pemeriksaan Sputum (dahak)
4. Tes Tuberkulin
Dasar dari pemeriksaan ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Cara yang
dilakukan adalah dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified
Protein Derivate) secara intrakutan berkekuatan 5 T.U. Dengan pemeriksaan
ini dapat diketahui apakah seserorang sedang atau pernah terinfeki kuman
2.1.9 Diagnosis
Penegakkan diagnosis TB didasarkan pada anamnesis mengenai keluhan
yang dirasakan oleh pasien dan ditunjang dengan pemeriksaan lain. Dari
21
anamnesis pasien akan mengeluhkan gejala-gejala seperti batuk berdahak selama
2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala yang telah disebutkan
memiliki kemiripan dengan gejala pada penderita bronkitis kronis, bronkiektasis,
asma, dan lain-lain.Namun karena prevalensi TB di Indonesia tinggi, jika pasien
mengeluhkan keluhan tersebut dapat ditetapkan pasien tersebut sebagai tersangka
TB (suspek TB).Apabila pasien sudah ditetapkan sebagai tersangka TB, maka
pasien tersebut wajib untuk menjalani pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan
dahak untuk mencari BTA.Pemeriksaan dahak pada pasien suspek TB dilakukan
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
Pasien dengan dahak BTA positif bila pasien pada pemeriksaan dahaknya
secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan.Atau satu sediaan dahaknya positif disertai kelainan radiologis yang
sesuai dengan gambaran TB aktif.Atau satu sediaan positif disertai biakan yang
positif (Depkes, 2011; Sudoyo et al., 2009).
22
Gambar 2. Alur Diagnosis TB
1. Aktif
a. Bila dahak mengandung basil tuberkulosis.
b. Bila ada kavitas (kecuali open case dengan basil tahan asam dalam dahak
23
negatif).
2. Tenang (quiescent)
a. Dahak tidak mengandung basil untuk jangka waktu paling sedikit 6
bulan.
b. Gambaran radiologis, tampak proses stabil atau hanya mengalami sedikit
perubahan.
c. Masih ada kavitas (tetapi open case dengan basil tahan asam negatif).
c. Tidak tampak ada kavitas baik pada foto polos maupun pada tomogram.
2.1.10 Pengobatan
24
Tabel 1. Pengelompokan OAT
25
(PMO).Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan
tahap lanjutan (Depkes, 2011).
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular akan menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
26
Di Indonesia memiliki panduan pengobatan sendiri sebagai pedoman
pengobatan nasional Indonesia yang direkomendasikan oleh WHO :
27
Tabel 4. Dosis panduan OAT-Kombipak kategori-1
Jumlah
Hari/kal
Dosis per hari/kali
Lama menelan
Tahap obat
Pengobata
Pengobatan
n Tablet Kaplet Tablet Tablet
Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol
@300 mg @450 mg @500 mg @250 mg
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
b. Kategori-2 (2RHZES/RHZE/5H3R3E3)
Panduan ini digunakan untuk mengobati pasien TB BTA (+) yang telah
mendapat pengobatan sebelumnya :
Pasien kambuh
Pasien gagal
28
intensif dilanjutkan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan.Pada tahap lanjutan
ini pasien wajib menelan obat HRE 3 kali seminggu.
kg
Sumber. Depkes, 2011
Tahap 2 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
Intensif bulan
(dosis 1 1 1 3 3 - - 28
harian) bulan
29
Tahap 4 2 1 - 1 2 - 60
Lanjutan bulan
(dosis 3
se
minggu)
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata tahu dan ini akan terjadi setelah orang
1. Tahu (Know)
sebelumnya, oleh karena itu Tahu ini adalah tingkat pengetahuan yang paling
rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya.
2. Memahami (Comprension)
30
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginprestasikan materi tersebut dengan benar.
3.Penerapan (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner sebagai alat
untuk mengukur tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan terhadap penyakit
tuberkulosis pada Pada Narapidana Di Lembaga Permasyarakatan Kelurahan
Karang Ambon, Tanjung Redeb, Berau.
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghuni LP yang
32
3.5 Definisi Operasional
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengani
penyakit tuberkulosis paru meliputi pengertian, gajala, penyebab, cara
penularan, komplikasi, faktor risiko dan tindakan pencegahan.
b. Upaya pencegahan penyakit TBC
merupakan tindakan yang dilakukan responden dalam mencegah penyakit
tuberkulosis paru.
33
0-55% Kurang
2.Tahap Pelaksanaan
a. Meminta ketersediaan responden untuk menjadi subjek penelitian
b. Melaksanakan pengumpulan identitas responden
c. Melaksanakan pengumpulan data pengetahuan tentang pengetahuan dan
upayan pencegan penyait tuberkulosis.
34
Data nilai yang telah dikelompokkan kemudian dilakukan tabulasi data dalam
bentuk master table agar mudah dibaca dan dipahami.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
35
Puskesmas Ngemplak I terletak di wilayah Kabupaten Sleman,
termasuk dalam wilayah Pembantu Bupati Sleman Timur. Luas wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I 17,25 km atau 2,97 % luas Kabupaten Sleman.
36
Desa
Umbulmarta
37
4.2 Hasil Penelitian
Tabel 1
BAB V
PEMBAHASAN
38
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setalah seseorang
melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Sebgaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penetahuan diperlukan
sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknyya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dalam penelitian ini adalah responden mampu
mengetahui tentang penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis.
39
diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang tepat.
Kesadaran akan tumbuh pada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis jika warga mempunyai pengetahuan yang baik.
BAB VI
40
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaaf, H., Mukty, A., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
41
universitypress, Surabaya
Dye C, Watt CJ, Bleed DM, Hosseini SM, Raviglione MC, 2005. Evolution of
Tuberculosis Control and Prospects for Reducing Tuberculosis
Incidence, Prevalence, and Deaths Globally. JAMA, 293:2767-2775.
Jelalu, T., 2008, Faktor-Faktor Risisko Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Orang
Dewasa Di Kabupaten Kupang, Tesis, Jurusan Ilmu Kedokteran Tropis
Minat Utama Kesehatan Tropis Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah
Mada
th
Kumar V., et al., 2007. Robbins Basic Pathology ( 7 ed). Brahm U.P. 2007
Lin H., Ezzati M., Chang H., Murray M., 2009.Association between Tobacco
Smoking and Active Tuberculosis in Taiwan : Prospective Cohort
Study, Am J Respir Crit Care Med,180:475480
42
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2007
rd
Patel, H., Gwilt, C., 2008. Respiratory System ( 3 ed).Elsevier, London, 122-
124
Jakarta, 852-860
Riset Kesehatan Dasar, 2007, Riset Kesehatan Dasar Laporan Jawa Tengah,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 165-172
43
LAMPIRAN :
1. DOKUMENTASI PENYULUHAN
2. KUESIONER
3. LEAFLET
4. DAFTAR HADIR PESERTA
1. DOKUMENTASI PENYULUHAN
44
45
KUISIONER MINIPROJECT
A. Karakteristik Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Status Pendidikan :
Status Pekerjaan :
B. Pengetahuan
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list ( ) pada
46
10. TBC dapat disebut juga paru-paru basah
Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat kuman
11.
TBC yang ada di dalam tubuhnya
Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka sebaiknya
12.
anak balita diberikan imunisasi BCG
Membersihkan lingkungan rumah setiap hari merupakan
13.
tindakan efektif dalam pencegahan TBC
Perumahan yang terlalu padat dan kumuh merupakan
14.
kondisi yang tidak dapat menyebabkan TBC
Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang
15.
dapat menyebabkan TBC
Membuka jendela pada siang hari merupakn salah satu
16.
tidakan pencegahan TBC
Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan membuang
17.
dahak/ludah di sembarang tempat
Meminum obat secara teratur dan tekun bagi penderita
18. TBC merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit
Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
19.
tertularnya TBC
Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan menyediakan
20. makanan dengan gizi seimbang seperti nasi, lauk, sayur,
dan buah
47