Anda di halaman 1dari 1

RINGKASAN

MUHAMMAD FAHRUDDIN. Kajian Ekologi Ekosistem Lamun sebagai Dasar Penyusunan


Strategi Pengelolaan Pesisir Di Desa Bahoi Sulawesi Utara. Dibimbing oleh FREDINAN
YULIANDA dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI.

Ekosistem lamun merupakan produsen primer dalam rantai makanan di perairan laut
dengan produktivitas primer berkisar antara 900-4650 gC/m2/tahun. Pertumbuhan, morfologi,
kelimpahan dan produktivitas primer lamun pada suatu perairan umumnya ditentukan oleh
ketersediaan zat hara fosfat, nitrat dan ammonium. Fungsi ekosistem lamun sebenarnya
melengkapi ekosistem mangrove dan terumbu karang. Laju produksi ekosistem lamun diartikan
sebagai pertambahan biomassa lamun selang waktu tertentu dengan laju produksi (produktivitas)
yang sering dinyatakan dengan satuan berat kering per m per hari (gbk/m/hari). Bila dikonversi
ke produksi karbon maka produksi biomassa lamun berkisar antara 500-1000 gC/m/tahun
bahkan dapat lebih dua kali lipat. Produksi yang didapatkan bisa lebih kecil dari produksi yang
sebenarnya karena tidak memperhitungkan kehilangan serasah dan pengaruh grazing oleh
hewan-hewan herbivora yang memanfaatkan lamun sebagai makanan. Lamun juga merupakan
pondasi bagi sebuah ekosistem dan sebagai produsen primer, dimana habitatnya seringkali
sebagai wadah yang mendukung kehidupan ikan-ikan dan krustasea muda. Kegiatan
pembangunan di wilayah pesisir Desa Bahoi diperkirakan mempengaruhi ekosistem lamun,
seperti kegiatan pembangunan daerah pantai, lalu lintas kapal/perahu, pembuatan kapal,
pencemaran minyak, pembuangan sampah, aliran drainase, MCK (mandi, cuci, kakus) dan
aktivitas penangkapan langsung di daerah lamun seperti menjaring dan menombak akan
berdampaka pada lamun. Kegiatan seperti ini secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kehidupan lamun, sehingga pertumbuhan, produksi ataupun biomassanya akan
mengalami penyusutan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa struktur komunitas dan
produktifitas lamun serta menganalisis proses gangguan produktifitas lamun dan strategi
pengelolaannya. Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan contoh purpose sampling
berdasarkan pendekatan habitat mangrove, lamun, dan habitat terumbu karang. Stasiun 1 (dekat
mangrove), stasiun 2 (lamun), dan stasiun 3 (dekat terumbu karang) yang masing-masing diulang
sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh sembilan kuadran yang berukuran 150x50 cm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam jenis lamun yaitu E. acoroides, T. hemprichii,
C. rotundata, S. isoetifolium, H. ovalis dan H. uninervis. Struktur komunitas lamun pada stasiun
dekat mangrove memiliki nilai tertinggi dan produktifitas dalam hal ini biomassa tertinggi
terdapat pada stasiun 2 habitat lamun dengan jenis yang berukuran besar seperti E. acoroides dan
T. hemprichii memiliki nilai tertinggi pada seluruh parameter pengamatan. Hal ini karena jenis
lamun ini memiliki penyebaran yang luas dan secara morfologi memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan jenis lainnya. Strategi pengelolaan dari hasil analisis SWOT adalah
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan pengelolaan lamun (ekowisata dan kebun bibit) dan
mengontrol pemanfaatan lamun berbasis masyarakat akan memberikan manfaat dalam
meningkatkan pemahaman dan pendapatan masyarakat serta mengurangi resiko kerusakan
ekosistem lamun dan ekosistem pesisir lainnya.
Kata kunci : ekosistem lamun, strategi pengelolaan lamun, Bahoi, Sulawesi Utara.

Anda mungkin juga menyukai