Anda di halaman 1dari 39

-2-

2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6012);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5142);
4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 132)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 289);
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian
Mineral di Dalam Negeri (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 98);
-3-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN
PEMBERIAN REKOMENDASI PELAKSANAAN PENJUALAN
MINERAL KE LUAR NEGERI HASIL PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di
alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta
susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
2. Mineral Logam adalah mineral yang unsur utamanya
mengandung logam, memiliki kilap logam, dan umumnya
bersifat sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.
3. Mineral Bukan Logam adalah mineral yang unsur
utamanya terdiri atas bukan logam, misalnya bentonit,
kalsit (batu kapur/gamping), silika (pasir kuarsa), dan
lain-lain.
4. Batuan adalah massa padat yang terdiri atas satu jenis
mineral atau lebih yang membentuk kerak bumi, baik
dalam keadaan terikat (massive) maupun lepas (loose).
5. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang
selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Eksplorasi untuk melakukan tahap kegiatan operasi
produksi.
6. Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi yang
selanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK
Eksplorasi untuk melakukan tahap kegiatan operasi
produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
-4-

7. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus


untuk pengolahan dan/atau pemurnian yang selanjutnya
disebut IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian adalah izin usaha yang diberikan
kepada perusahaan untuk membeli, mengangkut,
mengolah, dan memurnikan termasuk menjual
komoditas tambang mineral atau batubara hasil
olahannya.
8. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus
untuk pengangkutan dan penjualan yang selanjutnya
disebut IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengangkutan dan penjualan adalah izin usaha yang
diberikan kepada perusahaan untuk membeli,
mengangkut, dan menjual komoditas tambang mineral
atau batubara.
9. Kontrak Karya adalah perjanjian antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum
Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk
melakukan kegiatan usaha pertambangan mineral.
10. Pengolahan Mineral yang selanjutnya disebut Pengolahan
adalah upaya untuk meningkatkan mutu Mineral yang
menghasilkan produk dengan sifat fisik dan kimia yang
tidak berubah dari Mineral asal.
11. Pemurnian Mineral yang selanjutnya disebut Pemurnian
adalah upaya untuk meningkatkan mutu Mineral Logam
melalui proses ekstraksi serta proses peningkatan
kemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan produk
dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda dari Mineral
asal.
12. Rekomendasi adalah surat keterangan yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara atas nama
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai syarat
untuk mendapatkan Persetujuan Ekspor.
-5-

13. Rekomendasi Perpanjangan adalah perpanjangan


Rekomendasi yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Mineral dan Batubara atas nama Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral sebagai syarat untuk mendapatkan
Persetujuan Ekspor.
14. Persetujuan Ekspor adalah izin untuk melakukan ekspor
produk pertambangan yang sudah mencapai batasan
minimum Pengolahan.
15. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan
batubara.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan kegiatan mineral dan
batubara.
17. Verifikator Independen adalah Badan Usaha Milik Negara
yang memiliki kemampuan dalam jasa konsultan
manajemen proyek dan/atau perekayasaan industri
untuk melakukan verifikasi rencana serta kemajuan fisik
pembangunan fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian.

BAB II
PENJUALAN MINERAL KE LUAR NEGERI

Pasal 2
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi,
IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengangkutan dan penjualan, dan Kontrak Karya
dapat melakukan penjualan ke luar negeri:
a. Mineral Logam yang telah memenuhi batasan
minimum Pemurnian; dan/atau
b. Mineral Bukan Logam atau Batuan yang telah
memenuhi batasan minimum Pengolahan,
-6-

dengan menggunakan Pos Tarif/HS (Harmonized System)


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP
Operasi Produksi Mineral Logam, dan IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
dapat melakukan penjualan hasil Pengolahan ke luar
negeri dalam jumlah tertentu setelah mendapatkan
Persetujuan Ekspor dari Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri, Kementerian Perdagangan.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi nikel dan IUPK Operasi
Produksi nikel dapat melakukan penjualan nikel dengan
kadar <1,7% (kurang dari satu koma tujuh persen) ke
luar negeri dalam jumlah tertentu setelah mendapatkan
Persetujuan Ekspor dari Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri, Kementerian Perdagangan.
(4) Pemegang IUP Operasi Produksi bauksit dan IUPK
Operasi Produksi bauksit dapat melakukan penjualan
bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite)
dengan kadar Al2O3 > 42% (lebih dari atau sama dengan
empat puluh dua persen) ke luar negeri dalam jumlah
tertentu setelah mendapatkan Persetujuan Ekspor dari
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian
Perdagangan.
(5) Pihak lain yang menghasilkan lumpur anoda dapat
melakukan penjualan lumpur anoda sebagai Produk
Samping atau sisa hasil pemurnian komoditas tambang
Mineral Logam tembaga ke luar negeri dalam jumlah
tertentu setelah mendapatkan Persetujuan Ekspor dari
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian
Perdagangan.

Pasal 3
(1) Sebelum mendapatkan Persetujuan Ekspor, pemegang
IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi
Produksi Mineral Logam, dan IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat
(3) wajib mendapatkan Rekomendasi.
-7-

(2) Sebelum mendapatkan Persetujuan Ekspor, pihak lain


yang menghasilkan lumpur anoda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) wajib mendapatkan
Rekomendasi.

Pasal 4
(1) Pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP
Operasi Produksi Mineral Logam, dan IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat
(3) hanya dapat melakukan penjualan hasil pengolahan
setelah memenuhi batasan minimum pengolahan, nikel
dengan kadar <1,7% (kurang dari satu koma tujuh
persen), atau bauksit yang telah dilakukan pencucian
(washed bauxite) dengan kadar Al2O3 > 42% (lebih dari
atau sama dengan empat puluh dua persen) ke luar
negeri dalam jumlah tertentu dengan menggunakan Pos
Tarif/HS (Harmonized System) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
hanya dapat melakukan penjualan lumpur anoda ke luar
negeri dalam jumlah tertentu dengan menggunakan Pos
Tarif/HS (Harmonized System) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB III
TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN REKOMENDASI

Pasal 5
(1) Untuk mendapatkan Rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, pemegang IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Mineral
Logam, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, dan pihak lain yang menghasilkan
lumpur anoda harus mengajukan permohonan
Rekomendasi kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal.
-8-

(2) Permohonan Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) oleh pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral
Logam, IUP Operasi Produksi Mineral Logam, dan IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian harus dilengkapi persyaratan:
a. surat pernyataan keabsahan dokumen sesuai
dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. pakta integritas untuk melakukan pembangunan
fasilitas pemurnian di dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
c. salinan sertifikat Clear and Clean bagi pemegang IUP
Operasi Produksi Mineral Logam;
d. Report of Analysis (RoA) atau Certificate of Analysis
(CoA) produk Mineral Logam yang telah memenuhi
batasan minimum Pengolahan yang diterbitkan 1
(satu) bulan terakhir dari surveyor independen yang
ditunjuk oleh Menteri;
e. surat keterangan pelunasan kewajiban pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak selama 1 (satu)
tahun terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara;
f. salinan perjanjian kerja sama dengan IUP Operasi
Produksi Mineral Logam yang telah memperoleh
sertifikat Clear and Clean dan/atau IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam bagi pemegang IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian;
g. rencana pembangunan fasilitas Pemurnian di dalam
negeri yang telah diverifikasi oleh Verifikator
Independen, antara lain jadwal pembangunan
fasilitas pemurnian, nilai investasi, dan kapasitas
input per tahun;
-9-

h. rencana kerja dan anggaran biaya tahun berjalan


yang telah disetujui oleh Menteri atau gubernur
sesuai dengan kewenangannya;
i. laporan hasil verifikasi kemajuan fisik dari
Verifikator Independen bagi pemegang IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi
Mineral Logam, dan IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian yang telah
atau sedang melaksanakan pembangunan fasilitas
Pemurnian;
j. laporan mutakhir estimasi cadangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
k. rencana penjualan ke luar negeri yang memuat,
antara lain jenis dan jumlah Mineral Logam yang
telah memenuhi batasan minimum
Pengolahan/nikel dengan kadar <1,7% (kurang dari
satu koma tujuh persen)/bauksit yang telah
dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar
Al2O3 > 42% (lebih dari atau sama dengan empat
puluh dua persen), nomor Pos Tarif/HS (Harmonized
System), pelabuhan muat, pelabuhan bongkar, dan
negara tujuan.
(3) Permohonan Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) oleh pihak lain yang menghasilkan lumpur anoda
harus dilengkapi persyaratan:
a. surat pernyataan keabsahan dokumen sesuai
dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. pakta integritas untuk melakukan pembangunan
fasilitas pemurnian di dalam negeri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
c. salinan perjanjian jual beli konsentrat dengan
pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam;
- 10 -

d. rencana pembangunan fasilitas Pemurnian di dalam


negeri yang telah diverifikasi oleh Verifikator
Independen, antara lain jadwal pembangunan
fasilitas pemurnian, nilai investasi, dan kapasitas
input per tahun; dan
e. rencana penjualan ke luar negeri yang memuat,
antara lain jenis dan jumlah lumpur anoda, nomor
Pos Tarif/HS (Harmonized System), pelabuhan muat,
pelabuhan bongkar, dan negara tujuan.
(4) Dalam hal rencana pembangunan fasilitas Pemurnian di
dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
g dan ayat (3) huruf d dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak lain, permohonan Rekomendasi harus
disertai salinan perjanjian kerja sama dengan pihak lain
yang membangun fasilitas Pemurnian.

Pasal 6
Permohonan Rekomendasi untuk Persetujuan Ekspor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diajukan sesuai dengan
Format Surat Permohonan tercantum dalam Lampiran IIIA
dan Lampiran IIIB yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7
(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap
permohonan Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5.
(2) Berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan
persetujuan atau penolakan permohonan Rekomendasi
dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar.
(3) Dalam hal permohonan Rekomendasi ditolak, penolakan
disampaikan secara tertulis kepada pemohon disertai
dengan alasan penolakan.
- 11 -

Pasal 8
(1) Rekomendasi Direktur Jenderal atas nama Menteri
berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
diberikan Rekomendasi Perpanjangan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun setiap kali perpanjangan.
(2) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal paling cepat dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kalender dan paling lambat dalam
jangka 14 (empat belas) hari kalender sebelum masa
berlaku Rekomendasi berakhir.

Pasal 9
(1) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) oleh pemegang IUPK
Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi
Mineral Logam, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian harus dilengkapi
persyaratan:
a. salinan Persetujuan Ekspor sebelumnya;
b. surat keterangan pelunasan kewajiban pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak selama 1 (satu)
tahun terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara;
c. laporan hasil verifikasi kemajuan fisik fasilitas
Pemurnian di dalam negeri dari Verifikator
Independen;
d. laporan mutakhir estimasi cadangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. rencana penjualan ke luar negeri yang memuat,
antara lain, jenis dan jumlah Mineral Logam yang
telah memenuhi batasan minimum
Pengolahan/nikel dengan kadar <1,7% (kurang dari
satu koma tujuh persen)/bauksit yang telah
dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar
Al2O3 > 42% (lebih dari atau sama dengan empat
puluh dua persen), nomor Pos Tarif/HS (Harmonized
System), pelabuhan muat, pelabuhan bongkar, dan
negara tujuan.
- 12 -

(2) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) oleh pihak lain yang
menghasilkan lumpur anoda harus dilengkapi
persyaratan:
a. salinan Persetujuan Ekspor sebelumnya;
b. salinan perjanjian jual beli konsentrat dengan
pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam;
c. laporan hasil verifikasi kemajuan fisik fasilitas
Pemurnian di dalam negeri dari Verifikator
Independen; dan
d. rencana penjualan ke luar negeri yang memuat,
antara lain jenis dan jumlah lumpur anoda, nomor
Pos Tarif/HS (Harmonized System), pelabuhan muat,
pelabuhan bongkar, dan negara tujuan.
(3) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diajukan sesuai
dengan Format Surat Permohonan Rekomendasi
Perpanjangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IVA dan Lampiran IVB yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap
permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(5) Berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap permohonan
Rekomendasi Perpanjangan dalam jangka waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar.
(6) Dalam hal permohonan Rekomendasi Perpanjangan
ditolak, penolakan disampaikan secara tertulis kepada
pemohon disertai dengan alasan penolakan.

Pasal 10
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dan Pasal 9 ayat (4) dilakukan untuk menetapkan:
- 13 -

a. jenis dan mutu produk yang sesuai dengan batasan


minimum pengolahan Mineral Logam atau lumpur
anoda sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. jumlah tertentu penjualan ke luar negeri yang
ditentukan berdasarkan pertimbangan:
1. estimasi cadangan atau jaminan pasokan
bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
fasilitas Pemurnian;
2. jumlah penjualan ke luar negeri dalam
persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya
tahun berjalan;
3. kapasitas input fasilitas Pemurnian; dan
4. kemajuan fisik pembangunan fasilitas
Pemurnian.
(2) Jumlah tertentu penjualan ke luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak melebihi cadangan
sisa yang dihitung dari estimasi cadangan.
(3) Kapasitas input fasilitas pemurnian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 3 ditentukan
dalam satuan wet metric ton per tahun.
(4) Kemajuan fisik pembangunan fasilitas Pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 4
dalam rangka mendapatkan Rekomendasi Perpanjangan
harus mencapai paling sedikit 90% (sembilan puluh
persen) dari rencana kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian yang dihitung secara kumulatif
sampai 1 (satu) bulan terakhir sebelum diajukannya
permohonan Rekomendasi Perpanjangan.
(5) Dalam hal persentase kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak tercapai, Direktur Jenderal atas nama Menteri
menerbitkan Rekomendasi kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan
untuk mencabut Persetujuan Ekspor yang telah
diberikan.
- 14 -

(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk


permohonan Rekomendasi dilaksanakan sesuai dengan
format tercantum dalam Lampiran VA dan Lampiran VB
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(7) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
permohonan Rekomendasi Perpanjangan dilaksanakan
sesuai dengan format tercantum dalam Lampiran VIA
dan Lampiran VIB yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 11
(1) Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan
pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan penjualan mineral ke luar negeri;
b. kemajuan fasilitas pemurnian di dalam negeri yang
terdiri atas:
1. kemajuan fisik fasilitas pemurnian; dan
2. besaran serapan biaya pembangunan fasilitas
pemurnian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3) Kemajuan fisik pembangunan fasilitas Pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1
harus mencapai paling sedikit 90% (sembilan puluh
persen) dari rencana kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian yang dihitung secara kumulatif
sampai 1 (satu) bulan terakhir.
(4) Dalam hal persentase kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak tercapai, Direktur Jenderal atas nama Menteri
menerbitkan Rekomendasi kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan
untuk mencabut Persetujuan Ekspor yang telah
diberikan.
- 15 -

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
1. Rencana pembangunan fasilitas Pemurnian yang telah
disetujui oleh Direktur Jenderal sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini wajib disesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
2. Jaminan kesungguhan yang telah ditempatkan oleh
pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, Kontrak
Karya, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini dapat dicairkan sesuai dengan
kemajuan pembangunan fasilitas Pemurnian dalam
jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
3. Dalam hal terhadap pencairan jaminan kesungguhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih terdapat sisa
jaminan kesungguhan, sisa jaminan kesungguhan
disetorkan ke kas negara melalui bank persepsi.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan
Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian
(Berita Negara Republik Negara Indonesia Tahun 2016 Nomor
185), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai