MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN
PEMBERIAN REKOMENDASI PELAKSANAAN PENJUALAN
MINERAL KE LUAR NEGERI HASIL PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di
alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta
susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
2. Mineral Logam adalah mineral yang unsur utamanya
mengandung logam, memiliki kilap logam, dan umumnya
bersifat sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.
3. Mineral Bukan Logam adalah mineral yang unsur
utamanya terdiri atas bukan logam, misalnya bentonit,
kalsit (batu kapur/gamping), silika (pasir kuarsa), dan
lain-lain.
4. Batuan adalah massa padat yang terdiri atas satu jenis
mineral atau lebih yang membentuk kerak bumi, baik
dalam keadaan terikat (massive) maupun lepas (loose).
5. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang
selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Eksplorasi untuk melakukan tahap kegiatan operasi
produksi.
6. Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi yang
selanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK
Eksplorasi untuk melakukan tahap kegiatan operasi
produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
-4-
BAB II
PENJUALAN MINERAL KE LUAR NEGERI
Pasal 2
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi,
IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengangkutan dan penjualan, dan Kontrak Karya
dapat melakukan penjualan ke luar negeri:
a. Mineral Logam yang telah memenuhi batasan
minimum Pemurnian; dan/atau
b. Mineral Bukan Logam atau Batuan yang telah
memenuhi batasan minimum Pengolahan,
-6-
Pasal 3
(1) Sebelum mendapatkan Persetujuan Ekspor, pemegang
IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi
Produksi Mineral Logam, dan IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat
(3) wajib mendapatkan Rekomendasi.
-7-
Pasal 4
(1) Pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP
Operasi Produksi Mineral Logam, dan IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat
(3) hanya dapat melakukan penjualan hasil pengolahan
setelah memenuhi batasan minimum pengolahan, nikel
dengan kadar <1,7% (kurang dari satu koma tujuh
persen), atau bauksit yang telah dilakukan pencucian
(washed bauxite) dengan kadar Al2O3 > 42% (lebih dari
atau sama dengan empat puluh dua persen) ke luar
negeri dalam jumlah tertentu dengan menggunakan Pos
Tarif/HS (Harmonized System) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
hanya dapat melakukan penjualan lumpur anoda ke luar
negeri dalam jumlah tertentu dengan menggunakan Pos
Tarif/HS (Harmonized System) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB III
TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN REKOMENDASI
Pasal 5
(1) Untuk mendapatkan Rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, pemegang IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Mineral
Logam, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, dan pihak lain yang menghasilkan
lumpur anoda harus mengajukan permohonan
Rekomendasi kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal.
-8-
Pasal 6
Permohonan Rekomendasi untuk Persetujuan Ekspor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diajukan sesuai dengan
Format Surat Permohonan tercantum dalam Lampiran IIIA
dan Lampiran IIIB yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 7
(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap
permohonan Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5.
(2) Berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan
persetujuan atau penolakan permohonan Rekomendasi
dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar.
(3) Dalam hal permohonan Rekomendasi ditolak, penolakan
disampaikan secara tertulis kepada pemohon disertai
dengan alasan penolakan.
- 11 -
Pasal 8
(1) Rekomendasi Direktur Jenderal atas nama Menteri
berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
diberikan Rekomendasi Perpanjangan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun setiap kali perpanjangan.
(2) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal paling cepat dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kalender dan paling lambat dalam
jangka 14 (empat belas) hari kalender sebelum masa
berlaku Rekomendasi berakhir.
Pasal 9
(1) Permohonan Rekomendasi Perpanjangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) oleh pemegang IUPK
Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi
Mineral Logam, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian harus dilengkapi
persyaratan:
a. salinan Persetujuan Ekspor sebelumnya;
b. surat keterangan pelunasan kewajiban pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak selama 1 (satu)
tahun terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara;
c. laporan hasil verifikasi kemajuan fisik fasilitas
Pemurnian di dalam negeri dari Verifikator
Independen;
d. laporan mutakhir estimasi cadangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. rencana penjualan ke luar negeri yang memuat,
antara lain, jenis dan jumlah Mineral Logam yang
telah memenuhi batasan minimum
Pengolahan/nikel dengan kadar <1,7% (kurang dari
satu koma tujuh persen)/bauksit yang telah
dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar
Al2O3 > 42% (lebih dari atau sama dengan empat
puluh dua persen), nomor Pos Tarif/HS (Harmonized
System), pelabuhan muat, pelabuhan bongkar, dan
negara tujuan.
- 12 -
Pasal 10
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dan Pasal 9 ayat (4) dilakukan untuk menetapkan:
- 13 -
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 11
(1) Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan
pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan penjualan mineral ke luar negeri;
b. kemajuan fasilitas pemurnian di dalam negeri yang
terdiri atas:
1. kemajuan fisik fasilitas pemurnian; dan
2. besaran serapan biaya pembangunan fasilitas
pemurnian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3) Kemajuan fisik pembangunan fasilitas Pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1
harus mencapai paling sedikit 90% (sembilan puluh
persen) dari rencana kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian yang dihitung secara kumulatif
sampai 1 (satu) bulan terakhir.
(4) Dalam hal persentase kemajuan fisik pembangunan
fasilitas Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak tercapai, Direktur Jenderal atas nama Menteri
menerbitkan Rekomendasi kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan
untuk mencabut Persetujuan Ekspor yang telah
diberikan.
- 15 -
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
1. Rencana pembangunan fasilitas Pemurnian yang telah
disetujui oleh Direktur Jenderal sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini wajib disesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
2. Jaminan kesungguhan yang telah ditempatkan oleh
pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, Kontrak
Karya, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini dapat dicairkan sesuai dengan
kemajuan pembangunan fasilitas Pemurnian dalam
jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
3. Dalam hal terhadap pencairan jaminan kesungguhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih terdapat sisa
jaminan kesungguhan, sisa jaminan kesungguhan
disetorkan ke kas negara melalui bank persepsi.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan
Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian
(Berita Negara Republik Negara Indonesia Tahun 2016 Nomor
185), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.