Anda di halaman 1dari 13

JST 1 (1) (2012)

JURNAL SENI TARI

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

UPAYA MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI


TARI KRIDHA JATI DI SANGGAR HAYU BUDAYA KELURAHAN
PENGKOL JEPARA

Nainul Khutniah Veronica Eny Iryanti

Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tari Kridah Jati merupakan tari khas kota Jepara yang menggambarkan kegiatan keseharian sebagian besar
Diterima Januari 2012 masyarakat Jepara sebagai pengrajin ukir, dan merupakan kegiatan mengukir tersebut menjadi salah satu mata
Disetujui Februari 2012 pencaharian utama bagi masyarakat Jepara. Sejak terciptanya tari Kridha Jati pada tahun 1996, tari Kridha Jati
tidak serta merta bisa langsung dikenal semua masyarakat jepara , dan juga tidak mampu menarik minat para
Dipublikasikan Juni
generasi muda untuk mempelajari tari tersebut. Penelitian ini mengambil subjek Upaya Mempertahankan
2012
Eksistensi tari Kridha Jati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan Upaya
________________ Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Kecamatan Jepara
Keywords: Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upaya yang dilakukan oleh pihak sanggar dan
Efforts to Defend, Existence, kerjasama sanggar dengan pihak PEMDA Jepara, Dinas Pariwisata Jepara dan Sekolah tempat Endang
Dance Kridha Jati Murtining Rahayu mengajar ekstra. Selain itu, penelitian ini memaparkan ragam gerak tari Kridha Jati, iringan
____________________ tari Kridha Jati serta aspek pertunjukan yang meliputi tata rias dan tata busana tari Kridha Jati. Temuan lain
yaitu Eksistensi Tari Kridha Jati, sebagai tari khas kota Jepara dan difungsikan sebagai penyambutan tamu, tari
Kridha Jati sering dipertunjukan dalam acara-acara penting yang diadakan oleh pihak PEMDA dan Dinas
Pariwisata.

Abstract
___________________________________________________________________
Dance is a dance typical Kridah Jati Jepara city which describes most of the daily activities as craftsmen Jepara carving, an d
an activity carved into one of the main livelihood for the people of Jepara. Since the creation of dance in 1996 Kridha Jati,
dance Kridha Jati not necessarily be directly known to all the people jepara, and also not able to attract the younger genera tion
to learn the dance. This research takes a subject attempts Maintaining existence Kridha Jati dance. The purpose of this study
was to determine and describe efforts Kridha Jati Maintaining Presence Dance Studio Hayu Budaya Identity in Urban
pengkol Jepara district Jepara regency. The results showed that the efforts made by the studio and studio collaboration with the
local government Jepara, Jepara Tourism Office and School where Endang Rahayu Murtining tutor. Additionally, this study
describes various dance Kridha Teak, Teak Kridha dance accompaniment and performance aspects including grooming and
fashion dance Kridha Jati. Another finding that existence of Kridha Jati Dance, as well as supporting and inhibiting factors
Kridha Jati dance.

2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252- 6625


Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: nainul@yahoo.com

9
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

PENDAHULUAN mengembangkan tari yang pernah Endang


Murtining Rahayu buat bersama kawan-
Jepara adalah kota kecil di Jawa kawan yang bernama tari Ukir-ukiran
Tengah Indonesia yang terletak di Pantai menjadi lebih terkonsep lagi sesuai identitas
Utara Jawa. Kabupaten Jepara memiliki kabupaten Jepara. Pihak pemerintah
populasi sekitar satu juta jiwa. Kota Jepara kabupaten Jepara pun menyetujui hal
adalah kerajaan penting pada pertengahan tersebut.
abad ke-XVI, setelah diperintah oleh Ratu Terciptalah pada saat itu juga tari
Kalinyamat. Belanda kolonial disingkirkan Kridha Jati dengan waktu tiga hari. Tari
sebanyak dua kali dalam satu tahun untuk Kridha Jati merupakan tari yang mempunyai
memecahkan monopoli perdagangan mereka arti Kridha karya muda dan Jati adalah
di Jepara. Ratu kalinyamat juga berjasa ciri kota Jepara sebagai kota Ukir dan
dalam membudayakan seni ukir yang terkenal dengan ukiran kayu jatinya. Dengan
sekarang menjadi andalan utama ekonomi demikian tari Kridha Jati adalah Jati Ukir
Jepara. Selain itu seni ukir menjadi identitas Karya Muda. Tari Kridha Jati merupakan
kota Jepara, hal ini dibuktikan adanya tari yang menceritakan kegiatan orang
peninggalan seni ukir pada bagian-bagian mengukir, dari proses pencarian kayu di
Masjid yang berada di Mantingan, di mana hutan, menggambarkan obyek di kayu,
desa Mantingan merupakan tempat menatah hingga diplitur warna-warni,
pemakaman Ratu Kalinyamat dan suaminya kemudian dipasarkan. Gerakan yang
Pangeran Hadirin. dilakukan adalah gerakan menirukan gerak
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang keseharian para pengrajin ukir yang
semakin berkembang tentunya menjadi diungkapkan dengan memperindah dan
faktor yang mempengaruhi perkembangan mengembangkan gerakan keseharian
seni ukir yang yang selama ini berkembang tersebut menjadi gerak gagah putra alus yang
di masyarakat dan mengalami kemajuan ditampilkan dengan gerakan trisik, mlaku,
serta mengalami pergeseran diberbagai hal. telu, tumpang tali, sehingga menjadi tarian
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah yang utuh dan dapat dinikmati.
setempat yang pada masa itu pemerintahan Menurut Endang Murtining Rahayu
daerah masih dipimpin oleh Drs. Bambang tari Kridha Jati mendapat penghormatan
Poerwadi meminta para seniman yang ada sebagai tari khas kabupaten Jepara, hal ini
di Jepara untuk menciptakan tarian yang dikarenakan tari Kridha Jati bisa mewakili
menyimbolkan kabupaten Jepara sebagai kegiatan keseharian sebagian besar
Kota Ukir. Tujuan tersebut dimaksudkan masyarakat Jepara sebagai pengrajin ukir,
supaya seni ukir bisa dinikmati melalui seni dan merupakan kegiatan mengukir tersebut
lain yaitu melalui seni tari, selain itu juga menjadi salah satu mata pencaharian utama
dimaksudkan supaya Jepara bisa mengikuti bagi masyarakat Jepara.
lomba tingkat nasional di Jakarta. Setiap Setelah terciptanya tari Kridha Jati
kesenian tradisional mempunyai fungsi tidak serta merta bisa langsung dikenal
keberadaannya dalam masyarakat. semua masyarakat jepara , dan juga tidak
Pada tahun 1996 Endang Murtining mampu menarik minat para generasi muda
Rahayu yang mempunyai basik seniman ISI untuk mempelajari tari tersebut. Namun hal
Jogjakarta termotivasi untuk mewujudkan ini tidak membuat Endang Murtining
keinginan beliau. Endang Murtining Rahayu Rahayu patah semangat untuk
pada saat itu menawarkan kepada Drs. mensosialisasikan tari Kridha Jati. Endang
Bambang Poerwadi dan team pembuat Murtining Rahayu pun menjalankan
rumusan tari bersama Kasi Kebudayaan sosialisasinya dengan melalui kegiatan
Jepara untuk mengubah dan sanggar beliau mengajarkan tari Kridha Jati,
10
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

pementasan-pementasan, dan juga untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.


mengajrkan tari Kridha Jati kepada anak (deeanastasia.blogspot.com/.) Menurut
didiknya pada kegiatan ekstakulikuler di Jacobus (2006:115) pelestarian sebagai
sekolah tempat Endang Murtining Rahayu kegiatan atau yang dilakukan secara terus
mengajar ekstrakuliker tari. menerus, terarah dan terpadu guna
Berdasarkan perjalanan sejarah mewujudkan tujuan tertentu yang
tersebut peneliti tertarik untuk mencerminkan adanya sesuatu yang tetap
mendiskripsikan dan mengetahui Upaya dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan
Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati selektif. Mengenai pelestarian budaya lokal,
di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol mengemukakan bahwa pelestarian norma
Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. lama bangsa (budaya lokal) adalah
Menurut kamus Bahasa Indonesia mempertahankan nilai-nilai seni budaya,
(1994: 751) menyebutkan pengertian upaya nilai tradisional dengan mengembangkan
adalah tindakan yang dilakukan seseorang, perwujudan yang bersifat dinamis, luwes
untuk mencapai apa yang diinginkan atau dan selektif, serta menyesuaikan dengan
merupakan sebuah strategi. Upaya adalah situasi dan kondisi yang selalu berubah dan
serangkaian langkah atau cara yang berkembang.
ditempatkan untuk mencapai suatu maksud Menurut Save M. Dagun (1990: 190)
atau tujuan. Sedangkan upaya kata eksistensi berasal dari kata latin existere,
mempertahankan adalah suatu langkah, cara dari ex= keluar, sitere= membuat berdiri yang
untuk mempertahankan atau menjaga artinya apa yang ada, apa yang memiliki
sesuatu supaya tetap utuh dan menjadi lebih aktualitas, apa saja yang dialami. Konsep ini
baik. (abstrak.digilib.upi.edu). menekankan bahwa sesuatu itu ada.
Upaya mempertahankan bisa juga Menurut Durkheim (1990: 162) arti eksistensi
diartikan pelestarian. Pelestarian dalam (keberadaan) adalah adanya. Dalam
kamus bahasa Indonesia (1994: 982) berasal filsafat eksistensi, istilah eksistensi diberikan
dari kata dasar lestari, yang artinya adalah arti baru, yaitu sebagai gerak hidup dari
tetap selama-lamanya, tidak berubah. manusia konkret. Di sini kata eksistensi
Kaidah penggunaan bahasa Indonesia, diturunkan dari kata kerja latin ex-sistera.
penggunaan awal ke- dan akhiran -an artinya Berada (to exist) artinya muncul atau tampil
digunakan untuk menggambarkan sebuah keluar dari suatu latar belakang sebagai
proses atau upaya (kata kerja). Berdasarkan sesuatu yang benar-benar ada (Ostina
kata kunci lestari tersebut maka ditambah Panjaitan, 1996: 14). Dalam kamus kata
awalan ke- dan akhiran -an, maka yang serapan, Martinus (2001: 149)
dimaksud pelestarian adalah upaya untuk mengungkapkan bahwa eksistensi adalah hal,
membuat sesuatu tetap selama-lamanya atau hasil tindakan, keadaan, kehidupan semua
tidak berubah. Pelestarian juga dapat yang ada. Dari teori tersebut dapat
diartikan suatu proses atau teknik yang disimpulkan bahwa adanya yang
didasarkan pada kebutuhan individu itu dimaksud adalah keberadaan sesuatu dalam
sendiri. Kelestarian tidak dapat berdiri kehidupan. Unsur dari eksistensi tersebut
sendiri. Oleh karena itu harus dikembangkan meliputi lahir, berkembang dan mati. Dapat
pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun disimpulkan bahwa, sama yang terjadi pada
dengan cara mendalami atau paling tidak eksistensi kesenian tari Kridhajati, yang
mengetahui tentang budaya itu sendiri. mengalami proses lahir dan berkembang
Mempertahankan nilai budaya, salah menurut keadaan dan kebutuhan yang
satunya dengan mengembangkan seni terjadi pada masyarakat saat itu. Eksistensi
budaya tersebut disertai dengan keadaaan menurut Kierkegaard (1996: 6) menyatakan
yang kita alami sekarang ini. Yang bertujuan bahwa manusia itu eksistensi, bereksistensi
11
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

berarti merealisir diri, terlibat (engagemen), diciptakan dan digiati dalam lingkungan
mengikat diri dengan bebas, mempraktekkan tertentu, sehingga nilai kehadirannya pun
keyakinannya dan mengisi kebebasannya, tergantung pada lingkungan tersebut. Sekian
dapat diartikan bahwa manusia saja yang banyak kekayaan seni budaya Indonesia, tari
bereksistensi karena dunia hewan-hewan dan adalah salah satu bidang seni yang
segala sesuatu yang lain hanya ada. Juga merupakan bagian dari kehidupan manusia.
tuhan ada. Tetapi manusia harus Tari merupakan kegiatan kreatif dan
bereksistensi, yaitu menjadi (dalam waktu konstruktif yang dapat menimbulkan
seperti ia akan ada secara abadi). intensitas emosional dan makna. Menurut
Kierkegaard mengartikan eksistensi sebagai Amir rochyatmo (1986:73), tari adalah gerak
cara berada setiap individu manusiawi yang ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa
konkret dan unik. Menurut Kayam (1981: manusia, dengan memperhatikan unsur
38) kesenian itu tidak dapat terlepas dari ruang dan waktu. Begitupun dengan tari
masyarakat pendukungnya, sebagai salah Kridha Jati yang menggambarkan kegiatan
satu bagian dari kebudayaan, kesenian masyarakat Jepara terhadap kegiatan
merupakan kreativitas manusia serta mengukir, mempunyai nilai keindahan
masyarakat sebagai pendukungnya. Apabila tersendiri sebagai tari khas kabupaten Jepara
kesenian telah menjadi milik seluruh anggota yang mengidentitaskan sebagian besar
masyarakat maka eksistensi kesenian tersebut kegiatan masyrakat Jepara. Tari juga bisa
tergantung pula dari masyarakat dibedakan berdasarkan pola garap.
pendukungnya. Hal ini dikarenakan suatu Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
bentuk kesenian rakyat akan tetap eksis atau tari Kridha Jati yang berdasarkan pola garap,
bertahan hidupnya, apabila mempunyai merupakan tari Tradisional. Tari tradisional
fungsi tertentu di dalam masyarakat. adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang
Kesenian tari melangkah maju dan dalam suatu masyarakat yang kemudian
berkembang sejalan dengan kehidupan diturunkan atau diwariskan secara terus
manusia. Dimana manusia masih mampu menerus dari generasi kegenerasi. Dengan
bergerak, maka tari akan tercipta dan kata lain, selama tarian tersebut masih sesuai
berkembang. Manusia menciptakan tari dan diakui oleh masyarakat pendukungnya
sesuai dengan ungkapan hidup dan juga termasuk tari tradisional (M.Jazuli, 2008:71).
merupakan rangkuman gerak yang Tari tradisional dapat dibedakan
bersumber dari alam se-keliling. Menurut menjadi tiga yaitu tari klasik, tari rakyat dan
M.Jazuli (2008:7), tari adalah bentuk gerak tari kreasi, tari Kridha Jati merupakan tari
yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, tradisional kerakyatan. Tari rakyat adalah
berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud tarian yang sudah mengalami perkembangan
dan tujuan tari. Tari merupakan ekspresi sejak jaman masyarakat primitif sampai
jiwa manusia yang diungkapkan dengan sekarang (Soedarsono, 1972:20). Pada
gerak ritmis yang indah (soedarsono, 1986: dasarnya segala aktivitas yang dilakukan
24). Tari adalah gerak ritme yang (dengan manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan
kesadaran) dibentuk dengan tubuh sebagai dalam hidupnya, seperti belajar, bekerja,
media di dalam ruang (Corrie Hartong 1996: bermain, dan berkesenian. Kebutuhan yang
32). Tari adalah salah satu pernyataan terakhir tersebut erat hubungannya dengan
budaya. Oleh karena itu maka sifat, gaya pemenuhan santapan estetis. Peranan tari
dan fungsi tari selalu tak dapat dilepaskan sebagai cabang kesenian bukan hanya dapat
dari kebudayaan yang menghasilkannya memenuhi kebutuhan itu, tetapi juga dapat
(Sedyawati, 1986:3). Hidup dan tumbuhnya menunjang kepentingan kegiatan manusia.
tari sangat erat berkaitan dengan citra Fungsi tari dalam kehidupan manusia adalah
masing-masing kebudayaan itu, bahwa tari untuk kepentingan upacara, untuk hiburan,
12
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

sebagai seni pertunjukan, dan media pertunjukan juga bervariasi, yaitu anak-anak,
pendidikan. Sedangkan fungsi tari Kridha remaja, dan orang dewasa. Mengenai jumlah
Jati bagi kehidupan adalah berfungsi sebagai pelaku bervariasi yaitu pelaku tunggal
hiburan. Kata hiburan lebih menitik berpasangan dan kelompok (Cahyono
beratkan kepada pemberian kepuasan 2002:79).
perasaan, tanpa mempunyai tujuan yang Gerak adalah yang menjadi unsur
lebih dalam seperti untuk memperoleh utama dalam tari yang mengandung aspek
pengetahuan dan pengalaman dari apa yang tenaga, ruang dan waktu. Maksudnya adalah
dilihatnya (M.Jazuli, 2008:58). untuk menimbulkan gerak yang halus yang
Pertunjukan dalam Kamus Besar mempunyai kekuatan dan mampu
Bahasa Indonesia (1994:974) mempunyai mengubah suatu sikap dari anggota tubuh.
arti memperlihatkan tontonan, Perubahan sikap bisa dikatakan gerak dalam
mempertontonkan (gambar hidup, seni tari adalah merupakan hasil dari proses
sandiwara, tari-tarian). Maka dapat pengolahan dari gerak yang telah mengalami
disimpulkan bahwa pertunjukan merupakan stilisasi atau diolah (Jazuli 1989:4). Menurut
sesuatu yang dilihat dan didengar. Hal Murgiyanto (1992:4) bahwa tidak semua
tersebut dipertegas oleh Murgiyanto gerak dapat dikatakan bahan penyusunan
(1996:49) seni pertunjukan meliputi berbagai tari atau merupakan gerak tari. Setiap gerak
macam tontonan, semua tontonan dapat dapat diubah atau digarap menjadi gerak tari
disebut pertunjukan. Untuk dikatakan dengan melakukan idealisasi (pengindahan)
sebagai sebuah pertunjukan, maka sebuah atau distorsi (perubahan) dari bentuknya
tontonan harus memenuhi empat syarat yang biasa.
pertunjukan yaitu: 1) harus ada tontonan Musik iringan dalam tari merupakan
yang direncanakan untuk disuguhkan sarana pendukung yang tidak dapat
kepada penonton, 2) pemain yang dipisahkan dengan yang lainnya karena
mementaskan pertunjukan, 3) adanya peran keduanya berasal dari sumber yang sama
yang dimainkan, 4) dilakukan di atas pentas pula. Fungsi iringan dalam tari menurut
dan iringi musik. Jazuli (1989:9) sebagai berikut: 1) Sebagai
Pertunjukan secara garis besar pengiring tari maksudnya dalam musik yang
digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) perilaku dapat berperan untuk mengiringi suatu
manusia atau disebut juga pertunjukan, 2) tarian saja sehingga tidak banyak
pertunjukan budaya yang meliputi menentukan atau lebih mengutamakan isi
pertunjukan seni, olahraga, ritual, festifal- tari, 2) Sebagai pemberi suasana tari seperti
festifal dan berbagai bentuk keramaian. suasana sedih, gembira, tegang, bingung dan
Pertunjukan jenis ini yang penting bukanlah sebagainya, 3) Sebagai ilustrasi atau
bentuk ungkapan artistiknya, melainkan pengantar tari maksudnya memberi suasana
tujuannya sangat diperlukan oleh pada saat tertentu jika dibutuhkan pada
masyarakat (Soedarsono 2002:105). suatu garapan.
Semua jenis seni pertunjukan Tata busana tari mempunyai fungsi
memerlukan penyaji sebagai pelaku, artinya untuk mendukung tema atau isi tarian dan
seniman yang terlibat langsung atau tidak untuk memperjelas peranan-peranan dalam
langsung dalam mengetengahkan atau suatu pememtasan tari. Busana yang baik
menyajikan bentuk seni pertunjukan. Bentuk bukan hanya menutup tubuh saja tetapi
penyajian tari tertentu ada yang melibatkan mendukung desain ruang disaat penari
pelaku laki-laki atau pelaku wanita dan sedang menari (Jazuli 1989 : 16).Dalam
menampilkan pelaku laki-laki bersamaan pementasan tari tata rias sangatlah
dengan pelaku wanita. Demikian pula membantu mewujudkan ekspresi muka
halnya dengan usia atau umur seni penari. Tata rias busana tidak sekedar
13
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

bertujuan untuk mempercantik diri atau (1984: 569) sanggar adalah tempat
ganteng, tetapi betul-betul disesuaikan pertemuan yang dihadiri sekelompok
dengan peranan yang akan dibawakan oleh manusia atau orang yang biasa diadakan
penari. Rias yang tidak sesuai dapat secara teratur dan berkala untuk
memberi kesan jelek, juga dapat mengadakan penelitian, diskusi, kegiatan
mengacaukan ekspresi penari tersebut pembahasan mengenai bidang tertentu.
(Suhendi 1986:8). Tata rias bagi penari Sanggar merupakan pendidikan luar sekolah,
senantiasa menjadikan perhatian yang yaitu pendidikan yang diterima dalam
sangat penting karena fungsi rias disamping keluarga, dalam lembaga yang tidak berupa
merubah karakter pribadi menjadikan faktor sekolah atau masyarakat (koentjaraningrat
tokoh yang diperankan, juga berfungsi untuk 1984: 38).
memperkuat ekspresi dan menambah daya Sifat sanggar tari adalah organisasi
tarik atau kecantikan dalam penampilan yang dikelola secara professional pada
(Jazuli 1989:18). Tata rias wajah yang bidang tertentu atau mengkhususkan pada
digunakan untuk tari Kridha Jati adalah rias bidang tari. Bagi anggota sanggar yang telah
korektif baik untuk penari wanita maupun menyelesaikan masa keanggotaannya
penari pria. Menurut Sri Lestari dan Dyah mendapatkan bukti diri sebagai anggota
Agus Sulistyowati (2002:28) organisasi berupa sertifikat. Disamping itu sanggar tari
merupakan salah satu wadah dalam diharapkan dapat berfungsi untuk
pembentukan kolektivitas yang dimaksudkan mengembangkan sekaligus melestarikan seni
untuk mencapai tujuan-tujuan khusuan. tari sebagai wadah dalam kehidupan dan
Organisasi ditandai dengan adanya aturan- bisa meningkatkan keterampilan serta
aturan formal, hubungan kewenangan atau kemampuan anak didik di sanggar Hayu
otoritas, pembagian kerja, dan keanggotaan Budaya (Jazuli 1994 : 57).
yang di batasi. Bentuk-bentuk organisasi Berdasarkan beberapa uraian tersebut
yang dikenal dalam masyarakat ada 3, yaitu dapat disimpulkan bahwa sanggar seni tari
(1) organisasi sosial masyarakat, (2) adalah suatu tempat atau sarana yang
organisasi sosial keagamaan, (3) organisasi digunakan oleh suatu komunitas atau
profesi. sekumpulan orang untuk melakukan suatu
Sanggar adalah salah satu contoh kegiatan pelatihan seni tari yaitu kegiatan
organisasi yang ada di masyarakat, sesuai yang lebih memfokuskan pada bidang tari,
bentuknya sanggar merupakan organisasi baik tari tradisi maupun tari modern.
profesi, karena organisasi yang bercirikan Sanggar tari merupakan bentuk pendidikan
terbentuk karena tujuan khusus yang saling non formal yang melakukan kegiatan secara
berkaitan dengan permasalahan dengan terorganisasi dan mengutamakan
kepentingan dalam suatu profesi. Hal yang penguasaan ketrampilan menari bagi
menyatukan anggota dalam organisasi ini anggota belajarnya. Sanggar Hayu Budaya
adalah tujuan, kepentingan dan visi yang merupakan sanggar tari yang kegiatannya
sama. Sedangkan sanggar sendiri lebih memfokuskan pada bidang tari
mempunyai arti suatu tempat atau sarana tradisional.
yang di gunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk melakukan suatu METODE
kegiatan ( Wikipedia bahasa Indonesia
25/07/2012). Metode yang digunakan dalam
Sanggar merupakan wadah kegiatan penelitian ini adalah metode kualitatif. Data
dalam membantu menunjang keberhasilan diperoleh melalui wawancara, observasi, dan
penguasaan keterampilan (Rusliana, 1994: dokumentasi. Analisis data yang digunakan
13). Sedangkan menurut Poerwadarminto dalam pemelitian ini mengacu pada analisis
14
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

Milles & Hiberman (1992:15-21), yakni Kelurahan Pengkol berada di pusat


proses analisis data yang digunakan secara keramaian kota yang mudah dijangkau.
serempak mulai dari proses pengumpulan Kelurahan Pengkol memiliki jumlah
data, mereduksi, mengklarifikasi, penduduk yang cukup banyak. Berdasarkan
mendeskripsikan, menyimpulkan dan data yang tercatat di Kantor Kelurahan
menginterpretasikan semua informasi secara Pengkol, sampai bulan Juni 2012, penduduk
selektif. kelurahan Pengkol berjumlah 7.022 jiwa,
yang terdiri dari 3.517 jiwa laki-laki dan
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.505 jiwa perempuan, dengan rincian 6.994
jiwa WNI dan 28 jiwa WNA.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Mata pencaharian penduduk Jepara
Kelurahan Pengkol merupakan sebagaian besar adalah wiraswasta, selain
sebuah desa yang strategis, hal itu sebagai wiraswasta adalah Pegawai Negeri
disebabkan karena letaknya yang tidak jauh Sipil (PNS), pertukangan, tani, buruh tani,
dari pusat Kota Jepara. Kelurahan Pengkol pensiunan, perdagangan dan jasa.
dari kota kecamatan berjarak 1 km, dari kota Berdasarkan hasil penelitian
kabupaten berjarak 1,5 km, dan dari ibu kota menunjukkan jumlah penduduk 5108 jiwa di
provinsi berjarak 84 km. Kelurahan Pengkol kelurahan Pengkol tercatat sebanyak 349
mempunyai batas wilayah sebagai berikut, penduduk telah menyelesaikan
sebelah Utara berbatasan dengan Desa pendidikannya di tingkat perguruan tinggi,
Mulyoharjo, sebelah Selatan berbatasan 1.686 penduduk telah menyelesaikan
dengan Kelurahan Panggang, sedangkan pendidikan tingkat SMA, kemudian 1.279
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan penduduk telah lulus jenjang pendidikan
Ujung Batu, dan sebelah Timur berbatasan SMP dan 987 penduduk telah lulus SD dan,
dengan Kelurahan Saripan.Kelurahan 614 penduduk sedang dalam proses
Pengkol memiliki luas wilayah 80.800 ha penyelesaian pendidikan tingkat SD
dengan curah hujan 3232 mm/th, yang sedangkan sejumlah 193 penduduk tidak
merupakan dataran rendah dengan sekolah.
ketinggian permukaan tanah 2-17 m dari Penduduk Kelurahan Pengkol
permukaan air laut, suhu udara rata-rata mayoritas memeluk agama Islam. Pemeluk
32c. Kelurahan Pengkol terdiri dari 29 RT, agama lain yaitu Kristen, Katholik, Budha,
7 RW dan 1895 kepala keluarga. Jumlah dan Hindu.
penduduk Kelurahan Pengkol 7022 jiwa,
yang terdiri dari 6.994 jiwa WNI dan 28 jiwa Sanggar Hayu Budaya
WNA, dengan rincian jumlah penduduk Sanggar merupakan suatu tempat atau
laki-laki 3.517 jiwa dan jumlah penduduk sarana yang di gunakan oleh suatu
perempuan 3.505 jiwa.Wilayah Kelurahan komunitas atau sekumpulan orang untuk
Pengkol terbagi oleh pemukiman, jalan, dan melakukan suatu kegiatan.Sanggar yang ada
bangunan umum, yang mudah dijangkau di Kelurahan Pengkol dan bergerak dibidang
dengan menggunakan transportasi umum pelatihan tari tradisional klasik ataupun
maupun pribadi. Jenis pemukiman terbagi kreasi baru. Sanggar tersebut bernama
menjadi 4, yaitu rumah permanen ada 1.102, sanggar Hayu Budaya yang dipimpin oleh
rumah semi permanen 684, rumah non Endang Murtining Rahayu yang merupakan
permanen 144, dan perumnas 99. Untuk pencipta tari Kridha Jati, dan sanggar ini
akses jalan ada tiga jenis, sarana komunikasi didirikan pada tahun 1988. Selain pelatihan,
3 jenis, sarana transportasi 5 jenis dan ada 46 sanggar Hayu Budaya juga melakukan
usaha industri. Hal ini dikarenakan kegiatan penciptaan tari, tari yang sudah
tercipta adalah tari Kridha Jati, sedangkan
15
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

yang masih dalam tahap rencana adalah tari Jepara mengikuti lomba tingkat
Nelayan. nasional terebut dan mendapatkan urutan 16
Pelatihan rutin yang diadakan di dari 37 provinsi. Tari Kridha Jati disahkan
sanggar Hayu Budaya dilaksanakan satu oleh BAPEDA pada tanggal 9 April 2002.
minggu sekali, beda halnya jika ada Tari Kridha Jati merupakan tari yang
pementasan. Diadakan latihan rutin sebelum berfungsi sebagai hiburan yang bisa ditarikan
hari pementasan, minimal tiga kali latihan secara tunggal, berpasangan, kelompok
berturut-turut sebelum pementasan. ataupun massal dan merupakan tari
tradisional yang bersifat kerakyatan. Tari
Tari Kridha Jati Kridha Jati mempunyai durasi pementasan
Tari Kridha Jati awal diciptakan pada selama 10 menit, dan tari Kridha Jati dapat
tahun 1994 oleh Endang Murtining Rahayu di pentaskan di arena terbuka, tertutup, di
sebagai koreografer atau pencipta tari lapangan atau di panggung karena dapat
dibantu kawan-kawan seniman membuat diiringi secara langsung ataupun kaset.
sebuah tarian, dan tarian itu diberi nama tari Tari Kridha Jati merupakan tari yang
Ukir-Ukiran. Kemudian pada tahun 1996, menceritakan kegiatan orang mengukir, dari
Endang Murtining Rahayu atau dipanggil proses pencarian kayu di hutan,
Rahayu mendapat perintah dari Bupati menggambarkan obyek di kayu, menatah
Jepara, pada masa itu Jepara masih dipimpin hingga diplitur warna-warni, kemudian
oleh Bambang, untuk membuat tarian khas dipasarkan. Gerakan yang dilakukan adalah
yang mencirikan daerah Jepara sebagai gerakan menirukan gerak keseharian para
identitas kota Jepara. Tarian itu pengrajin ukir yang diungkapkan dengan
dimaksudkan untuk mengikuti lomba tingkat memperindah dan mengembangkan gerakan
nasional di Jakarta, dan masa itu Jepara keseharian tersebut menjadi gerak gagah
terpilih mewakili Jawa Tengah. putra alus yang ditampilkan dengan gerakan
Rahayu pada saat itu menawarkan trisik, mlaku, telu, tumpang tali, sehingga
kepada Bupati dan team pembuat rumusan menjadi tarian yang utuh dan dapat
tari bersama kasi Kebudayaan Jepara yang dinikmati.
pada masa itu dijabat oleh Sarno Supodo,
Sujono sebagai Kabag Umum, dan Eksistensi Tari Kridha Jati
ir.Sugiarto sebagai kepala DPU, untuk Fungsi tari Kridha Jati sebagai penyambutan
merubah dan mengembangkan tari yang tamu
pernah dibuat Rahayu yaitu tari Ukir-Ukiran Tari Kridha Jati menceritakan tentang
menjadi tarian khas Kota Jepara, dan lebih masyarakat yang melakukan kegiatan
terkonsep lagi sesuai ciri daerah Jepara. mengukir, dan kegiatan mengukir
Bupati dan para stafnya pada waktu itu merupakan pekerjaan sebagian masyarakat
langsung menyetujui, karena mengingat Jepara, maka dari itu tari Kridha Jati
waktu yang sangat mendesak. merupakan tari khas kota Jepara. Sebagai
Rahayu mulai menggarap kembali tari tari khas kota Jepara, tari Kridha Jati
Ukir-Ukiran menjadi lebih terkonsep sesuai mempunyai fungsi sebagai tari penyambutan
jati diri Kota Jepara. Dalam waktu tiga hari, dan merupakan tari tradisional kerakyatan.
tari tersebut dapat terselesaikan dan diberi Sebagai tari khas kota Jepara dan
nama tari Kridha Jati, yang berarti Kridha difungsikan sebagai penyambutan tamu, tari
adalah karya muda, sedangkan Jati adalah Kridha Jati sering dipertunjukan dalam
ciri kota Jepara sebagai kota Ukir dan acara-acara penting yang diadakan oleh
terkenal dengan ukiran kayu jatinya, yang pihak PEMDA dan Dinas Pariwisata,
berarti Jati Ukir. misalnya kunjungan Gubernur Jawa Tengah
ke Jepara dalam acara pembukaan Pameran
16
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

kerajinan ukir yang diadakan di pendopo yang diadakan di alun-alun kota Jepara dan
kabupaten pada tanggal 14 Agustus 2010, diikuti oleh 300 peserta dari sekolah-sekolah
yang ditarikan tujuh orang ditarikan di yang ada di Jepara yang meliputi SMA
plataran depan panggung. Negeri 1 jepara, SMK 3 jepara, SMA Bakti
Praja, SMP Negeri 1,2 5dan 6. Pernah juga
Fungsi tari Kridha Jati sebagai hiburan diadakan pementasan dalam acara
Fungsi tari Kridha Jati sebagai tari Pokdarwis pada tanggal 23 juni 2011 di
hiburan yang dimaksudkan disini adalah tari Purbalingga yang diikuti oleh ibu-ibu PKK.
Kridha Jati dipentaskan untuk menghibur Perkembangan yang lain tentang
para penonton yang melihatnya, misalnya pembaharuan gerak dari awal terciptanya
tari Kridha Jati yang dipentaskan dalam tari Kridha Jati sampai sekarang belum
acara tertentu dan ditujukan untuk pernah dilaksanakan, adanya perubahan
dipertontonkan seperti pada acara pentas kostum pada tari Kridha Jati yang semula
seni. tidak berpayet dan hanya satu warna
menjadi berpayet dan mulai barani
Keberadaan Tari Kridha Jati menambah warna sehingga terlihat modern.
Keberadaan atau eksistensi tari Kridha
Jati dapat dilihat dari intensitas Peminat Tari Kridha Jati
pertunjukannya sesuai sumber yang didapat, Pementasan tari Kridha Jati masih
peneliti dari hasil wawancara kepada sering dilaksanakan apalagi pada acara-acara
pemimpin sanggar, selama surat penelitian penting dan hari penting seperti sambutan
di keluarkan yaitu bulan Mei sampai bulan tamu penting dan hari jadi kota Jepara.
Agustus, tari Kridha Jati pernah melakukan Selain pada acara-acara penting tari Kridha
pentas sebanyak tiga kali, yaitu di desa Jati juga sering dipentaskan pada acara-acara
Mlonggo dalam acara pesta pernikahan pada pernikahan (resepsi), hal ini dibuktikan
tanggal 6 Juni 2012, di pendopo bupati pada adanya tarif pementasan yang disesuaikan
tanggal 2 Mei 2012, dan di stadiun Kamal dengan acara yang akan dilaksanakan dan
Junaidi pada tanggal 17 Agustus 2012. sesuai jumlah penari yang diinginkan oleh
Pengelola sanggar mulai mengupayakan pihak yang punya acara. Dengan adanya
pementasan tari Kridha Jati di daerah tarif yang dapat menyesuaikan dengan dana
Jepara.Pengelola sanggar merasa bahwa tari yang ada pada acara tersebut sehingga minat
Kridha Jati merupakan kebanggan tersendiri, masyarakat maupun pihak dinas menjadi
sehingga tari Kridha Jati dapat pentas dalam lebih banyak. Seringnya pementasan tari
acara-acara penting. Kridha Jati dalam acara-acara penting yang
Perkembangan eksistensi tari Kridha diadakan oleh PEMDA dan Dinas
Jati masih ada, mengingat bahwa pengelola Pariwisata serta pengelola sanggar masih
masih mengupayakan pementasan lebih mengupayakan eksistensi tari Kridha Jati
lanjut dan pengelola juga bekerjasama secara lebih lanjut, menambah kekuatan
dengan PEMDA serta Dinas Pariwisata. eksistensi tari Kridha Jati.
Dengan adanya kerjasama ini PEMDA dan
Dinas Pariwisata berperan serta dalam Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari
perkembangan pementasan tari Kridha Jati, Kridhajati Di Sanggar Hayu Budaya
hal ini dibuktikan dengan adanya Tari merupakan salah satu warisan
pementasan tari Kridha Jati dalam acara- budaya yang perlu kita jaga dan kita
acara penting PEMDA dan Dinas Pariwisata lestarikan keberadaannya, karena suatu
serta pernah ditampilkannya tari Kridha Jati budaya adalah cerminan suatu bangsa, maka
secara massal pada tanggal 10 April 2009 dari itu sebagai warga yang baik kita perlu
dalam acara peringatan hari jadi kota Jepara mempertahankan kebudayaan yang sudah
17
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

ada. Adapun Salah satu contoh warisan atau peraturan daerah tentang tari Kridha
budaya adalah tari Kridha Jati yang ada di Jati itu sendiri. Upaya yang dilakukan pihak
Jepara. Tari Kridha Jati tetap dijaga PEMDA terkait kerjasama dengan pihak
keberadaannya kerana merupakan tarian sanggar adalah selalu menampilkan tari
khas kota Jepara. Oleh karena itu sanggar Kridha Jati dalam acara event-event penting
Hayu Budaya berusaha untuk misalnya dalam acara penyambutan tamu
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati. dari instansi pemerintahan sebagai contoh
Adapun upaya tersebut antara lain: pada tanggal 14 agustus 2010 sebagai tari
penyambutan karena ada kunjungan dari
Gubernur dan pernah di tampilkan pada
Upaya Pihak Sanggar Hayu Budaya tanggal Pada tanggal 10 April 2009 dalam
Pengelola sanggar Hayu Budaya, acara peringatan hari jadi kota Jepara,
upaya yang dilakukan untuk tetap Tanggal 23 Juni 2011 dalam acara acara
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati pokdarwis di Purbalingga, 28 Desembar
yang ada disanggar Hayu Buday adalah 2011 peresmian pengoperasian PLTU, 2 Mei
diadakannya latihan secara terprogam 2012 dalam acara peringatan hari
dengan cara menetapkan tari Kridha Jati Pendidikan dan selalu berusaha
sebagai materi tetap bahan ajar di sanggar menggunakan penari dari sanggar Hayu
Hayu Budaya. Setiap ada murid baru materi Budaya
yang diajarkan adalah tari Kridha Jati
sebelum mempelajati tari lain yang diajarkan Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak
oleh pihak sanggar. Selain diajarkan di Dinas Pariwisata
sanggar, tari Kridha Jati diajarkan di sekolah Kerjasama dalam upaya
tempat pimpinan sanggar mengajar dalam mempertahankan eksisitensi tari Kridha Jati
materi ekstra. yang dilakukan pihak sanggar dengan pihak
Pementasannya sendiri biasanya Dinas Pariwisata adalah sebagai berikut,
diperagakan oleh murid sanggar yang sudah Upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas
benar-besar bisa dan menguasai tari Kridha Pariwisata sama halnya dengan pihak
Jati, hal ini dilakukan karena untuk menjaga PEMDA yaitu mengupayakan untuk
nama baik sanggar dan kualitas tari Kridha menampilkan tari Kridha Jati dalam event-
Jati itu sendiri supaya tetap diminati oleh event penting, mengupayakan kederisasi
masyarakat banyak. Selalu berusaha dengan cara memberikan latihan kepada
menawarkan dan menampilkan tari Kridha generasi selanjutnya, dan selain itu juga
Jati di setiap permintaan pementasan, selain adanya penobatan tari Kridha Jati sebagai
itu juga melakukan kerjasama dengan pihak- tari khas Kota Jepara.
pihak lain.
Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak
Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak Sekolah
PEMDA Upaya sekolah yang terdapat
Upaya mempertahankan eksistensi pembelajaran tari Kridha Jati sangat erat
tari Kridha Jati yang dilakukan pihak hubungannya dengan Rahayu selaku
sanggar bekerjasama dengan pihak PEMDA, pengelola sanggar dan sebagai guru ekstra
upaya yang dilakukan adalah selalu tari di sekolah-sekolah tempat Rahayu
mementaskan tari Kridha Jati disetiap mengajar. Upaya yang dilakukan Rahayu
kesempatan dan hari-hari penting. Pihak dalam mempertahankan eksistensi tari di
PEMDA di sini sangat penting peranannya sanggar juga dilakukan Rahayu di sekolah.
bagi kelangsungan pelestarian tari Kridha Upaya-upaya yang dilakukan Rahayu
Jati, hal ini karena pengakuan dari PEMDA yang masih berkaitan dengan upayanya
18
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati 4. Terdapat banyak kesempatan


di sanggar adalah: untuk tampil dalam acara-acara
1. Memperkenalkan tari Kridha Jati penting baik di sekolah,
kepada anak didik diekstra sekolah PEMDA maupun Dinas
dengan cara mengajarkan tari Pariwisata.
Kridha Jati. Disisi lain dalam upaya
2. Memperkenalkan tari Kridha Jati mempertahankan eksistensi Tari Kridha Jati
pada masyarakat dengan cara terdapat faktor hambatan yang
pementasan dan pernah diadakan mempengaruhi sulitnya tari Kridha Jati
tari massal yang diikuti 300 peserta untuk berkembang, diantaranya adalah:
dari sekolah SMA, SMP yang ada di 1. Dari pihak PEMDA dan Dinas
Jepara dalam acara hari jadi kota Pariwisata kurangnya waktu
Jepara. untuk mensosialisasikan Tari
3. Menampilkan tari Kridha Jati dalam Kridha Jati.
acara-acara penting di sekolah 2. Belum ada bantuan dana dari
maupun diluar sekolah. Pemerintah Daerah untuk
Tari Kridha Jati oleh pihak-pihak berkembangnya tari Kridha Jati.
dinas, sanggar maupun sekolah telah 3. Sulitnya mempertemukan
diupayakan eksistensi penampilannya, upaya penari pada waktu yang sama
mempertahankan selanjutnya sudah pada saat latihan.
direncanakan oleh pihak-pihak yang terkait 4. Tidak banyak sanggar yang
sehingga meperluas pengetahuan masyarakat mengajarkan Tari Kridha Jati di
mengenai Tari Kridha Jati, tujuannya agar lingkungan masyarakat Jepara.
masyarakat sekitar Jepara tau mengenai Tari 5. Belum ada kerja sama dengan
Kridha Jati yang merupakan tarian khas kota Dinas Pendidikan untuk
Jepara. mengadakan penataran guru
maupun lomba Tari Kridha Jati
Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya sehingga belum banyak sekolah
mempertahankan Eksistensi Tari Kridha yang bisa mengajarkan Tari
Jati Kridha Jati kepada siswa-siswi
Sebuah usaha dalam SMP maupun SMA.
mempertahankan sesuatu pasti ada faktor- Faktor pendukung upaya
faktor yang mempengaruhinya, diantaranya mempertahankan eksistensi yaitu dari pihak
adalah faktor pendukung ataupun penari dengan cara mereka tetap menjaga
penghambat. Begitu juga dengan upaya kualitas, dan adanya dukungan dari pihak
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati dinas, sekolah maupun sanggar Hayu
pasti tidak lepas dari faktor tersebut. Faktor Budaya. Sedangkan untuk faktor
pendukung adaya eksistensi tari Kridha Jati penghambat masih banyaknnya masyarakat
adalah: yang belum mengenal Tari Kridha Jati, pada
1. Penari yang bagus dan pantas saat latihan masih sulit mempertemukan
untuk dipamerkan atau penari, belum adanya bantuan dana dari
dipentaskan. pemerintah daerah untuk mendukung
2. Adanya dukungan dari pihak berkembangnnya Tari Kridha Jati sehingga
kelurahan mengenai perijinan memperhambat kemajuan eksistensi Tari
dan dukungan moril. Kridha Jati.
3. Adanya dukungan dari
PEMDA dan Dinas Pariwisata. SIMPULAN

19
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

Berdasarkan hasil penelitian upaya Amir, rochyatmo. 1986. Pengetahuan Tari Sebuah
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati Pengantar dalam Pengetahuan Elemen Tari
disanggar Hayu Budaya kelurahan Pengkol dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta:
Direktorat Kesenian.
kecamata Pengkol kabupaten Jepara dapat
Astini, Siluh Made & Usrek T.U. 2007. Tari
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pendet sebagai Tari Balih Balihan (Kajian
Eksistensi pertunjukan tari Kridha Jati di Koreografi). Harmonia Vol 8 No 2 Tahun
sanggar Hayu Budaya kelurahan Pengkol 2007.
kecamatan Pengkol kabupaten Jepara bisa Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan
dikatakan eksis. Terkait dengan Upaya Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Cahyono, Agus. 2002. Eksistensi Tayub dan Sistem
Jati, upaya yang dilakukan oleh sanggar Transmisinya. Yogyakarta: Yayasan
Hayu Budaya dengan pihak-pihak terkait Lentera Budaya.
Hartong, Corrie. 1990. Psikologi Fenomenologi
yaitu tari Kridha Jati dijadikan materi tetap
Eksistensialisme. Lamongan: Pustaka
bahan ajar di sanggar Hayu Budaya,
Pujangga.
pementasan dengan mempertahankan Indriyanto. 2002. Lengger Banyumasan: kontinuitas
kualitas, berusaha menampilkan tari Kridha dan Pembahasan. Semarang: IKIP
Jati ketika ada permintaan penawaran Semarang Press.
pementasan. PEMDA dan Dinas Pariwisata Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan
berupaya mempertahankan eksistensi Seni. Semarang: Unesa University Press.
dengan menampilkan tari Kridha Jati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Jakarta:
event-event PEMDA dan Dinas Pariwisata, Balai Pustaka.
Kayam, umar. 1981. Seni, Tradisi, masyarakat (Atr,
pementasan pada ceremonial-ceremonial
Tradition and Populace). Jakarta: Sinar
atau upacara-upacara penting/penyambutan
Harapan.
tamu, melakukan kaderisasi dan penobatan Kierkegaard. 1996. ManusiaSebagai Eksistensi.
tari Kridha Jati sebagai tarian khas kota Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Jepara. Koentjaraningrat. 1984. Antropologi Sosial.
Berdasarkan kesimpulan penelitian, Jakarta: Dian Rakyat.
maka penulis merekomendasikan berupa _____________. 1996. Kebudayaan Mentalitas dan
saran-saran sebagai berikut; Bagi para pelaku Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia
tari Kridha Jati harus selalu berlatih dan Pustaka.
Margono, S. 1991. Metedologi Penelitian Survei.
meningkatkankualitas serta meningkatkan
Jakarta: Rineka Cipta.
kreativitas pertunjukan agar mampu
Martinus. 2001. Dalam Kamus Kata Serapan.
berkembangdan bagi masyarakat kelurahan www.google.com
Pengkol diharapkan ikut melestarikan tari Miles, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif
Kridha Jati dengan cara mengikut sertakan terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi.
generasi muda dalam berlatih tari Kridha Jakarta: Universitas Indonesia.
Jati di sanggar Hayu Budaya. Bagi
pemerintah kabupaten Jepara atau pihak- Moleong, Lexy j. 2000.Metedologi Penelitian
pihak berwenang, sebaiknya memberikan kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
apresiasi terhadap setiap kesenian yang ada
dalam suatu masyarakat, baik dalam hal
Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia.
pementasan, publikasi lewat buku maupun Yogyakarta: Kanisius.
media internet, supaya kesenian tersebut Ostina, Panjaitan. 1996. Manusia Sebagai
tetap terjaga eksistensinya. Eksistensi. Jakarta: Yayasan Sumber
Agung.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminto, WJS. 1984. Pendidikan Seni
Tari. Bandung: Angkasa.

20
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya


Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusliana. 1994. Pendidikan Seni Tari. Bandung:


Angkasa.
Save, M.Dagum.1990. Filsafat Eksistensi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sedyawati, Edy.1986. Tari Sebagai Salah Satu
Pernyataan Budaya dalamPengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari.
Jakarta: Direktotar Kesenian.

Soedarsono. 1972. Djawa dan Bali. Jogjakarta:


Gajah Mada University Press.
_________. 1986. Pengantar Pengetahuan dan
Komposisi Tari dalam Pengetahuan Elemen
Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta:
Direktotar Kesenian.

_________. 2002. Seni Pertinjukan Indonesia


Diera Globalisasi.Gajah Mada University
Press.

Sri Lestari. 2002. Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas


X Semester 2. Sukoharjo: CV. Willian.

Wikipedia.Bahasa Indonesia.(25/07/2012)
www.abstrak.digilib.upi.edu//
www.deeanestasia.blogspot.com

21

Anda mungkin juga menyukai