http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst
Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Dance is a dance typical Kridah Jati Jepara city which describes most of the daily activities as craftsmen Jepara carving, an d
an activity carved into one of the main livelihood for the people of Jepara. Since the creation of dance in 1996 Kridha Jati,
dance Kridha Jati not necessarily be directly known to all the people jepara, and also not able to attract the younger genera tion
to learn the dance. This research takes a subject attempts Maintaining existence Kridha Jati dance. The purpose of this study
was to determine and describe efforts Kridha Jati Maintaining Presence Dance Studio Hayu Budaya Identity in Urban
pengkol Jepara district Jepara regency. The results showed that the efforts made by the studio and studio collaboration with the
local government Jepara, Jepara Tourism Office and School where Endang Rahayu Murtining tutor. Additionally, this study
describes various dance Kridha Teak, Teak Kridha dance accompaniment and performance aspects including grooming and
fashion dance Kridha Jati. Another finding that existence of Kridha Jati Dance, as well as supporting and inhibiting factors
Kridha Jati dance.
9
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
berarti merealisir diri, terlibat (engagemen), diciptakan dan digiati dalam lingkungan
mengikat diri dengan bebas, mempraktekkan tertentu, sehingga nilai kehadirannya pun
keyakinannya dan mengisi kebebasannya, tergantung pada lingkungan tersebut. Sekian
dapat diartikan bahwa manusia saja yang banyak kekayaan seni budaya Indonesia, tari
bereksistensi karena dunia hewan-hewan dan adalah salah satu bidang seni yang
segala sesuatu yang lain hanya ada. Juga merupakan bagian dari kehidupan manusia.
tuhan ada. Tetapi manusia harus Tari merupakan kegiatan kreatif dan
bereksistensi, yaitu menjadi (dalam waktu konstruktif yang dapat menimbulkan
seperti ia akan ada secara abadi). intensitas emosional dan makna. Menurut
Kierkegaard mengartikan eksistensi sebagai Amir rochyatmo (1986:73), tari adalah gerak
cara berada setiap individu manusiawi yang ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa
konkret dan unik. Menurut Kayam (1981: manusia, dengan memperhatikan unsur
38) kesenian itu tidak dapat terlepas dari ruang dan waktu. Begitupun dengan tari
masyarakat pendukungnya, sebagai salah Kridha Jati yang menggambarkan kegiatan
satu bagian dari kebudayaan, kesenian masyarakat Jepara terhadap kegiatan
merupakan kreativitas manusia serta mengukir, mempunyai nilai keindahan
masyarakat sebagai pendukungnya. Apabila tersendiri sebagai tari khas kabupaten Jepara
kesenian telah menjadi milik seluruh anggota yang mengidentitaskan sebagian besar
masyarakat maka eksistensi kesenian tersebut kegiatan masyrakat Jepara. Tari juga bisa
tergantung pula dari masyarakat dibedakan berdasarkan pola garap.
pendukungnya. Hal ini dikarenakan suatu Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
bentuk kesenian rakyat akan tetap eksis atau tari Kridha Jati yang berdasarkan pola garap,
bertahan hidupnya, apabila mempunyai merupakan tari Tradisional. Tari tradisional
fungsi tertentu di dalam masyarakat. adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang
Kesenian tari melangkah maju dan dalam suatu masyarakat yang kemudian
berkembang sejalan dengan kehidupan diturunkan atau diwariskan secara terus
manusia. Dimana manusia masih mampu menerus dari generasi kegenerasi. Dengan
bergerak, maka tari akan tercipta dan kata lain, selama tarian tersebut masih sesuai
berkembang. Manusia menciptakan tari dan diakui oleh masyarakat pendukungnya
sesuai dengan ungkapan hidup dan juga termasuk tari tradisional (M.Jazuli, 2008:71).
merupakan rangkuman gerak yang Tari tradisional dapat dibedakan
bersumber dari alam se-keliling. Menurut menjadi tiga yaitu tari klasik, tari rakyat dan
M.Jazuli (2008:7), tari adalah bentuk gerak tari kreasi, tari Kridha Jati merupakan tari
yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, tradisional kerakyatan. Tari rakyat adalah
berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud tarian yang sudah mengalami perkembangan
dan tujuan tari. Tari merupakan ekspresi sejak jaman masyarakat primitif sampai
jiwa manusia yang diungkapkan dengan sekarang (Soedarsono, 1972:20). Pada
gerak ritmis yang indah (soedarsono, 1986: dasarnya segala aktivitas yang dilakukan
24). Tari adalah gerak ritme yang (dengan manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan
kesadaran) dibentuk dengan tubuh sebagai dalam hidupnya, seperti belajar, bekerja,
media di dalam ruang (Corrie Hartong 1996: bermain, dan berkesenian. Kebutuhan yang
32). Tari adalah salah satu pernyataan terakhir tersebut erat hubungannya dengan
budaya. Oleh karena itu maka sifat, gaya pemenuhan santapan estetis. Peranan tari
dan fungsi tari selalu tak dapat dilepaskan sebagai cabang kesenian bukan hanya dapat
dari kebudayaan yang menghasilkannya memenuhi kebutuhan itu, tetapi juga dapat
(Sedyawati, 1986:3). Hidup dan tumbuhnya menunjang kepentingan kegiatan manusia.
tari sangat erat berkaitan dengan citra Fungsi tari dalam kehidupan manusia adalah
masing-masing kebudayaan itu, bahwa tari untuk kepentingan upacara, untuk hiburan,
12
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
sebagai seni pertunjukan, dan media pertunjukan juga bervariasi, yaitu anak-anak,
pendidikan. Sedangkan fungsi tari Kridha remaja, dan orang dewasa. Mengenai jumlah
Jati bagi kehidupan adalah berfungsi sebagai pelaku bervariasi yaitu pelaku tunggal
hiburan. Kata hiburan lebih menitik berpasangan dan kelompok (Cahyono
beratkan kepada pemberian kepuasan 2002:79).
perasaan, tanpa mempunyai tujuan yang Gerak adalah yang menjadi unsur
lebih dalam seperti untuk memperoleh utama dalam tari yang mengandung aspek
pengetahuan dan pengalaman dari apa yang tenaga, ruang dan waktu. Maksudnya adalah
dilihatnya (M.Jazuli, 2008:58). untuk menimbulkan gerak yang halus yang
Pertunjukan dalam Kamus Besar mempunyai kekuatan dan mampu
Bahasa Indonesia (1994:974) mempunyai mengubah suatu sikap dari anggota tubuh.
arti memperlihatkan tontonan, Perubahan sikap bisa dikatakan gerak dalam
mempertontonkan (gambar hidup, seni tari adalah merupakan hasil dari proses
sandiwara, tari-tarian). Maka dapat pengolahan dari gerak yang telah mengalami
disimpulkan bahwa pertunjukan merupakan stilisasi atau diolah (Jazuli 1989:4). Menurut
sesuatu yang dilihat dan didengar. Hal Murgiyanto (1992:4) bahwa tidak semua
tersebut dipertegas oleh Murgiyanto gerak dapat dikatakan bahan penyusunan
(1996:49) seni pertunjukan meliputi berbagai tari atau merupakan gerak tari. Setiap gerak
macam tontonan, semua tontonan dapat dapat diubah atau digarap menjadi gerak tari
disebut pertunjukan. Untuk dikatakan dengan melakukan idealisasi (pengindahan)
sebagai sebuah pertunjukan, maka sebuah atau distorsi (perubahan) dari bentuknya
tontonan harus memenuhi empat syarat yang biasa.
pertunjukan yaitu: 1) harus ada tontonan Musik iringan dalam tari merupakan
yang direncanakan untuk disuguhkan sarana pendukung yang tidak dapat
kepada penonton, 2) pemain yang dipisahkan dengan yang lainnya karena
mementaskan pertunjukan, 3) adanya peran keduanya berasal dari sumber yang sama
yang dimainkan, 4) dilakukan di atas pentas pula. Fungsi iringan dalam tari menurut
dan iringi musik. Jazuli (1989:9) sebagai berikut: 1) Sebagai
Pertunjukan secara garis besar pengiring tari maksudnya dalam musik yang
digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) perilaku dapat berperan untuk mengiringi suatu
manusia atau disebut juga pertunjukan, 2) tarian saja sehingga tidak banyak
pertunjukan budaya yang meliputi menentukan atau lebih mengutamakan isi
pertunjukan seni, olahraga, ritual, festifal- tari, 2) Sebagai pemberi suasana tari seperti
festifal dan berbagai bentuk keramaian. suasana sedih, gembira, tegang, bingung dan
Pertunjukan jenis ini yang penting bukanlah sebagainya, 3) Sebagai ilustrasi atau
bentuk ungkapan artistiknya, melainkan pengantar tari maksudnya memberi suasana
tujuannya sangat diperlukan oleh pada saat tertentu jika dibutuhkan pada
masyarakat (Soedarsono 2002:105). suatu garapan.
Semua jenis seni pertunjukan Tata busana tari mempunyai fungsi
memerlukan penyaji sebagai pelaku, artinya untuk mendukung tema atau isi tarian dan
seniman yang terlibat langsung atau tidak untuk memperjelas peranan-peranan dalam
langsung dalam mengetengahkan atau suatu pememtasan tari. Busana yang baik
menyajikan bentuk seni pertunjukan. Bentuk bukan hanya menutup tubuh saja tetapi
penyajian tari tertentu ada yang melibatkan mendukung desain ruang disaat penari
pelaku laki-laki atau pelaku wanita dan sedang menari (Jazuli 1989 : 16).Dalam
menampilkan pelaku laki-laki bersamaan pementasan tari tata rias sangatlah
dengan pelaku wanita. Demikian pula membantu mewujudkan ekspresi muka
halnya dengan usia atau umur seni penari. Tata rias busana tidak sekedar
13
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
bertujuan untuk mempercantik diri atau (1984: 569) sanggar adalah tempat
ganteng, tetapi betul-betul disesuaikan pertemuan yang dihadiri sekelompok
dengan peranan yang akan dibawakan oleh manusia atau orang yang biasa diadakan
penari. Rias yang tidak sesuai dapat secara teratur dan berkala untuk
memberi kesan jelek, juga dapat mengadakan penelitian, diskusi, kegiatan
mengacaukan ekspresi penari tersebut pembahasan mengenai bidang tertentu.
(Suhendi 1986:8). Tata rias bagi penari Sanggar merupakan pendidikan luar sekolah,
senantiasa menjadikan perhatian yang yaitu pendidikan yang diterima dalam
sangat penting karena fungsi rias disamping keluarga, dalam lembaga yang tidak berupa
merubah karakter pribadi menjadikan faktor sekolah atau masyarakat (koentjaraningrat
tokoh yang diperankan, juga berfungsi untuk 1984: 38).
memperkuat ekspresi dan menambah daya Sifat sanggar tari adalah organisasi
tarik atau kecantikan dalam penampilan yang dikelola secara professional pada
(Jazuli 1989:18). Tata rias wajah yang bidang tertentu atau mengkhususkan pada
digunakan untuk tari Kridha Jati adalah rias bidang tari. Bagi anggota sanggar yang telah
korektif baik untuk penari wanita maupun menyelesaikan masa keanggotaannya
penari pria. Menurut Sri Lestari dan Dyah mendapatkan bukti diri sebagai anggota
Agus Sulistyowati (2002:28) organisasi berupa sertifikat. Disamping itu sanggar tari
merupakan salah satu wadah dalam diharapkan dapat berfungsi untuk
pembentukan kolektivitas yang dimaksudkan mengembangkan sekaligus melestarikan seni
untuk mencapai tujuan-tujuan khusuan. tari sebagai wadah dalam kehidupan dan
Organisasi ditandai dengan adanya aturan- bisa meningkatkan keterampilan serta
aturan formal, hubungan kewenangan atau kemampuan anak didik di sanggar Hayu
otoritas, pembagian kerja, dan keanggotaan Budaya (Jazuli 1994 : 57).
yang di batasi. Bentuk-bentuk organisasi Berdasarkan beberapa uraian tersebut
yang dikenal dalam masyarakat ada 3, yaitu dapat disimpulkan bahwa sanggar seni tari
(1) organisasi sosial masyarakat, (2) adalah suatu tempat atau sarana yang
organisasi sosial keagamaan, (3) organisasi digunakan oleh suatu komunitas atau
profesi. sekumpulan orang untuk melakukan suatu
Sanggar adalah salah satu contoh kegiatan pelatihan seni tari yaitu kegiatan
organisasi yang ada di masyarakat, sesuai yang lebih memfokuskan pada bidang tari,
bentuknya sanggar merupakan organisasi baik tari tradisi maupun tari modern.
profesi, karena organisasi yang bercirikan Sanggar tari merupakan bentuk pendidikan
terbentuk karena tujuan khusus yang saling non formal yang melakukan kegiatan secara
berkaitan dengan permasalahan dengan terorganisasi dan mengutamakan
kepentingan dalam suatu profesi. Hal yang penguasaan ketrampilan menari bagi
menyatukan anggota dalam organisasi ini anggota belajarnya. Sanggar Hayu Budaya
adalah tujuan, kepentingan dan visi yang merupakan sanggar tari yang kegiatannya
sama. Sedangkan sanggar sendiri lebih memfokuskan pada bidang tari
mempunyai arti suatu tempat atau sarana tradisional.
yang di gunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk melakukan suatu METODE
kegiatan ( Wikipedia bahasa Indonesia
25/07/2012). Metode yang digunakan dalam
Sanggar merupakan wadah kegiatan penelitian ini adalah metode kualitatif. Data
dalam membantu menunjang keberhasilan diperoleh melalui wawancara, observasi, dan
penguasaan keterampilan (Rusliana, 1994: dokumentasi. Analisis data yang digunakan
13). Sedangkan menurut Poerwadarminto dalam pemelitian ini mengacu pada analisis
14
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
yang masih dalam tahap rencana adalah tari Jepara mengikuti lomba tingkat
Nelayan. nasional terebut dan mendapatkan urutan 16
Pelatihan rutin yang diadakan di dari 37 provinsi. Tari Kridha Jati disahkan
sanggar Hayu Budaya dilaksanakan satu oleh BAPEDA pada tanggal 9 April 2002.
minggu sekali, beda halnya jika ada Tari Kridha Jati merupakan tari yang
pementasan. Diadakan latihan rutin sebelum berfungsi sebagai hiburan yang bisa ditarikan
hari pementasan, minimal tiga kali latihan secara tunggal, berpasangan, kelompok
berturut-turut sebelum pementasan. ataupun massal dan merupakan tari
tradisional yang bersifat kerakyatan. Tari
Tari Kridha Jati Kridha Jati mempunyai durasi pementasan
Tari Kridha Jati awal diciptakan pada selama 10 menit, dan tari Kridha Jati dapat
tahun 1994 oleh Endang Murtining Rahayu di pentaskan di arena terbuka, tertutup, di
sebagai koreografer atau pencipta tari lapangan atau di panggung karena dapat
dibantu kawan-kawan seniman membuat diiringi secara langsung ataupun kaset.
sebuah tarian, dan tarian itu diberi nama tari Tari Kridha Jati merupakan tari yang
Ukir-Ukiran. Kemudian pada tahun 1996, menceritakan kegiatan orang mengukir, dari
Endang Murtining Rahayu atau dipanggil proses pencarian kayu di hutan,
Rahayu mendapat perintah dari Bupati menggambarkan obyek di kayu, menatah
Jepara, pada masa itu Jepara masih dipimpin hingga diplitur warna-warni, kemudian
oleh Bambang, untuk membuat tarian khas dipasarkan. Gerakan yang dilakukan adalah
yang mencirikan daerah Jepara sebagai gerakan menirukan gerak keseharian para
identitas kota Jepara. Tarian itu pengrajin ukir yang diungkapkan dengan
dimaksudkan untuk mengikuti lomba tingkat memperindah dan mengembangkan gerakan
nasional di Jakarta, dan masa itu Jepara keseharian tersebut menjadi gerak gagah
terpilih mewakili Jawa Tengah. putra alus yang ditampilkan dengan gerakan
Rahayu pada saat itu menawarkan trisik, mlaku, telu, tumpang tali, sehingga
kepada Bupati dan team pembuat rumusan menjadi tarian yang utuh dan dapat
tari bersama kasi Kebudayaan Jepara yang dinikmati.
pada masa itu dijabat oleh Sarno Supodo,
Sujono sebagai Kabag Umum, dan Eksistensi Tari Kridha Jati
ir.Sugiarto sebagai kepala DPU, untuk Fungsi tari Kridha Jati sebagai penyambutan
merubah dan mengembangkan tari yang tamu
pernah dibuat Rahayu yaitu tari Ukir-Ukiran Tari Kridha Jati menceritakan tentang
menjadi tarian khas Kota Jepara, dan lebih masyarakat yang melakukan kegiatan
terkonsep lagi sesuai ciri daerah Jepara. mengukir, dan kegiatan mengukir
Bupati dan para stafnya pada waktu itu merupakan pekerjaan sebagian masyarakat
langsung menyetujui, karena mengingat Jepara, maka dari itu tari Kridha Jati
waktu yang sangat mendesak. merupakan tari khas kota Jepara. Sebagai
Rahayu mulai menggarap kembali tari tari khas kota Jepara, tari Kridha Jati
Ukir-Ukiran menjadi lebih terkonsep sesuai mempunyai fungsi sebagai tari penyambutan
jati diri Kota Jepara. Dalam waktu tiga hari, dan merupakan tari tradisional kerakyatan.
tari tersebut dapat terselesaikan dan diberi Sebagai tari khas kota Jepara dan
nama tari Kridha Jati, yang berarti Kridha difungsikan sebagai penyambutan tamu, tari
adalah karya muda, sedangkan Jati adalah Kridha Jati sering dipertunjukan dalam
ciri kota Jepara sebagai kota Ukir dan acara-acara penting yang diadakan oleh
terkenal dengan ukiran kayu jatinya, yang pihak PEMDA dan Dinas Pariwisata,
berarti Jati Ukir. misalnya kunjungan Gubernur Jawa Tengah
ke Jepara dalam acara pembukaan Pameran
16
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
kerajinan ukir yang diadakan di pendopo yang diadakan di alun-alun kota Jepara dan
kabupaten pada tanggal 14 Agustus 2010, diikuti oleh 300 peserta dari sekolah-sekolah
yang ditarikan tujuh orang ditarikan di yang ada di Jepara yang meliputi SMA
plataran depan panggung. Negeri 1 jepara, SMK 3 jepara, SMA Bakti
Praja, SMP Negeri 1,2 5dan 6. Pernah juga
Fungsi tari Kridha Jati sebagai hiburan diadakan pementasan dalam acara
Fungsi tari Kridha Jati sebagai tari Pokdarwis pada tanggal 23 juni 2011 di
hiburan yang dimaksudkan disini adalah tari Purbalingga yang diikuti oleh ibu-ibu PKK.
Kridha Jati dipentaskan untuk menghibur Perkembangan yang lain tentang
para penonton yang melihatnya, misalnya pembaharuan gerak dari awal terciptanya
tari Kridha Jati yang dipentaskan dalam tari Kridha Jati sampai sekarang belum
acara tertentu dan ditujukan untuk pernah dilaksanakan, adanya perubahan
dipertontonkan seperti pada acara pentas kostum pada tari Kridha Jati yang semula
seni. tidak berpayet dan hanya satu warna
menjadi berpayet dan mulai barani
Keberadaan Tari Kridha Jati menambah warna sehingga terlihat modern.
Keberadaan atau eksistensi tari Kridha
Jati dapat dilihat dari intensitas Peminat Tari Kridha Jati
pertunjukannya sesuai sumber yang didapat, Pementasan tari Kridha Jati masih
peneliti dari hasil wawancara kepada sering dilaksanakan apalagi pada acara-acara
pemimpin sanggar, selama surat penelitian penting dan hari penting seperti sambutan
di keluarkan yaitu bulan Mei sampai bulan tamu penting dan hari jadi kota Jepara.
Agustus, tari Kridha Jati pernah melakukan Selain pada acara-acara penting tari Kridha
pentas sebanyak tiga kali, yaitu di desa Jati juga sering dipentaskan pada acara-acara
Mlonggo dalam acara pesta pernikahan pada pernikahan (resepsi), hal ini dibuktikan
tanggal 6 Juni 2012, di pendopo bupati pada adanya tarif pementasan yang disesuaikan
tanggal 2 Mei 2012, dan di stadiun Kamal dengan acara yang akan dilaksanakan dan
Junaidi pada tanggal 17 Agustus 2012. sesuai jumlah penari yang diinginkan oleh
Pengelola sanggar mulai mengupayakan pihak yang punya acara. Dengan adanya
pementasan tari Kridha Jati di daerah tarif yang dapat menyesuaikan dengan dana
Jepara.Pengelola sanggar merasa bahwa tari yang ada pada acara tersebut sehingga minat
Kridha Jati merupakan kebanggan tersendiri, masyarakat maupun pihak dinas menjadi
sehingga tari Kridha Jati dapat pentas dalam lebih banyak. Seringnya pementasan tari
acara-acara penting. Kridha Jati dalam acara-acara penting yang
Perkembangan eksistensi tari Kridha diadakan oleh PEMDA dan Dinas
Jati masih ada, mengingat bahwa pengelola Pariwisata serta pengelola sanggar masih
masih mengupayakan pementasan lebih mengupayakan eksistensi tari Kridha Jati
lanjut dan pengelola juga bekerjasama secara lebih lanjut, menambah kekuatan
dengan PEMDA serta Dinas Pariwisata. eksistensi tari Kridha Jati.
Dengan adanya kerjasama ini PEMDA dan
Dinas Pariwisata berperan serta dalam Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari
perkembangan pementasan tari Kridha Jati, Kridhajati Di Sanggar Hayu Budaya
hal ini dibuktikan dengan adanya Tari merupakan salah satu warisan
pementasan tari Kridha Jati dalam acara- budaya yang perlu kita jaga dan kita
acara penting PEMDA dan Dinas Pariwisata lestarikan keberadaannya, karena suatu
serta pernah ditampilkannya tari Kridha Jati budaya adalah cerminan suatu bangsa, maka
secara massal pada tanggal 10 April 2009 dari itu sebagai warga yang baik kita perlu
dalam acara peringatan hari jadi kota Jepara mempertahankan kebudayaan yang sudah
17
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
ada. Adapun Salah satu contoh warisan atau peraturan daerah tentang tari Kridha
budaya adalah tari Kridha Jati yang ada di Jati itu sendiri. Upaya yang dilakukan pihak
Jepara. Tari Kridha Jati tetap dijaga PEMDA terkait kerjasama dengan pihak
keberadaannya kerana merupakan tarian sanggar adalah selalu menampilkan tari
khas kota Jepara. Oleh karena itu sanggar Kridha Jati dalam acara event-event penting
Hayu Budaya berusaha untuk misalnya dalam acara penyambutan tamu
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati. dari instansi pemerintahan sebagai contoh
Adapun upaya tersebut antara lain: pada tanggal 14 agustus 2010 sebagai tari
penyambutan karena ada kunjungan dari
Gubernur dan pernah di tampilkan pada
Upaya Pihak Sanggar Hayu Budaya tanggal Pada tanggal 10 April 2009 dalam
Pengelola sanggar Hayu Budaya, acara peringatan hari jadi kota Jepara,
upaya yang dilakukan untuk tetap Tanggal 23 Juni 2011 dalam acara acara
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati pokdarwis di Purbalingga, 28 Desembar
yang ada disanggar Hayu Buday adalah 2011 peresmian pengoperasian PLTU, 2 Mei
diadakannya latihan secara terprogam 2012 dalam acara peringatan hari
dengan cara menetapkan tari Kridha Jati Pendidikan dan selalu berusaha
sebagai materi tetap bahan ajar di sanggar menggunakan penari dari sanggar Hayu
Hayu Budaya. Setiap ada murid baru materi Budaya
yang diajarkan adalah tari Kridha Jati
sebelum mempelajati tari lain yang diajarkan Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak
oleh pihak sanggar. Selain diajarkan di Dinas Pariwisata
sanggar, tari Kridha Jati diajarkan di sekolah Kerjasama dalam upaya
tempat pimpinan sanggar mengajar dalam mempertahankan eksisitensi tari Kridha Jati
materi ekstra. yang dilakukan pihak sanggar dengan pihak
Pementasannya sendiri biasanya Dinas Pariwisata adalah sebagai berikut,
diperagakan oleh murid sanggar yang sudah Upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas
benar-besar bisa dan menguasai tari Kridha Pariwisata sama halnya dengan pihak
Jati, hal ini dilakukan karena untuk menjaga PEMDA yaitu mengupayakan untuk
nama baik sanggar dan kualitas tari Kridha menampilkan tari Kridha Jati dalam event-
Jati itu sendiri supaya tetap diminati oleh event penting, mengupayakan kederisasi
masyarakat banyak. Selalu berusaha dengan cara memberikan latihan kepada
menawarkan dan menampilkan tari Kridha generasi selanjutnya, dan selain itu juga
Jati di setiap permintaan pementasan, selain adanya penobatan tari Kridha Jati sebagai
itu juga melakukan kerjasama dengan pihak- tari khas Kota Jepara.
pihak lain.
Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak
Upaya Sanggar Bekerjasama dengan Pihak Sekolah
PEMDA Upaya sekolah yang terdapat
Upaya mempertahankan eksistensi pembelajaran tari Kridha Jati sangat erat
tari Kridha Jati yang dilakukan pihak hubungannya dengan Rahayu selaku
sanggar bekerjasama dengan pihak PEMDA, pengelola sanggar dan sebagai guru ekstra
upaya yang dilakukan adalah selalu tari di sekolah-sekolah tempat Rahayu
mementaskan tari Kridha Jati disetiap mengajar. Upaya yang dilakukan Rahayu
kesempatan dan hari-hari penting. Pihak dalam mempertahankan eksistensi tari di
PEMDA di sini sangat penting peranannya sanggar juga dilakukan Rahayu di sekolah.
bagi kelangsungan pelestarian tari Kridha Upaya-upaya yang dilakukan Rahayu
Jati, hal ini karena pengakuan dari PEMDA yang masih berkaitan dengan upayanya
18
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
19
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
Berdasarkan hasil penelitian upaya Amir, rochyatmo. 1986. Pengetahuan Tari Sebuah
mempertahankan eksistensi tari Kridha Jati Pengantar dalam Pengetahuan Elemen Tari
disanggar Hayu Budaya kelurahan Pengkol dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta:
Direktorat Kesenian.
kecamata Pengkol kabupaten Jepara dapat
Astini, Siluh Made & Usrek T.U. 2007. Tari
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pendet sebagai Tari Balih Balihan (Kajian
Eksistensi pertunjukan tari Kridha Jati di Koreografi). Harmonia Vol 8 No 2 Tahun
sanggar Hayu Budaya kelurahan Pengkol 2007.
kecamatan Pengkol kabupaten Jepara bisa Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan
dikatakan eksis. Terkait dengan Upaya Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Cahyono, Agus. 2002. Eksistensi Tayub dan Sistem
Jati, upaya yang dilakukan oleh sanggar Transmisinya. Yogyakarta: Yayasan
Hayu Budaya dengan pihak-pihak terkait Lentera Budaya.
Hartong, Corrie. 1990. Psikologi Fenomenologi
yaitu tari Kridha Jati dijadikan materi tetap
Eksistensialisme. Lamongan: Pustaka
bahan ajar di sanggar Hayu Budaya,
Pujangga.
pementasan dengan mempertahankan Indriyanto. 2002. Lengger Banyumasan: kontinuitas
kualitas, berusaha menampilkan tari Kridha dan Pembahasan. Semarang: IKIP
Jati ketika ada permintaan penawaran Semarang Press.
pementasan. PEMDA dan Dinas Pariwisata Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan
berupaya mempertahankan eksistensi Seni. Semarang: Unesa University Press.
dengan menampilkan tari Kridha Jati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Jakarta:
event-event PEMDA dan Dinas Pariwisata, Balai Pustaka.
Kayam, umar. 1981. Seni, Tradisi, masyarakat (Atr,
pementasan pada ceremonial-ceremonial
Tradition and Populace). Jakarta: Sinar
atau upacara-upacara penting/penyambutan
Harapan.
tamu, melakukan kaderisasi dan penobatan Kierkegaard. 1996. ManusiaSebagai Eksistensi.
tari Kridha Jati sebagai tarian khas kota Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Jepara. Koentjaraningrat. 1984. Antropologi Sosial.
Berdasarkan kesimpulan penelitian, Jakarta: Dian Rakyat.
maka penulis merekomendasikan berupa _____________. 1996. Kebudayaan Mentalitas dan
saran-saran sebagai berikut; Bagi para pelaku Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia
tari Kridha Jati harus selalu berlatih dan Pustaka.
Margono, S. 1991. Metedologi Penelitian Survei.
meningkatkankualitas serta meningkatkan
Jakarta: Rineka Cipta.
kreativitas pertunjukan agar mampu
Martinus. 2001. Dalam Kamus Kata Serapan.
berkembangdan bagi masyarakat kelurahan www.google.com
Pengkol diharapkan ikut melestarikan tari Miles, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif
Kridha Jati dengan cara mengikut sertakan terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi.
generasi muda dalam berlatih tari Kridha Jakarta: Universitas Indonesia.
Jati di sanggar Hayu Budaya. Bagi
pemerintah kabupaten Jepara atau pihak- Moleong, Lexy j. 2000.Metedologi Penelitian
pihak berwenang, sebaiknya memberikan kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
apresiasi terhadap setiap kesenian yang ada
dalam suatu masyarakat, baik dalam hal
Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia.
pementasan, publikasi lewat buku maupun Yogyakarta: Kanisius.
media internet, supaya kesenian tersebut Ostina, Panjaitan. 1996. Manusia Sebagai
tetap terjaga eksistensinya. Eksistensi. Jakarta: Yayasan Sumber
Agung.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminto, WJS. 1984. Pendidikan Seni
Tari. Bandung: Angkasa.
20
Nainul Khutniah & Veronica Eny Iryanti / Jurnal Seni Tari 1 (1) (2012)
Wikipedia.Bahasa Indonesia.(25/07/2012)
www.abstrak.digilib.upi.edu//
www.deeanestasia.blogspot.com
21